Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158145 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Henry Pahlevi
"Penggunaan material baja cetakan (die steels) terutama dalam pembuatan komponen-komponen peralatan dalam industri manufaktur. Cetakan berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk membuat benda/komponen dengan bentuk dan bahan tertentu yang sesuai dengan profit cetakannya. Saat ini kehanyakan produk yang ada masih merupakan barang yang didatangkan dari luar negeri (impor). Oleh karena itu penelitian ini akan menekankan pada pengembangan dan fabrikasi baja cetakan untuk keperluan industri manufaktur melalui proses pengecoran (foundry route). Material cetakan yang digunakan sebagai acuan adalah baja SKD 61(AISI H 13) yang umum dipakai proses die casting dan baja Stavac (AISI 420 modification) yang hiasa dipakai sebagai cetakan pada plastic injection.
Penelitian ini melputi perencanaan dan pembuatan bakalan cetakan dengan proses pengecoran yang meliputi perencanaan peleburan dan pengecoran (melting and casting design) yang meliputi pembuatan pola (pattern), pembuatan cetakan pasir dan penentuan material balance. Selain itu akan dilihat pengaruh perlakuan panas terhadap kekerasan, ketangguhan dan struktur mikro yang terbentuk. Perlakuan panas yang diberikan berupa annealing pada suhu 770° C untuk Stavac dan 850° C untuk SKD 61 yang dilanjutkan proses auslenisusi pada suhu 1010° C yang didahului preheat 650° C untuk kedua feats bakalan cetakan dengan menggunakan media udara untuk pendinginan. Proses selanjutnya berupa tempering pada suhu 200, 300, 500, 550, dan 600° C. Masing-masing proses menggzrnakan waktu tahan selama 1jam, kecuali pada preheat proses austenisasi selama 30 menit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan yang dihasilkan bakalan cetakan Stavac relatif sama dengan produk impor. Kekerasan tertinggi terjadi pada temper 550° C. Pada SKD 61 kekerasannya relat f lebih rendah yang disebabkan kadar karbon yang dihasilkan lebih rendah dan target. Kekerasan tertinggi untuk SKI) 61 terjadi pada temper 500° C. Ketangguhan kedua jenis bakalan cetakan melalui foundry route relatif lebih rendah dart produk impor yang disebabkan perbedaan poses pembuatan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T5564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
"ABSTRAK
Kebutuhan material baja tahan panas di Indonesia sebanding dengan banyaknya industri-industri yang memerlukan peralatan atau perlengkapan yang berkaitan dengan pemakaian pada kondisi operasi temperatur tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan membuat "tray" dari baja tahan panas HK40 yang berkualitas baik sebagai produk substitusi impor dengan bahan baku paduan yang berasal dari dalam negeri. Penelitian ini juga diharapkan dapat dikembangkan oleh industri kecil/menengah pengecoran logam di Indonesia dan dapat dijadikan produk unggulannya.
Terhadap prototipe produk tray yang dihasilkan dilakukan pengujian karakterisasi sifat mekanis, meliputi: kekuatan tarik pada temperatur ruang dan temperatur tinggi, kekuatan luluh, elongasi, reduksi penampang; nilai kekerasan; pengujian creep rupture, struktur mikro, komposisi kimia, komposisi endapan dan pengujian di lapangan di mana prototipe produk tray digunakan di salah satu perusahaan pembuat bearing di Jakarta.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa peluang pengembangan dan pembuatan baja tahan panas dengan komposisi paduan lokal cukup besar. Sifat mekanis (kekuatan tarik, kekerasan dan creep rupture) temperatur ruang maupun temperatur tinggi dari paduan tahan panas lokal mampu menyamai paduan tahan panas impor. Hasil pengujian di lapangan terhadap produk tray yang dikembangkan, juga menunjukkan bahwa kinerja yang baik. Terbukti dari tidak adanya kerusakan pecah atau retak sama sekali pada prototipe produk tray setelah pemakaian selama 3 bulan di lapangan."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yuda Kusumah
"Pengembangan material baja cor tahan panas HK 40 oleh industri pengecoran Iogam nasional akan menghemat devisa negara, memajukan industri pengecoran logam nasional dan memberikan nilai tambah terhadap mineral ferronickel yang ada Indonesia. Untuk mengembangkan material baja cor tahan panas HK 40 diperlukan karakterisasi sifat-sifat baja cor tahan panas tersebut, dimana salah satunya adalah Creep Rupture Life. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh temperatur terhadap creep rupture Iife dari baja tahan panas HK 40 sebagai material untuk membuat Tray pada dapur Heat Treatment yang dihubungkan dengan perubahan struktur mikro pada sampel creep rupture baja cor tahan panas HK 40.
Pengujian creep rupture dilakukan pada temperatur 600, 650, 700, 750 dan 800 °C dengan beban konstan. Pemilihan temperatur uji ini didasarkan pada reori creep dimana proses difusi pada material logam akan terjadi pada temperatur 0, 4 Tm serta pengendapan karbida pada baja cor lahan panas HK -40 terjadi pada range temperatur 600 sampai dengan 950 °C. Pengujian creep rupture ini dipercepat dengan memberikan regangan 70 % dari kekuaran luluh baja cor rahan panas HK 40. Pengujian creep rupture ini mengacu kepadq standar ASTM E 139 - 96 dimana sampel yang digunakan berdiameter 8 mm dan panjang gauge length 40 mm.
Hasil penelitian menunjukkan kecenderungan dengan semakin tingginya temperatur pengujian maka creep rupture Iife dari baja cor tahan panas HK 40 akan semakin menurun serta perubahan struktur mikro baja cor rahan panas HK 40 yang menunjukkan pengasaran endapan karbida baik pada batas butir maupun di dalam matriks austenil. Pengasaran karbida ini bertanggungjawab terhadap menurunnya creep rupture life baja cor tahan panas HK 40."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Stefany Aprilya Natasha Br.
"Die Soldering merupakan fenomena pelengketan produk cor pada cetakan yang mengakibatkan rusaknya produk cor dan cetakan. Hal ini mengakibatkan penurunan produktifitas pada industri otomotif. Pada penelitian ini, dilakukan proses perlakuan permukaan mekanik dan pengerasan permukaan terhadap permukaan material cetakan. Pada penelitian ini material baja 8407 Supreme dan baja Dievar dilakukan 2 variabel perlakuan permukaan berbeda yaitu shot blasting - shot peening dan shot blasting - nitridisasi - shot peening. Simulasi proses die casting dilakukan denga uji celup ke dalam paduan aluminium cair ADC12 pada temperatur 680oC, dengan perbedaan waktu tahan yaitu 0,5;5;30 menit. Karakterisasi yang dilakukan meliputi kekerasan permukaan, pengamatan struktur mikro, identifikasi elemen pada lapisan intermetalik yang terbentuk dan kehilangan berat dari material baja 8407 Supreme dan Dievar.
Hasil penelitian menunjukkan kekerasan permukaan material dengan proses N-SP lebih tinggi dibandingkan dengan yang hanya mengalami proses SP. Berdasarkan hasil pengujian SEM-EDS pada proses pencelupan dengan waktu tahan 30 menit menunjukkan ketebalan lapisan intermetalik yang terbentuk setelah proses N-SP mengalami penurunan dibandingkan dengan material yang hanya diberi perlakuan SP. Broken layer yang terbentuk berkurang 54% pada baja 8407 Supreme yaitu dari 96,352μm menjadi 44,302 μm sedangkan pada Dievar berkurang dari 119,76 μm menjadi 81,51 (32%). Sedangkan untuk ketebalan compact intermetallic layer juga mengalami penurunan dari 19,412 μm menjadi 18,022 μm pada baja 8407 S, sedangkan pada Dievar yang diberikan perlakuan N-SP tidak terbentuk compact intermetallic layer. Sedangkan pada pencelupan dengan waktu tahan 30 detik, tidak mengindikasikan bahwa lapisan intermetalik terbentuk.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, material yang diberikan perlakuan shot blasting - nitriding - shot peening memiliki ketahanan terhadap die soldering yang lebih baik dikarenakan menghasilkan kekerasan permukaan yang lebih keras sehingga meminimalisir lapisan intermetalik yang terbentuk, dibandingkan dengan hanya dilakukannya proses shot blasting - shot peening.

Die soldering is a phenomenon where the casting product is attached to the die which causes damage to both the casting product and the die. This phenomenon decreases the production capacity in automotive industry. This research aims to find a solution by conducting mechanical treatment and surface hardening on the die. In this research, 8407 Supreme and Dievar steel were heat treated with different treatments consist of shot blasting - shot peening and shot blasting - nitriding - shot peening. Die casting process was simulated by dipping the samples into molten aluminum alloy ADC12 at 680 oC, with different holding time from 0.5, 5, and 30 minutes. Characterization consists of surface hardness test, microstructure observation, intermetallic layer identification, and weight loss of the Dievar and the 8407 Supreme steel material.
The results showed that, the surface hardness of a material with N-SP treatment is higher than SP only treatment. Based on SEM-EDS test on samples with 30 mins holding time, the intermetallic layer in N-SP treated samples is less than SP treated samples. Broken layer formed was reduced to 54% for the 8407 Supreme steel, the decreased was ranged from 96,352μm to 44.302 μm, while the decreased for Dievar was ranged from 119.76 μm to 81.51μm (32%). As for compact intermetallic layer thickness, it is also decreased from 19.412μm to 18.022 μm for 8407 Supreme steel, while the Dievar with the given treatment of N-SP did not form a compact intermetallic layer. On the other hand, immersion with holding time of 0.5 min, there is no indication that the intermetallic layer is formed.
Based on the results obtained from this study, the material treated with shot blasting - nitriding - shot peening shows better resistance to die soldering, due to higher surface hardness, which minimize the intermetallic layer formation, compared with samples treated only with shot blasting - shot peening.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58342
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
"Umumnya kerusakan cetakan pada industri die casting disebabkan die soldering yang terjadi pada permukaan cetakan yang mengalami kontak langsung dengan logam cair pada temperatur tinggi. Hal ini dapat menyebabkan perlu diadakannya perbaikan atau penggantian cetakan sehingga menurunkan produktivitas. Untuk itu dilakukan penelitian mengenai pengaruh temperatur logam cair (melt) terhadap morfologi dan karakteristik lapisan intermetalik yaitu ketebalan dan kekerasan lapisan intermetalik yang terbentuk antara permukaan cetakan dan logam cair. Pada penelitian ini digunakan baja H13 as annealed sebagai material cetakan yang dicelup ke dalam paduan Al-7%Si pada temperatur 6800C, 7000C, 7200C dan Al-11%Si pada temperatur 6600C, 6800C, 7000C. Peningkatan temperatur logam cair akan meningkatkan laju difusi pertumbuhan lapisan intermetalik karena laju difusi atom-atom besi dan aluminium meningkat. Sehingga ketebalan dari lapisan intermetalik akan meningkat seiring dengan peningkatan temperatur logam cair. Oleh sebab itu, tinggiya temperatur logam cair mempermudahkan terjadinya die soldering.

The major mode which lead to die failure in die casting is die soldering caused by the intimate contact between alloy and die at high temperature. It leads to malfunctioning of die inserts that require replacement or repair, thus causing significant decrease in productivity. The effect of melt temperatures on morphology and characteristic of intermetallic layer such as thickness and hardness of intermetallic layer between die surface and aluminum has been studied. This experiment used as-annealed H13 tool steel as die material which dipped into Al-7%Si alloy at 6800C, 7000C, 7200C and Al-11%Si alloy at 6600C, 6800C, 7000C. High melt temperature favored the growth of intermetallic layer due tp the increasie of the diffusion."
Surabaya; Depok: Universitas Kristen Petra Surabaya; Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Palguno
"Proses Pemanasan awal (Preheating) merupakan salah satu tahap dalam perlakuan panas,untuk menyeragamkan panas supaya tidak terjadi "shock temperatur", dimana setelah penambahan tahap dalam pemanasan awal, nilai kekerasan dari baia diharapkan meningkat. Penelitian ini dilakukan pada Baja ASSAB 8407-2M yang dilakukan dengan 1 tahap pemanasan awal (temperatur-pemanasan awal 6505 dan 2 tahap pemanasan awal (temperature 45O dan 850°C). Pengujian yang diiakukan adalah pengujian kekerasan dengan metode Vickers, pengujian impak dengan metode Chaipy dan pengamatan stmktur mikro. Hasil pengujian kekerasan menunjukkan bahwa dengan proses perlakuan panas 2 tahap pemanasan awal, kekerasannya meningkat menjadi 581 HV dibandingkan dengan ltahap pemanasan awal sebesar 551 HV. Sedangkan dari pengujian impak, menunjukkan penurunan nilai impak, yaitu untuk 2 tahap= 0,138 joule/mm2 dan 1 tahap = 0,115 joule/mm2. Pembuatan cetakan untuk penempaan panas aluminium dengan memakai baja perkakas ASSAB 8407-2M,yang terdiri atas cetakan atas dan cetakan bawah. Setelah selesai dibuat, terhadap cetakan dilakukan pengujian kekasaran pemiukaan sebelum dan sesudah proses perlakuan panas dengan 2 tahap pemanasan awal. Hasilnya menunjukkan kekasarannya cukup halus (0,29 um). Setelah selesai, dilakukan proses penempaan panas aluminium 6063 sebagai bahan dasar dalam pembuatan Neck Ring tabung gas, yang berkaitan dengan Studi kelayakan dari cetakan tersebut. Terhadap produk hasil tempa dilakukan pengujian deformasi plastis, pengukuran akhir dari produk setelah ditempa serta pengamatan makro. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besar deformasi yang dialami bahan meningkat, apabila temperatur tempa semakin tinggi dan ratio perbandingan tinggi awal dan diameter awal (Ho/Do) makin rendah. Untuk kondisi terbaik diperoleh pada temperatur 520° C dan Ho/Do 1,2 dengan ukuran tebal piringan 7,7 mm, diameter piringan 75,55 mm dan tinggi akhir 13,4 mm. Cacat -cacat penempaan tidak ditemukan. Pengujian ini menunjukkan cetakan dapat bekerja dengan baik pada kondisi yang diinginkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41968
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
Jakarta: UI-Press, 2009
PGB 0351
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Taofan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
TA2391
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syabika Muhammad
"Penelitian ini merupakan upaya untuk memprediksi hasil akhir dari ukuran butir pada paduan A356 aluminium dalam proses pendinginan. Analisa termal dilakukan utamanya menggunakan curva pendinginan, dengan bantuan software buatan sendiri yang mengandalkan media pemrograman yakni MATLAB/MathWorks dalam pengerjaannya. Selain itu, pengolahan data eksperimen empiris melalui metode statistika juga dilakukan untuk dapat memformulasikan rumus untuk melakukan prediksi ukuran butir usai dilakukan pendinginan, agar mendekati perhitungan asli. Software yang telah selesai dibuat digunakan untuk memproses hasil perekaman dari data logger dan thermocouple, sehingga menjadi sajian visual agar memudahkan proses Analisa. Perhitungan parameter dan prediksi ukuran butir dibuat sedemikian rupa agar pengerjaannya otomatis di dalam software, sehingga pengguna hanya perlu melakukan interpretasi. Dalam kasus ini, parameter yang dipakai adalah KF16, lereng grafik dari Al, tf, serta laju pendinginan keseluruhan. Meskipun pada akhirnya, tf adalah yang paling efektif untuk dijadikan parameter.

This research is an attempt to predict the final result of grain size in A356 aluminum alloy in the cooling process. Thermal analysis is carried out mainly using a cooling curve, with the help of homemade software that relies on media programming, namely MATLAB/MathWorks in its execution. In addition, empirical experimental data processing is also carried out to be able to formulate a formula for predicting grain size after cooling, so that it is close to the original calculation. The software that has been completed is used to process the production results from the data logger and thermocouple, so that it is visual to facilitate the analysis process. The calculation parameters and grain size predictions are made in such a way that the processing is automated in the software, so that users only need to interpret. In this case, the parameters used are KF16, the slope of Al, tf, and the total cooling rate. Although in the end, tf is the most effective for parameterization."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martinus Wiyono
"Teknologi heat treatment merupalcan telazologi yang perlu climililri olelz seliap induslri manufalctur terutama yang menglzasilkan produlc pengecoran logam. lnduslri pengecaran Iogam yang ada di Indonesia tidak lzanya dimiliki alelz industri besar letapi banyak yang berbasis industri kecil-menengah sebagaimana terdapat di Sentra industri pengecoran logam Batur Jaya, Caper, Klaten, .lawa lengalz. Pembuatan dapur heat treatment di sentra inclustri logam tersebut diiringi dengan transfer teknoloi heat treatment kepada merelra merupakan lang/cah awal yang dapat menjadi contoh bagi sentra industri lcecil lainnya.
Perancangan dapur dimulai dengan menentukan jenis balzan bakar yang digunakan dan berar maksinnim material yang alcan diperlakukarz panas (500 Kg).Berdasarkan data dialas malfa dilakukan per/:itungan kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan material sannsai tenmeratur minimal 923 ?C dan perhitungan lcalor bdltan balrar yang dihafilkan. Bersamatm clengan ilu dilakukan perancangan dapur serta penentz/an jenis material apa yang digunakan unluk lconstruksi dapur. Selzingga dapat ditentukan jumlah kalor yang dibzitu/:kan unluk memanaskan dapur yang aklzirnya dapat ditentukan jumlah bahan bakar dan oksigen yang dibutuhkan untulfpemanasan material.
Melalui pengujian dapur kita melihat target target temperatur minimal relah dicapai yaitu diatas 923 ?C. Melihat kondisi dapur, remperalur yang tercatat pada termacouple adalah temperatur ruang dapur terutama bagian atax dapur sehingga temperatur material sebenarnya telah melebihi lemperarur yang tercatat. Pemakaian bahan balcar yang digunalran dalam 4 kali percobaan unluk material tertentu tidalcjaulz berbeda dengan data perlzitungan konsumsi material. Kelebihan pemakain bahan balrar tersebut karena balu tahan api yang tidak berg-una yang ierdapat dalam dapur. Validasi dapur melalui perlakuan panas fnormalisasy baja tuang mangan memperlihatlran terjadinva perubahan sim/dur mikro yailu penglzalusan dan penyeragaman butir dan edapan yang diikuti dengan peninglfatan nilai lcekerasan. Dengan demikian dapur yang dibuat dapar disimpulkan telah beroperasi dengan baik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>