Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63959 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fatimah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya penyelenggaraan pelayanan kebersihan di Suku Dinas (Sudin) Kebersihan Jakarta Timur. Secara khusus hal-hal yang diidentifikasi adalah struktur dan alokasi biaya penyelenggaraan pelayanan kebersihan, besarnya biaya satuan, dan tingkat kemampuan pelayananSudin Kebersihan, serta gambaran mengenai kinerja (efisiensi) pusat biaya produksi (yang menjadi penyelenggara pelayanan kebersihan) di Sudin Kebersihan Jakarta Timur. Sebagai bahan masukan untuk pengambil keputusan untuk menuju efisiensi dan efektifitas pembiayaan.
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitik. Pengamatan lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi kesiapan Sudin Kebersihan sehubungan dengan dilakukannya analisa biaya, disamping itu dilakukan pula wawancara dengan pegawai yang berhubungan langsung dengan pusat produksi (penyapuan, pengangkutan, dan penanganan air kotor) untuk mendapatkan rata-rata waktu pelayanan sebagai dasar bagi perhitungan kapasitas output Sudin Kebersihan.
Data biaya menggunakan data historis dari pengeluaran selama Januari-Desember 2001. Analisa biaya yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi Sudin Kebersihan Jakarta Timur, terutama dalam hal ketersediaan informasi yang dibutuhkan. Distribusi biaya dari pusat biaya penunjang, ke pusat biaya prorduksi menggunakan step down method.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kondisi sistem pencatatan di Sudin Kebersihan belum dipersiapkan untuk dilakukan analisa biaya. Struktur biaya menunjukkan, bahwa 24.56% total biaya digunakan untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan, dan dari jumlan tersebut biaya pegawai menyerap 17,56% (terdiri dari gaji : 15,02%, dan insentif : 2,54%) . Alokasi biaya menggambarkan, bahwa pusat biaya penunjang memperoleh alokasi 56,25%, dan pusat biaya produksi 43,75%. Biaya satuan yang didapatkan tanpa investasi untuk pusat biaya penyapuan sebesar Rp 11.983.656,00 per output; untuk pengangkutan sampah sebesar Rp 11.954,00 per; output; dan Penanganan Air Kotor (PAK) sebesar Rp 192.321,00 per output.
Komponen biaya yang dominan dalam membentuk biaya satuan ini pada umumnya adalah biaya pegawai (terutama gaji). Kinerja pusat pada produksi berdasarkan pencapaian kapasitas output, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut bahwa untuk pusat biaya penyapuan efisien, pusat biaya pegangkutan sampah sudah cukup efisien, sedangkan Penanganan Air Kotor (PAK) cenderung masih belum efisien.
Dengan basil tersebut, maka saran yang dapat diajukan untuk Sudin Kebersihan adalah : Sudin Kebersihan harus mulai memperbaiki sistem pencatatan yang ada untuk mendukung proses analisa biaya; mempertahankan keberadaan pusat-pusat biaya yang sudah ada, dengan rnengupayakan meningkatkan efisiensi dengan cara meningkatkan utilitas atau memanfaatkan sumber Jaya yang telah ada, salah satunya adalah dengan mengoptimalkan pengoperasikan penggunaan kendaraan pengangkut sampah dengan menambah jumlah pegawai supaya tidak ada lagi sampah yang tidak terangkut.
Saran yang dapat diajukan ke Dinas Kebersihan adalah agar menyiapkan suatu sistem informasi yang real di Sudin Kcbersihan untuk mendukung dilakukannya analisa biaya; menyiapkan standar pelayanan kebersihan yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan biaya satuan normatif."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T1819
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tita Dewi Sugiartin
"Investor melakukan investasi dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan dari tingkat pengembalian yaitu berupa capital gain dari kenaikan harga saham dan deviden. Dalam pasar modal, instrumen investasi mengandung unsur ketidakpercayaan ataupun resiko. Resiko ini disebabkan karena harga saham senantiasa berubah dan tidak dapat diprediksi secara tepat akibat pergerakannya yang fluktuatif.
Nilai (value) suatu perusahaan dapat ditentukan dari kinerja keuangan perusahaan tersebut selama periode tertentu. Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menilai suatu perusahaan seperi PER (price to earning ratio), ROI (return on investment), ROE (return on equity), ROA (return on aseO, EVA (economic value added), dan MVA (market value added) suatu metode yang tergolong bare.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan metode ROI, EVA dan MVA. Industri farmasi dipilih sebagai objek penelitian. Terdapat 9 perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan publik di industri ini, yakni Daria-Varia Labolatoria, Indofarma, Kimia Farma, Kalbe Farma, Merck, Pyridam Farina, Shering Plough, Bristol-Myers dan Tempo Scan. Kurun waktu yang dipilih dalam penelitian ini dari tahun 2003 hingga tahun 2005.
Dui basil perhitungan ROI diperoleh bahwa semua perusahaan pads industri farmasi memiliki nilai 1Z 01 yang berfluktuasi. Sepanjang periode penelitian Merck menghasilkan nilai RQl tertinggi dibandingkan perusahaan lain. Nilai ROl terendah selam dua tahun berturut-turut (2004-2005) dicapai oleh Schering Plough. Berdasarkan perhitungan kinerja menggunakan EVA , sepanjang tahun 2003-2005 Kalbe Farma, Merck, Bristol-Myers dan Tempo Scan yang memiliki nilai EVA positif. lndofarrna menghasilkan nilai EVA positif pada tahun 2004 dan 2005. Darya-Varia menghasilkan nilai EVA positif baru pada tahun 2005. Seiebihnya nilai EVA yang dimiliki perusahaan lain mencatat angka negatif_ Pyridam Farma memiliki nilai EVA terendah sepanjang periode penelitian. Perhitungan kinerja dengan menggunakan MVA menghasilkan bahwa nilai MVA tertinggi dicapai oleh Darya-Varia. Posisi kedua dicapai oleh Kalbe Farma. Nilai MVA perusahaan ini terus meningkat berbeda dengan perusahaan lain yang nilainya fluktuasi. Nilai MVA terendah dicapai oleh Pyridam Farma yang sepanjang tahun 2003-2005 rnemiliki nilai MVA negatif. Hal ini menyiratkan bahwa perusahaan ini tidak mampu menciptakan nilai secara internal maupun ekstemal.
Perhitungan kinerja dengan menggunakan ROI menghasilkan penilaian yang sederhana karena hanya melibatkan komponen laba bersih dan total assets. Penilaian ini hanya berdasarkan pada laba secara akutansi sehingga sulit untuk mengetahui apakah perusahaan berhasil menciptakan nilai. Sementara perhitungan kinerja berdasarkan EVA dan MVA mampu menggambarkan kondisi riel perusahaan karena dalam kedua metode tersebut melibatkan perhitungan biaya modal atas investasi yang dilakukan sehingga dapal dikelahui apakah perusahaan malnpu menciptakan return alas investasi yang telah ditanamkan.

Investors do some investment with a goal to gain earnings from repayment level which is capital gain of increasing share and dividend price. In capital market, instrument of investment have a distrust or doubt or risk point. This risk has been caused by share price that always changing continuously and not be able to predict w exact amount for vary moves.
Value of company can be seen freedom company's finance performance in some period of lime. There are some methods that can be used to calculate the company's value such as PER (Price to Earnings Ratio), ROI (Return On investment), ROE, (Return On Equity) ROA(Return On Asset), EVA (Economic Value Added and MVA (Market Value Added).
This study is aimed to evaluate the firm?s performance using methods of ROl, EVA and MVA. Pharmacy industry is chosen as observation object. There are 9 firms that registered at BEI in this industry, such as Darya-Varia Labolatoria, Indofarma, Kimia Parma, Kalbe Farina, Merck, Pyridam Farina, Schering Plough, Bristol-Myers Squibb and Tempo Scan Pacific. The period that is chooser for the study is started from 2003 to 2005.
All firms in this industry have fluctuate movements using ROI method. During certain period (2003-2005), Merck have highest ROI compared by others. Schering Plough achieve the lowest within 2 period (2004-2005). During 2003 to 2005 by using EVA
Method, Kai/re Farina, Merck, Bristol-Myers and Tempo Scan have positive EVA. lndojar ma get improvement and have positive EVA in 2004 and 2005. Darya-Varia achieves positive EVA in 2005. The others only have negative EVA. During period of this study Pyridam Farina get the lowest EVA. Using MVA method, Darya-Varia achieves the highest EVA. The other side, Kalbe Farma as second position get positive EVA and increasing year by year. The lowest position is achieved by Pyridam Farina. It shows that Pyridam not able to create value internally and externally.
Evaluating performance using RDI is the simple evaluation. This method is just involved net income and total assets. ROl is based accounting profit and d cult to know whether the firms are able to create value or not. Whereas, using EVA and MVA method as evaluating performance are able to give real performance of the firm because that method is involve the calculation on capital cost of investing. Therefore the return of invested capital can be known."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Djuwita
"Industri jasa telekomunikasi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan suatu industri tidak lerlepas dari persaingan para pelaku di dalamnya. Slruktur industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan aturan permainan.
Telekomunikasi merupakan wahana yang menghubungkan seseorang dengan orang lain melalui media telekomunikasi. Sesuai dengan fungsinya tersebut, maka jika diidentifikasi ada beberapa jasa pengganti yang dapat mengambil alih Cungsi tersebut Bari jasa telekomunikasi, salah satunya adalah jasa transportasi.
Kondisi seperti ini mengakibatkan terjadinya persaingan dalam lingkungan bisnis yang kompetitif. Upaya yang dapat dilakukan perusahaan untuk memenangkan persaingan adalah dengan meningkatkan kinerja perusahaan, karena sebagai perusahaan yang telah go public, bail; buruknya kinerja perusahaan akan mempengaruhi nilai perusahaan tersebut di mala investor.
Kekayaan pemegang saham ditentukan oleh internal performance dan external performance. Variabel yang digunakan untuk mengukur internal performance perusahaan dapat dihitung berdasarkan prinsip-prinsip accounting based atau economic based. Return on investment (ROI) merupakan salah satu ukuran infernal performance yang perhitungannya mendasarkan pada prinsip akuntansi, sedangkan economic value added (EVA) jugs lermasuk ukuran internal performance yang dihitung berdasarkan prinsip ekonomi. Kinerja eksternal perusahaan dapat diukur dengan menggunakan marker value added (MVA), vaitu metode yang tergolong baru berdasarkan pada value based management. Penentuan shareholders value creation dengan menggunakan metode MVA dilakukan melalui usaha dan keputusan yang dibuat oleh pihak manajemen perusahaan dalam menginvestasikan modal yang dipercayakan invest.
Jika perusahaan menunjukkan kinerja yang balk dari waktu ke waktu, maka book value perusahaan tersebut akan meningkat, dan kemungkinan investor akan menawar saham perusahaan tersebut dengan harga yang tinggi dengan harapan memperoleh earning yang tinggi di masa yang akan datang, sehingga menyebabkan marker value perusahaan meningkat. Bila marker value perusahaan dibandingkan dengan modal yang dikoniribusikan oleh investor menunjukkan hasil yang positif (the excess price tag), hal itu merupakan akibat dari keberhasilan operasi pada masa yang lalu atau dengan kata lain merupakan hasil kinerja yang baik.
Penelitian ini bermaksud untuk menguji kembali pengaruh antara ROI dengan MVA dan anlara EVA dengan MVA. Konsep EVA memang menawarkan banyak kelebihan dalam mengukur penciptaan nilai suatu perusahaan, tetapi perlu diteliti apakah konsep EVA tersebut dapat diterapkan oleh investor di Indonesia.
Perusahaan yang dijadikan sampel adalah 10 perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta yang termasuk dalam kategori sektor jasa yang terdiri dad 3 perusahaan yang bergerak dalam industri telekomunikasi dan 7 perusahaan dalam industri Transportasi.
Perhilungan return on investment (ROI) masing-masing perusahaan untuk periode 2003-2005 dengan menggunakan data yang berasal dari laporan keuangan masing-masing perusahaan pada periode 2003-2005. Economic Value Added (EVA) masing-masing perusahaan untuk periode 2002-2005 dihitung dengan terlebih dahulu menghitung net operating profit after taxes (NOPAT), invested capital, dan cost of capital. Sedangkan perhitungan market value added (MVA) masing-masing perusahaan untuk periode 2003-2005 dapat dilakukan dengan lebih dahulu menghitung marker value dan invested capital. Selanjutnya dilakukan uji korelasi, uji regresi, dan uji koefisien korelasi antara ROI dengan MVA dan antara EVA dengan MVA.
Hasil perhitungan kinerja masing-masing perusahaan berdasarkan metode ROI menunjukkan bahwa PT. Indonesian Satellite Corporation mencapai ROI tertinggi yaitu sebesar 23,34% pada tahun 2003 sedangkan ROI terendah dihasilkan oleh PT. Mitra Rajasa yaitu sebesar -32,79%, PT. Infoasia Teknologi Global pada tahun 2004 mencapai ROI tertinggi sebesar 12,01%, sedangkan PT. Steady Safe menghasilkan ROI terendah sebesar -20,04%. Pada tahun pengamatan 2005 ROI tertinggi dicapai oleh PT. Telekomunikasi Indonesia sebesar 12,86%, dan pada tahun tersebut PT. Steady Safe kembali menghasilkan ROI terendah sebesar negatif 16,84%.
Hasil perhitungan kinerja masing-masing perusahaan berdasarkan metode EVA menunjukkan bahwa standardised EVA terbesar pada tahun 2003 yaitu sebesar 0,6449 dicapai oleh PT. Indonesian Satellite Corporation. Sedangkan Standardised EVA terendah tahun 2003 dicapai oleh PT. Mitra Rajasa dengan nilai sebesar -0,2518. PT. Infoasia Teknologi Global pada tahun 2004 menghasilkan standardised EVA tertinggi sebesar 0,1467, sedangkan PT. Steady Safe menghasilkan standardised EVA terendah sebesar -0,4389. selanjutnya pada tahun 2005 PT. Samudra Indonesia menghasilkan standardised EVA terbesar sebesar 0,1148 dan PT. Mitra Rajasa menghasilkan standardised EVA terendah yaitu sebesar -0, 2176.
Hasil perhitungan kinerja masing-masing perusahaan berdasarkan metode MVA menunjukkan bahwa standardised MVA terbesar pada tahun 2003 dicapai oleh PT. Steady Sale dengan nilai standardised MVA sebesar 3,3137, sedangkan pada tahun 2004 standardised MVA terbesar dicapai PT. Infoasia Teknologi GIobal sebesar 3,7904 dan pada tahun 2005 standardised MVA PT. Steady Safe sebesar 3,1601. Sedangkan standardised MVA terendah selama periode penelitian dicapai oleh PT. Humpuss Intermoda Transp. sebesar -0,6886 pada lahun 2003, kemudian untuk tahun 2004 standardised MVA terendah dicapai oleh PT. Centris Multi Persada yaitu sebesar -0,6266 dan pada tahun 2005 dicapai oleh PT. Mitra Rajasa yai lu sebesar -0,5874.
Hasil perhitungan kinerja perusahaan dengan ketiga metode (ROI, EVA, dan MVA) dapat dikelompokkan menjadi empat model, yaitu model A yang mans baik ROI atau EVA maupun MVA bemilai positif, model B yang mana ROI atau EVA bernilai negalif sedangkan MVA bemilai positif, model C yang mana ROI alau EVA bemilai positif sedangkan MVA bemilai negatif, serta model D yang mana bail: ROI atau EVA dan MVA bemilai negalif.
Berdasarkan uji korelasi diperoleh hasil bahwa terdapat korelasi yang lemah dan searah antara ROI dengan MVA dan antara EVA dengan MVA Sedangkan uji regresi menunjukkan hasil bahwa baik ROI maupun EVA tidak mempengaruhi MVA.

Nowadays, the telecommunication industry has grown very rapidly. The grow f an industry always influenced by the contribution degree of its players. The industrial structure also has a great affect on determining the rules of the game.
The telecommunication is a mean to connect a person to the others through a communication medias. As the function to connect people, there are several services that able to take over it function, such as: the transportation services.
This leads to the competitiveness within the competitive business environment. The effort which the company could take in order to win this competition is to keep its performance rising, because as a public company, its performance will affect its value investor's eyes.
The shareholders' wealth are measured by internal performance and external performance. The variables used as internal performance yardsticks are can be calculated using either accounting based or economic based. Return on investment (ROI) is one of the internal performance measurements using the principals of accounting, whilst the EVA also is one the internal performance measurements using the principals of economics. External performance of company is measured by market value added (MVA). MVA is new method using value based management. In management's attempts and decision making to Increase shareholder value as measured by the market value of a company, they continuously influence, directly or indirectly, those variables that affected shareholder wealthy.
The company's performance increasing significantly, the book value of company will also increase, and the probability of investor bargain for its stocks on higher price to earn more capital gain and dividend will increase too, and it makes the company's market value increases. As this occurs, the different between the company's market value and the capital contributed-by investors (MVA) represents the excess price tag the marker assigns to the company as a result of it past operating successes.
This research goal is to test again the relationship between R01 with M VA and EVA with MVA. The EVA concept offer many advantages in estimating the value of the company, but it requires further observation whether the concept can be applied by investor in Indonesia.
The company's sample are 10 companies that listed in Jakarta Stock Exchange and from service sector, there are 3 companies of telecomunication industry and 7 companies of transportation industry.
The calculation of return on investment (ROI) in each of companies in 2003-2005 can be had by using each of companies finance report in its time. Economic Value Added (LVA) of each company /or periocle 2002-2005 have to he calculated first by compute net operating pro/it after tares (NOPA1). invested capital, and cost of capital, And calculation of market value added (MVA) ,for each company jbr periode 2003-201)5 can he done by calculating market value and invested capital. Furthermore. we can do correlation rest. Regression test and correlation coeficiency test between ROI and MVA as also between EVA and MVA.
The result of performance calculation of each company shown that PT Indonesian Satellite Corporation reached 29.48% as it is the highest R0I in 2003 while the lowest ROl came from PT. Mirra Rajasa, -32,79%. PT Infoasia Teknologi Global reached highest ROI 12.01% in 2004 and PT Steady Safe resulted the lowest ROI of -20.04%. In analyzing year of 2005, the highest ROI came from PT. Telekomunikasi Indonesia of 12,86%, while in the same year, PT Steady Safe again had the lowest RO1, of-16.84%.
Performance calculation result of each company based EVA method shown that PT. Indonesian Satellite Corporation reached 0,6449 as it is the highest standardized EVA in 2003 while the lowest standardized EVA came from PT. Mitra Rajasa, -0,2518. PT lnfoasia Teknologi Global reached highest standardized EVA 0.1467 in 2004 and PT Steady Safe resulted the lowest Standardized EVA of -0,4389. In analyzing year of 2005, the highest standardized EVA came from PT: Samudra Indonesia of 0.1148, while in the same year, PT. Mitra Rajasa again had the lowest standardized EVA, of -0,2176.
The result of each company's performance based on MVA method shown that the biggest MVA in 2003 was reached by PT. Steady Safe with value of standardized MVA of 3,3137, while the biggest standardized MVA resulted by PT. Infoasia Teknologi Global of 3, 7904 in 2004 and by PT Steady Safe in 2005 as it reached its value of 3,160I. The result also shown that the lowest of standardised MVA during research time was reached by PT. Hwnpuss Internoda Transp. of -0,6886 in 2003, and followed by PT. Centris Multi Persada of -0,6266 in 2004 and PT. Mitra Rajasa of -0,5874 in 2005.
The result of each company's performance based on those method (ROI EVA, and MVA) can be classified into four model, these are A model which is ROI or EVA is positive and so is MVA, B model which is ROI or EVA is negative but MVA is positive, C model which is ROI or EVA is negative but MVA is positive, and D model which is all of RO1, EVA, and MVA are negative.
Based on correlation test, a weak correlation between ROI and MVA as well as EVA and MVA, the relationship are positive. But based on regression test, we come to a conclusion that both ROI and EVA did not influence MVA."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19710
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barizah Ghassani
"Studi literatur yang ada masih memberikan kesimpulan yang bervariasi mengenai pengaruh diversifikasi pendapatan terhadap value dan kinerja bank. Penelitian ini meneliti pengaruh diversifikasi pendapatan yang dilakukan oleh bank terhadap value dan kinerja bank yang menggunakan proksi market to book untuk value dan menggunakan proksi return on equity unuk kinerja. Observasi dilakukan terhadap 16 bank di Indonesia selama kurun waktu 2002-2011. Data yang digunakan merupakan data panel yang bersumber dari data bank terkait. Dengan menggunakan model estimasi Ordinary Least Square - Fixed Effect, didapatkan hasil bahwa diversifikasi pendapatan bank memiliki pengaruh yang signifikan terhadap value dan kinerja bank.

Existing studies still provide various results regarding the impact of revenue diversification of a bank to its value and performance. This research examines the impact of revenue diversification of a bank to its value and performance with using market to book value as a value proxy and using return on equity as a performance proxy. This observation uses Ordinary Least Square - Fixed Effect on 16 banks in Indonesia for period the period of 2002-2011. It is found that bank revenue diversification affects both value and its performance."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S46763
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Gardatama Atmadibrata
"ABSTRAK

Skripsi ini memberikan penjelasan yang komprehensif mengenai Analisis Yuridis Penerapan LPS Rate dalam Simpanan Deposito Terhadap Perlindungan Nasabah yang dihubungkan dengan fenomena banyaknya bank-bank yang menerapkan bunga simpanan deposito diatas ketentuan yang ditetapkan di dalam LPS Rate. Hal ini nantinya dapat membahayakan nasabah dimana simpanannya tidak akan dijaminkan oleh LPS dikarenakan simpanan tersebut dianggap sebagai simpanan tidak layak bayar karena telah menikmati keuntungan yang tidak wajar. Dari permasalahan tersebut maka pokok permasalahan yang dapat ditarik adalah bagaimana pengaturan dan konsep perlindungan nasabah terkait dengan ketentuan LPS Rate di dalam simpanan deposito dan bagaimana implementasi dari pengaturan mengenai LPS Rate terkait dengan simpanan deposito ditinjau dari hukum perbankan di Indonesia.


ABSTRACT

This Thesis Provides a comprehensive explanation about Juridicial Analysis of the application of LPS in the savings deposits rate againts the protection of the customers associated with the phenomenon of large banks that apply interest savings deposits on the conditions set out in the LPS Rate. This can evetually harm the customer where they deposit savings would not be warranted by LPS because the deposits are considered as savings is not worth paying for having enjoyed an unnatural advantage. Of these problems then the principal problem that can be drawn is how is the regulation and customer protection concept is related to the provision of LPS in the savings deposit rate and how is the implementation of the arrangements regarding LPS Rate associated with savings deposits of the Indonesian Banking law

"
Universitas Indonesia, 2014
S56692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Kazhimi
"Sebagai negara berkembang, di Indonesia saat ini sedang marak pelaksanaan pembangunan infrastruktur. Kemudian  Terdapat proyek-proyek infrastruktur (khususnya proyek jalan tol) yang masuk dalam proyek strategis nasional namun memiliki kelayakan yang rendah secara finansial , hal ini menjadi kasus penelitian untuk  memperoleh skenario/skema investasi agar proyek tersebut bisa tetap dapat diimplementasikan sesuai dengan rencana pemerintah. Analisis akan dilakukan dengan melakukan studi kasus yang mendalam tentang proyek Infrastruktur yang memiliki tingkat kelayakan investasi yang rendah di Indonesia. Studi kasus dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang suatu masalah, serta melakukan identifikasi bagaimana solusi/strategi terbaik untuk meningkatkan kelayakan proyek ini agar dapat tetap diimplementasikan serta  mengetahui dampak dari penerapan skenario terbaik terhadap kelayakan finansial nya. Berdasarkan analisis yang dilakukan, pembangunan jalan tol hanya sampai Besuki ternyata merupakan skenario terbaik yang menghasilkan tingkat kelayakan terbaik. Alternatif lain adalah dukungan pemerintah untuk menyelesaikan jalan tol dari Besuki hingga Banyuwangi. Adanya dukungan pemerintah berupa VGF agar jalan tol Probolinggo Banyuwangi dapat terhubung dan memberikan tingkat pengembalian investasi yang menguntungkan bagi investor, dalam hal ini Badan Usaha Jalan Tol.

As a developing country, Indonesia is currently rampant in implementing infrastructure development. However, there are infrastructure projects (especially toll road projects) that are included in the National Strategic Project (PSN) but have low financial feasibility. Despite this, they are economically and socially politically feasible, and require a particular strategy to ensure the project can still be implemented. The analysis will be conducted by conducting in-depth case studies on infrastructure projects with low investment feasibility in Indonesia. These case studies aim to obtain a clear picture of the problem and identify the best solution/strategy to improve the feasibility of the project, enabling its implementation. Additionally, the impact of implementing the best scenario on its financial feasibility will be determined. Based on the analysis results, shortening the toll road segment is the best scenario that offers the highest financial feasibility. The second alternative involves seeking construction support from the Government to complete the toll road from Besuki to Banyuwangi, which represents the final stretch of the toll road on Java Island. The provision of VGF (Viability Gap Funding) in the form of construction support aims to facilitate the connection of the Probolinggo-Banyuwangi toll road and ensure a profitable rate of return on investment for Toll Road Business Entities, who are the investors in this project."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Fajarina
"Dari sekitar 400 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Islamic Index (JII) sebagai indeks saham syariah hanya menempatkan 30 saham pada indeksnya. Di luar 30 saham tersebut, masih terdapat saham-saham yang dapat dikategorikan syariah. Namun karena bukan termasuk saham dengan nilai kapitalisasi pasar yang besar, maka saham-saham tersebut tidak terdaftar pada JII.
Interview dilakukan kepada pihak Bapepam-LK, DSN-MUI, DIM, serta BEI, juga dilakukan penyebaran kuisioner kepada emiten JII. Kemudian dilakukan analisis pada data debt to equity ratio (DER). Berdasarkan interview, kriteria debt to equity ratio (DER) tidak langsung diterapkan begitu ada Fatwa DSN-MUI No:20/DSN-MUI/IV/2001 tentang kondisi emiten yang tidak layak untuk diinvestasikan oleh Reksa Dana Syariah, karena pada pertengahan tahun 1997 dimana terjadi krisis moneter, banyak perusahaan terlilit utang dalam mata uang asing.
Hingga sampai saat ini banyak yang menderita kerugian kurs. Masih sulit jika kriteria DER maksimum 82% diterapkan. Namun sejak Januari 2008, kriteria berdasarkan Fatwa DSN-MUI No:20/ DSN-MUI/ IV/2001 mulai diterapkan, karena pada November 2007 Bapepam-LK mengeluarkan Daftar Efek Syariah (DES) dengan kriteria yang disesuaikan dengan Fatwa DSN-MUI No:20/DSNMUI/ IV/2001.
Hasil analisis DER mengindikasikan bahwa sebelum terbit DES, kriteria yang ditetapkan untuk JII, tidak sepenuhnya diterapkan. Sedangkan hasilb kuisioner mengindikasikan dampak positif yang diperoleh emiten karena sahamnya terdaftar pada JII.

There are about 400 stocks in Jakarta Stocks Exchange (JSE), and 30 of them included in Jakarta Islamic Index (JII). Besides those 30 stocks there are other stocks that could be included as sharia stocks. Because of their lower market capitalization, those stocks are not listed in JII. Interview was held on Bapepam-LK, DSN-MUI, DIM and BEI.
Questionaire was also held to JII emiten. Next step is to analyze debt to equity ratio. Based on the interview, the criteria of debt to equity ratio (DER) were not directly applied after Fatwa DSN-MUI No:20/DSN-MUI/IV/2001 about the emiten condition that were not deserve to be invested by Reksa Dana Syariah, because there were monetary crisis in the middle of 1997, many companies have trouble with loan in kurs.
Until now there are many companies that suffering the kurs loose. It is still difficult if the DER criteria are 82% applied. But since January 2008, the criteria based on the Fatwa DSN-MUI No:20/ DSN-MUI/IV/2001 were starting applied, because in November 1997 Bapepam-LK released Daftar Efek Syariah (DES) with the criteria which is matched with Fatwa DSNMUI No:20/DSN-MUI/IV/2001.
The decision of the DER analysation indicated that before DES released, the criteria for JII were not applied generaly. On the other side, the quisionire shows the positif impact that emiten get because their shares were registered in JII."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T24318
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Christanto Yanuar S.
"ABSTRAK
Suatu investasi selain mengharapkan return di masa mendatang juga melekat unsur resiko adanya ketidakpastian. Pada Capital Asset Pricing Model oleh Sharpe (I964), Linmer (1965) dan Black (1972), dinyatakan bahwa portfolio paw yang efisien membuktikan adanya penganih positif antara faktor excess market return (beta) terhadap rata-rata return saham.
Banyak pcnclitian menantang argumen hanya beta yang merupakan premi resiko (risk premium) bagi return saham. Banz. (1981), Bhandari (1988), Basu (1983), dan Rosenberg, Reid, dan Lanstein (l985),Daniel dan Titman (1997), menemukan karakteristik perusahaan yaitu ukuran perusahaan, leverage, rasio earnings/price (E/P), dan rasio book-to-market equity memainkan peranan penting dalam return saham cross-sectional dibanding oleh premi resiko (riskpremium).
Konsisten dengan ?resiko iilndamental? dari efek size dan BMME, FF(l993) mengembangkan 3 faktor asset pricing model yang menghubungkan rata-rata return ponofolio setelah dilcurangi tingkat bunga bebas resiko terhadap 3 faktor: i). excess market return, ii). size e@ect (SMB) dan iii). book-to-market eject (HMI). Hasil dari penclitian Fama dan French (1993) menunjukkan bahwa size dan BE/ME sesungguhnya proksi bagi sensitivitas faktor resiko dalam retum saham.
Penclitian tzrhadap saham pemsahaan non-tinansial yang terdaiiar di Bursa Efek Jakarta periode 1998 - 2002 menunjukkan pada saham size kecil, model tign faktor Fame dan French lebih memiliki pengnruh signifiknn terhadap rata-rata return saham dibandingkan dengan variabel excess market return dalam model CAPM. Sedangkan sallam dengan size besar, model tiga faktor Fama dan French memillki pengaruh signitikan terhadap rata-rata return Saham dibandingkan dengan model CAPM. Pads saham size bcsar dan rasio PBV tinggi serta medium, model tiga fakior Fama dan French tidak mcmiliki pengamh signiflkan terhadap mta-rata return saham dibandingknn dengan model CAPM.
Sehingga disimpulkan bahwa model tiga faktor Fama dan French hanya memiliki pengamh terhadap return portfolio saham dengan ukuran perusahaan besar dan memiliki rasio PBV lendah. Sedangkan model CAPM lebih memiliki pengnruh signiiikan pada retum portfolio saham dengan ukuran perusahaan bcsar dan memiki rasio PBV tinggi dan medium.

Investor will not ont) get expected return jbr their investment, but their investment will fbllow by uncertainty risk factor. CAPM by Sharpe (1964), Lintner (1965) dan Black (I 9 72) defined investor as risk-averter so their model stated in efficient market portfolio has a positive and significant relationsh¢ between beta (systematic risld and average return saham.

ABSTRACT
Much research argue that not only beta (risk premium) influence return saham. In US Stock exchange. Average cross section saham has a weak relationshhv with market bm Bw (1981), Bhandarf (1988), emu (1983), and Rosenberg Reza and Lanstein (1985) Daniel dan Tltrnan (I99D jbund thatfirm characteristics like size or market equity, leverage, E/P rattb and BME ratio have a significant role in average rerun saharn cross-sectional, than common jizctor risk pnemium.
Consisterzt with jitrtdamental risk eject fiom ska and BE/AE, FF (1993) developed 3 factors as common factors in as-set pricing model: excess return market pargblia, book-to-market eject (SHE) whtbh is digenence between return big and small stocks poryblio and sake eject (HMI) which is dwzrence between return high and low PBVBE/ME stocks porg%lio. This model explain that size and BE/ME is the real proxy _kr risk factor in stock return.
This research in nonfinancthlfirms continoue listed in Jakarta stock exchange from I 997-2002 is to _find out relationship between CAPM model and 3 factors FF with average stock return that qualified based on size and PBVrmio.
Stocks with small sake has a significant relationship with 3 factors FF and have bigger contribution _/br average return than beta variabel in CAPM Only stocks with big size and low PBV ratio has a significant relationshqv with 3 factors FF and have bigger contribution for average retum than beta varlabel in CAPMBut stocks with big size and high and medium PBI? ratio has not significant relationshqu with 3 factors FF and have not contribution jbr average return than beta varzabel in C/IPM in szanmam 3 factor FF only has a sigzgficant relationshhz to portfolio stocks return with big she and low PB V ration. CAPM model has a signyicant nelationshzp to porthlio stocks return with big size and high and medium PBV ratzb.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T34450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Rizky Fauzi
"Penelitian ini bertujuan menganalisis perilaku data intrahari pada saham syariah di Jakarta Islamic Indeks yang meliputi pembentukan pola regularitas intrahari, keberadaan fenomena volatilitas yang persistence dan gejolak volatilitas yang asimetris, serta hubungan kausalitas antara volume perdagangan dan bid-ask spread terhadap volatilitas. Keluarga model ARCH/GARCH digunakan untuk menjelaskan fenomena volatilitas. Sementara hubungan kausalitas dianalisis dengan uji kausalitas Granger. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola regularitas intrahari saham syariah umumnya mengikuti pola regularitas intrahari saham konvensional. Kemudian fenomena volatilitas yang persistence dan gejolak volatilitas yang asimetris secara intrahari dapat ditangkap pada sebagian besar sampel. Sedangkan uji kausalitas Granger mengindikasikan bahwa perubahan volume perdagangan dan bid-ask spread secara bersama memengaruhi volatilitas return.

This study aims to analyze the behavior of intraday data on Sharia stocks within Jakarta Islamic Index, covering the intraday regularity patterns, the phenomenon of volatility shock persistence and asymmetric shocks volatility, and also the causal relationship between trading volume and bid-ask spread to the volatility. Family models of ARCH/GARCH are used to describe the volatility phenomenon. While causal relationship is analyzed by Granger causality test. The results show that intraday regularity patterns of Sharia stocks generally follow intraday regularity patterns of conventional stocks. Then the volatility shock persistence and asymmetric shocks volatility are exist in most of samples. While Granger causality tests indicate that changes in trading volume and bid-ask spread together influence the volatility of returns."
Depok: Program Sarjana Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S45382
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Pasca Putri Quitrine
"Biaya penyelenggaraan pensiun diduga merupakan objek pajak. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis penyebab timbulnya sengketa pajak terkait biaya penyelenggaraan pensiun dalam perhitungan Pajak Penghasilan Badan PT Taspen (Persero) Tahun Pajak 2012. Penelitian ini merupakan Penelitian Doktrinal dengan pendekatan kualitatif untuk menghasilkan pemahaman mengenai sengketa pajak terhadap biaya penyelenggaraan pensiun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mengelola hasil investasi akumulasi iuran pensiun yang menjadi biaya penyelenggaraan pensiun, Taspen berpedoman kepada peraturan yang berlaku dimana Taspen melakukan investasi menjadi beberapa bentuk yakni deposito, saham, obligasi, penyertaan langsung, reksa dana, investasi infrastruktur, dan medium term notes. Berdasarkan peraturan menteri keuangan tersebut terkait pengenaan pajak atas hasil investasi pengelolaan dana akumulasi iuran pensiun tersebut tidak dikenakan pajak karena dana tersebut digunakan sebagai modal awal lembaga pengelola dana pensiun dalam menyelenggarakan pembayaran pensiun dengan tidak membebani APBN (fully funded. Pertimbangan hakim dalam memutus sengketa pajak terhadap biaya penyelenggaraan pensiun, Majelis Hakim pada tingkat Banding dan Peninjauan kembali mempertimbangkan kronologis perkara, seluruh alat-alat bukti yang diajukan oleh para pihak berupa historis regulasi terkait penyelenggaraan pensiun, dan sikap dari Kementrian Keuangan yang memberikan batasan penentuan objek pajak selama terdapat “nilai ekonomis” atas penggantian biaya penyelenggaraan pensiun yang diperoleh PT Taspen (Persero). Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya membuat regulasi terkait perlakuan pajak terhadap hasil investasi biaya penyelenggaraan pensiun secara terinci dalam bentuk peraturan perundang-undangan, sehingga terdapat dasar aturan dalam menerapkan perlakuan pajak terhadap biaya penyelenggaraan pensiun.

Pension operating cost is allegedly a tax object. This study aims to identify and analyze the causes of tax dispute related to pension operating costs in the calculation of PT Taspen (Persero) Corporate Income Tax for Tax Year 2012. This research is Doctrinal Research with a qualitative approach to gain an understanding of tax disputes pension operating costs. The results showed that in managing investment results accumulated pension contributions which become pension costs, Taspen is guided by applicable regulations where Taspen invests into several forms, namely deposits, stocks, bonds, direct participation, mutual funds, infrastructure investment, and medium term notes. Based on the regulation of the minister of finance related to the imposition of taxes on investment results, the management of the accumulated pension contribution fund is not taxed because the funds are used as the initial capital of pension fund management institutions in organizing pension payments without burdening the state budget (fully funded). The judge's consideration in deciding tax disputes against pension operating costs, the Panel of Judges at the Appeal and Review level considers the chronology of the case, all evidence submitted by the parties in the form of historical regulations related to pension administration, and the attitude of the Ministry of Finance which provides limits on determining tax objects as long as there is "economic value" for reimbursement of pension costs obtained PT Taspen (Persero). The suggestion that can be given is to make regulations related to tax treatment of investment results for pension implementation costs in detail in the form of laws and regulations, so there is a regulatory basis in applying tax treatment to pension operating costs."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>