Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91584 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Palingei Hasyim
"Muhammadiyah di Sulawesi Selatan yang berdiri pada tahun 1926 dengan ketua pertamanya adalah Haji Muhammad Yusuf Daeng Maittiro dibantu oleh beberapa orang pengurus antara lain K.H.Abdullah, Mansyur Al Yantani, Haji Muhammad tahir Cambang, Haji Jaka dan lain-lain sebagainya dengan daerah operasinya hampir seluruh daerah pedalaman di Sulawesi Selatan.
Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan dan modernisasi yang dimaksudkan disini adalah timbulnya gagasan dan cita-cita baru untuk memperbaiki cara hidup dan kehidupan beragama, maupun dalam kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan, pendidikan-pengajaran dan politik memerlukan pembaharuan yang sesuai dengan kehendak dan kemajuan zaman.
Muhammadiyah dengan motivasi dan pendekatan pendidikan-pengajaran, sosial dan dakwah, mengembang misi untuk memurnikan ajaran Islam dari pengaruh kepercayaan tradisionil seperti tahyul, bid'ah dan khurafat yang berakar kuat di dalam masyarakat Bugis Makassar di Sulawesi Selatan.
Gambaran dari pada kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan awal abad ke-20 merupakan tantangan bagi pemuka-pemuka agama dan ulama yang perlu segera di atasi. Agama Islam yang mereka anut sejak abad ke 17 telah banyak diliputi oleh berbagai tafsir yang telah banyak menyimpang dari sumbernya yang asli, begitu pula kehidupan umat Islam telah banyak bercampur baur dengan perbuatan syirik, bid'ah dan khurafat yang membahayaakan kesucian agama Islam. Karena itu umat Islam perlu diajuk untuk kembali kepada kemurnian cita-cita ajaran Islam yang langsung bersumber pada AI-Qur'an dan Hadits.
Muhammadiyah di Sulawesi Selatan melalui pendidikan baik formal maupun non formal dapat dikatakan secara bertahap berhasil merobah pola pikir dan tindakan masyarakat muslim terutama yang menyangkut aqidah, ibadah, muamalat dan perbuatan-perbuatan yang banyak di warnai oleh tahyul, dan kemusyrikitan. Upaya tersebut dilakukan Sebagai berikut :
Pertama, gerakan Muhammadiyah di Sulawesi Selatan berupaya untuk mengembalikan citra umat Islam kepada kemurnian cita-cita ajaran Islam dengan memerangi kepercayaan tradisionil berupa tahyul, bid'ah, khurafat dan lain-lain sebagainya.
Kedua, gerakan Muhammadiyah di Sulawesi Selatan berusaha merobah pandangan dan sikap hidup masyarakat yang usang, kemudian menciptakan sistem berpikir yang bebas dari ikatan-ikatan tradisionil, kolonialisme, feodalisme dan konservatisme.
Ketiga, Muhammadiyah sebagai organisasi sosial yang bertujuan untuk mengadakan pembaharuan dan modernisasi dalam bidang dakwah, pendidikan-pengajaran dan kemasyarakatan sesuai dengan tuntutan dan kehendak zamannya.
Keempat, usaha-usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan yang berfokus di Makassar menjadi model di daerah-daerah lain di Indonesia bagian Timur pada umumnya dan Sulawesi Selatan khususnya. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T2296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kompas, 2000
297.65 MUH
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985
297.7 CIT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989
297.65 ALF m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
A. Syafi`i Maarif
Jakarta: Pustaka Cidesindo, 2000
297.272 SYA i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Syaifullah
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1997
297.272 SYA g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Infa Wilindaya
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang peran dan dinamika Kepemimpinan Amien Rais sewaktu menjabat sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang terpilih pada Muktamar ke 40 di Banda Aceh, periodesasi 1995-2000. Namun, pasca tumbangnya rezim Orde Baru, pada tahun 1998, Amien Rais bersama tokoh-tokoh bangsa lainnya menggagas Reformasi. Merasa perjuangan belum usai, Amien Rais memilih untuk mendirikan partai politik sebagai wadah perjuangan kebangsaannya. Karena di dalam persyarikatan melarang adanya rangkap jabatan apalagi partai politik, Amien Rais menyudahi kepemimpinannya pada bulan Agustus 1998 di hadapan Ketua-Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah tingkat propinsi Se-Indonesia, dan digantikan oleh Buya Syafi?i Ma?arif sampai berlangsungnya Muktamar selanjutnya yakni pada Tahun 2000.
Muhammadiyah sendiri yang saat ini sudah berumur 101 Tahun, sampai sekarang masih tetap pada Khittah nya sebagai organisasi sosial da?wah kemasyarakatan amar ma?ruf nahi munkar, menyatakan tetap tidak berafiliasi dengan partai politik ataupun kegiatan politik praktisnya, namun tidak menghalangi bagi siapapun kadernya, yang mempunyai minat terhadap politik, tetap berusaha melek politik tetapi tidak alergi politik. Sikap ini tercermin dalam sepak terjang simbolnya, yakni pemimpin-pemimpin teras (baca : Ketua) dari awal berdirinya. Sampai ke periode Amien Rais, yang berlatar pendidikan Ilmu Politik, tamatan Amerika tentunya ini mempengaruhi gaya dan karakter kepemimpinannya.
Pendekatan Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrument wawancara mendalam dan studi dokumen. Adapun Hasil penelitian ini sebagai berikut : Pertama, Amien Rais dalam kepemimpinannya menggunakan pola kepemimpinan karismatis dan transformatif sehingga cenderung tidak terjadi perpecahan di tubuh Muhammadiyah dalam menyikapi perubahan orde kepemimpinan nasional. Kedua, Perubahan Perilaku politik Muhammadiyah dari yang awalnya hanya mengurus sosial agama menjadi High Politics adalah selain karena kekharismatisan Amien Rais, juga disebabkan tuntutan zaman pada waktu itu bahwa persoalan keummatan juga tergantung dari kebijakan politiknya.

ABSTRACT
This thesis is discusses about the role and dynamics of leadership when Amien Rais served as Chairman of the Muhammadiyah Central Executive, which is elected at the 40th Congress in Banda Aceh, 1995-2000 periodization. However, because the post-collapse regime, in 1998, Amien Rais with the other national leaders at that time initiated the Reformation. Feel the fight is not over, Amien Rais chose to set up as a forum for political parties struggle nationality. Because in trust prohibits double post especially political parties, Amien Rais finished the leadership in August 1998 in the presence of the Chairmans of Muhammadiyah Regional Leadership Provincial Se-Indonesia, and was replaced by Buya Syafi?i Ma?arif until the course of the next congress in 2000.
Although Muhammadiyah now 101 years old, it still remains in its Khittah as civil society organizations proselytizing enjoining evil, states still are not affiliated with any political party or political activities practical, but not block for anyone cadres, who have an interest in politics, political literacy still trying but not political allergies. This attitude is reflected in the actions of its symbol, the terrace leaders (read: Chairman) from its inception. Up to a period of Amien Rais, a political science education background, America graduate course this affects the style and character of its leadership.
This research approach using qualitative methods with descriptive design. Data was collected using in-depth interviews instrument and document research. The results of this study as follows: First, Amien Rais in his leadership using charismatic and transformational leadership patterns that tend not Muhammadiyah schism in the body in response to changes in the order of the national leadership. Second, except Amien Rais charismatic leadership, changes in the political behavior of the initially Muhammadiyah social care only religion into High Politics is indeed due to the demands of fashion at that time that the problems of public also depends on the existing policy.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005
R 297.603 ENS
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2003
297.267 SIN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hudaya
"ABSTRAK
Penelitian mengenai Gerakan Muhammadiyah di Kecamatan Jasinga ini dilakukan antara bulan September hingga bulan Desember 1990. Tujuannya adalah untuk melihat sejauh mana peranan gerakan Muhammadiyah terhadap kemajuan dan perkem_hangan masyarakat Jasinga lewat usaha-usaha pembaharuannya.
Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan disertai penelitian lapangan berupa observasi, wawancara, dan pengalaman pribadi. Wawancara mendalam dilakukan ter_hadap tokoh-tokoh Muhammadiyah dan tokoh-tokoh masyarakat nonMuhammadiyah yang ada di Kecamatan Jasinga.
Dari observasi, wawancara, dan studi kepustakaan mern_buktikan bahwa kehadiran Muhammadiyah telah memhawa peru_bahan ke arah yang positif terhadap kemajuan dan perkem_bangan masyarakat Jasinga, baik dalam bidang keagamaan, pendidikan, maupun sosial kemasyarakatan.
Dalam hidang keagamaan, pembaharuan yang dilakukan Muhammadiyah adalah dengan cara berusaha membersihkan ajaran Islam dari unsur-unsur yang bukan berasal dari sumber ajaran Islam yang murni, seperti bid_ah, khurafat, takhayul, dan sebagainya.
Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah melakukan usa_ha pembaharuannya dengan cara memadukan sistem pendidikan tradisional dengan sistem pendidikan moderen, yaitu dengan membangun lembaga-lembaga pendidikan di dalam kurikulumnya diajarkan pelajaran agama dan pelajaran umum. Dengan jalan ini, maka Muhammadiyah dapat melahirkan orang-orang yang memiliki pengetahuan agama sekaligus pengetahuan umum.
Sedangkan di bidang sosial kemasyarakatan, amal usa_ha Muhammadiyah antara lain dengan mendirikan lembaga-lembaga sosial seperti panti asuhan, kursus-kursus keteram_pilan, pembinaan generasi muda dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kehadiran Muhammadiyah menimbulkan pro dan kontra dari anggota masyarakat, sehingga timbullah ketegangan dan konflik dalam masyarakat yang pada gilirannya melahirkan dua kelompok sosial, yaitu kelompok yang bercorak reformis, yang menghendaki pembaharuan dalam masyarakat dan kelompok tradisionalis, yang berusaha mempertahankan tradisi lama. Pertentangan antara kedua kelompok sosial tersebut, pada mulanya cukup tajam. Namun dalam perkembangan selanjutnya, pertentangan tersebut semakin berkurang menuju proses integrasi.

"
1990
S13235
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>