Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143129 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sidabutar, Caleb Patrick Sihar
"DAS Citarum Hulu DAS Citarum termasuk ke dalam wilayah Perencanaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai (PSDWS) sejak tahun 2016, yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air utama dari keseluruhan Sungai Citarum. Ditambah lagi DAS Citarum Hulu mengalami pengembangan secara pesat dan dimanfaatkan sebagai daerah pemukiman, pertanian, pertanian, dan industri. Penelitian ini bertujuan untuk menyimulasikan pencemaran paramater BOD, COD, dan TSS di keseleruhan DAS Citarum Hulu menganalisis sensitivitas parameter permodelan kualitas air sungai DAS Citarum Hulu dengan QUAL2KW. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode QUAL2KW. Kondisi eksisting pada Sungai Wangsisagara memiliki konsentrasi BOD yang memenuhi baku mutu, yaitu masih di bawah 12 mg/l, sementara pada lokasi pengujian lainnya mengandung konsentrasi BOD yang melebihi baku mutu. Sungai Wangisagara mengandung konsentrasi COD yang memenuhi baku mutu kelas 3, dan Jembatan Koyod, Sungai setelah IPAL Cisarung, dan Sungai Nanjung memenuhi baku mutu kelas 4. Untuk konsentrasi TSS, pada Sungai Wangisagara memenuhi baku mutu kelas 1, Sungai setelah IPAL Cisarung masih memenuhi baku mutu kelas 3, dan pada Jembatan Koyod dan Sungai Nanjung berada pada kelas 4. Jumlah beban pencemar yang berasal dari air limbah domestik memiliki total beban pencemar BOD sebesar 13,6 juta kg/tahun, COD sebesar 2,6 juta kg/tahun, dan TSS sebesar 40,9 kg/tahun. Hasil analisis sensitivitas terhadap simulasi BOD adalah konsentrasi DO diffuse source, konsentrasi BOD diffuse source, dan debit pencemar diffuse source; COD adalah konsentrasi DO diffuse source, konsentrasi COD diffuse source, dan debit pencemar diffuse source; TSS adalah konsentrasi DO diffuse source, konsentrasi TSS diffuse source, dan debit pencemar diffuse source; DO pada DAS Citarum Hulu segmen Cirawa – Nanjung konsentrasi DO diffuse source, oxygen temperature correction, dan lebar dasar sungai.

The Upper Citarum Watershed The Citarum River Basin is included in the River Basin Water Resources Planning (PSDWS) area since 2016, the Upper Citarum watershed functions as the main water catchment area of ​​the entire Citarum River. In addition, the Upper Citarum watershed is experiencing rapid development and is used as a residential, agricultural, agricultural and industrial area. This study aims to simulate the contamination of BOD, COD, and TSS parameters in the entire Upper Citarum watershed to analyze the sensitivity of the water quality modeling parameters of the Upper Citarum Watershed with QUAL2KW. This research was conducted using the QUAL2KW method. The existing condition on the Wangsisgara River has a BOD concentration that meets the quality standard, which is still below 12 mg/l, while at other test locations it contains a BOD concentration that exceeds the quality standard. The Wangisagara River contains COD concentrations that meet the class 3 quality standard, and the Koyod Bridge, the River after the Cisarung WWTP, and the Nanjung River meet the class 4 quality standard. class 3 quality, and on the Koyod Bridge and Nanjung River it is in class 4. The total pollutant load originating from domestic wastewater has a total pollutant load of 13.6 million kg/year BOD, 2.6 million kg/year COD, and TSS of 40.9 kg/year. The results of the sensitivity analysis on the BOD simulation are the DO diffuse source concentration, the diffuse source BOD concentration, and the diffuse source pollutant discharge; COD is a diffuse source DO concentration, a diffuse source COD concentration, and a diffuse source pollutant discharge; TSS is a diffuse source DO concentration, diffuse source TSS concentration, and diffuse source pollutant discharge; DO in the Upper Citarum watershed in the Cirawa – Nanjung segment, DO concentration is diffuse source, oxygen temperature correction, and riverbed width.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuni Susilowati, translator
"Perubahan penggunaan tanah secara tidak terkendali di kawasan Situ Rawa Besar ditunjukkan dengan semakin meningkatnya tanah yang dimanfaatkan untuk permukiman dan perdagangan. Hal ini membawa dampak terhadap kelestarian situ. Kawasan Situ Rawa Besar pada Tahun 2003 sebagian besar dimanfaatkan untuk permukiman 064%), sisanya untuk perdagangan (12%), kebun yang tidak dibudidayakan (4%), jalan lingkungan (12%), dan fasilitas umum (8%). Salah satu tepi situ telah terbangun penuh oleh rumah-rumah permanen dengan jalan lingkungan beraspal.
Penduduk kawasan Situ Rawa Besar membuang limbah padat dan cair domestik ke perairan dan sempadan situ. Peningkatan jumlah limbah domestik tersebut sama dengan peningkatan jumlah penduduk kawasan. Berdasarkan fakta-fakta di atas dapat dibuat rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu "dampak pemanfaatan lahan pada kualitas air situ.
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
  1. Penurunan kualitas air situ ditinjau dari parameter Dissolved Oxygen (DO), pH, dan Amoniak.
  2. Perhitungan bahan pencemar dilakukan untuk mengetahui peningkatan jumlah bahan pencemar dalam limpasan air hujan.
Tujuan penelitian ini adalah:
  1. Mengetahui dampak perubahan penggunaan tanah di kawasan situ Rawa Besar pada kualitas air situ.
  2. Mengetahui dampak rencana penggunaan tanah di kawasan Situ Rawa Besar yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah pada kualitas air situ.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
  1. Perubahan penggunaan tanah di kawasan Situ Rawa Besar menyebabkan penurunan kualitas air situ dilihat dari parameter DO, pH, dan Amoniak.
  2. Perubahan penggunaan tanah di kawasan Situ Rawa Besar menyebabkan peningkatan jumlah bahan pencemar dalam limpasan air hujan.
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah:
  1. Penggunaan tanah di kawasan Situ Rawa Besar.
  2. Kualitas air Situ Rawa Besar. Data penggunaan tanah di kawasan Situ Rawa Besar yang dipakai adalah data 5 (lima) tahun terakhir dari Tahun 1999 sampai Tahun 2003. Pengumpulan data primer yang diperlukan dilakukan langsung di lapangan, baik dengan wawancara maupun pengamatan langsung di lapangan. Pengumpufan data sekunder dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Analisis terjadinya penurunan kualitas air situ dilakukan dengan mengetahui hubungan (korelasi) antara perubahan pemanfaatan lahan dan parameter-parameter kualitas air (DO, pH, dan Amoniak). Analisis terjadinya peningkatan jumlah bahan pencemar yang terbawa oleh limpasan air hujan dilakukan dengan mengetahui peningkatan koefisien aliran permukaan (C).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
  1. Perubahan penggunaan tanah di kawasan Situ Rawa Besar menyebabkan penurunan kualitas air situ, hal tersebut dapat diketahui dengan melihat bahwa:
    • Perubahan penggunaan tanah untuk permukiman mempunyai hubungan yang kuat dengan parameter DO, pH dan Amoniak. Koefisien korelasi (r) antara variabel permukiman dan parameter DO sebesar 0.8848, antara variabel permukiman dan parameter pH sebesar 0.9245, serta antara variabel permukiman dan parameter Amoniak sebesar 0.8669.
    • Perubahan penggunaan tanah untuk perdagangan mempunyai hubungan yang kuat dengan parameter DO, pH dan Amoniak. Koefisien korelasi (r) antara variabel perdagangan dan parameter DO sebesar 0.8353, antara variabel perrnukiman dan parameter pH sebesar 0.9208, serta antara variabel permukiman dan parameter Amoniak sebesar 0.8615.
    • Parameter oksigen terlarut (DO) mengalami penurunan dari 9.71 mg/I pada Tahun 1999 menjadi 4.5 mg/I pada tahun 2003. Parameter pH mengalami peningkatan dari 7.35 pada Tahun 1999 menjadi 8.63 pada tahun 2003. Parameter amoniak mengalami peningkatan dari 0.022 mg/I pada Tahun 1999 menjadi 0.035 mg/I pada tahun 2003. Parameter-parameter yang melebihi Baku Mutu lingkungan adalah Amoniak, Fenol, Timbal, BOD, COD dan adanya bakteri koli.
    • Perubahan penggunaan tanah menyebabkan peningkatan jumlah bahan pencemar dalam limpasan air hujan sebesar 1.34% per tahun dan peningkatan jumlah Iimbah cair domestik yang dibuang ke perairan situ sebesar 6.604 % per tahun.
  2. Rencana penggunaan tanah di kawasan Situ Rawa Besar yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah dapat menyebabkan penurunan kualitas air situ, hal tersebut dapat diketahui dengan melihat bahwa:
    • Penggunaan tanah di kawasan Situ Rawa Besar dapat menghasilkan limbah cair domestik dengan jumlah besar yaitu 215.082 lt/dt pada jam jam sibuk. Permukiman yang padat (19504 unit) juga berpotensi menyebabkan penurunan kualitas air situ.
    • Tingginya luasan untuk kawasan terbangun (80%) menyebabkan tingginya jumlah bahan tercemar yang terbawa limpasan air hujan, dapat mencapai 90% dari bahan pencemar yang terakumulasi di darat.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuranida Fauziyah
"Air minum merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia. Universitas Indonesia kampus Depok menyediakan fasilitas air siap minum. Pada penelitian kualitas air tanah di Kota Depok yang dilakukan tahun 2022, diperoleh bahwa kualitas air tanah parameter Fisik di Kota Depok belum sepenuhnya memenuhi standar baku mutu. Namun kualitas air siap minum di Universitas Indonesia tidak dilakukan pengecekan kualitas air secara berkala, termasuk kualitas air siap minum parameter fisik. Tujuan penelitian Menganalisis kualitas parameter Fisik air siap minum sebelum dan sesudah filtrasi yang tersedia di setiap fakultas Universitas Indonesia kampus Depok Tahun 2023. Uji yang digunakan pada penelitian ini analisis deskriptif dengan desain studi cross sectional. Sampel yang diambil adalah air siap minum sebelum dan sesudah filtrasi di Universitas Indonesia kampus Depok tahun 2023 dengan jumlah sampel sebanyak 9 sampel untuk air siap minum sebelum filtrasi dan 9 sampel air siap minum. Pengukuran kualitas air parameter fisik ini dilakukan secara in situ dan uji laboratorum. Pengukuran parameter kekeruhan, warna, badan Total Zat Terlarut diuji di laboratorium Labkesda DKI Jakarta. Hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas air siap minum parameter fisik sebelum filtrasi di Universitas Indonesia tahun 2023 yang memenuhi persyaratan yaitu berjumlah 3 sampel (33,3%)  dari 9 sampel yang diteliti dan 66,7% lainnya tidak memenuhi syarat. hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas air siap minum sesudah filtrasi parameter fisik di Universitas Indonesia tahun 2023 yang memenuhi persyaratan berjumlah 3 sampel (33,3%)  dari 9 sampel yang diteliti 66,7% lainnya tidak memenuhi syarat. hasil analisis uji bivariat, hanya parameter suhu yang terdapat perbedaan antara kualitas air siap minum sebelum dan sesudah filtrasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai p value 0,008 (p<0,05). Sedangkan untuk parameter kekeruhan, warna, bau, daya hantar listrik, Total Zat Terlarut dan pH tidak ada perbedaan yang signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah 9 dari air siap minum sebelum di filtrasi yang diteliti, hanya 3 sampel yang memenuhi persyaratan parameter fisik dan 9 dari air siap minum sesudah filtrasi yang diteliti yang memenuhi persyaratan parameter fisik berjumlah 3 sampel sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023.

Drinking water is an important need for every human being. The University of Indonesia's Depok campus provides ready-to-drink water facilities. In research on the quality of groundwater in Depok City which will be conducted in 2022, it is found that the physical parameter groundwater quality in Depok City has not fully met the quality standards. However, the quality of ready-to-drink water at the University of Indonesia does not regularly check the quality of water, including the quality of ready-to-drink water on physical parameters. The research objective was to determine the quality of the physical parameters of ready-to-drink water before and after filtration available in every faculty of the University of Indonesia, the Depok campus, in 2023. The test used in this study was descriptive analysis with a cross-sectional study design. The samples taken were ready-to-drink water before and after filtration at the University of Indonesia, Depok campus in 2023 with a total sample of 9 ready-to-drink water before filtration and 9 ready-to-drink water samples. Measurement of water quality physical parameters is carried out in situ and laboratory tests. Measurement of the parameters of turbidity, color, total body dissolved substances were tested at the Labkesda DKI Jakarta laboratory. The results of the analysis show that the physical parameters of ready-to-drink water quality before filtration at the University of Indonesia in 2023 meet the requirements, namely 3 samples (33.3%) of the 9 samples studied and the other 66.7% do not meet the requirements. The results of the analysis show that the quality of ready-to-drink water after filtration for physical parameters at the University of Indonesia in 2023 meets the requirements of 3 samples (33.3%) of the 9 samples studied, 66.7% do not meet the requirements. the results of the bivariate test analysis, only the temperature parameter that there is a difference between the quality of ready-to-drink water before and after filtration. This is indicated by the p value of 0.008 (p <0.05). As for the parameters of turbidity, color, odor, electrical conductivity, total dissolved substances and pH there is no significant difference. The conclusion of this study is that 9 of the ready-to-drink water before being filtered were studied, only 3 samples that met the physical parameter requirements and 9 of the ready-to-drink water after being filtered that were studied that met the physical parameter requirements, totaling 3 samples in accordance with Minister of Health Regulation Number 2 Year 2023."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanung Fajar Yuniarto
"Salah satu upaya pemerintah dalam menanggulangi banjir di DKI Jakarta adalah membuat saluran interkoneksi (sudetan) yang menghubungkan sungai Ciliwung dan sungai Cipinang. Dengan adanya sudetan tersebut maka akan menambah beban
pencemar di Kanal Banjir Timur (KBT) melalui sungai Cipinang. Melalui pemodelan QUAL2K kita dapat melihat kualitas air di kedua sungai tersebut dengan memasukan beban pencemar berupa limbah industri (point source) dan limbah rumah tangga (non point source) . Hasil dari pemodelan tersebut, nantinya akan dianalisa dengan menggunakan metode STORET untuk mendapatkan baku mutu yang ada pada hulu KBT. Dari hasil pemodelan tersebut didapatkan bahwa baku mutu di KBT adalah kelas IV dan tidak bisa dimanfaatkan sesuai dengan rencananya. Perubahan kualitas air pada KBT justru menunjukan kenaikan akibat adanya sudetan tersebut karena kualitas air di sungai Ciliwung saat banjir (kelas III, STORET -2) lebih baik dari sungai Cipinang (kelas III, STORET -4) dan didukung dengan besarnya debit yang mengalir melalui sudetan Ciliwung. Upaya dalam memperbaiki kualitas air dilakukan dengan membangun IPAL Terpadu yang diharapkan dapat memberi ruang untuk self purification dan memberi kemudahan dalam memonitor beban pencemar yang masuk sungai.

Ciliwung tunnel is one of goverment policy to reduce peak flood in ciliwung river. This tunnel interconecting Ciliwung river toward Eastern Flood Cannal through Cipinang river. Pollutant load in Ciliwung river brought toward Eastern Flood Cannal due to Ciliwung tunnel which effect water quality at that. By using QUAL2K tools (with Industrial waste water/Point Source and domestic waste water Point Source input) we could illustrated water quality. The result of this tools used to define water quality standard at Eastern Flood Cannal by using STORET method. The result of QUAL2K show that water quality standard at Eastern Flood Cannal classified in IV Class, it’s identified that the water can’t be used. Water quality at cannal due to Ciliwung tunnel has increase because at flood condition water quality ini Ciiwung river (II Class) is better than water quality in Cipinang river (Class III) and a lot of discharge input through the tunnel so that shedding will occur. Build a integrated waste water treatment is one of efford to increase water quality ini river. It’s expected to reach an space for self purification and facilitate to control waste water quality before enter the river."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46187
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"An acencer water spring with a discharge of 2 - 4 L/sec. Was observed at the underground correlation tunel of the hydro - electri generator room the Jatiluhur Dam . Unfortunately his spring was never utilized. .."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Haryoto Kusnoputranto
"Pemanfaatan sungai Ciliwung sebagai Daerah aliran Sungai untuk berbagai keperluan bagi penduduk Jakarta memiliki arti yang sangat penting. Gerakan Ciliwung Bersih merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas air sungai Ciliwung.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai Gerakan Ciliwung Bersih terutama pengaruhnya terhadap kualitas air dan Angka Kematian Bayi. Secara khusus diharapkan diperoleh informasi kualitas bakteriologis air bersih yang digunakan penduduk, mengetahui Angka Kematian Bayi, serta diketahuinya hubungan antara kualitas bakteriologis air bersih dan air sungai Ciliwung dengan Angka Kematian Bayi. Pada akhirnya akan memperoleh gambaran karakteristik demografi dan sosial budaya penduduk, penyediaan dan pemanfaatan MCK, serta sarana pembuangan limbah dalam kurun waktu 4 tahun terakhir di Kelurahan Manggarai Jakarta Selatan.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross-sectional dengan mengadakan wawancara kepada responden terpilih menggunakan kuesioner, sedangkan pemeriksaan sampel air dilakukan dengan mengambil sampel air baik dari sumur pompa tangan penduduk, hidran umum yang terdapat di MCK dan pengambilan sampel air sungai Ciliwung, kemudian hasil pemeriksaan bakteriologis sampel air dinyatakan dengan Index Most Probable Number (MPN) atau perkiraan terdekat jumlah kuman golongan Cali yang paling mungkin. Pengumpulan data tentang Angka Kematian Bayi dilakukan dengan memperoleh data dari Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan Tebet Jakarta Selatan dalam kurun waktu 4 tahun terakhir.
Pengujian sampel air menunjukkan bahwa kualitas bakteriologi air yang berasal dari hidran di MCK seluruhnya negatif, 70% dari sumur pompa tangan negatif sedangkan yang dari air sungai Ciliwung masih terdapat Coll namun angkanya menunjukkan penurunan jika dibandingkan angka 4 tahun sebelumnya. Terdapat kecenderungan penurunan Angka Kematian Bayi sebesar 44,44 per 1000 kelahiran hidup (1985-1989) dan 1,67 per 1000 kelahiran hidup dalam periode 1989-1993."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Krismono
"Danau Limboto di Provinsi Gorontalo merupakan aset ekologis aset media produksi perikanan."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2010
551 LIMNO 17:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Hana Ashillah
"Latar Belakang: Pada tahun 2019, air sumur menjadi sumber air bersih utama bagi 76,18% rumah tangga di Indonesia, tetapi Provinsi DKI Jakarta menjadi wilayah dengan nilai Indeks Kualitas Air terendah ke-3 di Indonesia. Tujuan: Menganalisis hubungan antara faktor topografi, sosio-demografi, dan kejadian banjir terhadap kualitas air sumur di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017-2019. Metode: Desain studi ekologi dengan menggunakan data sekunder dan unit analisis kelurahan yang berjumlah 261. Analisis data menggunakan uji korelasi dan analisis spasial. Hasil: Kualitas air sumur selama kurun waktu 2017-2019 di wilayah Provinsi DKI Jakarta sebagian besar tidak memenuhi syarat sebanyak lebih dari 83%. Wilayah yang kualitas air sumurnya rentan tercemar adalah Kota Jakarta Utara. Faktor yang berhubungan signifikan terhadap kualitas air sumur adalah ketinggian wilayah (p = <0,001), kepadatan penduduk (p = 0,015), dan tingkat pendidikan rendah (p = 0,028). Kesimpulan: Kualitas air sumur di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017-2019 sebagian besar tidak memenuhi syarat dengan faktor risiko berupa ketinggian wilayah, kepadatan penduduk, dan tingkat pendidikan. Saran: Pemerintah daerah dan swasta dapat berkolaborasi untuk memperluas jaringan air perpipaan agar kualitas air lebih terjamin serta melakukan publikasi dan edukasi kepada masyarakat terkait kondisi air sumur, pencegahan, serta cara mengatasi pencemaran air sumur.

Background: In 2019, well water was the primary clean water source for 76.18% of Indonesian households, but DKI Jakarta had the third-lowest Water Quality Index in Indonesia. Objective: To analyzed the impact of topographic, socio-demographic factors, and flood events on well water quality in DKI Jakarta from 2017 to 2019. Methods: Ecological study design used secondary data and analysis units consisting of 261 sub-districts. Data analysis used correlation tests and spatial analysis. Results: The quality of well water during the 2017-2019 period in the DKI Jakarta Province area mostly did not meet the standards by more than 83%. The area with vulnerable well water quality was North Jakarta City. Factors significantly related to well water quality were altitude (p = <0.001), population density (p = 0.015), and low education level (p = 0.028). Conclusion: Well water quality in DKI Jakarta from 2017 to 2019 was mostly substandard due to elevation, population density, and education levels. Recommendation: Local governments and private sectors should expand the piped water network and educate the public on well water quality, prevention, and solutions.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Don Fonseka Reza Abdul Latif
"Danau Mahoni adalah salah satu danau yang berada di kawasan Universitas Indonesia dengan fungsinya sebagai daerah resapan air dan sebagai penampung limbah-limbah yang berasal dari fakultas yang berada disekitarnya. Pencemar yang masuk ke badan air ini dapat menurunkan kualitas air danau dan membahayakan ekosistemnya. Salah satu proses pengelolaan air yang dapat meningkatkan kualitas air adalah proses aerasi. Tipe aerator yang umum digunakan adalah aerator berjenis kincir air (paddle wheel). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan parameter DO, amonia, dan nitrat pada lingkup area yang ditinjau dengan variasi jarak horizontal, menganalisis jarak optimum dari pengaruh pengoperasian aerator kincir air pada saat aerasi selama 4 jam, Menganalisis pengaruh durasi pengoperasian aerator yang lebih lama terhadap perubahan parameter air danau yang ditinjau, dan menganalisis pengaruh pengoperasian aerator terhadap perubahan parameter pada air di belakang aerator. Data yang diperoleh nantinya akan dianalisis menggunakan metode uji T, uji korelasi, dan presentase perubahan nilai. Berdasarkan analisis hasil penelitian, diperoleh bahwa aerator tipe kincir air dapat meningkatkan DO dari 3,58 mg/L menjadi 7,86 mg/L atau sebesar 54,44% pada waktu pengoperasian selama 5 jam. Pengoperasian aerator ini juga dapat menurunkan konsentrasi amonia dari 2,3 mg/L menjadi 0,82 mg/L atau sebesar 179,64% pada pengoperasian selama 5 jam. Pada parameter lainnya yaitu nitrat, terjadi peningkatan dari 1,7 mg/L menjadi 2,1 mg/L pada pengoperasian selama 5 jam. Pengoperasian aerator kincir air juga memberikan pengaruh yang signifikan ke arah belakang dari peletakan aerator kincir air. Secara keseluruhan waktu optimum aerator kincir air yang diperoleh dari penelitian ini adalah 5 jam dengan jangkauan maksimal hingga 5,5 meter, pengoperasian pada waktu optimum tersebut dapat meningkatkan konsentrasi parameter DO dan nitrat hingga memenuhi baku mutu kelas I dan untuk parameter amonia memenuhi baku mutu kelas III.

Lake Mahoni is one of the lakes located in the University of Indonesia area with its function as a water catchment area and as a reservoir for waste originating from the faculties around it. Pollutants that enter these water bodies can reduce the quality of lake water and endanger the ecosystem. Substances that have the potential to pollute Mahogany Lake are organic pollutants such as ammonia, nitrate, nitrite, phosphorus, and other elements. One of the water management processes that can improve water quality is the aeration process. This process will add oxygen to the water and then reduce the pollutant content in the water. One type of aerator commonly used is the paddle wheel type aerator. This study aims to analyze changes in DO, ammonia, and nitrate parameters in the scope of the area reviewed by varying horizontal distances, analyzing the optimum distance from the effect of operating a waterwheel type aerator when aeration is carried out for 4 hours, analyzing the effect of operating duration of a waterwheel type aerator that is longer time on changes in lake water parameters under review, and analyze the effect of operating a waterwheel type aerator on changes in parameters in the water behind the aerator. The data obtained will later be analyzed using the T test method, correlation test, and the percentage change in value. Based on the analysis of the research results, it was found that the waterwheel type aerator could increase DO from 3.58 mg/L to 7.86 mg/L or by 54.44% during 5 hours of operation. Operation of this aerator can also reduce the concentration of ammonia from 2.3 mg/L to 0.82 mg/L or 179.64% in operation for 5 hours. In other parameters, namely nitrate, there was an increase from 1.7 mg/L to 2.1 mg/L in operation for 5 hours. The operation of the waterwheel aerator also has a significant influence towards the rear of the placement of the waterwheel aerator. Overall, the optimum time for the waterwheel aerator obtained from this study is 5 hours with a maximum range of up to 5.5 meters, operation at this optimum time can increase the concentration of DO and nitrate parameters to meet class I quality standards and for ammonia parameters to meet class I quality standards. III.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Rizka Ardhini
"Ruang terbuka hijau dengan sungai terdegradasi tidak dapat menerapkan fungsinya secara optimal. Tebet Eco Park (TEP) bagian Utara yang merupakan implementasi RTH memiliki saluran air yang menyerupai sungai dengan kondisi terdegradasi dan menimbulkan bau tidak sedap sehingga fungsinya sebagai RTH tidak terpenuhi secara maksimal. Berdasarkan persepsi pengunjung, bau cenderung lebih signifikan pada hari kerja di area terbuka taman. Bau pada TEP Utara tersebut cukup sering timbul dan belum ditindaklanjuti secara efektif oleh pihak pengelola taman. Berdasarkan hasil uji diperoleh bahwa kadar amonia, COD, total coliform, dan angka bau di saluran air TEP Utara cukup tinggi dengan nilai tertinggi sesuai urutan: 18,3 mg/L; 92 mg/L; 4.300.000 MPN/100 mL; dan 200. Terdapat korelasi signifikan negatif pada akhir pekan untuk COD terhadap angka bau. Tidak hanya itu, pada hari kerja juga diperoleh korelasi positif yang signifikan antara COD, total coliform, dan suhu terhadap angka bau sehingga bau dapat disebabkan oleh tingginya bahan organik dan proses dekomposisi di air. Dengan menyesuaikan terhadap kondisi eksisting saluran air TEP Utara, peningkatan kualitas air dapat dilakukan dengan serangkaian pengolahan oleh granular activated carbon (GAC), cascade aerator, horizontal subsurface flow constructed wetland (HSSFCW), dan ecoenzyme.

Green open spaces with degraded rivers are incapable of delivering their role optimally. As an example of implementation of green open space, the Northern area of Tebet Eco Park (TEP) has a waterway resembling a river that has degraded and producing an unpleasant odor, thus failing to fulfill its role effectively. According to visitor’s perceptions, the odor tends to be more pungent on weekdays in the open areas of the park. Pungent odor at North TEP frequently occurs and has not been effectively addressed by the park management. The waterway in the park has a high level of ammonia, COD, total coliform, and odor threshold number, with the highest values for each parameter being: 18,3 mg/L; 92 mg/L; 4.300.000 MPN/100 mL; and 200 as TON. There is a significant negative correlation between COD and odor intensity on the weekend. Additionally, a significant positive correlation was found on weekday between COD, total coliform, and temperature to the odor intensity that indicates that the odor may be caused by high organic matter and decomposition processes. To improve the water quality in the North TEP waterway, a series of treatments using granular activated carbon (GAC), cascade aerator, horizontal subsurface flow constructed wetland (HSSFCW), and ecoenzyme can be implemented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>