Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169148 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hidayat
"Kadar air semen (w/c) sangat mempengaruhi kuat tekan beton, kadar air semen yang kecil menghasilkan kuat kuat tekan yang besar, sebaliknya kadar air semen besar menghasilkan kuat tekan beton yang kecil.
Abu terbang ( fly ash ) dapat meningkatkan kuat tekan beton, karena fly ash mengandung SiO2 yang tinggi, kekuatan beton meningkat karena butiran mikrosilika yang sangat halus bereaksi dengan air dan Ca(OH)2 ( kapur ) akan menghasilkan massa yang padat, sehingga menghasilkan kekuatan yang lebih besar.
Pada percobaan ini kuat tekan yang paling besar adalah 50 Mpa yang dihasilkan oleh campuran dengan perbandingan air semen (w/c) -0.3 dan penambahan fly ash 30%.
Dari hasil percobaan ini penulis mengusulkan suatu rancang campur beton ringan dengan memakai zat tambah fy ash yang diberi nama Feret-Fxh."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T2771
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Ruminsar
"Sifat kuat tekan dan permeabilitas beton ringan dewasa ini selain dipengaruhi oleh faktor air semen, juga dipengaruhi oleh bahan tambah aditif (silicafume). Untuk mengetahui pengaruh faktor air semen dan kadar silicafume didalam meningkatkan kekuatan tekan dan permeabilitasnya, maka telah dilakukan sejumlah pengujian dilaboratorium yang meliputi pengujian kuat tekan, permeabilitas dan modulus elastisitas.
Agregat yang digunakan dalam penelitian ini adalah agregat ringan hakagribb, merupakan agregat buatan dari bahan utama fly ash dan bahan tambahan iainnya yang diproduksi oleh PT. Hutama Darya Divisi Produksi. Sedangkan agregat halus yang digunakan merupakan agregat alam yang berasal dari Pulau Bangka.
Dari hasil pengujian eksperimental didapatkan bahwa kekuatan tekan beton ringan terbesar 74 Mpa, dihasilkan oleh kombinasi campuran faktor air semen wlc=0,3 dan kadar silicafume s1c=15%. Dari hasil pengujian tersebut didapatkan juga bahwa beton ringan hakagribb ini lebih ringan sekitar 20 % dari beton normal.
Dari pengamatan terhadap seluruh hasil pengujian kuat tekan beton ringan, penulis pada akhirnya mengusulkan suatu rumusan rancang campur beton ringan bermutu tinggi dengan bahan tambah silicafume, yang selanjutnya disebut FORMULA FRS (Feret-Ruminsar-Supartono)

Properties of compressive and permeability lightweight concrete widely not only depend on water cement ratio but also silicafume addition. To investigate bahavior of water cement ratio and silicafume to increase compressive strength and permeability of lightweight concrete, experimental study contain compressive test, permeability and elastic modulus test.
Lightweight coarse aggregate that used is called hakagribb, that made in PT. Hutama Karya with raw material from fly ash. Fine agregat that used is natural white sand from Bangka.
The result of experimental show that, maximum compressive strength was reached by 74 Mpa, resulted by combination of water cement ratio (wlc = 0.3) and ratio silicafume (sic = 15%) , also the result show that lightweight aggregate concrete with hakagribb lighter about 20% than normal agregate concrete.
After watching all of the compressive test result, the writer propose a mix design formula for high strength lightweight concrete with additive silicafume, that called FRS (Feret-Ruminsar-Supartono) formula."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T8455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuat mortar menggunakan limbah kertas yang telah diproses sebelumnya untuk mendapatkan mortar yang ramah lingkungan dengan memaanfaatkan limbah namun tetap memiliki sifat mekanis dan fisik yang baik dimana kuat tekan melampaui 17.24 MPa dan densitasnya di bawah 1.8 gr/cm3 . Benda uji ditambahkan zat adiktif berupa fly ash dengan proporsi 4%, 8%, dan 12 % serta superplasticizer sebanyak 1% terhadap berat semen yang digunakan. Pengujian yang dilakukan adalah kuat tekan, kuat lentur, susut, modulus elastisitas, densitas, dan daya serap air. Penelitian ini akan merujuk pada ASTM C 873-94 dan ASTM C 78-94. Dari rata-rata hasil pengujian pada umur 28 hari, sampel dengan fly ash 8% memiliki nilai kuat tekan dan kuat lentur paling tinggi yaitu masing-masing sebesar 18.55 MPa dan 6.35 MPa. Susut terbesar terjadi pada sampel dengan penambahan fly ash sebesar 4% yaitu dengan nilai kumulatif sebesar 19.1%. Modulus elastisitas paling tinggi ada pada penambahan fly ash sebesar 12% yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 3233.8 MPa. Densitas terbesar ada pada sampel dengan penambahan fly ash sebesar 12% yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 1.78 gr/cm3. Dan untuk daya serap air paling rendah dimiliki oleh sampel dengan penambahan fly ash sebesar 12% yaitu dengan nilai rata-rata 11.59%.
ABSTRAK
The purpose of this research is making mortar using waste paper that has passed its pretreatment in order to get green mortar using waste but still has good mechanical and physical characteristic which is the compressive strength should be above 17.24 MPa and the density should be below 1.8 gr/cm3. All samples have been added by fly ash with proportion 4%, 8%, and 12% and superplasticizer 1% based on cement mass. Tests that have been done are compressive strength, flexural strength, shrinkage, elastic modulus, density, and absorption. This research referred to ASTM C 873-94 and ASTM C 78-94. Average result at age 28 day, samples with addition 8% of fly ash have the highest score for compressive and flexural strength with each of them 18.55 Mpa and 6.35 MPa. The highest shrinkage happened on samples with addition 4% of fly ash with the cumulative result 19.1%. For elastic modulus, the highest score happened on samples with addition 12% of fly ash with the average result 3233.8 MPa. The highest score for density happened on samples with addition 12% of fly ash with the average result 1.78 gr/cm3. And for absorption, the lowest score happened on samples with addition 12% of fly ash with average result 11.59%."
Unversitas Indonesia. Fakultas Teknik, 2016
S65039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyono
"Variasi komposisi penambahan Trass dan Limestone sebagai material suplemen Ordinary Portland Cement dilakukan pada penelitian ini dengan tujuan untuk menurunkan harga tanpa mengurangi sifat kuat tekan. Kuat tekan yang diharapkan dari variasi material pada penelitian ini bisa melebihi kuat tekan Ordinary Portland Cement. Trass dan limestone divariasi dengan jumlah total substitusi 21% berat, dan semen dipertahankan pada 79% berat. Hasil pencampuran trass, limestone dan semen dipertahankan pada kehalusan 5000 cm²/gram. Semen hasil variasi ini dipilih yang terbaik berdasarkan hasil pengujian kuat tekan, kemudian dibandingkan dengan hasil kuat tekan semen yang tidak ditambahkan trass dan limestone. Perubahan mineralogi atau kristal akibat variasi komposisi material akan diamati dengan X-RD dan SEM.. Kalsium Silikat Hidrat (CSH) sebagai produk utama yang memberikan kontribusi terhadap kuat tekan, diharapkan terindentifikasi pada pengamatan ini. Hasil penelitian menunjukkkan kuat tekan dari variasi dengan komposisi trass 14% dan limestone 7% lebih tinggi dari variasi komposisi trass dan limestone yang lain, baik pada umur pengujian 3, 7 dan 28 hari. Kuat tekan variasi komposisi trass 14% dan limestone 7% berturut turut untuk umur 3, 7 dan 28 hari adalah 224 kgf/cm², 282 kgf/cm², dan 365 kgf/cm². Berturut-turut untuk umur 3, 7 dan 28 hari, kuat tekan semen tanpa penambahan trass dan limestone adalah 261 kgf/cm², 352 kgf/cm², dan 448 kgf/cm². Hasil diatas disebabkan pada semen tanpa penambahan trass dan limestone terbentuk kristal CSH jenis kristal Rosenhandrite yang cukup banyak daripada pada semen dengan tambahan trass dan limestone. Kristal Rosenhandrite ini mempunyai kontribusi terhadap kuat tekan lebih tinggi daripada CSH yang lain seperti C2SH alpha, C6S3H gamma delaite, dan afwillite. Pengamatan SEM pada sampel semen tanpa trass dan limestone terlihat adanya kristal CSH yang berbentuk plat dengan bulu-bulu lembut yamg dihubungkan jarum-jarum kecil (ettringite), sedang pada semen variasi trass dan limestone berbentuk plat tanpa bulu-bulu dan tanpa jarum-jarum kecil.

Composition Variation of Trass and Limestone addition as supplement material in Ordinary Portland Cement is done in the research with the goal to reduce cost without decreasing compressive strength. It is even expected that the compressive strength of cement added with suitable variation of trass and limestone wiil exceed that of Ordinary Portland Cement . Trass and limestone is varied with a total substitution of 21% wt, and cement is kept 79% wt. The fineness Trass, Limestone and Cement mixture is kept on 5000 cm²/gram Optimum variation of Trass and Limestone addition is determined by compressive strength compared to OPC without additives, and the mineralogy and crystalline phase is like CSH as observed using XRD and SEM. The research results showed that compressive strength of composition variation of 14% Trass and 7% Limestone has compressive strength higher than others. The compressive Strength of optimum variation are 224 kgf/cm², 282 kgf/cm² and 365 kgf/cm for samples tested at 3, 7, and 28 days respectively .The compressive strength of cement without additive are 261 kgf/cm², 352 kgf/cm² and 448 kgf/cm² for samples tested 3, 7, and 28 days respectively. The difference in compressive strength between cement with and without additive is attributed to the formation of Rosenhandrite, which is a crystalline CSH. Large quantity of Rosenhandrite is formed in cement without addition of trass and limestone. It is assumed that Rosenhandrite is the dominant phase that contribute to compressive strength relative to the other CSH phases as like C2SH Alpha, C6S3H Gamma Dellaite, and Afwillite. Under the SEM, CSH phases in cement without additive showed plate shape with smooth hairy which is connected with small needles (ettringite), while for cement with composition variation of Trass and Limestone showed plate shape without smooth hairy and small needle."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T25260
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyono
"Variasi komposisi penambahan Trass dan Limestone sebagai material suplemen Ordinary Portland Cement dilakukan pada penelitian ini dengan tujuan untuk menurunkan harga tanpa mengurangi sifat kuat tekan. Kuat tekan yang diharapkan dari variasi material pada penelitian ini bisa melebihi kuat tekan Ordinary Portland Cement. Trass dan limestone divariasi dengan jumlah total substitusi 21% berat, dan semen dipertahankan pada 79% berat. Hasil pencampuran trass, limestone dan semen dipertahankan pada kehalusan 5000 cm²/gram. Semen hasil variasi ini dipilih yang terbaik berdasarkan hasil pengujian kuat tekan, kemudian dibandingkan dengan hasil kuat tekan semen yang tidak ditambahkan trass dan limestone. Perubahan mineralogi atau kristal akibat variasi komposisi material akan diamati dengan X-RD dan SEM.. Kalsium Silikat Hidrat (CSH) sebagai produk utama yang memberikan kontribusi terhadap kuat tekan, diharapkan terindentifikasi pada pengamatan ini. Hasil penelitian menunjukkkan kuat tekan dari variasi dengan komposisi trass 14% dan limestone 7% lebih tinggi dari variasi komposisi trass dan limestone yang lain, baik pada umur pengujian 3, 7 dan 28 hari. Kuat tekan variasi komposisi trass 14% dan limestone 7% berturut turut untuk umur 3, 7 dan 28 hari adalah 224 kgf/cm², 282 kgf/cm², dan 365 kgf/cm². Berturut-turut untuk umur 3, 7 dan 28 hari, kuat tekan semen tanpa penambahan trass dan limestone adalah 261 kgf/cm², 352 kgf/cm², dan 448 kgf/cm². Hasil diatas disebabkan pada semen tanpa penambahan trass dan limestone terbentuk kristal CSH jenis kristal Rosenhandrite yang cukup banyak daripada pada semen dengan tambahan trass dan limestone. Kristal Rosenhandrite ini mempunyai kontribusi terhadap kuat tekan lebih tinggi daripada CSH yang lain seperti C2SH alpha, C6S3H gamma delaite, dan afwillite. Pengamatan SEM pada sampel semen tanpa trass dan limestone terlihat adanya kristal CSH yang berbentuk plat dengan bulu-bulu lembut yamg dihubungkan jarum-jarum kecil (ettringite), sedang pada semen variasi trass dan limestone berbentuk plat tanpa bulu-bulu dan tanpa jarum-jarum kecil.

Composition Variation of Trass and Limestone addition as supplement material in Ordinary Portland Cement is done in the research with the goal to reduce cost without decreasing compressive strength. It is even expected that the compressive strength of cement added with suitable variation of trass and limestone wiil exceed that of Ordinary Portland Cement . Trass and limestone is varied with a total substitution of 21% wt, and cement is kept 79% wt. The fineness Trass, Limestone and Cement mixture is kept on 5000 cm²/gram Optimum variation of Trass and Limestone addition is determined by compressive strength compared to OPC without additives, and the mineralogy and crystalline phase is like CSH as observed using XRD and SEM. The research results showed that compressive strength of composition variation of 14% Trass and 7% Limestone has compressive strength higher than others. The compressive Strength of optimum variation are 224 kgf/cm², 282 kgf/cm² and 365 kgf/cm for samples tested at 3, 7, and 28 days respectively .The compressive strength of cement without additive are 261 kgf/cm², 352 kgf/cm² and 448 kgf/cm² for samples tested 3, 7, and 28 days respectively. The difference in compressive strength between cement with and without additive is attributed to the formation of Rosenhandrite, which is a crystalline CSH. Large quantity of Rosenhandrite is formed in cement without addition of trass and limestone. It is assumed that Rosenhandrite is the dominant phase that contribute to compressive strength relative to the other CSH phases as like C2SH Alpha, C6S3H Gamma Dellaite, and Afwillite. Under the SEM, CSH phases in cement without additive showed plate shape with smooth hairy which is connected with small needles (ettringite), while for cement with composition variation of Trass and Limestone showed plate shape without smooth hairy and small needle."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T39866
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhanny Dharma Putra
"Dalam proses produksi Semen Portland dihasilkan CO2 sebagai hasil buangan, dimana produksi 1 ton semen secara langsung menghasilkan 0,55 ton CO2 dan membutuhkan pembakaran bahan bakar karbon untuk melepaskan 0,4 ton CO2. Pada tahun 1987, 1 miliar ton produksi semen juga terhitung terlepasnya 1 miliar ton CO2. Menurut International Energy Authority: World Energy Outlook, jumlah karbon dioksida yang dihasilkan tahun 1995 adalah 23,8 miliar ton. Angka itu menunjukkan produksi semen portland menyumbang tujuh persen dari keseluruhan karbon dioksida yang dihasilkan berbagai sumber. Tampaknya proporsi ini akan terus bertahan atau bahkan meningkat sesuai dengan peningkatan produksi semen kalau tidak ada perubahan berarti dalam teknologi produksi semen atau didapatkan bahan pengganti semen.
Pada tahun 2010, diperkirakan total produksi semen di dunia mencapai angka 2,2 miliar ton. Geopolimer dikatakan ramah lingkungan, karena selain dapat menggunakan bahan-bahan buangan industri, proses pembuatan beton geopolimer tidak terlalu memerlukan energi, seperti halnya proses pembuatan semen yang setidaknya memerlukan suhu hingga 800 derajat Celsius. Dengan pemanasan lebih kurang 60 derajat Celsius selama satu hari penuh sudah dapat dihasilkan beton yang berkekuatan tinggi. Karenanya, pembuatan beton geopolimer mampu menurunkan emisi gas rumah kaca yang diakibatkan oleh proses produksi semen hingga tinggal 20 persen saja.
Dari Penelitian Sebelumnya, disebutkan bahwa beton geopolimer berbahan dasar Bottom Ash dari sisa pembakaran batubara memiliki karakteristik yang unik dimana kuat tarik beton ini sekitar dua kali dari kuat tekannya. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai analisis penampang balok beton geopolimer; diagram tegangan-regangan beton geopolimer dan aplikasinya pada struktur sederhana untuk menguji apakah properties yang diinginkan dari beton geopolimer benar-benar bekerja dan dapat digunakan sebagai struktur, sehingga keuntungan dan kerugian dari penggunaan beton geopolimer sebagai material struktural dapat diketahui.

In the process of Portland Cement production, it also produces CO2 as waste, where a production of 1 ton cement directly produces 0,55 ton CO2 and need to burn Carbon to release 0,4 ton CO2. In the year 1987, 1 milion tons production of cement was too calculated as release of 1 milion ton CO2. According to International Energy Authority: World Energy Outlook, the numbers of Carbon Dioxyde produced in year 1995 was 23,8 milion tons. This number shows that the production of Portland Cement donate seven percent fron entire Carbon dioxyde that produced from many sources. It's seems that this proportion will be continue stays or even worsened, as the raising of cement's productions, if there is no significant change in cement producting technology or a brand new cement subtitude found.
In 2010, it was predicted that the total production of world's cement will arrive at 2,2 milions tons. Geopolymer was said to be eco-friendly as it can use waste materials from other industry. Meanwhile, the process of making geopolymer concrete don't need many energy, like the process of cement's making that at least need a temperature 800 degree of Celsius. With a warming conditioning at 60 degree Celsius in a single full-day, it's alredy produced a high strength concrete. Thats why, the making of geopolymer concrete will reduces tht green house gas emision whose caused by the process of cement production to be at 20 percent or less.
From the research before, it was told that geopolymer concrete with coal by product, bottom ash, has a unique characteristic where it's tenstile strength is at double of it compression strength. In this writings it will be studied about section analysis of flexure beam, the stress-strain diagram of geopolymer concrete and it's application in a simple structure as simple beam, to determine which is the properties of the geopolymer concrete that we want it to are really works out and can be used as struktural material, an then the advantages and disadvantages of geopolymer concrete as a structural material will be known.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35271
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Dini Sofyani
"Penelitian ini membahas tentang penggunaan Abu Sekam Padi (RHA) sebagai bahan subtitusi perekat semen dan penggunaan Limbah Adukan Beton (CSW) sebagai agregat halus untuk mengurangi penggunaan jumlah pasir pada beton. Penelitian dilakukan dengan membuat mortar dengan lima variasi campuran dengan jumlah CSW 30%, 40%, 50%, 60% dan 70% dengan penggunaan RHA tetap yaitu 8% dari total pemakaian semen. Sifat mekanis beton yang diuji meliputi: kuat tekan, densitas atau kerapatan, absorbsi atau penyerapan air dan uji susut. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 3, 7, 14, 21, 28, 56 dan 90 hari. Untuk pengujian densitas dan absorbsi dilakukan pada umur 28 hari. Sedangkan untuk pengujian susut dilakukan pada umur 1-28 hari secara terus-menerus. Pada pengujian-pengujian yang sudah dilakukan, nilai optimum terjadi pada campuran dengan jumlah CSW 30%, karena memiliki nilai kuat tekan dan densitas paling tinggi, serta penyerapan air dan penyusutan yang paling rendah. Dari penelitian ini diharapkan mortar dengan campuran RHA dan CSW dapat diaplikasikan untuk pembuatan bahan konstruksi ramah lingkungan.

The focus of this study is observing the use of Rice Husk Ash (RHA) as a subtitute of portland cement and Concrete Sludge Waste (CSW) to reduce of sand in concrete. Five compotitions are made in this study with precentages of CSW are 30%, 40%, 50%, 60% and 70% and fixed amount 8% of RHA. The concrete were tested in compressive strength test at the age of 3, 7, 14, 21, 28, 56 and 90 days. Density test and absorption test at the age of 28 days. And Shrinkage test at the age of 1-28 days. From the result of those tests obtained an optimum number of CSW 30% because has the biggest compressive strength and density, thelowestabsorption and percentage of shrinkage. From the result has been obtained, the concrete with RHA and CSW could be applied to building material."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S57865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ruby Rubiono Atmoprawiro
"Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi hasil pengujian kuat tekan beton inti dan Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) pada sampel Roller Compacted Concrete dan beton konvensional dengan penggunaan Semen Portland Slah (PSC) dan Semen Portland Komposit (PCC) yang akan digunakan dalam proyek bendungan. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan data yang sesuai dalam ACI 228.1R-19 terkait adanya data penelitian untuk setiap proyek yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan eksperimental laboratorium yang melibatkan uji destruktif (kuat tekan) dan non destruktif (UPV). Penelitian telah mengungkapkan bahwa kuat tekan beton inti dan cepat rambat UPV memiliki korelasi yang tinggi dimana semakin tinggi cepat rambatnya akan memberikan kuat tekan beton inti yang lebih tinggi juga. Persamaan empiris yang didapatkan pada penelitian ini adalah fc’(x) = 1.1665x pada Roller Compacted Concrete, fc’(x) = 6.1484x pada beton konvensional dengan semen PSC, dan fc’(x) = 6.9937x pada beton konvensional dengan semen PCC.

This research was conducted to examine the results of core concrete compressive strength and Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) tests on Roller Compacted Concrete samples and conventional concrete using Portland Slah Cement (PSC) and Composite Portland Cement (PCC) which will be used in solidification projects. This is to fulfill the appropriate data requirements in ACI 228.1R-19 regarding the existence of research data for each project carried out. This research was carried out in an experimental laboratory involving destructive (compressive strength) and non-destructive (UPV) tests. Research has revealed that the compressive strength of core concrete and the creep speed of UPV have a high correlation, where the higher the creep speed, the higher the compressive strength of the core concrete too. The empirical equation obtained in this research is fc’(x) = 1.1665x in Roller Compacted Concrete, fc’(x) = 6.1484x in conventional concrete with PSC cement, and fc’(x) = 6.9937x in conventional concrete with cement PCC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Sunhadji
"Di bidang konstruksi saat ini, material beton bertulang dengan sistem pracetak menjadi semakin diminati karena berbagai keunggulan yang dimiliki baik dari segi ekonomi, waktu dan mutu bangunan sipil yang dihasilkan. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan bangunan bertingkat untuk perkantoran, hotel dan pertokoan di daerah perkotaan mendorong timbulnya kebutuhan akan suatu rancangan struktur beton yang ekonomis, dapat dilaksanakan dengan cepat dan efisien tanpa mengurangi kekuatan dan kekakuan komponen struktur bangunan. Dalam hal ini, struktur beton pracetak adalah salah satu jawaban untuk semua pertanyaan tersebut. PT. Hutama Karya dengan struktur Bresphaka-nya mencoba menjawab tantangan dan kebutuhan tersebut.
Struktur Bresphaka yang menjadi pilihan dalam pembahasan Skripsi ini dibatasi pada daerah titik kumpul. Pada daerah titik kumpul inilah kunci kekuatan dan kelemahan dari sebuah struktur terutama terhadap gaya lateral yang terjadi. Eksperimen yang dilakukan oleh PT. Hutama Karya mencakup titik kumpul interior dan eksterior. Dalam hal ini, PT. Hutama Karya dengan sistem Bresphaka-nya, bekerjasama dengan Balai Struktur Bangunan Puslitbang Permukiman Departemen Pekerjaan Umum, Bandung, melakukan eksperimen guna mengetahui kehandalan dari specimen yang direncanakan. Pada eksperimen yang dilakukan terhadap sambungan interior, specimen terdiri dari dua buah balok pracetak dengan ukuran penampang 250 mm x 400 mm dengan panjang bersih 1500 mm dan dua buah kolom pracetak berukuran 250 mm x 350 mm dengan panjang bersih 1200 mm. Specimen ini direncanakan untuk pembangunan gedung bertingkat 6.
Pengujian dilakukan dengan memberikan displacement control untuk mengetahui besarnya gaya lateral yang bersesuaian. Dalam skripsi ini penulis menganalisa data-data yang diperoleh dari hasil eksperimen dan melakukan perbandingan secara teoritis dengan program Dram-2DX. Analisa hasil eksperimen untuk grafik gaya lateral dan perpindahan didapat bahwa secara umum struktur mampu bertahan sampai tingkat daktilitas 4 tanpa mengalami pinching effect. Di samping itu, diperoleh pula bahwa kekuatan dan kekakuan hasil eksperimen lebih tinggi dari hqsil analisa teoritis dengan program DRAIN-2DX."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S34704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Material adsorben seperti silica gel, Lithium Clorida, selaiu menjadi pilihan
utama dalam dunia industri. Padahal harga material ini relatif mahal Penelitian
terhadap adsorben alam sebagai salah satu adsorben altematif yang murah pengganti
material buatan dalam proses dehumidiftkasi masih belum banyak dilakukan.
Mordenit sebagai salah satu material adsorben alam disinyalir memiliki
kemampuan yang cukup baik dalam menyerap kadar uap air. Untuk itu penelitian lebih
jauh terhadap material ini perlu dilaku kan.
Penelitian ini dibagi dalam dua tahap yaitu: preparasi zeolit yang berlujuan
untuk meningkatkan mutu zeolit alam dalam menyerap uap air dan uji adsorbsi untuk
mengetahui kemampuannya, Dalan1 proses preparasinya, zeolit diaktivasi secara Hsis
dengan cara dikalsinasi, dan dalam pengujiannya kemapuan adsorbsi zeolit clitinjau dari
kadar air kesetimbangan (Equilibrium Moisture Content / EMC) yang dicapainya dan
laju penyerapan yang teljadi selama proses pengujian Pengujian dilakukan pada kondisi
temperatur dan kelembaban yang berbeda, da.n dampak dari perubahan suhu tersebut
terhadap kemampuan penyerapan zeolit akan di teliti. Pada akhirnya penelitian ini akan
membandingkan kemampuan zeolit mordenit dan zeolit klinoptilolit dalam menyerap
kandungan uap air udara.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa zeolit mordenit temyata mampu
menyerap uap air hingga 6,6 persen dari berat keringnya pada kondisi udara tekanan dan
temperatur 25°C dan 10l,8 kPa; dan pada kelembaban relatif (RI-I) 80,83%. Sementara
untuk suhu yang lebih tinggi kemampuan zeolit mordenit cenderung menurun. "
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>