Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102163 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sumaryono
"Baja tahan karat austenit tipe 316 banyak digunakan untuk pembuatan bejana tekan, tangki, pipa dan lain-lain yang memerlukan penyambungan dengan pengelasan. Akibat panas pengelasan tersebut baja tahan karat tersebut mudah mengalami sensitisasi, dimana ketahanan korosi baja menurun. Hal ini disebabkan karena pada daerah sambungan las khususnya di daerah pengaruh panas (HAZ) terbentuk karbida krom.
Dalam penelitian ini telah dipelajari pengaruh proses pengelasan terhadap terjadinya sensitisasi. Proses pengelasan dilakukan dengan menggunakan teknik las busur listrik elektroda terbungkus (SMAW) arus searah dengan masukan panas konstan tetapi dengan variasi perlakuan.
Perlakuan meliputi a. celup dalam air (3 buah sampel) b. pendinginan di udara (6 buah sampel) c. pemberian laku-pangs lanjut-PWHT sampai suhu 900 C selama 1 jam terhadap 3 buah sampel yang didinginkan di udara. Setelah pengelasan dan perlakuan maka dilakukan pengkorosian dengan direndam dalam larutan 50% H2SO4 + 2.5% Fez (SO4)3, boiling, suhu 85° C - 90° C selama 120 jam (Metode Streicher). Setelah pengkorosian dilakukan berbagai pengujian meliputi a. uji tarik b. uji kekerasan c. uji metalografi dan uji SEM + EDAX.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju korosi dalam bentuk sensitisasi meningkat setelah benda uji mendapatkan perlakuan. Benda uji yang dicelup dalam air tidak menunjukkan sensitisasi sementara yang didinginkan di udara menunjukkan terjadinya sensitisasi dan bahkan benda uji yang di PWHT menunjukkan sensitisasi lebih parch. Hal terakhir kemungkinan juga disebabkan adanya reaksi gabungan yaitu proses oksidasi suhu tinggi sewaktu di PWHT yang lebih mempercepat sensitisasi sewaktu dikorosikan. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azman Muammar
"Baja AISI 316L yang digunakan sebagai bahan dasar tabung solar water heater (SWH) termasuk kategori baja tahan karat austenitik. Baja tahan karat austenitik merupakan jenis baja tahan karat yang memiliki ketangguhan dan keuletan yang bagus disamping ketahanan terhadap korosi dan sifat mampu las yang juga bagus. Baja AISI 316 L sebelum dilakukan pengelasan telah mengalami proses deformasi dingin (cold working) sebesar 0%, 5%, dan 10 % sehingga berpengaruh terhadap ketahanan korosinya setelah dilakukan penyambungan dengan menggunakan pengelasan TIG. Logam pengisi yang digunakan adalah ER 316 L dan ER 316 Lsi. Adapun perlakuan dasar terhadap material sebelum dilas berupa solution annealing, purging dan tanpa purging serta proses passivasi dgn HNO3 pada daerah sambungannya setelah proses pengelasan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan semakin tinggi persen deformasi yang dialami material maka ketahanan korosi cenderung menurun. Hal ini dilihat dari kehilangan berat per satuan luas, dimana pada deformasi 0% sebesar 0,0529 gr/cm2 , deformasi 5% sebesar 0,0589 gr/cm2 , dan pada deformasi 10 % sebesar 0,0623 gr/cm2. Pengaruh proses solution annealing terhadap material yang terdeformasi menunjukkan kehilangan berat yang semakin kecil pada persen deformasi yang identik yakni pada deformasi 0% sebesar 0,0518 gr/cm2, deformasi 5% sebesar 0,0537 gr/cm2 dan deformasi 10% sebesar 0,0518 gr/cm2 . Sedangkan pengaruh logam pengisi ER 316LSi lebih baik ketahanan korosi-nya daripada ER 316L hal ini ditunjukkan dengan luas kurva polarisasi ER 316 LSi yang lebih kecil daripada kurva polarisasi ER 316 L. Pengaruh perlakuan proses purging dan passivasi juga mampu meningkatkan ketahanan pitting, hal ini terlihat dari kehilangan berat per satuan luas yang paling kecil, yakni sebesar 0,02448 gr/cm2.

AISI 316L stainless steel, that is used as material for Solar Water Heater (SWH) tube, was classified as austenitic stainless steel. Austenitic stainless steel is a kind of stainless steel with good weldability and corrosion resistance. Before the welding process, stainless steel AISI 316 L have experienced a cold deformation process to the amount of 0 %, 5 %, and 10 %. There are two types of filler wire used in the process. It was ER 316L and ER 316 LSi. Meanwhile, basic treatments used for material before welding were solution annealing, purging and non purging. The passivation process using HNO3 was applied as well after welding process. The result shows that increasing deformation level decreases the corrosion resistance of material. It was indicated from the increasing of weight loss per unit area. The weight looses as much as 0.0529 gr/cm2 at no deformation, 0.0589 gr/cm2 in deformation level 5 %, and 0.0623 gr/cm2 in deformation 10% respectively. Sollution annealing process yields decreasing the weight loss. It was in the amount of 0.0518 gr/cm2 at no deformation, 0.0537 gr/cm2 in deformation of 5%, and 0.0518 gr/cm2 in deformation 10%. The use of ER 316 LSi filler wire influenced the material to have a better corrosion resistance than the use of ER 316 L, it shown by the smaller area of cyclic polarization curve on ER 316LSi than ER 316L. In additional, the effect of purging and passivation process increase the pitting corrosion resistance of 316L weldments. It was indicated from the smallest weight loss per unit area of 0.02448 gr/cm2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41799
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febi Dwi Antony
"Dalam pengelasan dan tahapan fabrikasi, proses perbaikan pengelasan (repair welding) diperlukan untuk menghilangkan cacat pengelasan. Penelitian ini berfokus pada pengaruh pengelasan perbaikan berulang terhadap struktur mikro, sifat mekanik, dan ketahanan korosi pada lingkungan klorida dari Duplex Stainless Steel (DSS) UNS S31803. Pengelasan perbaikan menggunakan kombinasi pengelasan manual GTAW dan SMAW dilakukan sebanyak tiga kali dengan rata-rata masukan panas sebesar 1,5 – 1,8 KJ/mm. Adapun pengujian yang dilakukan antara lain uji kekerasan mikro Vickers, impak Charpy pada temperatur -40 °C, uji celup pada larutan FeCl3.6H2O serta uji polarisasi linier. Selanjutnya, pengamatan area hasil lasan dan terkorosi dilakukan menggunakan SEM serta karakterisasi komposisi kimia lokal menggunakan EDS.
Hasil pengujian mekanik menunjukkan bahwa pengelasan perbaikan berulang tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sifat mekanik. Sedangkan dari pengujian korosi didapatkan bahwa pengelasan perbaikan berulang menurunkan ketahanan korosi dari hasil lasan DSS ditandai dengan laju korosi tertinggi dan penurunan nilai potensial pitting (Epit) terbesar pada perbaikan ketiga. Lebih lanjut, pengamatan struktur mikro dilakukan pada hasil lasan dan area terkorosi untuk mengetahui pengaruh pengelasan perbaikan berulang pada DSS UNS S31803, mengingat sampai saat ini pengelasan perbaikan pada DSS dibatasi hanya diperbolehkan satu kali.

During welding and also in the stages of fabrication, welding repair required to eliminate the welding defects present. This paper focuses on the effect of multiple repair welding on microstructure and mechanical properties of Duplex Stainless Steel UNS S31803. Three times welding repair were performed using combination of GTAW and SMAW with average of heat input around 1.5-1.8 kJ/mm. After welding, the test samples were prepared for microhardness test, Charpy impact test, weight loss test in FeCl3.6H2O linier polarization test, and SEM/EDS examinations.
The results showed that multiple repair welding has no significant effect to the mechanical properties, which indicated by no noticeable increment or reduction of Charpy impact value neither Vickers microhardness between each welding repair. For corrosion point of view, the third repair experienced the significant weight loss and highest reduction of Epit. Furthermore, the morphology of microstructure and corroded area in weld metal and heat affected zone were also investigated to achieve more understanding regarding the effect of multiple repairs to the properties of Duplex weldment. Bearing in mind that at the moment, carrying out just one repair per welded joint for Duplex Stainless Steel is advised as the limiting condition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51850
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusman Kosasih
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S40304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Rahmah
"Baja tahan karat merupakan material yang rentan terhadap sumuran karena ion agresif Cl-. Telah diketahui bahwa terdapat kecepatan kritikal bagi baja tahan karat untuk menginisiasi sumuran, dalam lingkungan Cl-. yaitu 1,5 m/s. Investigasi terhadap pengaruh aliran kritikal tersebut pada kerentanan sumuran baja tahan karat UNS S30400 dan UNS S15500 dilakukan dengan merendam sampel dengan posisi horizontal dan vertical pada masing-masing jenis sampel pada larutan NaCl 3,5% dengan reactor mekanik yang memutar air dengan kcepatan 1 m/s dan 2 m/s yang dikonversi menjadi 84 rpm dan 169 rpm.
Hasilnya dianalisis dengan weight loss dan foto mikro, serta uji polarisasi untuk mengetahui laju korosinya. Dari pengujian dengan foto mikro didapatkan pada aliran lebih rendah yaitu 1 m/s terdapat lebih banyak sumuran yang terbentuk, dan pada sampel UNS S15500 diamati bahwa morfologi sumuran yang terbentuk lebih lebar setengah hingga empat kalinya daripada sampel UNS S30400. Kemudian, dari hasil foto mikro pada sampel dengan penempatan posisi yang berbeda tidak ditemukan perbedaan berarti. Dari hasil weight loss didapati di dua kecepatan kehilangan berat sampel UNS S30400 lebih besar daripada sampel UNS S15500, yang mana berkebalikan dengan hasil uji polarisasi.

Stainless steel is a material that is susceptible to pitting because of aggressive ions Cl-. It is known that there is a critical flow rate for stainless steel to initiate pitting, in aggressive ions Cl- environment, which is 1.5 m/s. Investigations of the influence of these on the susceptibility of pitting on stainless steel type UNS S30400 and UNS S15500 is done by soaking the samples with horizontal and vertical position of each sample in 3.5% NaCl solution with mechanical reactor which rotating the solution in 1 m / s and 2 m/s that were converted to 84 rpm and 169 rpm.
The results were analyzed with weight loss and micro photos, as well as polarization testing to determine the corrosion rate. From testing with micro photos, it was obtained that at lower flow rate, which is 1 m / s there is more pitting formed, and it was observed from UNS S15500 samples, the morphology formed pitting up to a half to four wider than the sample UNS S30400. But, from the micro photos, samples which were placed on different positions, there were not found significant differences. From the results of weight loss was found in two samples that corrosion rate of UNS S30400 samples are larger than UNS S15500 samples, which is contradiction to the polarization test result.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44249
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djawadi
"Telah dilakukan penelitian khusus pada baja ASSAB-709 akibat perlakuan panas (diannil), kemudian dilengkung (ditekuk) dengan variasi jari-jari dan dimasukan dalam medium korosif yang dapat menyebabkan terjadinya korosi , kelelahan bahan (fatigue), dan kegagalan (fracture). Adapun media yang digunakan dengan sistim kabut garam (salt spray) dengan kandungan larutan 5% NaCl dalam ruang korosif selama 120 jam atau 32 hari tidak kontinyu, menggunakan mesin kabut garam merk: Weiss Technik, Tegangan 220 volt, 50 Hz Capasitas 3 KVA, buatan Jerman.
Dalam pelaksanaanya menggunakan 2 metode:
1. NDT - Non Destructive Test.
2. DT - Destructive Test.
Untuk menganalisa kerusakan digunakan beberapa cara yaitu:
- Uji mekanis termasuk; tank (tensile stress), tumbuk (impact) dan kekerasan (Vickers)
- SEM (Scanning Electron Microscope)-EDAX untuk menganalisa morfologi permukaan, dan pemetaan unsur.
- EPMA (Electron-Probe Analyzer) ; untuk komposisi/unsur kimia.
Dari hasil penelitian dan percobaan dimaksudkan dapat memberi masukan untuk penentuan pemilihan material yang tepat guna."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S40294
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Andianto
"Lapis Iindung dengan pengecatan adalah salah satu cara yang paling banyak dipakai untuk mencegah terjadinya korosi. Ketebalan lapisan dan konsentrasi dari inhibitor pada Iapisan cat adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dari suatu sistem pengecatan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh ketebalan lapisan cat dan pengaruh konsentrasi inhibitor Zn3(PO4)2 terhadap kebzotan adlzesif dan kemhanan korosi dad lapisan cat.
Variasi ketebalan cat yang digunakan adalah 50pm, 75pm, dan 100pm dengan konsentrasi inhibitor Zn3(PO4)2 0%, 15% dan 30%. Proses pelapisan benda uji dilakukan dengan cara disemprot dengan Spraying Gun setelah sebelumnya dilakukan persiapan permukaan dengan Sand Blasting. Ketebalan kering lapisan cat (Dry Film Thickness) diukur dengan mengunakan alat Magnetic Elcometer A5134 D U86-SZ Pengujian ketahanan korosi dilakukan dengan metode Salt Spray ASTM B 117-85 selama 504 jam, sedangkan untuk mengetahui kekuatan adhesif dari Iapisan cat dilakukan dengan metode Pull-Off Strength ASIM D 4541. Hasil pengujian diamati dengan menggunakan mikroskop optik (fota makro) dan dilakukan klasifikasi ketahanan korosi dengan menggunakan standar JIS Z2371.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan ketebalan lapisan cat akan meningkatkan kekuatan adgesif dan ketahanan korosi. Sedangkan peningkatan konsentrasi inhibitor Zn3(PO4)2 akan meningkatkan ketahanan korosi meskipun terjadi penurunan nilai kekuatan adhesif dari lapisan cat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41556
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joedonowarso Poedjisoenjoto
"Pengendalian korosi pada lambung kapal baja di bawah air laut umumnya dilakukan dengan cara pelapisan cat dan pemasangan zinc-anode. Dalam hal ini telah dilakukan studi tentang efektifitas pengendalian korosi dengan pelapisan cat dan pemasangan zinc-anode.
Pelat baja lambung kapal yang diteliti, sesuai sertifikasi klasifikasi perkapalan yang dilindungi dengan pelapisan cat dan pemasangan zinc-anode, direndam dalam air laut secara alami selama kurang lebih enam bulan. Untuk mengetahui efektifitas pengendalian korosi dilakukan pengamatan dan pengujian material-material yang dipergunakan dengan pengukuran difraksi sinar-X, tes adhesi, tes hardness dan perhitungan laju korosinya.
Setelah dilakukan penelitian diperoleh cara yang cocok dan umur dari metode pengendalian korosi yang sesuai dengan kondisi di lingkungan perairan di Indonesia, yaitu pengendalian korosi yang dikombinasi dengan pengecatan dan pemasangan anoda karbon yang lebih efektif.

Corrosion control in a steel plate hull of a ship is generally done by applying paint coating and zinc anode of the hull. A study on corrosion control effectiveness by applying paint coating and zinc anode has been done.
Observed certified steel plates ship's hull, coated with certain type of paint protection and zinc anode, are submerged in sea water on a period of six month. To obtain effectiveness of the method applied, the materials are observed and tested by using X-ray diffraction, adhesion test, hardness test, and corrosion rate calculation.
It is obtained that a specific method of controlling corrosion in a specific area such as in Indonesian tropic waters should be done effectively by combining the coating and anodic protection.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T5812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristian
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S41103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>