Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15102 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sutanto, 1950-
"Proses dekomposisi senyawa ester menjadi asam karboksilat dan alkena dalam sedimen disimulasikan dengan pendekatan pirolisis metilasi in situ. Simulasi dekomposisi senyawa ester telah dilakukan terhadap fraksi kerogen dan aspalten dari tujuh sampel dalam interval kedalaman 1100-2330 m mewakili runtunan sedimen sumur GNK-67, sub Cekungan Palembang-Selatan.
Hasil studi menunjukkan bahwa dalam fraksi kerogen maupun aspalten banyak mengandung ester rantai panjang dari n-C10 sampai n-C20 dengan kelimpahan dominan n-C16 dan n-C18. Ester-ester ini secara umum menunjukkan pola perubahan yang menggambarkan proses potensial yang tidak terpengaruh oleh tingkat oksisitas maupun keasaman sedimen.
Uji korelasi indeks dekomposisi ester terhadap data parameter kematangan terbakukan menunjukkan gambaran yang jelas bahwa pola perubahan residu normal ester paralel dengan data tersebut. Dua parameter ester n-C16 dan n-C18 telah diusulkan sebagai parameter kematangan termal alternatif dengan batas awal jendela pembentukan minyak disekitar 1500 m."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardina Purnama Tirta
"Eutrofikasi merupakan salah satu problem lingkungan perairan yang disebabkan oleh munculnya nutrien yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Pada sebagian besar danau, fosfat merupakan nutrisi pembatas pada proses fotosintesis alga. Meskipun konsentrasi fosfat di badan air dikurangi, eutrofikasi masih dapat terjadi karena adanya mobilisasi fosfat dari pore water sedimen ke badan air. Oleh karena itu, monitoring terhadap cemaran fosfat di perairan perlu mengkaji pelepasan fosfat dalam sedimen dan bagaimana interaksinya pada badan air. Studi pelepasan fospat dari sedimen ke badan air dilakukan menggunakan perangkat DGT dengan ferrihidrit sebagai binding gel dan N- -methylenebisacrylamide sebagai crosslinker. Hasil penelitian menunjukkan DGT dengan dengan komposisi akrilamid 15 % ; N- -methylenebisacrylamide 0,1 % dan ferrihidrit sebagai binding gel dapat digunakan untuk pengukuran fosfat yang lepas dari sedimen ke badan air.
Hasil penggelaran DGT selama 7 hari pada kondisi oxic dan anoxic menunjukkan proses lepasnya fosfat dari sedimen ke badan air dipengaruhi oleh waktu inkubasi dan kondisi oxic lingkungan. Konsentrasi fosfat yang lepas dari pore water sedimen ke badan air pada kondisi anoxic memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan kondisi oxic. Hasil penelitian dari penggelaran DGT selama 7 hari untuk sampel sedimen buatan dan sedimen nyata pada kedalaman 1 sampai 15 cm dari permukaan air menunjukkan sedimen memiliki profil massa fosfat yang berbeda sesuai dengan kedalaman. Konsentrasi fosfat yang lepas cenderung lebih tinggi dengan bertambahnya kedalaman dan waktu inkubasi. CDGT fosfat maksimum yang lepas pada kondisi oxic untuk sampel sedimen buatan hari ke-1 , hari ke-3 dan hari ke-7 masing-masing sebesar 1,00 μg/L pada kedalaman 14 cm, 6,61 μg/L pada kedalaman 14 cm, dan 20,92 μg/L pada kedalaman 11 cm. CDGT fosfat maksimum yang lepas pada kondisi anoxic untuk sampel sedimen buatan hari ke-1 , ke-3, dan ke-7 masing-masing sebesar 9,62 μg/L pada kedalaman 12 cm, 10,31 μg/L pada kedalaman 13 cm, dan 24,19 μg/L pada kedalaman 10 cm. CDGT fosfat maksimum untuk sampel sedimen nyata setelah penggelaran 7 untuk kondisi oxic sebesar 29,23 g/L di kedalaman 14 cm, sedangkan untuk kondisi anoxic sebesar 30,19 g/L di kedalaman 8 cm.

Eutrophication is one of the environmental problems caused by the excessive nutrients in aquatic ecosystems. In most lakes, phosphate is a limiting nutrient for algae photosynthesis. Even though the concentration of phosphate from external loading into the water body has been reduced, eutrophication could still be occurring due to internal mobilization of phosphate from the sediment pore water into the overlying water. Therefore, released phosphate from sediments and their interaction in the pore water must be included in monitoring of phosphate concentration in aquatic system. Released phosphate from sediment into pore water has been studied by DGT devices with ferrihydrite as binding gel and NN'-methylenebisacrylamide as crosslinker. The results showed that DGT with 15% acrylamide; 0.1 % N-N'-methylenebisacrylamide and ferrihydrite as binding gel was suitable for the measurement of released phosphate from sediment into pore water.
The result of deployed DGT in oxic and anoxic condition in seven days incubation showed the released phosphate process from the sediment into pore water affected by incubation time and the existence of oxygen in the environment. Released phosphate from the sediment to the water in anoxic condition has a higher value than oxic conditions. The experimental results of deployed DGT in synthetic and natural sediment core at a depth of 1 to 15 cm from the surface of the water for 7 day showed that the sediment has a phosphate mass profile difference based on depth. The concentration of phosphate tends to be increased with depth. The maximum CDGT of phosphate released for synthetic sediment in oxic condition at 1st, 3rd, and 7th day period of incubation are 1.00 μg/L at 14 cm depth, 6.61 μg/L at 14 cm depth and 20.92 μg/L at 11 cm depth, respectively. The maximum CDGT of phosphate release for synthetic sediment in anoxic condition at 1st, 3rd, and 7th day are 9.62 μg/L at 12 cm depth, 10.31 μg/L at 13 cm depth and 24.19 μg/L at 10 cm depth, respectively. The maximum CDGT of phosphate release from natural sediment in oxic and anoxic condition at 7th day are 29.23 g/L at 14 cm depth and 30.19 g/L at 8 cm depth, respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T46797
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Irawan
"Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni 2015 di Desa Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat dan di Laboratorium Kimia, Universitas Indonesia dan bertujuan : Untuk mengetahui kandungan Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr) pada Ikan Bandeng dan Sedimen di Pertambakan Bermangrove. Sampel berupa ikan bandeng dan sedimen diambil dari pertambakan bermangrove yang dibagi ke dalam enam stasiun. Masing-masing stasiun diteliti kandungan logam berat Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr) di ikan bandeng dan Sedimen. Kandungan logam Cr yang ditemukan di ikan bandeng memenuhi kisaran 0.03-0.029 mg/kg. Ambang batas logam Cr di biota menurut Keputusaan Menteri Lingkungan Hidup tahun 2001 sebesar 0.005 ppm, artinya seluruh stasiun telah melampaui ambang batas. Untuk kandungan logam Cr di sedimen di kisaran 0.021-0.636 mg/kg. ambang batas logam Cr di sedimen menurut Swedish Enviromental Protection Agency (<40 mg/kg), mengacu pada standard tersebut maka logam Cr di sedimen belum melebihi ambang batas.

The research was conducted in June 2015 Blanakan Village, Subang, West Java and Chemistry Laboratory, University of Indonesia and aims: To determine the content of Cadmium (Cd) and Chromium (Cr) in the Milkfish and Sediment in aquaculture. Samples of fish and sediment taken from aquaculture divided into six stations. Each station studied heavy metal content of Cadmium (Cd) and Chromium (Cr) in fish and sediments. Cr metal content found in fish meet the range of 0.03-0.029 mg/kg. Cr threshold in biota desperation by the Minister of Environment in 2001 amounted to 0.005 ppm, meaning the whole station has exceeded the threshold. Cr for the metal content in the sediment in the range of 0.021-0.636 mg/kg. Threshold of Cr in sediments according to the Swedish Environmental Protection Agency (< 40 mg/kg), refers to these standards, the Cr in sediments has not exceeded the threshold."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Utami Wulaningsih, Author
"Logam berat yang mencemari sungai dapat mengontaminasi air dan hasil tangkapan pada tambak. Tambak Blanakan merupakan tempat budidaya hasil tangkapan perairan yang terletak di Kabupaten Subang, Jawa Barat dengan sumber air laut dan air tawar yaitu sungai Blanakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan logam berat tembaga (Cu) dan kadmium (Cd) pada sedimen dan kepiting bakau Scylla serrata, serta menentukan nilai bioconcentration factor (BCF) pada kepiting bakau di tambak Blanakan. Sampel sedimen diambil pada tiga stasiun secara purposive sampling pada tiga titik yaitu inlet, midlet, dan outlet sebanyak 500 g, sedangkan kepiting bakau diambil pada tiga stasiun sebanyak 5 ekor tiap stasiun. Sampel sedimen dipanaskan menggunakan oven selama 48 jam di suhu 60oC dan kepiting (yang sudah dipisahkan jaringan lunaknya). Analisis logam berat tembaga (Cu) pada sedimen dan kepiting bakau dilakukan menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS), sedangkan logam kadmium (Cd) pada sampel sedimen dianalisis menggunakan Inductively Coupled Plasma (ICP). Hasil analisis kandungan tembaga (Cu) pada sampel sedimen memiliki rata-rata sebesar 5,5367 – 8,31 ppm, sedangkan analisis tembaga (Cu) pada sampel kepiting bakau memiliki rata-rata sebesar 27,98 ppm. Hasil analisis kandungan kadmium (Cd) pada sedimen tidak terdeteksi, sedangkan kandungan kadmium (Cd) di kepiting bakau memiliki rata-rata 0,12 ppm. Nilai BCF tembaga (Cu) pada kepiting bakau adalah BCF > 2 yang menunjukkan bahwa kepiting bakau di tambak Blanakan merupakan konsentrator makro.

Heavy metals that pollute rivers can contaminate water and catches in ponds. Blanakan pond is a place for cultivating water catches located in Subang Regency, West Java, with sources of sea water and fresh water, namely the Blanakan river. This study aims to analyze the content of heavy metals copper (Cu) and cadmium (Cd) in sediments and mud crabs Scylla serrata, and determine the value of bioconcentration factor (BCF) in mud crabs in Blanakan ponds. Sediment samples were taken at three stations by purposive sampling at three points, namely inlet, midlet, and outlet as much as 500 g, while mud crabs were taken at three stations with 5 fish per station. Sediment samples were heated using an oven for 48 hours at 60oC and crabs (which had been separated from the soft tissue). Analysis of heavy metal copper (Cu) in sediments and mud crabs was carried out using the Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) method, while metal cadmium (Cd) in sediment samples was analyzed using Inductively Coupled Plasma (ICP). The results of the analysis of the copper (Cu) content in the sediment samples had an average of 5.5367 – 8.31 ppm, while the copper (Cu) analysis in the mud crab samples had an average of 27.98 ppm. The results of the analysis of the content of cadmium (Cd) in the sediment was not detected, while the content of cadmium (Cd) in mud crabs had an average of 0.12 ppm. The BCF value of copper (Cu) in mangrove crabs is BCF > 2 which indicates that the mangrove crabs in Blanakan ponds are macro concentrators."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sediment toxicity test are becoming increasingly important in regulation and assessment programs throughout the world. Sediment toxicity testing using planktonic diatom, chaetoceros gracilis has been developed to determine the suitability of the diatom as sediment test organism...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suliestyah
"Abstrak
Eksperimen pemansan isothermasl di dalam ampul gelas telah dilakukan terhadap substrat murni 1-mutilfenantrena (1-MP) dan 9-metilfenantrena (9-MP) masing-masing dalam kondisi vakum tanpa katalis. Hasil eksperimen dianalisis menggunakan metoda GCMS hingga diketahui bahwa pemanasan 1-MP menghasilkan fenantrena dan 9-MP menghasilkan fenantrena dan 9,10-dihidro fenantrena. Melalui pendekatan kinetika isothermal kedua reaksi mengikuti hukum laju orde satu dengan energy aktivasi ( E ) dan konstanta Arrhenius (A) masing-masing 103,567 kj Mol-1 dan 1,7x103 detik-1 untuk reaksi 1-MP, serta 94,762 kj Mol-1 dan 6,6x102 detik-1 untuk reaksi 9-MP. Indikator kematangan aromatik yang disusulkan yaitu RP-II sebagai rasio P/{P+(1-MP)+(9-MP)] dengan parameter kinetik E dan A masing-masing 99,165 kj Mol-1 dan 1,2x103 detik-1 telah dikalibrasi terhadap parameter kematangan termal biomarker konvensional, refleksitas vitrinit dan data pirolisis Rock Eval. Hasil kalibrasi menunjukkan bahwa indikator RP-II dapat digunakan sebagai parameter kematangan termal untuk sumur Gunung Kemala di Cekungan Palembang Selatan. Dengan menggunkan pendekatan kinetika non isotermal, parameter kinetika E dan A juga telah ditentukan terhadap rasio fenantrena (RP-II) dan rasio kadalena {(I/(I+C)} masing-masing 47,158 Kj Mol-1 dan 28x20-5 detik-1 untuk indikator RP-II serta 56,573 kj Mol-1 dan 1,4x10-4 detik-1 untuk indikator I/(I+C). Parameter kinetika ini telah digunakan untuk memperkirakan zona jendela pembentukan minyak bumi dengan kematangan termal yang tinggi, berdasarkan peningkatan nilai indikator RP-III terhadap kedalaman sedimen dengan menggunakan indikator I/(I+C) sebagai pembanding. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa zona kematangan termal tinggi yang dapat diperkirakan sebagai puncak pembentukan hidrokarbon cair untuk sumue GK diperkirakan akan tercapai pada kedalaman antara 2500-2600 m."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raskiban
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi potensi daerah penangkapan ikan di Muara Ciwaringin dan Muara Kedaton berdasarkan nilai konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut yang dikaitkan dengan nilai konsentrasi sedimen. Keterkaitan dari persebaran dan perubahan sedimen terhadap estimasi potensi daerah penangkapan ikan dihasilkan dari hasil analisis pengolahan citra Landsat dengan menggunakan aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: ke arah laut, persebaran sedimen, klorofil-a dan suhu permukaan laut menurun konsentrasinya. Secara umum, pada wilayah penelitian menunjukan perubahan sedimen dan klorofil-a mengalami peningkatan, tetapi suhu permukaan laut mengalami penurunan. Dengan adanya variabel sedimen dalam menentukan estimasi potensi daerah penangkapan ikan semakin memberikan hasil yang akurat daripada sebelumnya yang hanya menggunakan variabel klorofil-a dan suhu permukaan laut.

This study aims to determine the estimated potential fishing areas in Ciwaringin Outfall and Kedaton Outfall based on the value of chlorophyll a concentration and sea surface temperatures associated with sediment concentration values. The linkage of distribution and change in sediment to estimate potential fishing areas resulting from the analysis Landsat image processing applications using Remote Sensing and Geographic Information Systems.
The results concluded that the direction of the sea, sediment distribution, chlorophyll a and sea surface temperature decreased concentration. In general, the study area showed change sediment and chlorophyll a increased, but decreased sea surface temperature. With the sediment variables in determining the estimated potential fishing areas more accurate results than ever before are only using variable chlorophyll a and sea surface temperature.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68663
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
""This volume offers a review of terrestrial geochemical sedimentology, integrate current research with earlier work. Understanding the origins of terrestrial geochemical sediments can provide insights into past environments, landform preservation and landscape erosion."--Jacket."
Maiden, MA: Blackwell, 2007
551.3 GEO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Pujiono
"Lapangan SP merupakan lapangan eksplorasi yang terletak di Cekungan Arjuna. Berdasarkan data sumur FD-01 pada Main Formation ditemukan keberadaan hidrokarbon. Data Drill Steam Test pada Top B-28B dan Top B-29A menunjukan keberadaan hidrokarbon gas. Oleh karena itu perlu dilakukan karakterisasi reservoar pada zona target tersebut dengan menggunakan metode Impedansi Akustik (IA), AVO, dan Lambda Mu Rho. Tahapan pengolahan data pada penelitian ini yaitu melakukan inversi IA, dilanjutkan analisa respon AVO dan Lambda Mu Rho.
Hasil inversi IA mampu memisahkan lapisan reservoar sandstone dan non reservoar shale. Nilai IA yang di golongkan sebagi reservoar sandstone B-28B dan B-29A terletak pada rentang nilai 10.000 (ft/s)(gr/cc) - 12.500 (ft/s)(gr/cc). Sedangkan yang non reservoar memiliki nilai IA antara 13.000 (ft/s)(gr/cc) - 15.000 (ft/s)(gr/cc). Nilai IA sandstone lebih rendah dibanding shale secara geologi mengidikasikan reservoar sandstone tersebut bersifat unconsolidated. Berdasarkan delineasi sebaran impedansi akustik, sandstone B-28B dan B29-A pada arah timur - barat menipis kearah cekungan di sebelah barat, dan pada arah utara - selatan sandstone menipis ke arah cekungan di sebelah selatan.
Analisa respon AVO pada data gather menunjukan AVO kelas IV, yang berasosiasi dengan low impedace contrast yang sesuai dengan hasil inversi Impedansi Akustik. Respon AVO kelas IV secara geologi berasosiasi dengan lapisan unconsolidated sandstone dengan penutup shale di atasnya. Lambda Mu Rho dapat mendelineasi keberadaan reservoar sandstone yang berisi gas. Nilai Mu Rho yang di interpretasi sebagi sandstone B28-B dan B-29A memiliki nilai 0,75 (GPa)(gr/cc) - 1,40 (GPa)(gr/cc). Sandstone B-28B dan B-29A memiliki nilai Lambda Rho antara 1 (GPa)(gr/cc) - 5,8 (GPa)(gr/cc). Berdasarkan delineasi Lambda Rho dan Mu Rho, sumber pengendapan sandstone B-28B dan B-29A pada cekungan arjuna berasal dari arah utara dan timur.
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan dalam penentuan titik pengeboran sumur eksplorasi yang baru. Secara geologi dan hasil dari Lambda Mu Rho sebaiknya diletakan pada pada lintasan SP02 CDP 1005050. Dimana titik tersebut terletak pada puncak antiklin dan memiliki nilai Lambda Rho rendah yang berasosiasi dengan gas.

SP exploration field, which is located at Arjuna Basin, shows hydrocarbon potential in Main formation based on well data FD-01. Drill Steam Test data at Top B-28B and Top B-29A shows any gas hydrocarbon. Therefore, reservoir characterization in target zone is needed using several method such as Acoustic Impedance (AI), AVO, and Lambda Mu Rho. This research has been divided into three domain step: AI inversion, AVO responses analysis, and Lambda Mu Rho.
The result from AI inversion can separate lithology between sandstone reservoir and shale non reservoir. AI value from sandstone reservoir B-28B and B-29A in range 10000 (ft/s)(gr/cc) – 12500(ft/s)(gr/cc) and non reservoir has AI value in range 13000 (ft/s)(gr/cc) – 15000 (ft/s)(gr/cc). Giologically, AI value of sandstone is lower than shale which indicating sandstone reservoar has unconsolidated properties. Based on deliniation of AI distribution, B-28B and B-29A sandstone at East - West direction decrease toward to west basin, and sandstone at North - South direction decrease toward to south basin.
AVO response analysis on gather data shows class IV AVO, this response associated with low impedance contrast related to AI inversion result. Geologically, Fourth class of AVO response associates between unconsolidated sandstone layer overlaid with shale caprock on top. Lambda Mu Rho result can delineate any gas bearing sand. Sandstone reservoir B-28B and B-29A has Mu Rho value in range 0.75 (Gpa)(gr/cc) – 1.40 (Gpa)(gr/cc) and Lambda Rho in range 1 (Gpa)(gr/cc) - 5.8 (Gpa)(gr/cc). According to Lambda Rho and Mu Rho delineation, depositional source of sandstone B-28B and B29-A are from north and east Arjuna Basin.
Results from this research can be used as a guidance to locate a new wellbore exploration. From geological and Lambha Mu Rho results, the wellbore should be put on line SP02 CDP 1005050, where this area is located at top of anticline and has a low Lambdha Rho value which is associated with gas potential.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43782
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andari Ayu
"Pesisir selatan Kabupaten Pacitan merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan memiliki sebuah teluk bernama Teluk Pacitan. Proses erosi dan sedimentasi perlu diketahui untuk melihat kondisi fisik pantai. Ukuran dan diameter butir sedimen merupakan bagian dari sifat-sifat sedimen yang dapat memberikan informasi tentang proses transport sedimen. Distribusi sedimen memberikan gambaran mengenai asal sedimen, sejarah transportasi, dan kondisi pengendapannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lingkungan sedimentasi dan menganalisis variabel yang paling berpengaruh terhadap diameter butir sedimen. Metode pengambilan sampel daerah acak berstrata pada setiap segmen sepanjang 150x150 meter untuk pengumpulan sampel sedimen dan data kemiringan gisik pantai. Pengelompokkan sedimen dari hasil pengayakan yang dilakukan di laboratorium P2O LIPI berdasarkan skala Wentworth dan dilakukan uji granulometri. Arus pantai dan energi geombang diperoleh dari sumber data BMKG Ocean Forecast System. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sedimen dengan jenis pasir mendominasi di semua pantai. Nilai mean pada pantai hadapan samudera berkisar antara -0.18 ndash; 2.43, sorting adalah well sorted hingga poorly sorted, skewness adalah very fine skewed hingga very coarse skewed, dan kurtosis adalah very leptokurtic dan extremely leptokurtic. Pantai hadapan teluk, nilai mean 2.20 ndash; 4.49 dari sisi barat hingga timur, sorting adalah very well sorted hingga moderately sorted, skewness adalah very fine skewed hingga coarse skewed, dan kurtosis adalah very leptokurtic dan extremely leptokurtic. Hasil uji statistik dengan Analisis Regresi Linier Berganda diperoleh hasil arus pantai, energi gelombang, dan keimiringan gisik pantai berpengaruh secara simultan terhadap diameter butir sedimen.

The southern coast of Pacitan regency is one of the areas directly adjacent to the Indian Ocean and has a bay called Pacitan Bay. The process of erosion and sedimentation should be known to see the physical condition of the beach. The size and diameter of the sediment grains are part of the sedimentary properties that can provide information about the sediment transport process. Sediment distribution provides an overview of the origin of sediments, transportation history, and deposition conditions. This study aims to analyze the sedimentation environment and analyze the variables that have the most influence on the diameter of the sediment grains. Methods of sampling stratified random areas on each segment along 150x150 meters for collection of sediment samples and slope data of coastal gradients. The grouping of sediments from the sieving result conducted in LIPI P2O laboratory based on Wentworth scale and granulometry test. Coastal currents and wave energy are obtained from BMKG Ocean Forecast System data source. The results showed that sediment with sand types dominates on all beaches. Mean values on oceanfront beaches range from 0.18 2.43, sorting is well sorted to poorly sorted, skewness is very fine skewed to very coarse skewed, and kurtosis is very leptokurtic and extremely leptokurtic. Beachfront bay, mean value 2.20 4.49 from west to east side, sorting is very well sorted to moderately sorted, skewness is very fine skewed to coarse skewed, and kurtosis is very leptokurtic and extremely leptokurtic. The result of statistical test with Multiple Linear Regression Analysis showed that coastal currents, wave energy, and the slope of the coastal gradient influence simultaneously to the diameter of the sediment grains.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>