Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122656 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aksamil Khair
"Produk alas kaki merupakan salah satu komoditi ekspor andalan Indonesia. Industri alas kaki terbukti memasukan devisa yang cukup besar kepada negara, di samping itu industri alas kaki juga menyerap tenaga kerja yang cukup besar (tahun 1998 lebih dari 380 ribu). Dalam beberapa tahun terakhir nilai ekspor alas kaki Indonesia mengalami penurunan, penurunan tersebut semakin tajam pada saat Indonesia dilanda krisis.
Salah satu penyebab merosotnya nilai ekspor produk alas kaki disebabkan karena semakin ketatnya persaingan di sektor ini, serta tingginya tingkat ketergantungan terhadap bahan baku dan bahan pendukung impor (70%).
Daya saing produk alas kaki Indonesia di pasar AS semakin menurun, akan tetapi pada saat yang bersamaan daya saing produk yang berasal dari negara pesaing semakin menguat, ini ditandai dengan nilai ekspor Indonesia menurun sedangkan nilai ekspor negara pesaing justru sebaliknya.
Agar kondisi ini (semakin melemahnya daya saing) tidak terns berlanjut, maka diperlukan suatu strategi dalam rangka meningkatkan keunggulan daya saing produk alas kaki tersebut khususnya untuk pasar AS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi kekuatan daya saing produk alas kaki Indonesia di pasar AS dan mencari solusi alternatif strategi yang akan diterapkan dalam upaya peningkatan daya saing. Keterkaitan antara kebijakan pemerintah, pelaku industri, organisasi non pemerintah, asosiasi dan sektor swasta lainnya adalah hal yang juga menjadi perhatian.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA), ternyata bahwa kekutan daya saing produk alas kaki Indonesia semakin melemah, ini ditandai dengan nilai RCA yang semakin menurun.
Untuk menentukan alternatif strategi, digunakan teknik proses hirarki analitik yaitu permodelan dengan menggunakan skala prioritas. Dengan mengunakan metode ini diperoleh bahwa Faktor-faktor yang berpengaruh dalam upaya peningkatan daya saing produk alas kaki Indonesia adalah : Kondisi Faktor; Kondisi Permintaan; Industri terkait dan Pendukung; Strategi, Struktur dan Persaingan; Kebijakan Pemerintah; Kesempatan/Peluang.
Pelaku yang berpengaruh dalam upaya peningkatan daya saing adalah pemerintah, industri, industri pemasok, asosiasi, lembaga keuangan (perbankan), lembaga standar Amerika Serikat dan negara pesaing.
Terdapat tiga alternatif strategi dalam upaya peningkatan daya saing, prioritas pertama adalah penguasaan teknologi, alternatif ini dua kali lebih penting dari pada alternatif yang lain, yaitu penciptaan iklim usaha yang kondusif serta peningkatan pemakaian bahan baku dalam negeri.
Dewasa ini penguasaan teknologi adalah sesuatu yang mutlak diperlukan karena produk yang dihasilkan dengan teknologi akan lebih mampu bersaing.
Semua ini sangat bergantung pada komitmen dari semua pihak baik pemerintah, dunia industri dan pihak terkait lainnya untuk menyadari sepenuhnya, bahwa agar daya saing produk alas kaki tidak terus melemah, harus dicarikan alternatif strategi untuk dapat mengatasinya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T3838
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saiful Bahri
"Dalam proses liberalisasi perdagangan dunia baik secara regional maupun internasional yang berlangsung hingga saat ini, dimana persaingan menjadi semakin ketat, memaksa tiap perusahaan / negara untuk dapat menemukan suatu strategi yang tepat berupa perencanaan dan kegiatan operasinal yang terpadu yang mengkaitkan Iingkungan eksternal dan internal sehingga dapat mempertahankan dan meningkatkan keunggulan daya saing berkelanjutan. Demikian pula untuk industri kertas nasional untuk dapat menangkap peluang yang ada tersebut dalam kondisi persaingan yang cukup ketat maka diperlukan daya saing industri kertas nasional yang kuat melalui peningkatan produktifitas sehingga dapat mengatasi pesaing dunia lainnya. Untuk mendapatkan gambaran daya saing industri kertas
nasional sehingga dapat diterapkan suatu strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan maka perlu dilakukan suatu ?studi daya saing industri kertas nasional".
Untuk melihat posisi daya saing industri kertas nasional digunakan metoda Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) yang akan menggambarkan tahapan perkembangan industri kertas nasional, dan revealed comparative advantage (RCA) yang akan memberikan gambaran keunggulan komparatif industri kertas nasional. Sedangkan untuk melihat adanya efek daya saing dalam pertumbuhan ekspor kertas nasional digunakan metode Constant Market Share Analysis (CMSA).
Sementara untuk menentukan Faktor-faktor yang berpegaruh terhadap daya saing industri kertas nasional dengan pendekatan model diamond Poorter?s, sedangkan alaternatif starteginya juga menggunakan alternatif strategi yang ditawarkan oleh Porter yaitu strategi generik keunggulan biaya menyeluruh, strategi generik differensiasi dan strategi generik fokus.
Dari hasil perhitungan ISP menunjukkan bahwa industri kertas terbagi dalam dalam empat tahap perkembangan industri. Sedangkan dari perhltungan RCAnya menunjukkan bahwa daya saing kertas dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu industri kertas yang berdaya saing kuat, sedang dan Iemah. Sementara hasil analisis CMS menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor kertas disebabkan karena
efek pertumbuhan permintaan dunia dan efek daya saing.
Sedangkan dari hasil pengolahan hirarki didapatkan bahwa faktor yang paling utama mempengaruhi daya saing nasional adalah faktor dalam negeri baik kondisi permintaan dalam negeri maupun Iingkungan internal perusahaan seperti kondisi faktor produksi dan tingkat persaingan yang ada. Faktor peranan pemerintah dan adanya kesempatan/peluang tidak terlalu mempengaruhi daya saing kertas nasional. Kondisi ini lebih disebabkan karena industri kertas sudah tidak dilindungi lagi dalam arti hambatan persaingan. Hambatan tarif sudah dihapuskan sehingga peranan pemerintah hanya sebagai fasilitator semata.
Dari hasil pengolahan alternatif strategi, berdasarkan pengolahan vertikal maka urutan prioritas pertama adalah keunggulan biaya menyeluruh yang dapat dilakukan melalui peningkatan pemanfaatan kapasitas terpasang industri kertas nasional, kemudian diikuti oleh strategi fokus, dimana diharapkan industri kertas dapat mengisi peluang pasar di belahan dunia yang tidak mengaitkan perdagangan
kertas dengan isu-isu Iingkungan. Alternatif strategi terakhir yang merupakan prioritas paling bawah adalah dengan melakukan differensiasi, yaitu membuat kertas yang unik yang membedakan dari produk sejenis sehingga didapatkan nilai tambah yang cukup besar."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12465
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Gunawan
"Sistem ekonomi pasar merupakan sistem ekonomi yang paling tinggi efisiensinya diantara semua sistem ekonomi yang kita kenal. Ekonomi pasar, termasuk persaingan antara produsen dan pembeli menjamin penyediaan terbaik kebutuhan konsumen akan barang serta peningkatan kesejahteraan umum. Persaingan mengakibatkan modal dan sumberdaya lainnya digunakan ditempat-tempat yang paling produktif.
Di banyak negara, untuk waktu yang lama, pemerintah menjadikan sektor telekomunikasi sebagai pasar monopoli. Namun pada akhirnya pemerintah menyadari bahwa tidak pada semua bagian dari industri telekomunikasi memiliki karakteristik yang tepat jika dilakukan dengan sistem monopoli, dan pada saat yang sama, teknologi menawarkan penurunan biaya investasi dan tumbuhnya tuntutan masyarakat akan tersedianya kapasitas yang baru.
Liberalisasi telekomunikasi memberikan hasil yang sangat positif. Studi yang dilakukan ITLI (International Telecommunication Union), mengindikasikan suatu hubungan yang significant antara ukuran l1beralisasi pasar dengan tingkat pertumbuhan keparlatan pengguna telepon, balk untuk telepon bergerak maupun telepon tetap. Disaat kompetisi menjadi suatu tren yang terns didorong keberadaanya di seluruh belahan dunia, ternyata disinyalir masih ada Para pemain di bisnis telekomunikasi yang perilakunya menghambat terwujudnya persaingan yang sehat di sektor ini.
Sebagai salah satu pemain telekomunikasi di Indonesia, TelkomFlexi ditengarai berperilaku anti kompetisi. Beberapa perilaku TelkomFlexi yang ditengarai anti kompetisi adalah perilaku penyalahgunaan po5isi dominan PT.TELKOM di bisnis telekomunikasi telepon tetap, melakukan diskriminasi harga, melakukan blocking dengan produk pesaingnya, serta melakukan subsidi silang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikhsan
"Salah satu industri yang memiliki keunggulan komparatif di Indonesia adalah industri kerajinan rotan, di mana keunggulan dalam industri kerajinan rotan ini terletak pada berlimpahnya bahan mentah rotan di Indonesia. Namun faktor keunggulan komparatif tersebut tidak sepenuhnya dapat mendorong laju pertumbuhan ekspor, mengingat lingkungan persaingan yang kompetitif.
Dalam tulisan ini penulis ingin meneliti mengenai salah satu industri kerajinan rotan Indonesia yaitu CV.TIC. Permasalahan yang terjadi adalah kecenderungan untuk kurang memfokuskan diri kepada kompetensi yang dimiliki, aktor yang berperan, skenario yang akan dicapai, persoalan yang menjadi kendala dalam pencapaian tujuan, serta strategi dalam mencapai keunggulan bersaing yang menjadi tujuan utama.
Untuk dapat menjawab permasalahan yang ada dalam tujuannya mencapai keunggulan bersaing CV.TIC, analisis dilakukan dengan menggunakan Analytical Hierarchical Process (AHP). Responden penelitian terdiri dari 6 orang dari jajaran manajemen CV.TIC, dengan maksud mencapai kesepakatan melalui suatu konsensus dalam menjawab permasalahan yang ada dalam bentuk suatu hirarki keputusan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengendalian mutu merupakan kompetensi yang paling berpengaruh terhadap keunggulan bersaing CV.TIC dengan bobot nilai 40,73%. Pelaku yang paling berperan dalam meningkatkan daya saing CV.TIC adalah pemilik I pimpinan perusahaan CV.TIC (46,60%). Prioritas skenario yang akan dicapai oleh CV.TIC adalah peningkatan produksi (45,25°%). Persoalan yang paling berpengaruh adalah persoalan kualitas sumber daya manusia (57,71%). Persoalan kualitas sumberdaya manusia yang menjadi sorotan utama adalah kurang tersedianya tenaga-tenaga yang handal dan berkualitas dalam kegiatan pemasaran dan pengembangan desain. Alternatif strategi yang lebih diprioritaskan adalah mengadakan pelatihan pemasaran (46,09%).
Pilihan strategi ini didasari kepentingan untuk menutup kelemahan yang ada di CV.TIC, dimana untuk mendukung keunggulan CV.TIC dalam pengendalian mutu perlu ditunjang oleh kegiatan pemasaran yang handal.
Sedangkan rekomendasi yang diberikan kepada CV.TIC adalah melakukan pengembangan terhadap desain produknya melalui strategi aliansi dalam upaya membangun kompetensi dalam pengembangan desain."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T3218
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivky Rasjid
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti tingkat kompetisi di industri perbankan Indonesia dan melihat hubungannya ke tingkat profitabilitas perbankan syariah dan perbankan konvensional di Indonesia. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tingkat konsentrasi di industri perbankan di Indonesia cukup tinggi jika dilihat dengan menggunakan concentration ratio namun dengan menggunakan HHI dapat dilihat bahwa tingkat kompetisinya masih cenderung rendah. Tingkat profitabilitas pada perbankan konvensional secara rata rata lebih tinggi dibandingkan perbankan syariah jika dihitung menggunakan ROA namun tingkat profitabilitas perbankan syariah akan lebih tinggi jika dibandingkan perbankan konvensional dengan menggunakan NIM sebagai proksi sebagai tingkat profitabilitas. Jika menggunakan ROA sebagai variabel dependen tingkat kompetisi memiliki hubungan negatif dan tingkat konsentrasi akan memiliki hubungan positif kepada tingkat profitabilitas selain itu ukuran dan BOPO perusahaan juga memiliki hubungan negatif terhadap tingkaty profitabilitas. Tingkat profitabilitas perbankan syariah juga lebih rendah dibandingkan perbankan konvensional dengan menggunakan ROA sebagai proksi profitabilitas. Dengan menggunakan NIM sebagai proksi dari tingkat profitabilitas terjadi perbedaan reaksi pada HHI yang bisa juga melihat tingkat konsentrasi dan PRH yang melihat tingkat kompetisi , tingkat konsentrasi memiliki hubungan positif dengan NIM dan tingkat kompetisi juga memiliki hubungan positif dengan NIM sementara ukuran, market share dan BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap NIM.

The study aims to examine the degree of competition in the banking industry in Indonesia and see the relationship with the level of profitability of Islamic banking and conventional banking in Indonesia. In this study it was found that the level of concentration in the banking industry in Indonesia is quite high when assesed using the concentration ratio but by using the HHI, it can be seen that the level of competition is still likely to be low. The level of profitability in conventional banking is higher than the average of the Islamic banking if calculated using ROA but Islamic banking profitability will be higher when compared to conventional banking by using NIM as a proxy for the level of profitability. By using ROA as the dependent variable, level of competition has a negative relationship and the level of concentration will be positively related to the level of profitability. The firm size and BOPO also negatively related to profitability level. Islamic banking profitability levels are also lower than conventional banking by using ROA as a proxy for profitability. By using NIM as a proxy of the level of profitability there is some difference. The HHI which assesed the concentration levels and PRH which see the level of competition, the level of concentration has a positive relationship with NIM and the level of competition also has a positive relationship with NIM as size, meanwhile market share and BOPO and Size of the bank have negative effect on NIM."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S52990
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Iman
"Sebagai negara yang menganut sistem dual banking, maka penting untuk mengetahui tingkat persaingan perbankan di Indonesia, khususnya perbankan syariah. Apalagi dengan jumlah perbankan syariah yang relatif sedikit, kuat dugaan terjadi pola persaingan yang kolutif. Oleh sebab itu digunakan model penelitian yang dikembangkan oleh Panzar dan Rosse (1987) untuk data perbankan syariah dan konvensional Indonesia periode tahun 2003-2008.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun jumlah perbankan syariah relatif sedikit, namun struktur pasar yang ada adalah monopolistik dan tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa persaingan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional berbeda. Untuk menunjang perkembangan perbankan syariah, bank syariah perlu untuk memperhatikan pengelolaan dalam manajemen aset dan liabilitas yang baik. Selain itu, otoritas perbankan perlu memcermati bentuk persaingan yang terjadi.

Indonesia has dual banking system in its banking industry. Therefore it is important to know competition amongs banking especially syariah banking. Moreover with the small number of syariah banking that exists in Indonesia it is reasonable to guess that there are colutif competition among them. In order to investigate the degree of competition in Indonesia banking's industry, we apply Panzar-Rosse model with the period of estimation between 2003 to 2008.
In conclusion, it is suggested that there is monopolistic competition. Moreover, there is no strong evidence to assert that syariah and konvensional banking are difference in their competition conduct. In order to reinforce the growth of Syariah banking, it is important for syariah banking to manage carefully its asset and liability management. In addition, banking authority have to notice competition that exist in banking industry.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
6522
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Abdurrochman Zamzami
"Rencana pengembangan penianfaatan gas bumi yang dilakukan Pemerintah saat ini dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak di dalam negeri. Dalam kaitan ini sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT PGN (Persero) mendapat tugas untuk ikut mengembangkan dan memanfaatkan gas bagi kepentingan masyarakat dan sekaligus mennlpuk keuntungan sehingga dapat berkembang sebagaimana lazimnya sebuah perusahaan. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut ada beberapa kendala yang harus dihadapi oleh Perusahaan yaitu terbatasnya sumberdaya yang dimilikinya dan adanya perubahan lingkungan strategis Perusahaan. Kemudahan yang selama ini dinikmati oleh Perusahaan yang berupa "monopoli secara terbatas" secara berangsur akan hilang, beralih ke mekanisme pasar. Oleh karena itu dalam kondisi lingkungan strategis Perusahaan yang sedang berubah dan dengan sumberdaya yang tebatas, agar dapat inalaksanakan misinya diperlukan strategi pengembangan yang tepat.
Tujuan penulisan Tesis ini adalah untuk mencari alternatif strategi pengembangan usahayang tepat, yang dapat menumbuhkan kompetensi dan kapabilitas Perusahaan untuk memperkuat landasan keunggulan bersaing Perusahaan secara berkesinambungan. Analisis dilakukan secara kwalitatif dengan menggunakan metoda pendekatan analisis strategi bcrbasis sumberdaya.
Dari hasil analisis diketahui bahwa Perusahan memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah: a) Luasnya jaringan pipa yang dimiliki Perusahaan saat ini, yang telah terpasang pada daerah sentra-sentra industri memiliki entry barier yang tinggi.b) Kinerja Perusahaan cukup baik sebagai modal untuk membangun kepercayaan investor. c) Keunggulan laumya seperti kwalitas SDM, kapabilitas Perusahaan yang khas dll. Sedangkan kelemahan antara lain terbatasnya sumberdaya keuangan Perusahaan dan kurangnya pcngalaman dalam bidang transmisi gas.
Dan dari basil analisis juga didapat altematif strategi pengembangan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Meningkatkan pangsa pasar gas bumi, b) Mengembangkan kompetensinya di bidang distribusi dan teknik utilisasi gas. Hal ini diharapkan akan menjadi kompetensi atau kapabilitas yang khas bagi Perusahaan sehingga dapat menjadi keunggulan bersaing Perusahaan dimasa mendatang. Agar Perusahaan dapat berkonsentrasi pada kompetensi intinya perlu dilakukan outsourcing terhadap kegiatankegiatan atau sumberdaya yang tidak menunjang kapabilitas stratejiknya . c) Diversifikasi ke bidang transmisi gas sesuai dengan misinya. d) desentralisasi.
Dengan menerapkan langkah-langkah strategi di atas diharapkan Perusahaan dapat memperkuat landasan keunggulan bersaing sehingga mampu berkembang secara berkesinambungan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sujitno Affandi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan strategi bersaing PT Makindo Tbk dalam industri Pasar Modal. Menurut Michael E. Porter, faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan strategi bersaing suatu perusahaan dalam industri tertentu tergantung pada 5 kekuatan persaingan, yaitu : (1) ancaman kekuatan pendatang baru, (2) ancaman kekuatan tawar menawar pemasok, (3) ancaman kekuatan tawar menawar pembeli, (4) intensitas persaingan antara para pesaing, dan (5) ancaman kekuatan produk pengganti.
Dalam menghadapi kelima ancaman kekuatan persaingan tersebut, Porter menawarkan alternatif penggunaan strategi bersaing generik yang terdiri atas 3 elernen yaitu (a) keunggulan biaya, (b) diferensiasi, dan (c) fokus Berta strategi bersaing lainnya, diantaranya adalah meningkatkan pelayanan, meningkatkan mutu produk/jasa, memperluas jaringan atau cabang, meningkatkan reputasi dan meningkatkan permodalan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah populasi sebanyak 187 orang dari PT Makindo Tbk. Responden yang diambil sebagai sample sebanyak 100 orang dan ditentukan secara purposive masing-masing untuk direksi 7 orang, manajer menengah 11 orang dan staf profesional 82 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan strategi bersaing PT Makindo Tbk dipengarhi oleh ancaman kekuatan pendatang bare (kuat), ancaman kekuatan tawar menawar pemasok (sangat kuat), ancaman kekuatan tawar menawar pembeli (kuat), intensitas persaingan antara perusahaan efek (kuat), dan ancaman kekuatan produk pengganti (kuat).
Berdasarkan kondisi tingkat ancaman kelima kekuatan tersebut, prioritas pengembangan strategi bersaing (generik dan lainnya) yang dilakukan secara berurutan adalah perluasan jaringan atau cabang dan peningkatan mutu pelayanan (skor rata-rata 16,13%), peningkatan reputasi dan fokus (skor rata-rata 15,15%) dan keunggulan biaya (skor rata-rata 14,6%).16,13%), peningkatan reputasi dan fokus (skor rata-rata 15,15%) dan keunggulan biaya (skor rata-rata 14,6%).
Berdasarkan analisis rangkai atau jaring nilai (value chain), diketahui bahwa sumber-sumber keuggulan bersaing yang berkelanjutan (sustainable competitive advantage) yang dimiliki oleh PT Makindo Tbk yang dapat meningkatkan nilai dan menciptakan cash generating income adalah kurva belajar (pengalaman), tim analisis keuangan yang handal, jaringan atau cabang yang luas, dan reputasi perusahaan.
Disarankan agar pengalaman perusahaan, luasnya jaringan, hubungan antara eksekutif puncak dengan beberapa find manager luar negeri yang sifatnya interpersonal, dan reputasi perusahaan yang selama beberapa tahun menjadi salah satu kunci sukses (key succes factor) dan keunggulan perusahaan tetap dijaga dan ditingkatkan. "
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katrina Marcellina
"Pembuktian kartel tidak dapat dipisahkan dari penggunaan analisa ekonomi untuk membuktikan adanya perjanjian tertulis di antar para pelaku usaha yang dicurigai melakukan kartel. Namun di satu sisi, penggunaan bukti ekonomi (tidak langsung) masih menjadi perdebatan di Indonesia, karena selain mengandung ambigu, penggunaannya belum diatur secara tegas dalam sistem hukum Indonesia. Penelitian ini akan menjabarkan penggunaan analisa ekonomi yang digunakan oleh KPPU untuk membuktikan dugaan-dugaan kartel yang ada selama tahun 2009-2010 serta menganalisa validitas penggunaan analisa ekonomi berdasarkan hukum nasional. Penelitian ini merupakan penelitan hukum normatif yang menggunakan analisa kualitatif. Ketelitian dan ketepatan dalam melakukan penghitungan serta analisa ekonomi adalah suatu hal yang masih harus ditingkatkan oleh KPPU demi perwujudan penegakan hukum persaingan usaha yang ideal.

The use of economic analyis to prove the existence of a gentlement agreement among the alleged cartel members is unseparable from the processs of cartel verification itself. However, on the other hand, the use of economic analysis (which is an indirect evidence), still remains as a controversy, not only because of its ambiguity, but also its method has not yet clearly been regulated under Indonesian law. This research is to elaborate the use of economic analysis employed by the Commission For the Supervision of Business Competition (KPPU) to prove the alleged cartels cases within the year of 2009-2010 and also to examine the validity of the use of economic analysis according to the national law system. This research is a normative legal research with qualitative analysis. Meticulous economic calculation and accuracy in analysis are of something that KPPU should improve for the fulfillment of an ideal competition law enforcement. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
S444
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
C. Kastowo
"Tidak dapat disangkal bahwa dalam setiap aspek kehidupannya, seseorang selalu dihadapkan. pada risiko. Terlebih lagi dengan kemajuan teknologi modern dewasa ini. Teknologi modern di samping memberikan kemudahan bagi manusia, juga menambah semakin kompleksnya risiko yang harus dihadapi. Risiko-risiko yang ada dapat mengancam jiwa seseorang ataupun keluarganya atau juga harta yang menjadi miliknya. Pengertian risiko di sini adalah kemungkinan menderita kerugian yang ditimbulkan oleh suatu kejadian yang belum tentu akan terjadinya.
Kegiatan yang dilakukan atau usaha yang dijalankan oleh seseorang biasanya diarahkan pada hasil yang menguntungkan. Didasarkan pada pemahaman bahwa risiko itu selalu melekat pada setiap langkah seseorang, maka risiko itu selalu diusahakan untuk ditanggulangi. Satu di antara beberapa cara untuk menanggulangi risiko adalah dengan cara asuransi.
Pada dasarnya menanggulangi risiko dengan cara asuransi adalah mengalihkan (mentransfer) risiko (kemungkinan menderita kerugian) yang dihadapi itu kepada perusahaan asuransi. Peralihan risiko dari seseorang (tertanggung) kepada perusahaan asuransi (penangggung) hanya dapat terjadi jika sebelum terjadi risiko telah diadakan perjanjian asuransi. Dalam perjanjian asuransi tersebut pada pokoknya dinyatakan bahwa penanggung dengan menerima suatu premi dari tertanggung, bersedia menerima peralihan risiko yang dihadapi oleh tertanggung. Ujud peralihan risiko ini adalah bahwa jika tertanggung menderita kerugian karena risiko yang diasuransikan, maka kerugian itu akan diganti oleh penanggung."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>