Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154396 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haryo Koco Buwono
"Perkembangan teknologi beton, seiring dengan perkembangan kebutuhan akan beton masa depan, sehingga dibutuhkan mutu beton dan metode perhitungan yang membantu dalam mendapatkannya. Dalam ilmunya, semakin tinggi mutu beton, akan selalu dikaitkan dengan rendahnya kadar w/c dan tingginya kadar s/c dalam mixdesign. Beton berkinerja tinggi diperoleh kuat tekan yang tinggi dan permeabilitas yang rendah. Pada kenyataan hasil penelitian menunjukkan: makin tinggi kadar air semen dan makin rendah kadar silicafume dalam desain campur beton, makin tinggi kinerja beton (meningkatkan mutu kuat tekan beton dan permeabilitas). Analisa beton dalam penelitian ini dikaitkan dengan bahan yang ada di alam Indonesia, sehingga dibutuhkan suatu formulasi tersendiri untuk kondisi tersebut. Formulasi tersebut diberi nama Formulasi KC, yang mempunyai 2 tawaran formulasi yaitu dengan basis polinomial orde 2. Hasil maksimum yang diperoleh formulasi ini adalah saat w/c = 0.3 dan s/c = 15%. Kadar s/c adalah ratio semen dan silicafume. Hasil formulasi sebagai berikut:
t"c = (1/k2). (k1(w/c - a)2 + a(s/c) + b3(s/c)2)"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T1100
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Ruminsar
"Sifat kuat tekan dan permeabilitas beton ringan dewasa ini selain dipengaruhi oleh faktor air semen, juga dipengaruhi oleh bahan tambah aditif (silicafume). Untuk mengetahui pengaruh faktor air semen dan kadar silicafume didalam meningkatkan kekuatan tekan dan permeabilitasnya, maka telah dilakukan sejumlah pengujian dilaboratorium yang meliputi pengujian kuat tekan, permeabilitas dan modulus elastisitas.
Agregat yang digunakan dalam penelitian ini adalah agregat ringan hakagribb, merupakan agregat buatan dari bahan utama fly ash dan bahan tambahan iainnya yang diproduksi oleh PT. Hutama Darya Divisi Produksi. Sedangkan agregat halus yang digunakan merupakan agregat alam yang berasal dari Pulau Bangka.
Dari hasil pengujian eksperimental didapatkan bahwa kekuatan tekan beton ringan terbesar 74 Mpa, dihasilkan oleh kombinasi campuran faktor air semen wlc=0,3 dan kadar silicafume s1c=15%. Dari hasil pengujian tersebut didapatkan juga bahwa beton ringan hakagribb ini lebih ringan sekitar 20 % dari beton normal.
Dari pengamatan terhadap seluruh hasil pengujian kuat tekan beton ringan, penulis pada akhirnya mengusulkan suatu rumusan rancang campur beton ringan bermutu tinggi dengan bahan tambah silicafume, yang selanjutnya disebut FORMULA FRS (Feret-Ruminsar-Supartono)

Properties of compressive and permeability lightweight concrete widely not only depend on water cement ratio but also silicafume addition. To investigate bahavior of water cement ratio and silicafume to increase compressive strength and permeability of lightweight concrete, experimental study contain compressive test, permeability and elastic modulus test.
Lightweight coarse aggregate that used is called hakagribb, that made in PT. Hutama Karya with raw material from fly ash. Fine agregat that used is natural white sand from Bangka.
The result of experimental show that, maximum compressive strength was reached by 74 Mpa, resulted by combination of water cement ratio (wlc = 0.3) and ratio silicafume (sic = 15%) , also the result show that lightweight aggregate concrete with hakagribb lighter about 20% than normal agregate concrete.
After watching all of the compressive test result, the writer propose a mix design formula for high strength lightweight concrete with additive silicafume, that called FRS (Feret-Ruminsar-Supartono) formula."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T8455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayat
"Kadar air semen (w/c) sangat mempengaruhi kuat tekan beton, kadar air semen yang kecil menghasilkan kuat kuat tekan yang besar, sebaliknya kadar air semen besar menghasilkan kuat tekan beton yang kecil.
Abu terbang ( fly ash ) dapat meningkatkan kuat tekan beton, karena fly ash mengandung SiO2 yang tinggi, kekuatan beton meningkat karena butiran mikrosilika yang sangat halus bereaksi dengan air dan Ca(OH)2 ( kapur ) akan menghasilkan massa yang padat, sehingga menghasilkan kekuatan yang lebih besar.
Pada percobaan ini kuat tekan yang paling besar adalah 50 Mpa yang dihasilkan oleh campuran dengan perbandingan air semen (w/c) -0.3 dan penambahan fly ash 30%.
Dari hasil percobaan ini penulis mengusulkan suatu rancang campur beton ringan dengan memakai zat tambah fy ash yang diberi nama Feret-Fxh."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T2771
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Bangunan-bangunan fisik yaitu bangunan sarana dan prasarana yang diperlukan sehari-hari oleh masyarakat pemakainya, karena itu perlu adanya kemudahan bagi para pemakainya antara lain berupa kedekatan. Agar sarana dan prasarana yang dibangun dapat efisien dan efektif, maka pembangunannya harus dapat dialokasikan di mana saja. Namun tidak mudah untuk merealisasikan hal tersebut, karena ada factor-faktor yang perlu diperhatikan, salah satu diantaranya adalah factor lingkungan."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
H. Ilham Sipala
"Penelitian ini bertujuan mempelajari karakteristik kuat tarik belah dan kuat tarik lentur dari beton yang menggunakan semen putih (sebagai bahan baku utama) akibat pengaruh nilai faktor air semen (FAS). Variasi FAS yang digunakan pada campuran beton adalah 0,4; 0,45; 0,5; dan 0,55. Selanjutnya, penelitian ini akan membandingan nilai kuat tarik belah dan kuat tarik lentur antara beton yang menggunakan semen portland putih (WPC) dengan beton yang menggunakan semen PCC di masing-masing nilai faktor air semen (FAS). Metode dan prosedur pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada standar ASTM dan dilakukan di Laboratorium Bahan dan Struktur Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa beton WPC memiliki kuat tarik belah dan kuat tarik lentur yang lebih tinggi dibanding dengan beton PCC di masing-masing variasi FAS. Semakin besar kenaikan FAS, maka kuat tarik belah dan kuat tarik lentur yang dihasilkan akan semakin kecil, baik pada beton WPC maupun beton PCC. Perbedaan nilai terbesar pada kuat tarik belah yang terjadi antara beton PCC dengan beton WPC adalah pada variasi FAS 0,55 yaitu sebesar 17,83 %. Sedangkan untuk perbedaan nilai terbesar kuat tarik lentur antara beton PCC dengan beton WPC adalah pada variasi FAS 0,4 yaitu sebesar 35,28 %.

This research aims to study the characteristics of the splitting tensile strength and flexural tensile strength of concrete using white cement (as the main raw material) due to the influence of water-cement ratio (W/C). Variations in water-cement ratio that are used in the concrete mixture are 0.4, 0.45, 0.5 and 0.55. Furthermore, this study will compare the value of splitting tensile strength and flexural tensile strength of concrete using white Portland cement (WPC) with the use of concrete using PCC in each of the water-cement ratio (W/C). The method and procedure of this study was conducted with reference to ASTM standards and conducted in Materials and Structures Laboratory Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, University of Indonesia. From the research results obtained that the WPC concrete had splitting tensile strength and flexural tensile strength is higher than with ordinary cement concrete in each variation of W/C. The greater increase of W/C, the splitting tensile strength and flexural tensile strength produced would be smaller, both WPC concrete and PCC concrete. Differences of greatest value in splitting tensile strength between PCC concrete with WPC concrete is the variation of W/C of 0.55 for 17.83%. As for the biggest value differences flexural tensile strength of PCC concrete with WPC concrete is the variation of water cement ratio of 0.4 for 35.28%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50491
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bastian Okto Bangkit Sentosa
"Semen Portland Pozzolan (SPP) adalah suatu bahan perekat hidrolis yang dibuat dengan menggiling halus klinker semen Portland dengan pozzolan, atau suatu campuran yang merata antara bubuk semen Portland dan bubuk pozzolan selama penggilingan atau pencampuran. SPP untuk mencapai kekuatannya membutuhkan waktu relatif lebih lambat dibandingkan dengan semen Portland lainnya meskipun ultimate strenght yang dicapai SPP mungkin sama atau lebih besar dari yang terbuat dari semen Portland. Dalam penelitian ini, faktor air semen (FAS) yang digunakan bervariasi diantara 0,3; 0,35; 0,45; 0,55; 0,65; 0,75; dan 0,8 serta diamati pengaruhnya terhadap kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur pada beton menggunakan SPP. Pengujian kuat tekan, kuat tarik belah, dan kuat lentur dilakukan pada umur 7, 14 dan 28 hari.
Hasil pengujian diolah dengan dua metode yaitu metode rata-rata dan chi-square untuk membandingkan metode mana yang paling akurat. Kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur bertambah seiring dengan pertambahan umur beton pada semua FAS. Namun kenaikan FAS berbanding terbalik dengan kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur beton. Kenaikan kuat tekan akan diikuti dengan kenaikan kuat tarik belah dan kuat lenturnya sehingga kenaikan kuat tarik belah akan mengikuti kenaikan kuat lentur dan sebaliknya.

Pozzolan Portland Cement (PPC) is an hydraulic adhesive which made by grinding Portland cement clinker with Pozzolan, or an equal mixture of Portland cement powder and powder Pozzolan during milling or mixing. PPC to achieve the strength it took relatively more slowly than other portland cement, although the ultimate PPC strenght achieved equal or perhaps greater than that made from portland cement. In this research, water cement ratio which is used variation from 0,30 0,3; 0,35; 0,45; 0,55; 0,65; 0,75; and 0,8 also observed the influent of compressive strength, splitting tensile strength, and flexural strength concrete using SPP. Compressive strength, splitting tensile strength and flexural strength test is done on 7, 14, and 28 days.
The test result is processed by two methods which are average method and chi square method for comparing the best accuracy method. Compressive strength, splitting tensile strength, and flexural strength increase following concrete age on all water cement ratio. However, increasing water cement ratio is inversely with compressive strength, splitting tensile strength, and flexural strength. Increasing compressive strength will be followed by splitting tensile strength and flexural strength so that increasing splitting tensile strength will follow increasing flexural strength."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50594
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pramudia Widaryanto
"Portland Composite Cement (PCC) merupakan campuran clinker dan bahan mineral tambahan seperti fly ash, pozzolan, dll. Produksi semen PCC yang lebih sedikit mengandung clinker ini dapat mengurangi ketergantungan terhadap clinker yang produksinya semakin berkurang. Seiring beredarnya semen PCC di pasaran, beton dengan semen PCC perlu diuji kekuatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai-nilai kuat tekan, kuat tarik belah, dan kuat lentur beton menggunakan semen PCC. Beton didesain dengan menggunakan faktor air semen 0,3; 0,35; 0,45; 0,55; 0,65; 0,75; dan 0,8. Pengujian dilakukan pada umur 7, 14 dan 28 hari.
Hasil pengujian diolah dengan metode rata-rata dan metode chisquare. Hasil pengolahan data menunjukkan metode chi-square menghasilkan data yang lebih akurat dengan jumlah error yang lebih sedikit. Grafik yang dihasilkan menunjukkan hubungan antara kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur dengan umur adalah berbanding lurus. Sedangkan hubungan antara kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur dengan FAS adalah berbanding terbalik. Dengan membandingkan kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur didapatkan hubungan kuat tekan dan kuat lentur adalah fr = 0,623 _ fc?, hubungan kuat tekan dan kuat tarik belah adalah ft = 0,656 _ fc?, dan hubungan kuat tarik belah dan kuat lentur adalah fr = 0,948 _ ft.

Portland Composite Cement (PCC) is a mixture of clinker and mineral additions such as fly ash, pozzolan, etc.. PCC's production which contain fewer clinker, can reduce the dependence on clinker, whose the production has decreased. Along the spread of PCC in the market, concrete using PCC need to be tested. This study aimed to obtain the values of compressive strength, splitting tensile, and flexural strength of concrete using PCC. Concrete is designed with water cement ratio 0,3; 0,35; 0,45; 0,55; 0,65; 0,75; dan 0,8. Tests are performed at the age of 7, 14 and 28 days.
The test results are processed by average method and chi-square method. Data processing results show chi-square method produces more accurate data with a smaller number of errors. The resulting graphs show the relationship between compressive strength, splitting tensile and flexural strength is directly proportional to the age. While the relationship between compressive strength, splitting tensile and flexural strength is inversely proportional to the water cement ratio. By comparing the compressive strength, splitting tensile and flexural strength, we can also obtain the relationship between compressive and flexural strength is fr = 0,623 _ fc?, the relationship between compressive and splitting tensile strength is ft = 0,656 _ fc?, and the relationship between splitting tensile and flexural strength is fr = 0,948 _ ft.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50641
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raina S. Dryana
"Skripsi ini membahas tentang pengaruh faktor air semen (FAS) terhadap kekuatan tekan, tarik belah, dan tarik lentur beton normal yang dibuat menggunakan semen tipe Ordinary Portland Cement (OPC). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan adanya gambaran hubungan antara kekuatan, umur dan FAS beton dengan semen portland tipe I yang digunakan untuk berbagai tujuan namun keberadaannya mulai tergantikan dengan semen tipe baru. Penelitian dilakukan melalui pengujian di laboratorium dengan membuat benda uji silinder beton diameter 100 mm dan tinggi 200 mm untuk uji kuat tekan sebanyak 105 buah, silinder beton diameter 150 mm dan tinggi 300 mm untuk uji kuat tarik belah sebanyak 105 buah, dan balok untuk uji kuat lentur dengan ukuran 150 mm x150 mm x 600 mm sebanyak 63 buah.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semakin besar nilai FAS maka kekuatan beton yang diperoleh baik kuat tekan, kuat tarik belah, dan kuat lentur akan semakin menurun karena jumlah semen sebagai sumber kekuatan beton juga berkurang. Pengolahan data menggunakan dua metode statistik yaitu metode nilai rata - rata dan metode chi square yang menghasilkan hubungan untuk beton umur 28 hari: kuat tekan (fc - ) dengan kuat lentur (fr) adalah : fr=0.656?fc - kuat tarik belah (ft) dengan kuat lentur (fr) adalah : fr=0.967ft kuat tekan ((fc - ) dengan kuat tarik belah (ft) adalah : ft=0.666?fc - .

The focus of this study is about the effect of water cement ratio (FAS) on the compressive strength, splitting tensile strength, and flexural strength of normal concrete made using Ordinary Portland Cement (OPC). The background of this research is the need for illustrating the correlation between concrete strength, age and FAS with OPC which is used for many purposes but its existence began to be replaced with other Portland cement. This research through attempt in laboratory by making 105 samples concrete cylinder with diameter of 100 mm and 200 mm height for compressive strength test, 105 samples cylinder with diameter of 150 mm and 300 mm height for splitting tensile strength test and 63 samples beam for flexural strength test with size 150 mm x 150 mm x 600 mm.
The result shows that the greater value of FAS, the concrete strength obtained compressive strength, splitting tensile strength, and flexural strength will also decrease because the amount of cement concrete as a source of strength is also reduced. Processing data was using two statistical methods which is average value method and chi square method, produced the relationship for 28 days of concrete age : compressive strength (fc') and flexural strength (fr) : fr=0.656?fc' splitting tensile strength (ft) and flexural strength (fr) : fr=0.967ft compressive strength ((fc') and splitting tensile strength (ft) : ft=0.666?fc'.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50642
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eric Christian G.
"Seiring dengan semakin berkembangnya taraf hidup manusia, kebutuhan akan sarana dan prasarana penunjang kehidupanpun semakin meningkat. Sebagai contoh kebutuhan manusia akan bangunan bertingkat, jalan, bendungan, instalasi pengolah limbah, dan lain-lain. Untuk menjawab tuntutan tersebut, konstruksi beton merupakan salah satu altematif pemecahan. Pada saat ini beton sangat diminati karena relatif kuat, mudah dibentuk, dan ekonomis. Lingkungan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia memiliki karakteristik masing-masing. Karakteristik tersebut meliputi sifat fisika, kimia dan biologis. Sebagai contoh air rawa memiliki kandungan asam dan zat organik yang tinggi. Sedangkan air laut memiliki kadar Cl- dan S042-' yang tinggi. Karakteristik yang demikian dapat saja merugikan kehidupan manusia, misalnya merusak material penunjang kehidupan. Beton dalam mendukung kebutuhan hidup manusia, tidak jarang bersentuhan dengan lingkungan. Lingkungan (air) yang mengandung ion-ion agresif perusak beton maka akan menimbulkan dampak negatif pada beton. Semakin rendah mutu beton, maka semakin tinggi angka permeabilitasnya. Jika angka permeabilitas tinggi maka air yang mengandung ion-ion agresif akan mudah masuk dan menyerang beton. Ion-ion perusak beton akan menyebabkan perubahan struktur mikro beton. Perubahan struktur mikro akan meyebabkan perubahan pada karakteristik beton.
Metode yang akan dilakukan adalah dengan melakukan tes permeabilitas beton untuk mendapatkan angka permeabilitas beton dan XRD untuk melihat struktur mikro beton berupa persenyawaan yang terbentuk dalam beton serta XRF untuk menentukan prosentase terbentuknya senyawa tersebut. Semua ini dilakukan pada beton sebelum maupun sseudah direndam dengan air rawa atau air laut. Beton yang digunakan di sini adalah beton K150, K350, dan K500. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh air rawa dan air laut terhadap karakteristik beton (angka permeabilitas dan struktur mikro) serta untuk mengetahui besar pengaruh antara air rawa dengan air laut terhadap beton.
Hasil yang diperoleh adalah untuk beton K350 dan K500 mengalami pembesaran angka permeabilitas setelah direndam air rawa atau laut. Namun untuk K150, beton mengalami pengecilan angka permeabilitas yang diperkirakan karena proses fisik berupa tersumbatnya pori-pori beton dengan partikel padat lebih banyak berpengaruh dibanding proses kimia berupa bereaksinya ion-ion dalam air dengan unsur-unsur dalam beton. K350 mengalami pembesaran sebesar 1148,387 % setelah direndam air rawa dan 1127,844 % setelah direndam air laut. K500 mengalami pembesaran sebesar 2077,22 % setelah direndam air rawa dan 1016,211 % setelah direndam air laut. Sedangkan K150 mengalami pengecilan sebesar 7,535 % setelah direndam air rawa dan 85,437 % setelah direndam air laut. Penelitian ini akan menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pengaruh air tercemar terhadap struktur mikro beton dan angka permeabilitas beton mengingat banyak konstruksi beton yang kontak dengan air tercemar, misalnya air laut dan air rawa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>