Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5651 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanny Rasni
"Kemiskinan merupakan satu faktor terjadinya kekurangan gizi pada balita. Lingkungan Pelindu Kelurahan Karangrejo Kecamatan Sumbersari-Jember merupakan daerah dengan jumlah keluarga miskin yang banyak tetapi tidak tercatat memiliki balita gizi kurang maka penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran mengenai arti dan makna pengalaman keluarga miskin dalam pemenuhan nutrisi pada balita, dilakukan dengan desain fenomenologi deskriptif. Populasi adalah keluarga miskin dengan balita di Lingkungan Pelindu. 6 orang ibu yang menjadi pemberi asuhan utama pada anak di keluarga menjadi informan penelitian, yang ditentukan dengan purposeful sampling dan langkah-langkah Colaizzi digunakan dalam analisa data. Hasil penelitian menggambarkan: respon keluarga terhadap kemiskinan yang dialami terdiri dari 2 tema yaitu penilaian tingkat ekonomi, dan pengelolaan keuangan keluarga; perilaku keluarga dalam pemenuhan nutrisi pada balita terdiri dari 3 tema yaitu pemberian ASI, pemberian susu formula; dan pemberian makan; strategi yang dilakukan dalam pemenuhan nutrisi pada balita terdiri dari 3 tema yaitu cara akses sumber nutrisi keluarga, prinsip pemberian makan, dan pemeliharaan kesehatan; faktor pendukung dan penghambat dalam pemenuhan nutrisi pada balita terdiri dari 2 tema yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat; kekuatan dan kelemahan pelayanan kesehatan terdiri dari 3 tema yaitu intervensi pelayanan kesehatan yang diterima, kelemahan pelayanan kesehatan, dan kekuatan pelayanan kesehatan; harapan keluarga terhadap pelayanan kesehatan terdiri dari 2 tema yaitu peningkatan pelayanan dan peningkatan sarana-prasarana. Perawat komunitas yang melakukan pelayanan pada masyarakat dan keluarga di Lingkungan Pelindu perlu mempertimbangkan sumber daya yang tersedia, nilai, keyakinan yang dianut oleh keluarga terutama berkaitan dengan budaya, dan meningkatkan pelayanan kesehatan, bagi pengambil kebijakan di pemerintahan Jember perlu memberdayakan keluarga miskin dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Usulan penelitian selanjutnya diantaranya membandingkan atau mengetahui hubungan berbagai macam variabel yang muncul sebagai tema-tema dalam penelitian ini.

Poverty is a factor that causes children under five years old's malnutrition. Pelindu, Kelurahan Karangrejo, Kec. Sumbersari - Jember is an area with a large number of poor family but it has no record of the malnutrition case. So this research aims to find out the meaning of poor family's experience in fulfilling the children nutritient need. This research applies descritive fenomenologic design. The research population is the poor family that has children under five years old. 6 mothers who give primary education to their children act as reserch informants that are selected by purposive sampling method and the analysis of the data uses Colaizzi method. The result shows that : there are two themes on the family's respon toward the poverty. They are the family valuation on their economic state and their household finance management pattern; the family behaviour in fulfilling nutrient for their children that can be clasifify in 3 themes : kolostrom, ASI Matur, formulaic milk, food giving; nutrient supplying method which consist of 3 themes that are the access method of the family to nutrient sources, the principle of food supplying and the family health maintenance; supporting and demotivating factors; the strenght and weakness of health care which consist of 3 themes, that are the accepted health care intervention, the weakness and effectiveness of health care; the family expectation to the health care which consists of 2 themes: the improvement of service and health facility and also the infrastructure improvement. The nurse who works for the community and family in Pelindu has to consider the available resources, the value and belief hold by of those families especially within their cultural background. It is important for the policy makers in Jember to improve the service of health and empower the poor family to improve the public health. This research's suggestion is to compare and determine the correlation of various variables that appears as the themes in this research."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Qutratu Ainnur Maksum
"Anak-anak sangat rentan terhadap bencana alam, membutuhkan nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangannya. ECCNE (Early Childhood Care and Nutrition Education), program unggulan SEAMEO RECFON, berkolaborasi dengan pemerintah Lombok Timur untuk mengimplementasikan tanggap darurat pasca gempa bumi tahun 2018. Program ini berfokus pada pemulihan gizi pasca bencana yang terintegrasi di pusat-pusat pendidikan anak usia dini, yang menargetkan penguatan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Untuk memastikan keberlanjutan program, bukti hasil yang positif sangat penting. Studi ini mengevaluasi efektivitas biaya dari kegiatan ECCNE dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak balita selama masa darurat. Keberhasilan diukur dengan menggunakan indikator pertumbuhan seperti kenaikan berat badan, pertumbuhan tinggi badan, dan kenaikan skor HAZ, serta perkembangan kognitif, bahasa, dan keterampilan motorik. Sampel penelitian ini terdiri dari 200 anak dalam kelompok intervensi dan 215 anak dalam kelompok kontrol. Data biaya diperoleh dari laporan internal, catatan keuangan pemerintah, dan peraturan. Sebuah studi kualitatif yang menggunakan pendekatan nilai bersama mengeksplorasi pengalaman dan manfaat lokal, dengan informan yang terdiri dari 26 peserta dari kelompok ibu/pengasuh, guru PAUD, dan pemerintah daerah. Total biaya program adalah Rp 52.756.270, dengan biaya terbesar untuk produk makanan pendamping ASI dan kelas pengasuhan anak, dengan total Rp 41.428.850. Biaya rata-rata per anak per bulan adalah Rp 1.981,78. Studi ini menemukan biaya berikut per anak tambahan yang mencapai hasil tertentu: kenaikan berat badan (Rp 532.516), kenaikan tinggi badan (Rp 325.937), peningkatan skor HAZ (Rp 1.219.634), perkembangan kognitif yang normal (Rp 227.588), perkembangan bahasa yang normal (Rp 183.723), dan perkembangan motorik yang normal (Rp 192.139). Program ini hemat biaya dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita pascagempa. Temuan kualitatif menyoroti penerimaan program, peningkatan gizi dan kesehatan anak, peningkatan kemampuan akademis, peningkatan kapasitas guru, dukungan pemerintah, dan tantangan implementasi. Investasi berkelanjutan dalam program pendidikan untuk guru dan orang tua direkomendasikan untuk mempertahankan dan meningkatkan efektivitas intervensi. Keterlibatan masyarakat sangat penting untuk keberhasilan yang berkelanjutan.

Children are especially vulnerable to natural disasters, requiring optimal nutrition for growth and development. The ECCNE (Early Childhood Care, Nutrition and Education), a flagship program of SEAMEO RECFON, collaborated with the East Lombok government to implement an emergency response following the 2018 earthquake. This program focused on integrated post-disaster nutrition recovery in early childhood education centers, targeting the strengthening of early childhood growth and development. To ensure program sustainability, evidence of positive results is essential. This study evaluates the cost-effectiveness of ECCNE activities in improving the growth and development of children under five during emergencies. Success was measured using growth indicators such as weight gain, height growth, and HAZ score gain, as well as cognitive, language, and motor skill development. The sample included 200 children in the intervention group and 215 in the control group. Cost data was obtained from internal reports, government financial records, and regulations. A qualitative study using a shared-value approach explored local experiences and benefits, with informants including 26 participants from mother/caregiver groups, ECE teachers, and local government. The program's total cost was IDR 52,756,270, with the largest expenses for complementary feeding products and parenting classes, totaling IDR 41,428,850. The average cost per child per month was IDR 1,981.78. The study found the following costs per additional child achieving specific outcomes: weight gain (IDR 532,516), height gain (IDR 325,937), HAZ score increase (IDR 1,219,634), normal cognitive development (IDR 227,588), normal language development (IDR 183,723), and normal motor development (IDR 192,139). The program was cost- effective in supporting the growth and development of children under five post- earthquake. Qualitative findings highlighted the program's acceptance, improved child nutrition and health, enhanced academic skills, increased teacher capacity, government support, and implementation challenges. Ongoing investment in educational programs for teachers and parents is recommended to maintain and enhance the intervention's effectiveness. Community engagement is crucial for continued success."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Setyawan
"Penelitian ini merupakan analisa data sekunder dari data penelitian mengenai Pola Pemberian Makan, Masukan Makanan, dan Status Gizi Anak Umur 0 - 23 bulan di Indramavu. Jawa Barat 1997. Desain Penelitian adalah Cross Sectional. Analisis data yang dilakukan adalah untuk mengetahui hubungan antara praktek pemberian makan dan karakteristik lain dengan status gizi bayi usia 6-11 bulan di Kecamatan Gabus Wetan dan Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu tahun 1997. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10,8 % bayi umur 6-11 bulan memiliki status gizi kurang. Sebagian besar (88,7 %) bayi diberikan ASI, 83,3 % diberikan kolostrum dan 86.8% memiliki pola makan ASI dengan makanan tambahan. Gambaran lain dari hasil penelitian ini adalah masih tingginya penyakit infeksi (44,1 %) dan rendahnya tingkat pendidikan ibu ( SD = 89,2 %). Penelitian ini menyarankan perlunya dilakukan upaya peningkatan dan perbaikan praktek pemberian makan pada bayi, perbaikan kesehatan lingkungan, serta menggalakkan pemberian ASI dan sosialisasi penggunaan MP ASI yang memenuhi syarat gizi dan annan untuk mencegah terjadinya gizi kurang pada bayi.

The study analized data from survey on Feeding Pattern, Nutritional Intake, and Nutritional Status among Children 0-23 months in Indramayu, West Java, 1997. This study is a cross sectional study and the goal of this research is to get information about feeding practice and other determine factors of infant nutritional status 6-11 months old at Gabuswetan and Sliyeg subdistrict of Indramayu, 1997. The study revealed that infant 6-11 months with malnutrition were 10,8 %. 88.7 % infant were breastfeed, 83,3 % have cholostrum, and 86,8 % with breastfed with weaning foods. The other results of this study are prevalence of infectious diseases remain high (44.1 %), and most of the mothers have low educational level (5 SD = 89.2 °ro). Base on the study, it is suggested to give more attention to feed pattern practice infant 6 - 11 months, health environment rehabilitation, and also to promote and socialize breast feeding and the useful of weaning food to prevent malnutrition."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Ade Syahbudin
"Kekurangan Energi Protein (KEP) masih merupakan salah satu masalah gizi utama pada usia balita di Indonesia. KEP pada balita disebabkan oleh berbagai hal, baik faktor langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan hasil survei Ekonomi Nasional tahun 1995, 1998 dan tahun 1999 secara Nasional prevalensi Kekurangan Energi Protein (KEP) teiah dapat diturunkan, demikian pula prevalensi Kekurangan Energi Protein (KEP) di Kabupaten Majalengka berdasarkan hasil Pemantauan status gizi tahun 1999, 2000 dan 2001 (14,54%, 15,91%, 12,54%) mengalami penurunan, akan tetapi prevalensi Kekurangan Energi Protein (KEP) di Puskesmas Munjul tahun 2001 masih tinggi 19;48%
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Kekurangan Energi Protein (KEP) pada anak balita umur 7-36 bulan di Puskesmas Munjul Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.
Desain penelitian adalah Cross Sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling dengan jurnlah sampel minimal 241 sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi Kekurangan Energi Protein (KEP) total sebesar 21,99 %,adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu, sikap ibu, asupan energi, asupan protein, dengan Kekurangan Energi Protein (KEP) pada anak balita umur 7 - 36 bulan.
Faktor pengetahuan ibu, perilaku ibu, asupan energi dan asupan protein secara bersama-sama mempengaruhi terjadinya Kekurangan Energi Protein (KEP) pada anak balita umur 7 - 36 bulan. Faktor asupan energi merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi terjadinya Kekurangan Energi Protein (KEP) pada anak balita umur 7 - 36 bulan.
Dari hasil penelitian ini disarankan agar tetap meneruskan pemberian PMT pemulihan dengan memberikan formula tepung tempe dan susu disertai pendidikan gizi dan dibentuk kembali "Taman Gizi" yang menyelenggarakan makanan balita yang KEP. Perlu dilakukan penyuluhan yang lebih intensif dengan melibatkan tokoh masyarakat seperli alim ulama.
Daftar Pustaka : 70 (1979 - 2001).

Factors Relating with the Protein Energy Malnutrition (PEM) at Children Aged 7 - 36 Month in Helath Center on Munjul Majalengka Distric Majalengka Regency 2002.
Protein Energy Malnutrition persits as one of main nutritional problem in Indonesia five years children. PEM are caused by many factors. Direct factors or indirect factors.
Based on the result from national survey economic in 1995, 1998 and 1999 prevalence Protein Energy Malnutrition has been desreased, and so prevalence Protein Energy Malnutrition in regency Majalengka based on the result of developing nutrition status in 1999, 2000 and 2001 (14,54 %, 15,91 %, 12,54 %) descreased, but prevalence Protein Energy Malnutrition in Helath Center on Munjul is still high (19,48 %).
Objective of this study was to the factors related to Protein Energy Malnutrition of children aged 7-36 month in Helath Center on Munjul Majalengka Distric Majalengka Regency 2002.
Design Cross sectional was used in this study. Sampling used by simple random sampling and sample size wise 241 mother under five years children. The result of research show prevalence 21,99 per cent, a significant realationship between mother education, mother performent, income percapity, mother knowledge, energy food, protein food with Protein Energy Malnutrition to children aged 7 - 36 month.
The factors mother knowledge, mother performent, energy food and protein food together influenced Protein Energy Malnutrition to children aged 7 - 36 month. Energy food factors as the main factor which influence Protein Energy Malnutrition to children aged 7-36 month.
The research recommended to be continuing supplementary feeding programme with used nutrition formula tempe and milk, education and reformed the nutrition demontration plot "Taman Gizi" wich can apply under five years children food which PEM. It has necessary to be done with an intensive education by involved community specially alim Ulama.
Bibliography : 70 (1979 - 2001).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7931
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nany Syuryati R.
"Terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak pertengahan tahun 1997 yang lalu, berpengaruh buruk terhadap kesehatan dan status Gizi masyarakat, terutama keluarga miskin. Salah satu kelompok yang rentan adalah balita yang dengan keadaan ini menjadi Kurang Energi Protein (KEP). Untuk mencegah meluasnya kasus KEP, maka pemerintah Propinsi Sumatera Barat bekerja sama dengan swasta memberikan bantuan berupa makanan tambahan untuk pemulihan (PMT-P). Pemberian PMT-P telah diteliti di beberapa daerah, namun sampai saat ini di kota Padang sendiri belum pernah dilaksanakan penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan status Gizi balita KEP keluarga miskin. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kuranji dan Puskesmas Belimbing, Kecamatan Kuranji, kota Padang terhadap balita KEP keluarga miskin yang mendapatkan PMT-P.Desain penelitian ini adalah cross sectional. Sampel terdiri dari 93 orang balita KEP keluarga miskin yang merupakan total sampling dengan responden ibu balita KEP.
Pengolahan data menggunakan analisis -univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan keberhasilan peningkatan status gizi balita KEP setelah PMT pemulihan selama 3 bulan hanya 43%. Ada hubungan yang bermakna antara jumlah dan jenis PMT-P, berat ringan infeksi serta pelayanan kesehatan (p < 0.05). Variabel balita KEP dengan infeksi berat mempunyai hubungan yang paling kuat untuk tetap/kurang status gizinya dibandingkan dengan balita KEP yang menderita infeksi ringan. Pada pelaksanaan PMT-P, agar tegadi peningkatan status gizi balita KEP yang lebih baik, maka disarankan adanya pengobatan dan perawatan khusus di Rumah Sakit pada kasus-kasus balita KEP berat dan KEP dengan infeksi berat.
Disamping itu perlu adanya pengawasan dalam mengkonsumsi makanan, sehingga PMT-P yang diberikan benar-benar hanya diberikan pada sasaran. Walaupun dari hasil penelitian tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan, penyuluhan dan pemantauan oleh petugas dengan peningkatan status gizi, yang kemungkinan oleh karena sebagian besar ibu berpendidikan rendah, untuk itu penyuluhan praktis yang informatif perlu ditingkatkan, sehingga hal ini dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi dan KEP pada balita. Penelitian ini juga menyarankan agar PMT-P diteruskan terutama pada kasus-kasus KEP berat dan sedang serta adanya penelitian yang lebih lanjut dengan desain khusus yang menggunakan indeks BBITB.

Factors Related with the Increase of the Nutrition Status of PEM at the Under Five Year, on Poverty Community in Distric of Kuranji, PadangThe long economic crisis since 1997, cause bad effects to the community, specially community's health and nutrition's on poverty community. One of the most vulnerable group to get protein - energy malnutrition (PEM) is children under five year with this condition can get PEM. To prevent the protein - energy malnutrition from spreading further, the regional government on West Sumatra and some privates commits donated to the community, such supplementary feeding program. The supplementary feeding program was researched some regions, but until now the research never done in Padang.
The purpose of the research is to knowing the factors which related with the increase of the nutrition status of PEM at the children under five year, on poverty community. The research is done on Community Health Center on Kuranji and Belimbing region, distric, Kuranji, Padang; to the children under five year, with PEM on poverty community who got supplementary feeding. The research design was Cross Sectional. The sample's are 93 children's under five year on poverty community; they were total sampling, using their mother as respondents.
The data processing is using Univariat, Bivariat and Multivariat analysis. The result of research shows that only 43% success on increasing Nutrition's status at the children's under five year with PEM on poverty community after 3 months giving supplementary feeding. Kind and number of supplementary feeding, severe and mild infection and the health services have significant relation (p < O, 05). PEM at children under five year variable with the severe infection have a strong relation to statis or less of nutrition status compared with PEM at the children under, five year who got mild infection.
To increase the good children under five year nutrition status, suggested to handle seriously severe protein - energy malnutrition and severe infection with the intensive care. Beside that, need to giving supplementary feeding with the adequate number. It necessary to observe more intensively so that kind and number of the supplementary feeding given used by the PEM at children under five year only. Although from the research did not found significant relationship beetwen knowledge. give of information and supervision of health providers with the rise of nutrition status that may be most of mather have low education, that's need to increase giving of information with informatif practice in order it can increase knowledge of mather about nutrition and PEM at the children under five year, and also the supervision that done of health providers need to be repair in quality and adequacy. The research also recommended to be continuing supplementary feeding program, especially for moderate and severe PEM. And the further researchs with special design like body weight and body height indecs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. F. Aryani Suja
"ABSTRAK
Secara klinis xeroftalmia tidak lagi dikatakan sebagai masalah kesehatan masyarakat, tetapi status vitamin A serum masih berada pada tingkat marginal sehingga kondisi ini perlu diwaspadai, terutama pada masa paceklik. Salah satu cara untuk mengukur risiko xeroftalmia dengan metoda riwayat konsumsi makanan (Dietary history). Hasilnya dinyatakan dalam nilai usual pattern of food consumption (UPF). Seperempat anak pra sekolah di Jawa Barat mempunyai indeks risiko xeroftalmia sedang dan tinggi. Apakah hal ini disebabkan oleh pengetahuan ibu tentang gizi yang kurang?
Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan rancangan kasus kontrol. Sebanyak 120 anak sebagai kasus dengan nilai UPF S 210 dibandingkan dengan 240 anak sebagai kontrol dengan nilai UPF > 210.
Analisis regresi logistik multivariat dilaksanakan untuk menentukan besarnya hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan risiko xeroftalmia pada anak, berdasarkan kecurigaan adanya pengaruh faktor lain secara bersama-lama. Untuk mengetahui validitas dari survey diet (Semi quantitative Dietary Assessmen t/ SDA) dilakukan analisis Sensitifitas dan Spesifisitas (di JawaTengah dan Sulawesi Selatan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak dari ibu yang mempunyai pengetahuan kurang mempunyai risiko xeroftalmia 2,42 kali dibandingkan dengan anak dari ibu yang mempunyai pengetahuan baik campak dan diare berkontribusi terhadap hubungan antara pengetahuan ibu dengan risiko xeroftalmia anak Anak yang mempunyai riwayat campak mempunyai risiko xeroftalmia 1,84 kali dibandingkan dengan anak yang tidak mempunyai riwayat campak dan 2,86 kali untuk anak yang mempunyai riwayat diare.
Walaupun vaksinasi campak, kapsul vitamin A, status sosial ekonomi keluarga, umur dan status gizi tidak secara nyata berkontribusi dalam model, namun kehadirannya tetap perlu diperhatikan dalam mengantisaipasi terjadinya risiko xeroftalmia anak, mengingat pada faktor ini terdapat interaksi dengan model additive.
Probabilitas seorang anak untuk terjadi risiko tinggi xeroflalmia pada ibu yang mempunyai pengetahuan baik dan anaknya tidak mempunyai riwayat campak dan diare sebesar 38%. Bila ibu mempunyai pengetahuan kurang dan anaknya mempunyai riwayat campak dan diare make probabilitas untuk terjadi risiko tinggi xeroftalmia meningkat menjadi 89%.
Dengan pedoman skrining umum, pada nilai serum 10 ug/dl, untuk Jateng pada titik potong UPF-300, SDA mempunyai Se=6677%, Sp-58,6% dan PPV=5,7% dan untuk Sulsel, pada UPF=380, mempunyai Se=75,O%, Sp=29,9% dan PPV=7,4%.
Bila SDA akan digunakan untuk deteksi dini asupan konsurnsi makanan anak yang kurang dari kecukupan, perlu kehati-hatian dalam menginterpretasikan titik potong nilai UPF untuk validitas SDA, mengingat keragaman nilai yang ada di Jateng dan Sulsel.

ABSTRACT
Clinically xerophthalmia is not considered as public health problem, however, status of vitamin A serum needs to be aware of due to it is yet at marginal level, especially at the time of scarcity before harvest. One way to measure risk of xerophthalmia is by means of Dietary History in which the result is stated in score of usual pattern of food consumption (UPF). One-fourth of preschool children at West Java have high and medium risk index of xerophthalmia Is it due to the lack of mother's knowledge of nutrient.
Case-control method is used in this quantitative research. 120 children were classified as case with UPF score 5 210 were compared with 240 children classified as control by having UPF score > 210.
Analysis of multivariate logistic regression was carried out to determine the relationship between mother's knowledge regarding nutrient and risk of xerophthalmia for their children, considering the impact of other factors concurrently. Sensitivity (Se) and Specificity (Sp) analysis were employed to evaluate the validity of the survey diet (semi quantitative dietary assessment / SDA) in East Java and South Sulawesi.
Results of this research showed that mothers who lack of knowledge on nutrient and risk of xerophthalmia their children will have 2.42 times risk of xerophthalmia compared to those whose mother have sufficient knowledge thereof Measles and diarrhea affect the relationship of mother's knowledge and risk of xerophthalmia for their children. Children who ever had measles have 1.84 times of having risk of xerophthalmia compared to those who never had and 2.86 times for those who ever had diarrhea.
Though measles vaccination, supplementation of vitamin A capsule, family socio-economic status, .age and nutrient status (PEM) did not contribute significantly in the model, but their existence need to be priority given in anticipating the risk of xerophthalmia for children, for there factors interacted with mother's knowledge in relation to risk of xerophthalmia in their children in an additive model.
The probability of a child to have risk of xerophthalmia when his/her mother has good knowledge and the child never had measles and diarrhea is 38 %. On the contrary, the probability will be 89 %.
Under common screening, at East Java, using 10 ug/dl of serum value with end point of UPF in 300, SDA has 66.7% Se, 68.6% Sp and 5.7% PPV and for South Sulawesi the cut point of UPF in 380, 75.0% Se, 29.9% Sp and 7.4% PPV.
Considering the variety of values at East Java and South Sulawesi, it is recommended to be more careful in interpreting the cut point for UPF and SDA validity when SDA is used for early detection of insufficient children food consumption.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Suwetra
"Anemi defisiensi besi merupakan anemi gizi yang paling sering terjadi baik di negara sedang berkembang maupun di negara maju dan terdapat terutama pada bayi dan anak-anak; yang dalam pertumbuhan cepat membutuhkan zat besi yang tinggi dan kandungan zat tersebut dalam makanan yang lebih rendah dari kecukupan kebutuhan yang dianjurkan (1). Diit kaya zat besi tidak menjamin ketersedian zat besi yang cukup bagi tubuh selama absorpsi zat besi dipengaruhi oleh bahan penghambat (inhibitor) dan pemacu (promoter) yang ada di dalam makanan. Zat besi yang terdapat di dalam Air Susu Ibu (ASI) hanya mencukupi kebutuhan akan zat besi sampai umur 6 bulan dan cadangan besi tubuh mulai menurun sejak umur 5 - 6 bulan, maka kebutuhan pada umur selanjutnya harus dipenuhi dari makanan. Di negara berkembang makanan pokok terutama terdiri dari serealia, kacang-kacangan dan sayuran dengan kualitas zat besi yang rendah serta banyak mengandung bahan penghambat absorpsi besi seperti fitat, tannin dan serat (1,2,3,4). Keadaan tersebut disertai dengan kemiskinan, ketidak-tahuan tentang makanan bergizi, adanya kepercayaan yang salah terhadap makanan tertentu (tabu), lingkungan yang masih mendukung terjadinya berbagai penyakit infeksi dan infestasi cacing khususnya cacing tambang (5).
Semua keadaan tersebut menyebabkan tingginya prevalensi anemi defisiensi besi pada bayi dan anak di negara sedang berkembang (5). Resiko terjadinya anemi defisiensi besi tertinggi adalah pada anak-anak umur kurang dari 2 tahun baik di negara maju seperti Amerika Serikat dan Perancis (6) maupun di negara berkembang seperti Argentina (7) dan Malaysia (8). Di Indonesia data anemi defisiensi besi secara nasional belum ada, namun dari beberapa peneliti yang melakukan penelitian secara terpisah dalam skala yang lebih kecil pada anak-anak dengan status g i z i baik ditemukan 37,8 - 73,0 % pada anak umur 6 bulan - 6 tahun pada kelompok social ekonomi rendah (5), 46,67 % pada anak balita yang berobat ke RSCM (9) dan 58,33% pada anak-anak umur 6 -- 18 bulan di Kelurahan Manggarai Selatan, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan (10).
Telah diketahui bahwa anemi defisiensi besi berpengaruh terhadap morfologi dan enzim-enzim yang ada kaitannya dengan metabolisme energi di dalam epitel mukosa usus. Telah diketahui pula bahwa absorpsi karbohidrat memerlukan energi. Gangguan absorpsi ada hubungan dengan penurunan kapasitas metabolisme energi di dalam epitel usus (7,11). Telah ditemukan pada anak umur 9 - 32 bulan dengan anemi defisiensi besi berat adanya gangguan absorpsi D-xilosa dan lemak (12), pada kasus yang sama ditemukan pula gangguan absorpsi D-xilosa pada subyek berumur 13 - 55 tahun (13). Di Indonesia penelitian serupa belum pernah dilakukan pada penderita anemi defisiensi besi khususnya pada anak umur kurang dari 2 tahun, merupakan faktor pendorong pelaksanaan penelitian ini."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Entos
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyimpangpositif positive deviants yang berhubungan dengan status gizi normal tidakstunting dan tidak wasting pada anak usia baduta dari keluaga termiskin, denganpendekatan penyimpangan positif positive deviance . Penelitian ini menggunakandata Riskesdas tahun 2010 dari Kementerian Kesehatan RI, dengan sampel anak usia0-11 bulan dan 12-23 bulan dari keluarga termiskin yaitu dengan pengeluaran perkapita per bulan pada 10 terbawah atau maksimal < Rp 176.009.-. Status gizididasarkan kepada TB/U untuk menentukan status gizi normal dan stunting pendek dan BB/TB untuk menentukan status gizi normal dan wasting kurus .Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyimpang positif positivedeviants yang berhubungan dengan status gizi normal pada anak usia 0-11 bulan darikeluarga termiskin adalah : 1 pemberian ASI dengan frekuensi > 8 kali sehari;status gizi normal bayi diberikan ASI > 8 kali sehari 68,0 , dan < 8 kali sehari53,0 p = 0,03< 0,05 OR 1,88 1,09 ndash; 3,25 , dan 2 penimbangan berat badan diPosyandu setiap bulan; status gizi normal bayi ditimbang setiap bulan di Posyandu66,7 ,dan tidak setiap bulan 52,9 p = 0,05 = 0,05 OR 1,78 1,03 ndash; 3,10 .Faktor penyimpang positif positive deviants yang berhubungan denganstatus gizi normal pada anak usia 12-23 bulan dari keluarga termiskin adalah : 1 tingkat konsumsi energi > 70 AKG; status gizi normal konsumsi energi > 70 AKG 57,6 , < 70 AKG 39,8 p = 0,014 < 0,05 , OR 2.05 1,19 ndash; 3,54 , 2 kepemilikan sarana Buang Air Besar BAB ; status gizi normal keluarga yangmemiliki sarana BAB 48,4 , tidak memiliki 33,3 p = 0,01 < 0,05 , OR 1,88 1,17 ndash; 3,02 , 3 kualitas fisik air minum kategori layak; status gizi normal pada keluargatermiskin yang memiliki kualitas fisik air minum kategori layak 46,3 , tidak layak30 p = 0,03 < 0,05 OR 2,01 1,10 ndash; 3,67 , dan 4 riwayat sakit anak saatneonatal; status gizi normal pada anak tidak pernah sakit saat neonatal 66,0 , anakpernah sakit 47,5 p = 0,03 < 0,05 OR 2,14 1,10 ndash; 4,18 .Kata kunci: Status Gizi Normal, Penyimpang Positif Positive Deviants , KeluargaTermiskin."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
D1713
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armil Dedy Djara
"ABSTRAK
Usia dini 0-6 tahun adalah salah satu periode paling penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Periode ini penting untuk menempatkan perkembangan kesehatan dan intelektual untuk masa depan seorang anak. Berdasarkan itu, masalah gizi pada masa anak-anak perlu dihilangkan. Menurut Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI 2013 , terdapat 37.2 anak yang dikategorikan kerdil atau stunting. Indonesia merupakan negara dengan stunting terbesar di ASEAN. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi stunting pada anak usia dini 0-6 tahun di Indonesia timur; 2 Mengidentifikasi seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap stunting pada anak usia dini 0-6 tahun di Indonesia timur. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari Indonesia family Life Survey East IFLS EAST 2012. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain potong lintang Cross Section . Sampel yang digunakan adalah anak usia 0-6 tahun berjumlah 1.515 orang. Analisis determinan stunting dilakukan menggunakan analisis regresi logistik dengan program Stata 12.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi stunting secara statistik adalah usia, wilayah tempat tinggal dan sumber air minum.

ABSTRACT
Early age 0 6 years is one of the most important periods for the growth and development of children. This period is important to put the health and intellectual development for the future of a child. Based on that, nutritional problems in childhood need to be eliminated. According to Paimary Health Research of Health Ministry RI 2013 , there are 37.2 of children who are categorized as stunting. Indonesia is the largest stunting country in ASEAN. The objectives of this study are 1 to identify the determinant factors of stunting in early childhood 0 6 years 2 to identify the probability effect of relationship between the factors and stunting in early childhood 0 6 years. This study uses secondary data from Indonesia Family Life Survey East IFLS EAST 2012 with cross sectional design. The sample size is 1.515 children aged 0 6 years. To identify the determinant factors of stunting, it uses multiple logistic regression analysis using Stata 12.0 program. The result shows that factors that effect stunting statistically are age, living place and drinking water resources. "
2018
T49821
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neli Mulyani Uspitasari
"Tingkat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu indikator dari kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang sehat tidak terlepas dari tercapainya pertumbuhan dan perkembangan bangsa sesuai dengan usianya. Gizi menjadi aspek yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia sekolah. Gizi kurang pada anak usia sekolah dapat mengurangi produktivitas anak dalam aktivitasnya serta menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat gambaran asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak usia sekolah yang mengalami gizi kurang. Penelitian ini dilakukan dengan cara praktik lapangan selama tiga minggu kepada keluarga yang memiliki anak usia sekolah dengan gizi kurang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terjadinya perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku keluarga dengan anak gizi kurang setelah dilakukan intervensi pengaturan pola makan selama empat kali pertemuan. Pengaturan pola makan merupakan hal yang dapat berpengaruh terhadap status gizi. Pola makan mencakup jadwal atau frekuensi makan, jenis makanan, dan porsi makan. Pengaturan pola makan sesuai dengan pedoman gizi seimbang mampu menjaga status gizi dalam rentang normal.

A high level of health is one indicator of the progress of a nation. A healthy nation cannot be separated from the achievement of national growth and development in accordance with its age. Nutrition is an aspect that affects growth and development in school-age children. Malnutrition in school-age children can reduce children's productivity in their activities and cause children's growth and development to be disrupted. The purpose of this study is to see the description of nursing care in families with school-age children who are malnourished. This research was conducted by means of field practice for three weeks to families who have school-age children with malnutrition. The results of this study indicate a change in the knowledge, attitudes, and behavior of families with malnourished children after the dietary regulation intervention for four meetings. Dietary regulation is something that can affect nutritional status. The diet includes the schedule or frequency of eating, the type of food, and the portion of the meal. Setting a diet in accordance with balanced nutrition guidelines is able to maintain nutritional status within the normal range."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>