Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167455 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Martisunu
"Minyak pelumas yang bermutu tinggi biasanya telah diramu dengan berbagai aditif antara lain aditif untuk meningkatkan kekentalan, menghambat korosi, anti oksidan, aditif pembersih dan anti aus. Meskipun penambahan aditif kedalam minyak pelumas tersebut relatif kecil (hanya sekitar 1% - 3%) namun nilai tambah dari minyak lumas dasar menjadi minyak lumas beraditif yang siap pakai adalah cukup tinggi.
Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari cara sintesis dari jenis aditif Zn-dialkilditiofosfat (Zn-ddf), serta untuk mengetahui cara pemurnian hasil sintesis identifikasi dan karakterisasi senyawa Zn-ddf. Dalam studi ini dilakukan sintesa salah satu aditif yang digunakan sebagai aditif minyak pelumas yaitu aditif anti oksidan Seng dialkilditiofosfat (Zn-ddf).
Aditif anti oksidan Zn-ddf dari suatu minyak pelumas disintesa dalam reaktor sederhana dengan mereaksikan fosforpentasulfida dengan variasi bermacam macam gugus alkohol (isobutanol, isopropanol, etanol, 2-butanol, metanol, dll) dan Zn-asetat dalam suasana nitrogen. Setelah proses pemurnian dan rekristalisasi, kristal Zn-ddf berwarna putih berhasil didapatkan. Produk sintesis ini berupa kristal putih yang bertitik leleh sekitar 50°C - 141°C.
Hasil analisa Seng dialkilditiophosphat dengan spektrofotometer FT-IR menghasilkan pita-pita serapan yang khas untuk senyawa Zn-dialkilditiophosphat (Zn-ddf) yang menunjukkan adanya ikatan PO - C pada daerah 950 - 1100 cm-1. Berdasarkan analisa unsur terhadap produk Zn-ddf secara perhitungan dan secara percobaan menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh sesuai dengan penelitian Born & koleganya. Lebih lanjut hasil sintesa ini cukup murni dengan sifat-sifat kimia yang mirip seperti diuraikan dalam beberapa acuan.

High Quality of Lubricant Oil was made by a process with varieties of additives such as: viscosity index improver, corrosion inhibitor, anti oxidant & anti wear, detergent etc. Although the addition of additive into the base lubricant is relatively small and contain only 1% - 3 % of the synthesis product, to improve chemical base lubricant, the additional value of lubricant additive is ready to use becomes high enough.
The aim observation is learning synthesis method from anti oxidant Zn-dialkilditiophosphat (Zn-ddf) to understand purification of the synthesis product identification and characterization compound Zn-ddf. Zn-ddf from lubricating oil additive was synthesized in a simple reactor by reacting phosphorous pentasulfida with varieties of alkil alcohol and Zinc acetate under nitrogen condition. After purification and recrystalization process a white crystal of Zn-ddf was successfully obtained. The synthesized product has melting point of approximately 5I7°C - 142 °C.
The result of zinc dialkildithiophosphat analysis using spectrophotometer FTIR, produce describing band which is specific band for Zn dialkilditiophosphat (Zn-ddf), this show PO-C relationship in area 950 - 1100 cm-1. Based on elemental analysis on Zn-ddf indicated that percentage obtained from the experiment can be compared to the percentage obtained from the calculation the result is same as the result by Born & co. The crystal has a sufficient purity and has similar chemical properties to those of Zn-ddf described in the reference.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T4670
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Ansi Virda Arizona
"Pelumas didefinisikan sebagai zat kimia yang diberikan di antara dua permukaan yang saling bergerak secara relatif untuk mencegah keausan pada permukaan. Pemakaian pelumas yang meliputi berbagai bidang, menuntut karakteristik pelumas yang aman bagi kesehatan dan lingkungan, selain memiliki kinerja yang baik terhadap mesin. Minyak nabati merupakan sumber terbaik untuk pengembangan minyak lumas yang ramah lingkungan. Dalam penelitian ini, minyak nabati dari tanaman Jarak (Castor Oil), yang komposisi terbesarnya asam risinoleat, dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan minyak lumas dasar. Dalam rangka meningkatkan sifat-sifat fisiko-kimianya, dilakukan Reaksi Modifikasi Tiga Tahap pada Castor Oil, meliputi transesterifikasi menjadi COME, epoksidasi menjadi ECOME, dan pembukaan cincin epoksida menjadi ProMCO dan PeMCO. Senyawa diol, yaitu 1,3-propanadiol dan 1,5-pentanadiol, digunakan dalam reaksi pembukaan cincin epoksida dengan tujuan meningkatkan kompatibilitas produk reaksi dengan minyak mineral. Produk tiap reaksi dikarakterisasi dan diperoleh kondisi optimum pada reaksi dengan 90 mL 1,3-propanadiol dan 80 mL 1,5-pentanadiol. Uji kompatibilitas dilakukan dengan mencampurkan produk terhadap HVI 160 dan Yubase Mineral Oil pada komposisi 4,8,12,16, dan 20%. Produk campuran dikarakterisasi dan diperoleh bahwa PromCO tidak meningkatkan indeks viskositas HVI 160, sebaliknya PeMCO meningkatkan indeks viskositas sampai 98 untuk komposisi 20%. Sedangkan pencampuran dengan Yubase menunjukkan peningkatan indeks viskositas sampai 134 untuk ProMCO dan 135 untuk PeMCO.

Lubricant is defined as chemical substances applied between two surfaces in order to reduce the friction between them. Lubrication are applied in many sectors of life, thus a lube oil should be environmental and health friendly. Vegetable oil is a good source to produce lube oil that meets this criterion. In this research, vegetable oil from Jatropha (Castor Oil) which is contain of ricinoleic acid at large compotition, utilized to produce base oil. In order to optimize the physical and chemical characteristics, ‘Three Steps Modification Reaction’ is applied. These steps include transesterification to COME, epoxidation to ECOME, and epoxy opening reaction to ProMCO and PemCO. Two kind of diol substances, which are 1,3-propanadiol and 1,5-pentanadiol, are used in the epoxy opening reaction to increase the compatibility of product with mineral oil. Product from each reactions are characterized and optimum condition resulted at 90 mL of 1,3-propanediol and 80 mL of 1,5-pentanediol. Compatibility test was run by blending the each produt with HVI 160 and Yubase Mineral Oil in 4,8,12,16,and 20% of composition. Blended products are characterized. It shows ProMCO shows no tendency to increase the HVI 160’s Viscosity Index while PeMCO increase the viscosity index up to 98 in 20% composition, whereas the Yubase blended products shows an increase in viscosity index up to 134 for ProMCO and 135 for PeMCO."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30711
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ayudiani Atmanegara
"Perubahan kondisi alam yang semakin mengkhawatirkan, mendorong berkembangnya penelitian mengenai pelumas yang lebih ramah lingkungan yang disebut biopelumas. Biopelumas merupakan pelumas yang berbahan dasar minyak nabati yang dapat terdegradasi secara biologis dan dapat diperbaharui. Salah satu contohnya adalah pelumas berbahan dasar minyak jarak Ricinus communis L. (Castor oil). Pada penelitian ini, dilakukan reaksi modifikasi tiga tahap pada Castor oil untuk memperbaiki karakteristik fisiko - kimia, sehingga dapat dijadikan minyak lumas dasar yang berkualitas. Tahapan tersebut, yaitu transesterifikasi menggunakan metanol dan katalis KOH untuk menghasilkan Castor Oil Methyl Ester (COME), epoksidasi dengan hidrogen peroksida dan katalis asam format untuk menghasilkan Epoxidized Castor Oil Methyl Ester (ECOME), serta pembukaan cincin epoksida dengan senyawa diol (1,4-butanadiol dan 1,6-heksanadiol) dan katalis PTSA untuk menghasilkan Butanediol Modified Castor Oil (BuMCO) dan Hexanediol Modified Castor Oil (HeMCO). Kemudian dilakukan pencampuran produk hasil modifikasi dengan minyak mineral (HVI 160 dan Yubase), karena adanya kesamaan komposisi hidrokarbon yang dimiliki oleh keduanya, sehingga dapat dilihat tingkat kompatibilitasnya untuk menghasilkan biopelumas yang berkualitas. Dari hasil penelitian, didapat komposisi senyawa diol optimum, yaitu 70 mL (0,7900 mol) 1,4-butanadiol dan 90 g (0,7614 mol) 1,6-heksanadiol. Produk Pencampuran produk dengan Yubase lebih baik dibandingkan dengan HVI 160, hal ini dibuktikan dari pengamatan visual dan uji viskositas.

Changes in the natural condition that increasingly alarming, encouraging the development of research on the lubricant more environmentally friendly, called biolubricant. Biolubricant is vegetable oil based lubricant which biodegradable and renewable resources. For example is biolubricant from Jatropha plant (Castor oil). In this research, Castor oil is modified by three-step reactions to improve the physico - chemical characteristics with the good quality base lubricating oil. These steps, namely transesterification using methanol and KOH catalyst to produce Castor Oil Methyl Ester (COME), epoxidation using hydrogen peroxide and formic acid catalyst to produce Epoxidized Castor Oil Methyl Ester (ECOME), and epoxide ring opening reaction using diol compounds (1,4- butanediol and 1,6-hexanediol) and PTSA catalyst to produce Butanediol Modified Castor Oil (BuMCO) dan Hexanediol Modified Castor Oil (HeMCO). Then, modification products are mixed with mineral oil (HVI 160 and Yubase), because of the similarity of hydrocarbon compositions owned by both, so the level of compatibility to produce a quality biolubricant can be monitored. The results shows that the optimum composition of diol compounds are 70 ml (0,7900 mol) of 1,4-butanediol and 90 g (0,7614 mol) of 1,6-hexanediol. Mixing ECOME diol with Yubase is better than the HVI 160, this is evident from visual observation and viscosity test."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30590
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Karunia Widhiasari
"Castor oil merupakan salah satu minyak nabati yang dapat digunakan untuk menggantikan penggunaan minyak mineral. Reaksi modifikasi tiga tahap yang meliputi reaksi transesterifikasi, epoksidasi, dan pembukaan cincin epoksida menjadi HexMCO dilakukan untuk memperbaiki karakteristik castor oil. Dalam penelitian ini, digunakan 1-heksanol pada reaksi pembukaan cincin epoksida dengan variasi volume, suhu serta waktu reaksi untuk mengetahui kondisi optimum dari reaksi tersebut. Karakterisasi produk menghasilkan kondisi optimum, yaitu pada penambahan 1-heksanol sebanyak 75 mL, dengan suhu 1000C selama 10 jam. Uji karakteristik HexMCO menunjukkan bahwa HexMCO memiliki nilai titik tuang yang baik. Uji kompatibilitas dilakukan dengan mencampurkan produk dengan minyak mineral HVI 160 dan Yubase. Karakterisasi produk campuran menunjukkan bahwa penambahan HexMCO meningkatkan indeks viskositas kedua campuran, baik dengan HVI 160 maupun Yubase, namun tidak terlalu mempengaruhi nilai titik nyala dan titik tuang campuran.

Castor oil is one of the vegetable oil that can be used to replace the use of mineral oil. The ‘Three Steps Modification Reaction’, which include transesterification, epoxidation, and epoxy opening reaction become HexMCO, done to improve the characteristics of castor oil. In this research, 1-heksanol used on epoxy opening reaction with the variation of volume, temperature and reaction time to determine the optimum conditions of reaction. The optimum reaction is produced by added 75 mL of 1-hexanol at 1000C during 10 hours. Characteristic test of HexMCO show that it is have good characteristic of pour point. Compatibility test was used by blending the HexMCO with HVI 160 and Yubase mineral oil. Blended products are characterized. It shows that HexMCO will increase the viscosity index but it’s no tendency to increase flash point and pour point."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30727
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Feri Hardi Utami
"Castor Oil, yang komposisi terbesarnya asam risinoleat, dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan minyak lumas dasar. Castor Oil yang akan digunakan sebagai biofuel maupun sebagai pelumas harus diproses terlebih dahulu, terutama proses pemurnian. Pada penelitian ini dilakukan optimasi penambahan 1-oktanol dalam pembuatan minyak lumas dasar. Reaksi modifikasi tiga tahap pada Castor Oil dilakukan untuk memperbaiki karakteristik fisika-kimia, sehingga dapat dijadikan minyak lumas dasar berkualitas. Reaksi tersebut meliputi reaksi transesterifikasi, epoksidasi, dan pembukaan cincin epoksida menjadi OctMCO. Pembukaan cincin epoksida menggunakan 1-oktanol menggunakan katalis PTSA dan dilakukan variasi volume 1-oktanol (65, 95, 125 mL), suhu reaksi (60°C, 80°C, dan 100°C), dan waktu reaksi(6, 8, 10 jam). Dari hasil penelitian didapat komposisi optimum yaitu 95 mL 1-oktanol pada suhu 100°C selama 10 jam. OctMCO yang diperoleh memiliki keunggulan pada nilai titik tuang yang rendah. Hasil produk optimum dilakukan pencampuran dengan HVI 160 dan Yubase. Kompatibilitas OctMCO dengan HVI lebih baik dibandingkan dengan Yubase, hal itu terlihat dari banyaknya OctMCO yang tercampur dengan HVI. OctMCO yang bercampur dengan HVI 160 sebanyak 94,5% sedangkan dengan Yubase sebanyak 74,02%. Produk campuran dikarakteristik dan dihasilkan kenaikan indeks viskositas pada HVI dan Yubase.

Castor Oil which is contain of ricinoleic acid at large compotition, utilized to produce base oil. Castor Oil to be used as a biofuel or as a lubricant must be processed first, especially the purification process. In this research, conducted optimization of the addition of 1-octanol in the manufacture of lubricating base oil.Castor oil is modified by three-step reactions to improve the physico-chemical characteristics with the good quality base lubricating. These steps include transesterification, epoxidation, and epoxy opening reaction to OctMCO. Epoxy opening reaction using alcohol compound and PTSA catalyst with variation volume of 1-octanol (65, 95, 125 mL), tempetature (60°C, 80°C, dan 100°C), and time of reaction (6, 8, 10 hours). From the research results obtained optimum conditions is 95 mL of 1-octanol at 100°C in 10 hours. OctMCO obtained has the specal quality of low pour point. The results optimum product performed mixing with HVI 160 and Yubase. Compatibility OctMCO with HVI better than it looks from the many OctMCO mixed with HVI. OctMCO mixed with HVI 160 is 94,5%; whereas mixed with Yubase is 74,02%. Blended products are characterized and show an increase in viscosity index of HVI 160 and Yubase."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34171
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2001
TA948
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Minyak nabali memiliki potensi sebagai bahan dasar minyak lumas yang dapat menggantikan peranan minyak mineral yang semakin lama makin berkurang jumlah bahan bakunya. Suatu minyak dapat dijadikan minyak lumas bi1a memiliki
sifat-sifat fisika, kimia dan mekanis yang sesuai. Anahsis terhadap sifat-sifat minyak biji kepoh menunjukkan bahwa minyak ini memiliki potensi sebagai bahan dasar minyak lumas. Untuk menguji performa ketahanan keausan suatu minyak dapat menggunakan metode four hall wear test, yaitu salah satu metode untuk mengetahui performa minyak lumas dalam mengurangi keausan. Untuk menjelaskan seberapa baik minyak biji kepoh dalam mengurangi kausan. Untuk menjelaskan seberapa baik minyak biji kepoh dalam mengurangi friksi maka sebagai pembanding digunakan minyak mineral HVI 60 dan minyak jarak. Hasil uji keausan denpan metode four ball wear test terhadap minyak biji kepoh, minyak minera1 HVI 60 dan minyak jarak menunjukkan bahwa minyak biji kepoh lebih baik dalam mengurangi keausan dibandingkan kedua minyak pembanding tersebut pada beban II kg, 25 kg dan 46 kg. Penambahan aditif antiwear ZnDTP ke dalam minyak lumas sebanyak 2 % berat dapat meningkatkan ketahanan keausan minyak lumas. Efektivitas tertinggi dari penambahan ZnDTP dimiliki minyak mineral diikuti minyak jarak dan terakhir minyak biji kepoh. Efektivhas aditif ZnDTP meningkat seiring dengan beban pengujian yang meningkat pula, ditandai dengan pengurangan jumlah keausan yang bertambah besar
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49270
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oksi Sigit Pradipta
"Bahan bakar alternatif merupakan salah satu solusi untuk bahan bakar yang terbaharukan. Biodiesel minyak jagung merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan bakar pada mesin diesel. Namun agar dapat digunakan, bahan bakar pengganti tersebut harus memiliki kualitas yang kurang lebih sama dengan bahan bakar yang dipergunakan saat ini.
Cetane number biasanya dijadikan standard untuk menentukan baik buruknya kualitas bahan bakar pada mesin diesel. Selain sebagai bahan bakar alternatif, penambahan biodiesel minyak jagung dengan persentase tertentu merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas bahan bakar yang ditandai dengan naiknya pula cetane number dari campuran bahan bakar tersebut. Dengan dasar inilah, pada penelitian kali ini penulis mencoba membuktikan dengan melakukan penambahan biodiesel jagung dengan persentase 10%, 20%, dan 30% pada 90%, 80%, dan 70% minyak solar murni. Sebagai perbandingan kualitas, campuran minyak ini akan diuji nilai performa dari Specific Fuel Consumption (SFC) , Brake Horse Power (BHP) , effisiensi thermal, dan tingkat opasitasnya.
Hasil dari pengujian didapatkan campuran biodiesel dibanding minyak solar murni, walaupun memiliki rata-rata BHP yang lebih kecil dan SFC yang lebih boros, namun memiliki effisiensi thermal dan tingkat opasitas yang lebih baik. Dapat diambil kesimpulan, seluruh campuran minyak jagung dengan persentase 10 - 30% dapat digunakan pada mesin diesel tanpa memodifikasi mesin tersebut.

An alternative fuel is one of the solutions for the renewable energy source. Corn-oil biodiesel is the potential alternative fuel can be developed purpose for diesel engine fuel. However, it only can be useful if it have a fuel quality almost or equal with the fuel that used right now.
Cetane number is standard value to determine the fuel for diesel engine quality, whether poor or good. Adding corn-oil biodiesel with certain percentage can improve the fuel quality identified by the increasing of its cetane number. With this basic theory, using the blend mixed fuel with composition 10%, 20%, and 30% percentage of corn-oil fuel and 90%, 80%, 70% percentage of pure solar-oil fuel, this research try to proof it using Specific Fuel Consumption (SFC), Brake Horse Power (BHP), thermal efficiency, and opacity level performance as compared items.
As the result, despite the blended corn-oil biodiesel have lower BHP and higher SFC, but it have better either thermal efficiency or opacity level compared with pure diesel oil (solar). For the conclusion, all of the blended corn-oil biodiesel with certain percentage (10 - 30%) can be applied for the diesel engine without modification.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S36230
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Toto Juniandri
"
ABSTRAK
Pada dewasa lemari pendingin mempakan peralawn rumah tangga yang paling banyak membutuhkan energi Iistrik_ Dalam rangka upaya konservasi energi, diadalcan suatu pengujian untuk mengetahui tingkat konsumsi energ lemari pendingin Pengujian dilakukan di dalam suatu mangan yang dikondisikan sesuai dengan standarisasi yang telah dipersyaratkan.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk menganalisa unjuk kerja peralalan mesin pendingin yang digwzakar; unluk mengkondisfkan ruang uji lemari perzdingm Proses yang pertama kali dilakukan dalam penyusunan skripsi ini adalah menentukan berapa besar kapasitas peralatan mesin pendingin yang dibutuhkan untuk mengkondisikan ruang uji lemari pendingin sesuai dengan yang diinginkan. Kedua, menganalisa apakah kapasitas peralatan mesin pendingin yang djgunakan sudah sesuai dengan hasil perancangan. Terakhir, melakukan pengujian unjuk kerja dali peralatan mesin pendingin itu sendiri.
Hasil yang ingin dicapai adalah apakah dengan spesifikasi peralatan mesin pendingin yang saat ini digunakan, kondisi udara di dalam ruang uji dapat mencapai temperatur yang diinginkan.
"
1997
S36807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>