Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136874 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Olva
"Penyebab utama kematian ibu hampir di seluruh dunia terutama di negara berkembang adalah karena komplikasi kehamilan, persalinan maupun nifas yaitu perdarahan, eklamsi, aborsi, sepsis dan persalinan sulit atau lama. Di dunia maupun di Indonesia persalinan lama berada di urutan kelima dari penyebab utama kematian serta kesakitan ibu maupun bayinya. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kejadian persalinan lama adalah faktor ibu, faktor janin serta faktor kehamilan itu sendiri. Persalinan lama dapat dicegah melalui pelayanan yang berkualitas melalui deteksi dini pada saat antenatal dan selama persalinan berlangsung.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian persalinan lama dan faktor yang paling berhubungan dengan kejadian persalinan lama di rumah sakit umum unit swadana daerah Kabupaten Subang Jawa Barat pada tahun 2001. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data sekunder dari bagian kebidanan RSUD Subang tahun 2001. Desain penelitian adalah kasus kontrol dimana kasus adalah ibu yang mengalami persalinan lama yang dikaitkan dengan umur, paritas, CPD, penyakit, kelainan letak janin, janin kembar, hidramnion, ketuban pecah dini dan inersia uteri. Sedangkan sebagai kontrol adalah ibu yang tidak mengalami persalinan lama yang juga dikaitkan dengan variabel di atas.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel yang berhubungan secara statistik dengan kejadian persalinan lama adalah CPD, penyakit yang diderita ibu, kelainan letak janin, janin kembar, ketuban pecah dini dan inersia uteri. Sedangkan variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan persalinan lama adalah inersia uteri.
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan kepada semua pihak yang terkait seperti dinas kesehatan daerah tingkat II Kabupaten Subang , RSUD Subang dan IBI cabang Kabupaten Subang untuk meningkatkan kerja sama dalam meningkatkan kemampuan dokter dan bidan mendeteksi dini komplikasi yang dialami ibu pada saat hamil dengan pelayanan antenatal yang berkualitas dan pemantauan proses persalinan dengan menggunakan partogtaf yang sudah distandardisasi oleh WHO tahun 2001, serta pelatihan asuhan persalinan normal, sedangkan bagi bidan praktik di komunitas melaksanakan pelayanan kebidanan berdasarkan standar pelayanan kebidanan yang sudah ada sehingga kejadian persalinan lama dapat dicegah dan ditanggulangi dengan segera.

Factors Which Has Relation to Onset Labor Incidence in Subang General Hospital, West Java in 2001The main cause of maternal death in the world especially in developing country is complication of pregnancy, labor process and post natal period. They are hemorrhagic, eclamsia, abortion, asepsis and prolong labor.
In the world or Indonesia, prolong labor is in fifth level as due to morbidity or mortality both mother and baby.
Factors which make cause of incidence prolong labor are mother, baby and pregnancy itself. Prolong labor could be prevented by quality care through early detection at antenatal and during labor process.
The Objection of this study is to know factors and most factor which have relation to prolong labor incidence at Subang General Hospital in West Java in 2001. The study was done by analyzing secunder data that taken from Obstetry and Gynecology Department of Subang General Hospital in 2001. Design study was case control, those cases are women who had experience prolong labor which were linked to age, parity, CPD (cephalo pelvic disproportion), disease (that woman has), malpresentation, malposition, twins baby, hidramnion, PROM (premature ruptur of membran) and inertia uteri. While being as control are women who did not have experience prolong labor and also linked to the same variable.
Study result shows that variables which have correlation statistically to prolong labor incidence are CPD, disease (that woman has), malposition, malpresentation, PROM, twins baby and inertia uteri, whereas dominant factor is inertia uteri.Based on study result, the author suggests to all institutions which are involved such as Health Department in District Subang, Subang General Hospital, Indonesia Midwife Association of District Subang hand in hand improving capability midwife and doctor by early detection of complication at pregnancy period by quality care of antenatal and observing labor process by using partograf which has already standardized by WHO in 2001 and also basic delivery care training.
The author also suggests for midwife who practices in community, giving midwifery care based on standard of midwifery care, so that prolong labor could be prevented and solved as soon as possible.;"
2002
T5322
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tria Agustiana
"Angka persalinan prematur di Indonesia sebesar 10%. Penyebab langsung utama kematian neonatal adalah lahir prematur (28%), infeksi berat (26%), dan asfiksia (23%). Tujuan penelitian adalah diperolehnya informasi mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan persalinan prematur yaitu faktor maternal, faktor demografi, faktor fetoplasenta, faktor iatrogenik. Desain penelitian ialah cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu yang bersalin pada kurun waktu 1 Januari 2005 sampai Juni 2010 di Indonesia. Pada hasil penelitian ini persalinan prematur terdapat 738 (4.1%), ketuban pecah dini memiliki peluang 3.7 kali (95%CI:3.003-4.493), riwayat abortus secara statistik tidak bermakna. Jarak kehamilan<18 bulan memiliki peluang 1.6 kali dibanding ibu dengan jarak kehamilan >24bulan, pada primipara memiliki peluang 1.6 kali dibanding multipara, antenatal care secara statistik tidak bermakna. Ibu yang berum≥u3r 5 tahun memiliki peluang 1.9 kali persalinan prematur dibandingkan umur 20-34 bulan. Pendidikan rendah menurunkan peluang 0.7 kali dibandingkan pendidikan tinggi (95%CI: 0.593-0.988), preeklampsi/eklampsi memiliki peluang 3 kali persalinan prematur (95%CI: 2.208-4.098). Perdarahan antepartum memiliki peluang 3.6 kali persalinan prematur (95%CI:2.809-4.713). Diharapkan agar para ibu waspada terhadap terjadinya ketuban pecah dini, plasenta previa, preeklampsia/eklampsia, serta perdarahan antepartum yang berpeluang untuk persalinan prematur, mengatur jarak kehamilan (minimal 24 bulan), hamil tidak melebihi usia 35 tahun.

Prevalence of preterm labor in Indonesia is 10%. The direct causes of neonatal deaths were born preterm (28%), severe infections (26%), and asphyxia (23%). The research objective is to obtain information about the associated factors with preterm birth is maternal factors, demographic factors, fetoplasenta factors, iatrogenic factors. The study design was cross sectional. The population is all women who labor in the period January 1 2005 to June 2010 in Indonesia. In the results of this study there were 738 preterm deliveries (4.1%), premature rupture of membranes has a chance of 3.7 times (95% CI :3.003-4 .493), history of abortion were not statistically significant. Distance pregnancy <18 months had a chance 1.6 times compared to mothers with pregnancy spacing> 24months, in primiparas has a chance 1.6 times compared to multiparous, antenatal care were not statistically significant. Mothers aged ≥ 35 years had 1.9 times the odds of preterm labor compared to the age of 20-34 months. Low educational opportunities 0.7 times lower than higher education (95% CI: 0593-0988), preeclampsia/eclampsia has three times the odds of preterm labor (95% CI: 2208-4098). Antepartum haemorrhage have a 3.6 times chance of preterm labor (95% CI :2.809-4 .713). It is expected that the mothers aware of the occurrence of premature rupture of membranes, placenta previa, preeclampsia / eclampsia, antepartum haemorrhage and a chance for preterm labor, adjust the spacing of pregnancy (at least 24 months), not pregnant more than 35 years old."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia : PA Elsevier/Saunders, 2014
617.968 2 CHE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Bagus Indra Gotama
"Rumah Sakit Pemerintah mengalami berbagai tantangan antara lain masalah keterbatasan penyediaan dana operasional. Sementara itu pendapatan yang diperoleh rumah sakit tidak dapat digunakan secara langsung sehingga menyebabkan pelayanan rumah sakit cakupannya rendah, kurang pemerataan dan kurang bermutu.
Adanya Kebijaksanaan Unit Swadana memberikan otonomi bagi instansi Pemerintah untuk menggunakan langsung pendapatan fungsionalnya guna peningkatan dan kelancaran melayani kepentingan masyarakat. Dengan tujuan untuk mengetahui proses implementasi Kebijaksanaan Unit Swadana Berta dampaknya terhadap pelayanan rumah sakit, maka dilakukan penelitian evaluasi yang merupakan studi kasus di RSUD Tangerang.
Implementasi Kebijaksanaan Unit Swadana di rumah sakit telah dilaksanakan secara bertahap melalui pendekatan legalistik, pendekatan edukatif, pendekatan ekonomi, pendekatan administratif dan telah memberikan dampak yang positif terhadap perbaikan kuantitas dan kualitas ketenagaan, perbaikan sarana, dan peningkatan pendanaan serta telah dapat meningkatkan cakupan, pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan. Oleh karena itu implementasi Kebijaksanaan Unit Swadana di rumah sakit perlu dilanjutkan dan diperluas secara selektif pada Rumah Sakit Pemerintah Daerah lainnya yang memiliki kondisi internal dan eksternal setara."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T 1997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsiah Zaehri
"Pada tahun 1995 ( SKRT ) Angka Kematian lbu ( AKI ) di Indonesia sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup (SDK1, 1997) (Cholil, 1999). Kematian ini umumnya dapat dicegah bila komplikasi kehamilan dan keadaan risiko tinggi lainnya dapat dideteksi sejak dini dan kemudian mendapatkan penanganan yang akurat pada saat persalinan. Oleh karena itu diperlukan tempat dan pertolongan persalinan yang dapat mengantisipasi risiko yang mungkin timbul.
Penelitian ini dilakukan pada ibu hamil risiko tinggi pada 36 puskesmas yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan rujukan persalinan ibu hamil risti oleh puskesmas ke Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang yang dilakukan dengan metode rancangan cross sectional. Dalam penelitian ini tidak dilakukan sampling tapi diambil seluruh ibu hamil risiko tinggi trimester 111 pada bulan Januari sampai Desember 2001 yang berjumlah 200 orang.
Data dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan alat ukur kuisioner terhadap 112 (56 %) responden yang tidak memanfaatkan rujukan persalinan ke RSMH dan 88 (44 %) responden yang memanfaatkan rujukan ke RSMH Palembang.
Dari 14 variabel yang diteliti, terdapat 6 variabel yang terbukti bermakna secara statistik yaitu umur ibu hamil, paritas, pengetahuan, penanggung biaya, jarak ke fasilitas pelayanan dan riwayat persalinan yang lalu, dan yang paling dominan berhubungan dengan pemanfaatan rujukan persalinan ibu hamil risiko tinggi oleh puskesmas ke RSMH adalah penanggung biaya.
Untuk meningkatkan rujukkan ibu hamil risiko tinggi oleh puskesmas ke RSMH maka perlu ditingkatkan pemerataan dana Jaringan Pengaman Sosial Bidang Kesehatan ( 3PSBK ), penyuluhan kesehatan pada ibu-ibu hamil tentang faktor risiko dan risiko tinggi pada kehamilan, persalinan dan nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi yang dikandungnya. Memberikan informasi seiengkap-lengkapnya tentang jalur rujukan.

Analize The Factors that Have Been Correlated With Reference Utilization Labor to High Risk Pregnant Mother by Public Health Centre to General Hospital Dr. Mohammad Hoesin Palembang In 2001 In 1995 (SKRT), the number of the death of women (AKI) in Indonesia was high, that is 373 per 100.000 life birth become 334 per 100.000 Life birth (SDKI, 1997) (Cholil, 1999). Generally, the death could be avoided if pregnant complication and high risk condition could be detected earlier, and accurate care could be given at the critical period - the time of giving birth - therefore, the place need to prepare and infra partum care could he anticipate the mother's death and their infants.
This research was done to the mother with high risk pregnant in 36 Public Health Centers in Palembang, to find out the factors concerning to the medical recommendation given to the women with high risk pregnant by Public Health Center To General Hospital Dr. Mohammad Hoesin Palembang by using cross sectional design. In this research wasn't done sampling but taken from total population to the women with high-risk pregnancy trimester III in January - December 2001.
The data was collected with interview by using questionnaire to 112 (56 %) respondent who came to RSMH and 88 (44 %) respondent was not go to RSMH Palembang.
From 14 variables studied, there were 6 variables, which were proved statistically significant. These variables were: pregnant women, how many times pregnancy, knowledge, cost, the distance and the condition of previous pregnancy. From these six variables, cost variable was the most dominant reason for having the recommendation to have medical care to the general hospital.
To increase the use of medical care recommendation to the general hospital especially for women with high risk pregnancy, it is necessary to spread the social fund for medical care; to give a guide on medical care to pregnant women about the high risk factors on pregnancy and bearing that may cause the death for both the mother and her infant; and to give clear and complete information for getting medical care to the general hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T11505
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Amalia
"ABSTRAK
Angka. Kematian Bayi (AKB) Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN.
Penyebab utama kematian tersebut adalah penyakit infeksi saluran nafas dan diare
yang dapat dicegah antara lain dengan pemberian ASI secara benar, termasuk inisiasi
pemberian ASI dalam 30 menit pertama setelah dilahirkan. Seiain dapat
mempertahankan kadar hormon prolaktin, pemberian ASI segera akan mencegah
pemberian makanan pralakteal pada bayi bam lahir.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambamn Serta faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemberian ASI segera pada bayi baru lahir di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Cianiur tahlm 2007. Desain penelitian ini adalah potong
lintang. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April sampai Mei 2007. Data
diperolch dari 92 orang ibu post partum yang melahirkan di RSUD Kabupaten
Cianjur yang dipilih dengan cara convenience sampling.
Sekitar 38% dari respondcn melaksanakan pemberian ASI segera pada bayi
baru lahir. Pada analisis bivariat ditemukan faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemberian ASI segera pada bayi bam Iahir adalah dukungan keluarga dimana seluruh
responden mendapat dukungan dari keluarganya dan perilaku penolong persalinan
(0R= 0,006, 95%CI 0,00l- 0,032). Pada analisis mullivariat ditemukan bahwa faktor yang paling dominan berhubungan dengan pemberian AS1 segera pada bayi baru lahjr
arlalah perilaku penolong persalinan.
Berdasarkan hasil penelitian ini disamnkan untuk (1) meningkatkan
pengetahuan tentang manfaat kolostrum, kapan bayi hams segera disusui setelah
dilahirkan, yang hams dilakukan ibu untuk memperoepat keluamya ASI dan sikap
ibu terhadap pentinguya pemberian ASI segera pada bayi bam lahir (2) mendorong
penolong persalinan untuk memfasilimsi ibu agar dapat segera menyusui bayi yang
baru dilahirkan dan (3) menyempurnakan tata laksana rumah sakit sehingga
menunjang pcrnberian ASI segera pada bayi baru lahir.

ABSTRACT
The number of infant mortality in Indonesia is the highest among ASEAN
countries. The major causal of it is the infection of respiratory system and diarrhea
that can be prevented among others by giving the baby suck correctly, and initiation
the breastfeeding in the first 30 minutes after natal. This can maintain the level of
prolactine hormon and this also will avoid the infant 'fiom accepting pralacteal
foodThe research is carried out to find out and get the description of the factors that
related to early breastfeeding initiation to newborns in Cianjur General Hospital in
2007.
'l`he design applied in the research is cross sectional. The data is collected
from April to May 2007. The data is obtained by involving 92 post partum mothers
who deliver the baby in Cianjur General Hospital chosen by using eonvenien
sampling.
About 38% of the respondent conduct the early breastfeeding initiation to
newboms. Through bivariat analysis it is found that the factors related to early
breastfeeding initiation to newborns is the support of the family and the behaviour of
the midwife (OR=0,006, 95%Cl 0,00l~0,032). In multivariate analysis, it is found that the most dominant factor related to early breastfeeding initiation to newboms is
the behaviour ofthe birth helper.
Based on the result of the research, it is suggested (l) to enlarge the
knowledge related to the function of colostrums andthe baby is breastfeed as soon as
possible to accelerate the breast milk produced, also the attitude of mother toward the
importance of breasfeeding for neonatal infant (2) to motivate the midwife and birth
helper in order to facilitate the mother to give the suck as soon as possible to her
baby, and (3) to complete the hospital facility that support breastfeed is easy to be
conducted.

"
2007
T34518
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suherni
"Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Pengobatan massal filariasis merupakan salah satu pilar program eliminasi filariasis yang bertujuan untuk memutuskan rantai penularan filariasis sehingga terjadi pengurangan drastis mikrofilaria dalam darah tepi dan dengan demikian mengurangi potensi penularan oleh nyamuk. Dalam pelaksanaan pengobatan massal filariasis di daerah endemis filariasis, obat filariasis dibagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat. Namun demikian masih ada saja masyarakat yang menolak untuk minum obat filariasis. Belum diketahuinya faktor yang mempengaruhi perilaku minum obat filariasis merupakan perumusan masalah penelitian ini.
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran perilaku minum obat filariasis serta mengetahui beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan perilaku minum obat filariasis di Kabupaten Subang, Jawa Barat tahun 2007. Rancangan penelitian mengunakan studi cross sectional dengan metode cluster sampling yang diadopsi dari EPI WHO menggunakan data primer. Besar sampel sebanyak 264 responden. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Juli 2008 di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penduduk di Kabupaten Subang, Jawa Barat yang berusia di atas 14 tahun dan merupakan kelompok sasaran pengobatan massal filariasis dipilih sebagai populasi studi.
Rata-rata umur responden adalah 38,32 tahun, dengan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (79,2%). Responden sebagian besar bersuku sunda (91,7%), 83% responden berpendidikan rendah, 55,3% responden tidak bekerja dan 67,4% responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang filariasis. Sebanyak 98,5% responden menerima obat filariasis dengan pendistribusian obat filariasis melalui pendekatan pos pengobatan massal (47,7%) dan pendekatan datang ke rumah (47,7%). Sebanyak 78,4% responden mengatakan di daerahnya tersedia TPE filariasis. 57,2% responden tidak dikontrol petugas pemberi obat filariasis. Responden yang menerima sosialisasi pengobatan massal filariasis sebanyak 99,6% dan sebagian besar responden menerima sosialisasi pengobatan massal filariasis melalui komunikasi interpersonal (55,9%).
Faktor risiko penentu yang berhubungan dengan perilaku minum obat filariasis adalah pendistribusian obat filariasis dan jenis sosialisasi pengobatan massal filariasis. Responden yang memperoleh obat melalui pendekatan selain rumah ke rumah (puskesmas, pos pengobatan, pengajian) berisiko untuk tidak minum obat filariasis 0,26 kali dibanding responden yang memperoleh obat filariasis melalui pendekatan rumah ke rumah, OR = 0,26 (95% CI : 0,07 - 0,98). Responden yang memperoleh sosialisasi pengobatan massal filariasis melalui selain komunikasi intepersonal (penyuluhan massal, media cetak) berisiko untuk tidak minum obat filariasis 0,1 kali dibanding responden yang memperoleh sosialisasi pengobatan massal filariasis melalui komunikasi intepersonal, OR = 0,1 (95% CI : 0,01 - 0,07).
Kesimpulan: Variabel pendistribusian obat filariasis dan jenis sosialisasi pengobatan massal filariasis merupakan faktor risiko utama yang mempengaruhi perilaku minum obat filariasis. Saran: Perlu dilakukan penyegaran pelatihan kepada Tenaga Pelaksana Eliminasi (TPE) filariasis dan melakukan sosialisasi pengenalan pengobatan massal filariasis kepada masyarakat serta melakukan penelitian lebih lanjut tentang perilaku minum obat filariasis dengan menggunakan besar sampel yang lebih besar dan desain penelitian yang lebih baik."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Saifuddin Abdurrahman
"Penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja di rumah sakit umum Sigli Kabupaten Pidie bertujuan untuk mengetahui variable-variabel yang mempengaruhi aspek kepuasan kerja perawat di RSU Sigli. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pengumpulan data yang bersifat potong lintang. Beberapa hipotesa akan diuji dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan karakterisitk demografi perawat yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, tempat tinggal dan status perkawinan, serta karakteristik pekerjaan yang terdiri dari lama tugas dan status kepegawaian dengan penilaian tentang kepuasan kerja. Instrumen yang digunakan untuk menilai kepuasan kerja perawat adalah kuesioner tertutup dengan menggunakan metode likert. Sampel penelitian adalah para perawat yang bertugas di ruang inap Rumah Sakit Umum Sigli sebanyak 110 orang. Pengambilan data dilapangan dilakukan selama 2 minggu. Hasil penelitian secara univariat menggambarkan sebagian besar perawat berusia muda dengan pendidikan akademi keperawatan, berstatus menikah serta tingggal di luar asrama. Secara umum perawat menilai kepuasan kerja yang diperoleh di RSU Sigli masih rendah. Komponen variabel kepuasan kerja yang dinilai paling kurang memuaskan bagi perawat adalah pengawasan oleh atasan, sedangkan variabel kepuasan kerja yang dinilai sudah memuaskan sebagian besar responden secara berurutan adalah jasa/reward, kondisi kerja, kelompok kerja dan peluang promosi. Uji hubungan dua variabel dengan menggunakan kai kuadrat menunjukkan bahwa karakteristik .perawat seperti umur, status perkawinan, dan pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik terhadap kepuasan kerja.(p4),O5). Sementara karakteristik perawat lainnya yang terdiri dari jenis kelamin, tempat tinggal, status kepegawaian dan lama bertugas tidak terbukti mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan kepuasan kerja. Hasil uji variabel terikat dengan tap variabel komponen kepuasan kerja dapat diketahui, umur mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik terhadap penilaian kepuasan kerja perawat tentang peluang promosi, pengawasan atasan dan kelompok kerja. Lama/masa bertugas berhubungan bermakna secara statistik dengan penilaian perawat tentang kepuasan terhadap kondisi kerja, kelompok kerja dan peluang promosi, namun tidak berhubungan secara bermakna dengan jasalreward dan pengawasan atasan. Uji kai kuadrat antara jenis kelamin dengan jasa/reward dan kondisi kerja terbukti menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik, namun sebaliknya hasil uji terhadap variable kepuasan tentang peluang promosi, pengawasan atasan dan kelompok kerja tidak terbukti mempunyai hubungan yang bennakna secara statistik. Status perkawinan berhubungan secara statistik dengan penilaian kepuasan tentang jasa/reward, peluang promosi, dan kondisi kerja dirumah sakit Sedangkan pengawasan atasan dan-kelompok kerja tidak terbukti berhubungan secara statistik. Hasil uji kai kuadrat tidak terbukti berhubungan secara statistik dengan penilaian perawat untuk semua komponen kepuasan kerja. Dalam penelitian ini pendidikan yang ditamatkan perawat terbukti mempunyai hubungan yang bermakna dengan tiga variabel komponen kepuasan kerja yaitu jasa/reward, peluang promosi, dan kelompok kerja, namun tidak bermakna dengan penilaian kepuasan terhadap kondisi kerja dan pengawasan atasan. Berdasarkan rangking, faktor utama yang memberikan sebagian besar perawat untuk dapat memperoleh kepuasan kerja yang tinggi adalah berkaitan dengan jasa/reward/upah, sedangkan diurutan kedua adalah peluang karir, sementara di urutan ketiga adalah kelompok kerja. Mengacu hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar perawat masih berusia muda dan minim akan pengalaman maka penulis menyarankan agar rumah sakit memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengikuti berbagai pelatihan dalam rangkan peningkatan keterampilan. Hubungan atau interaksi sosial dengan sesama perawat yang telah berjalan cukup baik harus dapat dipertahankan oleh manajemen rumah sakit, sehingga kepuasan kerja perawat dapat dipertahankan. Berkaitan dengan masalah supervisi yang masih menjadi masalah dikalangan perawat, maka pihak manajemen hams melakukan perubahan metode atau teknik guna menghindari potensi konflik antara atasan dan bawahan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang bersifat komprehensif untuk mengetahui faktor-faktor kepuasan kerja yang bersifat individu dan menggambarkan secara sebenamya tentang kebutuhan dan harapan perawat terhadap organisasi.

Factors Related to Nurse Job's Satisfaction in Sigli Hospital, Pidie District, the Province of Aceh.Human Resources Development considered as the most crucial factor for hospitals in facing crisis as well as global market. Nurses as main resources in hospitals proved has played significant roles in providing quality of services in hospitals. Quality of services provided is triedly related with Nurses' job satisfaction on their daily work. Studies proved that nurses' job satisfaction related to both internal and external factors. This study tried to find factors related Nurses' Job Satisfaction in Sigh Hospital, Pidie District, the Province of Aceh. This study also tried to proved some Hypothesis on factors related to Nurses Jobs' Satisfaction. This descriptive-Analytic Study used Cross Sectional Design and Interviewed through questionnaire have been done for 110 respondents as a total sample. Study location took place at Sigli Hospital, about 200 km's from the Capital of Aceh Province and data collection obtained during 1999. Univariate analysis showed that 55.5% of respondent felt unsatisfactorily on their daily work, especially in dealing with supervisions by ordinates. The rests of respondents felt satisfactorily, especially towards rewards, job's environment and towards job's promotion. This study also proved that factors as "age", "marriage status" and "level of education" significantly related to Nurses jobs' satisfaction; but in the other side, "rewards". Job environment" and "team work" considered unsignificant statistically in relation with Job satisfaction. Based on ranking, the main factors that strongly related to jobs' satisfaction such as reward or salary, job promotion and team work beside, social relation among nurses considered positively related to jobs' satisfaction. Based on findings, this study recommend to provide continues, structured training programs in order to develop and increase knowledge and skill among nurses. This study also recommend to improve the methods of supervision by super ordinates in order to create more condusive jobs' environment Based on finding that better salary has strong association with jobs' satisfaction, this study recommend to improve rewards system in Sigh Hospital more appropriately. A need for further study also recommended, especially in order to find the best method to develop Nurses communication skills in dealing with customers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Nina Herlina
"Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya dan perlu diwaspadai apalagi bila terjadiya pada trimester II dan III kehamilan, karena perdarahan cenderung untuk menjadi peristiwa yang fatal bagi ibu dan mengakibatkan angka persalinan prematur serta mortalitas perinatal. Menurut SKRT(1995) Insiden perdarahan antepartum di Indonesia sebesar 3,7 % sedangkan di RSU Kabupaten Tangerang kejadian perdarahan antepartum pada tahun 2001 , sebanyak 262 kasus (5,4%) dari 4778 persalinan, adapun penyebabnya 87,7 % karena Plasenta previa, dan 12,3% karena solusio plasenta, jadi sekitar 5,48 %.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perdarahan antepartum akibat kehamilan di RSU kabupaten Tangerang. Faktor yang diteliti meliputi umur ibu, paritas frekwensi kehamilan, usia kehamilan, riawayat abortus, riwayat seksio sesarea dan tingkat sosial ekonomi. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data sekunder dan rekam medic bagian kebidanan dan kandungan RSU Kabupaten Tangerang pada tahun 2002, analisis dilakukan dengan sampel sebanyak 3928. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2002 dengan desain cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi ibu yang mengalami perdarahan antepartum sebanyak 259 orang (6,6%) dari 3928 persalinan. Adapun variabel yang berhubungan secara bermakna dengan terjadinya perdarahan antepartum adalah usia kehamilan (P=0,000 OR = 27,508), riwayat abortus (P=0,000 OR = 2,851) dan sosial ekonomi (P= 0,003 OR = 1,755).
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan kepada pihak RSU Kabupaten Tangerang untuk lebih meningkatkan PKM RS melalui dokter dan bidan sebagai pelaksana langsung untuk menyampaikan penyuluhan kepada ibu hamil agar melaksanakan Antenatal Care sedini mungkin dan secara teratur pada pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau, apabila ibu hamil yang diduga akan mengalami perdarahan anteparturn, pada usia kehamilan trimester II dan III dianjurkan untuk mengurangi aktivitas, istirahat cukup dan pengawasan kehamilan serta persalinannya di rumah sakit, Untuk ibu yang mempunyai riwayat abortus agar di upaya untuk menjarangkan kehamilan dengan mengikuti program KB. Hal ini disampaikan dengan cara pemberian pamplet, pemutaran video, penyuluhan kesehatan dan konseling.
Untuk peneliti lain disarapkan dapat melakukan penelitian lanjutan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perdarahan antepartum yang belum terungkap pada penelitian ini dengan desain yang berbeda.

Bleeding during pregnancy should always be considered as dangerous and to be paid full attention, especially if it is occurred in the second and third trimester of pregnancy since it tends to be fatal for mother and causes prematurity and prenatal mortality. According to SSKRT (1995), the incidence of antepartum bleeding in Indonesia was 33% while in Tangerang District General Hospital in 2001, there was 262 cases (5.4%) out of 4778 deliveries where 87.7% was caused by placenta previa and 12.3% was caused by solutio placenta.
This study aimed to understand factors related to antepartum bleeding caused by pregnancy in Tangerang District General Hospital. Factors under study including mother's age, parity, age of pregnancy, abortion history, sectio caesaria history, and social economic status. This study analyzed secondary data from medical record in maternity and obstetric-gynecological department in Tangerang District General Hospital in 2002. Analysis was conducted among 3928 subjects whose record could be accessed. This study was conducted in July 2002 using cross sectional design.
The study showed that the proportion of mother experienced antepartum bleeding was 259 mothers out of 3928 deliveries (6.6%). Variables significantly related to antepartum bleeding were age of pregnancy (p=0.000 OR = 27,508), abortion history (p=0.000 OR= 2,851), and social economic status (p=0.043 OR = 1,755).
Based on the study results, it is suggested to Tangerang District General Hospital to improve the PKM through physician and midwife as direct implementers of education and extension to pregnant mothers as to have ANC as early as possible in a regular way to nearest health care facility. Mother suspected to experience antepartum bleeding in the second or third trimester should reduce her activities, take adequate rest, regularly monitor her pregnancy and should have delivery in hospital. Mother with history of abortion should reduce her parity by participate in family planning program.
All of these information should be conveyed through pamphlet distribution, video show, as well as health education and counseling. It is also suggested to conduct other research on factors related to antepartum bleeding using different design.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12961
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Yusrizal
"Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator untuk mengukur kualitas layanan. Kepuasan pasien yang rendah menggambarkan kualitas layanan yang belum standar dan perlu banyak perbaikan. Kepuasan pasien yang rendah akan berdampak terhadap citra rumah sakit. Kepuasan pasien ini dipengaruhi banyak faktor, diantaranya karakteristik pasien.
Studi ini untuk memperoleh gambaran tentang kepuasan pasien dan faktor-faktor yang berhubungan dengan karakteristik pasien. Penelitian dilakukan di RSUD Lubuk Linggau Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan dari tanggal 1 Juni - 15 Juli 2001. Jenis penelitian yang digunakan adalah "cross sectional study" pada 120 pasien rawat inap. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat, dan multivariat, distribusi frekuensi, "chi square" dan regresi logistik. Hasil yang didapat menunjukkan tingkat kepuasan pasien sekitar 44,2%. Ketidakpuasan pasien ini berhubungan dengan layanan makanan, lingkungan rawat inap, bagian penerimaan pasien, biaya perawatan, dan layanan di loket penerimaan.
Dari uji bivariat dan regresi logistik didapatkan faktor yang berkorelasi dan faktor dominan yang berhubungan dengan kepuasan pasien adalah variabel pendidikan dan pola bayar. Dari penelitian ini disarankan agar manajer rumah sakit lebih meningkatkan dan memperhatikan layanan kepada masyarakat, terutama layanan makanan, lingkungan rawat inap, biaya perawatan, dan layanan di loket pembayaran. Kepada petugas rumah sakit untuk lebih memperhatikan mereka yang berpendidikan tinggi dan yang dirawat dengan tanggungan (Askes / perusahaan tempat pasien bekerja) sehingga tingkat kepuasan mereka dapat ditingkatkan melalui layanan yang lebih baik.

Patient satisfaction is one of the indicators to measure the quality of services. A low patient satisfaction reflects the under-standard of quality services which affects the poor image of the hospital. Patient satisfaction is influenced by many factors; one of them is the patient characteristic.
This study is cross sectional approach that objectives to get the information about patient satisfaction and factors that associate with the patient satisfaction. The study was performed of 120 in-patients of District General Hospital Lubuk Linggau and started from June l to July 15th , 2001. Data were analyzed by univariate, bivariate, and multi-variate: frequency distribution, chi-square test and logistic regression.
The result showed only 44,2% of in-patient was satisfied to health services of Lubuk Linggau District General Hospital which was related to food-menu services, in-patient surrounding, admission services and tariffs. It is also proved that education and pattern of payments were a significant correlation. The result of logistic regression also stated that these two factors are related to patient satisfaction. It is recommended to the top manager, staffs and medical-nursing officers to be more courtesy to patient, to improve their skills and knowledge and also to complete the hospital resources. Also, it is a good step and strategy giving a great concern to highly educated patient and health-insurance patient.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T10402
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>