Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 221169 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Armansyah Gatot Subroto
"Kebijakan pembangunan pertanian di Kabupaten Kulon Progo tidak lagi bertumpu pada peningkatan produksi saja, tetapi lebih luas lagi diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, mengembangkan agribisnis, serta mengisi dan memperluas pasar melalui pertanian yang maju, efisien, dan tangguh.
Kebijakan pembangunan pertanian tersebut akan tercapai apabila dalam pelaksanaannya, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo mampu menggerakkan partisipasi berbagai pihak, utamanya masyarakat petani dalam pelaksanaan program-program pertanian.
Dalam rangka penggerakan partisipasi masyarakat petani, maka program penyuluhan pertanian memainkan peran yang sangat vital. Agar penyuluhan pertanian dapat dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan prima sehingga memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan pembangunan pertanian, maka disamping diperlukan adanya dukungan kelembagaan, sarana dan bahan-bahan penyuluhan sesuai standar pelayanan prima, diperlukan pula adanya dukungan sumber daya manusia tenaga penyuluh pertanian yang prima.
Kinerja prima dari tenaga penyuluh pertanian merupakan hasil dari interaksi antara kemampuan dan motivasi (kepuasan kerja) dari para penyuluh pertanian tersebut. Motivasi dan kepuasan kerja, sama pentingnya dengan kemampuan dalam menyurnbang terhadap kinerja prima dan para penyuluh pertanian.
Kajian kepuasan kerja pada Penyuluh Pertanian menarik untuk diteliti, karena peran mereka yang amat vital untuk menggerakkan partisipasi masyarakat petani guna keberhasilan pembangunan pertanian. Kajian mengenai kepuasan kerja pada umumnya telah banyak dilakukan, namun tetap aktual dan menarik karena akhir-akhir ini banyak dibicarakan masalah pemogokan kerja, untuk rasa, dan sejenisnya, yang apabila diteliti dan ditelusuri penyebab yang cukup menonjol adalah adanya rasa ketidakpuasan pegawai.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja, antara lain: gaji, pekerjaan itu sendiri, gaya supervisi, kesempatan promosi, rekan kerja, kondisi kerja, kebijakan organisasi, kepribadian, nilai-nilai pegawai, berbagai karakteristik individu seperti usia, masa kerja, pendidikan, dan sebagainya.
Dalam penelitian ini dilihat hubungan antara karakteristik pekerjaan dengan kepuasan kerja secara umum dari para Penyuluh Pertanian yang didasarkan pada Teori Perancangan Ulang Pekerjaan dari Hackman dan Oldham (1980).
Menurut Hackman dan Oldham (1980), dalam upaya untuk meningkatkan motivasi, kinerja, dan kepuasan kerja perlu diperhatikan adanya lima dimensi karakteristik inti pekerjaan, yaitu: variasi ketrampilan, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi, dan umpan batik. Hackman dan Oldham (1980) juga menjelaskan adanya beberapa moderator yang mempengaruhi hubungan antara karakteristik pekerjaan dengan kepuasan kerja secara umum, yaitu: knowledge and skill, growth need strength, dan context satisfaction.
Penelitian ini melihat peran dari variabel moderator growth need strength dalam mempengaruhi hubungan antara karakteristik pekerjaan dan kepuasan kerja secara umum pada para Penyuluh Pertanian. Diasumsikan bahwa Penyuluh Pertanian yang memiliki growth need strength yang tinggi akan merespon secara lebih positif terhadap pekerjaannya dibandingkan Penyuluh Pertanian dengan growth need strength yang rendah.
Subyek penelitian yang dipilih adalah para Penyuluh Pertanian pada BIPP Kabupaten Kulon Progo dengan populasi sebanyak 48 orang. Pada penelitian ini seluruh populasi diambil sebagai sampel (total sampling). Kepada para penyuluh Pertanian tersebut diberikan kuesioner yang diadaptasi dari kuesioner Job Diagnostic Survey dari Hackman dan Oldham (1980) untuk mengungkap variabel-variabel di atas.
Sebelum alat ukur ini digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada 30 orang responden untuk melihat apakah alat ukur tersebut valid dan reliabel. Perhitungan validitas menggunakan metode konsistensi internal, sedangkan reliabilitas menggunakan metode alpha Cronbach. Hasil perhitungan menunjukkan alat ukur valid dan reliabel sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini.
Metode analisis menggunakan teknik uji korelasi tata jenjang Kendall (tau) karena data penelitian diasumsikan berskala ordinal. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang positif dan bermakna antara karakteristik pekerjaan secara keseluruhan dengan kepuasan kerja secara umum, namun kekuatan hubungannya pada tingkat sedang (tau = 0, 543). Sementara itu hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan positip dan bermakna antara masing-masing lima dimensi inti karakteristik pekerjaan dengan kepuasan kerja secara umum.
Untuk melihat ada-tidaknya pengaruh growth need strength terhadap hubungan antara karakteristik pekerjaan dan kepuasan kerja secara umum, dilakukan korelasi parsial Kendall (tau). Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan angka korelasi (dari tau = 0,543 menjadi 0,470). Ini bermakna bahwa growth need strength mempengaruhi (dalam hal ini memperkuat) hubungan antara karakteristik pekerjaan dan kepuasan keija secara umum. Hasil uji korelasi berganda juga mendukung kesimpulan tersebut dimana interaksi antara karakteristik pekerjaan dan growth need strength secara berskma-sama menunjukkan hubungan dengan kepuasan kerja secara umum yang lebih kuat (dari tau = 0,543 menjadi 0,672).
Pengujian moderator dilakukan dengan melihat perbandingan korelasi Kendall (tau) antara karakteristik pekerjaan dan kepuasan kerja secara umum pada kelompok growth need strength yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien korelasi kendall (tau) pada kelompok responden dengan growth need strength tinggi (tau = 0, 414) lebih kuat dibandingkan pada kelompok responden dengan growth need strength rendah (tau = 0,357).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel growth need strength merupakan moderator yang mempengaruhi hubungan antara karakteristik pekeijaan dan kepuasan kerja secara umum dari para Penyuluh Pertanian."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T8754
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Hidayat
"Penelitian ini didasari oleh suatu anggapan bahwa setiap individu melakukan suatu tindakan tertentu berdasarkan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Kebutuhan dan tujuan ini dapat menimbulkan suatu dorongan jika ada harapan bahwa seseorang akan mampu untuk memuaskan kebutuhan dan mencapai tujuannya. Ada tidaknya harapan ini dapat menunjang pelaksanaan tugas individu sehingga individu akan mendapatkan kepuasan kerja dan meningkatkan motivasi kerja. Setiap perusahaan, lembaga ataupun departemen baik swasta maupun pemerintah, profit maupun non profit perlu memelihara motivasi kerja, terutama dengan adanya persaingan pasar bebas dalam era globalisasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara efektivitas komunikasi antarpribadi dengan motivasi kerja. Menurut Devito bahwa efektivitas komunikasi antarpribadi ada lima dimensi yaitu : Keterbukaan, Empati, Dukungan , Kepositifan, dan Kesamaan. Kelima faktor ini dapat dikategorikan pada dimensi pengharapan dalam teori motivasi Kinlaw. Lebih jauh penelitian ini ingin melihat dari kelima dimensi efektivitas komunikasi antarpribadi tersebut, dimensi mana yang mempunyai hubungan paling tinggi terhadap motivasi kerja.
Dalam pengumpulan data, angket disebarkan kepada pegawai Pusat Pengembangan Penataran Guru Kejuruan (PPPGK) Jakarta dari golongan I, II, III, dan IV masing-masing 75 %. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik sampel acak distratifikasi (Stratified random sampling). Sedangkan teknik analisis data dilakukan melalui analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda.
Hasil analisis deskriptif tentang persepsi pegawai terhadap kelima dimensi efektivitas komunikasi antarpribadi dan tingkat motivasi kerja pegawai menunjukkan pada tingkatan sedang. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan secara bersamaan kelima dimensi efektivitas komunikasi antarpribadi yang memiliki hubungan positif dan signifikan adalah keterbukaan dan kepositifan. Sedangkan dimensi empati, dukungan, dan kesamaan tidak berhubungan secara signifikan. Namun apabila dikontrol dengan golongan terdapat perbedaan terutama untuk golongan III dan IV dimana dimensi yang berkorelasi hanya dimensi kepositifan. Sedangkan bagi golongan I dan II sama yaitu keterbukaan dan kepositifan. Begitu pula jika dikontrol dengan jabatan dimana untuk jabatan widyaiswara hanya ada satu dimensi yang berkorelasi yaitu empati. Sedangkan bagi jabatan staf administrasi sama yaitu keterbukaan dan kepositifan.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor komunikasi khususnya komunikasi antarpribadi berhubungan cukup tinggi terhadap peningkatan motivasi kerja pegawai. Ini dapat dilihat dari Koefisien Determinasi ( R 2) sebesar 0,340 (34 %) terhadap motivasi kerja. Sedangkan sisanya kemungkinan dipengaruhi oleh faktor lain di luar faktor komunikasi. Sebagai akhir faktor-faktor di luar komunikasi perlu diteliti lebih lanjut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faozan Alfikri
"Ajun Penyuluh KB Madya sebagai sumber daya manusia yang relatif baru keberadaannya dijajaran BKKBN mempunyai posisi yang strategic. Dalam pelaksanaan kegiatan Peebangunan Keluarga Sejahtera melalui Gerakan Keluarga Berencana Nasional mereka adalah merupakan fasilitator ditingkat Kecamatan dan pengelola ditingkat Kelurahan. Pada saat ini BKKBN Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai 93 orang Ajun Penyuluh KB Madya yang tersebar diseluruh wilayah kecamatan dengan tugas utama melaksanakan penyuluhan, pelayanan AB, pengembangan penyuluhan dan pendukung penyuluhan.
Banyak faktor yang nenpengaruhi kinerja Ajun Penyuluh KB Madya seperti karakteristik individu, karakteristik pekerjaan, karakteristik organisasi dan lingkungan kerja. Oleh karena penelitian ini dilakukan terbatas pada Ajun Penyuluh KB Madya di DKI Jakarta, dimana karakteristik pekerjaan dan lingkungan kerja hampir sama, maka penelitian ini hanya akan melihat karakteristik individu dan karakteristik organisasi. Dari karakteristik individu ini yang akan dilihat pengaruhnya terhadap kinerja Ajun Penyuluh KB Madya adalah motivasi kerja dan kemampuan kerja, sedangkan dari karakteristik organisasi adalah faktor bimbingan teknis. Untuk itu perlu diketahui gambaran kinerja Ajun Penyuluh KB Madya, pengaruh antara motivasi kerja, kemanpuan kerja dan bimbingan teknis masing-masing terhadap kinerjanya. Kemudian pengaruh notivasi kerja, kemampuan kerja dan bimbingan teknis secara bersama-sama terhadap kinerjanya.
Guna mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian studi deskriptif korelasional dengan pendekatan crossectional dimana seluruh populasi Ajun Penyuluh KB Madya di DKI Jakarta menjadi obyek penelitian. Pengambilan data primer tentang motivasi kerja, kemampuan kerja dan bimbingan teknis dilakukan dengan instrumen berupa kuesioner.
Melalui uji Chi-sguare dan analisa korelasi untuk melihat keeratan hubungan antara motivasi kerja, kemanpuan kerja dan bimbingan teknis serta pengaruhnya terhadap kinerja Ajun Penyuluh KB Madya baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama dengan regresi linier berganda. Hasil penelitian nenunjukkan bahwa ada pengaruh antara karakteristik demografis dan karakteristik akademis secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap kinerja Ajun Penyuluh KB Madya baik terhadap kinerja total maupun kinerja secara rinci yaitu kinerja penyuluhan, kinerja pelayanan KB, kinerja pengembangan penyuluhan dan kinerja pendukung penyuluhan.
Melalui uji statistik ketiga variabel babas yaitu motivasi kerja, kemampuan kerja dan bimbingan teknis tidak bermakna pada derajat kemaknaan Pc 0,05. Akan tetapi nelalui analisa multivariat variabel motivasi kerja, kemanpuan kerja dan bimbingan teknis bersana-sama dengan variabel bebas lainnya yaitu variabel karakteristik demografis dan akadenis menunjukkan pengaruh yang cukup berarti terhadap kinerja total maupun kinerja yang lebih spesifik. Diantara ketiga variabel babas tersebut yang paling kuat pengaruhnya adalah variabel bimbingan teknis dan motivasi kerja.
Berdasarkan basil penelitian tersebut ada beberapa saran yang direkomendasikan yaitu mengefektifkan Tim Penilai Angka Kredit Penyuluh KB serta melakukan pembinaan melekat dengan mendayagunakan forum yang ada dengan silabus yang mengacu pada kebutuhan akan tugas dan fungsinya. Juga dalan nelakukan seleksi penerimaan Ajun Penyuluh KB Madya hendaknya diperhatikan karakteristik demografis dan karakteristik akademis. Disanping itu diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui lebih dalam mengenai faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja Ajun Penyuluh KB Madya dalam skala yang lebih luas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Poeriyanti
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26674
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Supriatna Nata Saputra
"Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain analisis korelasional yang bertujuan untuk menguji hubungan antara budaya organisasi dan kepuasan kerja dengan motivasi kerja perawat di Rumah Sakit Karya Bhakti Kota Bogor. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di Rumah Sakit Karya Bhakti Kota Bogor. Besar sampel dalam penelitian ini adalah total populasi sebanyak 136 perawat pelaksana. Uji hipotesa yang digunakan adalah Korelasi Pearson`s dan Regresi Linier Sederhana. Uji hipotesa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara budaya organisasi dengan motivasi kerja, hubungan kepuasan kerja dengan motivasi kerja, dan hubungan budaya organisasi dengan kepuasan kerja perawat pelaksana. Faktor penentu kepuasan kerja adalah pekerjaan itu sendiri, gaji/imbalan, promosi, supervisi, rekan sekerja dan lingkungan kerja. Uji hipotesa Regresi Linier Ganda juga digunakan untuk mengetahui variabel yang paling dominan berhubungan dengan motivasi kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat pelaksana rata-rata motivasi kerjanya belum optimal, budaya organisasi yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana masih banyak yang belum setuju, Kepuasan kerja yang paling tinggi adalah kepuasan terhadap rekan sekerja. Hasil analisis korelasi dengan a = 0,05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan budaya organisasi dengan motivasi kerja, hubungan kepuasan kerja dengan motivasi kerja, dan hubungan budaya organisasi dengan motivasi kerja perawat pelaksana. Budaya organisasi, kepuasan kerja terhadap pekerjaan, dan kepuasan kerja terhadap supervisi merupakan variabel dominan yang berhubungan dengan motivasi kerja perawat pelaksana. Budaya organisasi merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan motivasi kerja perawat pelaksana. Pihak manajemen rumah sakit perlu meninjau kembali penetapan gaji (salary) bagi seluruh karyawan khususnya perawat pelaksana serta perlu dilakukan pelatihan tentang supervisi bagi perawat manajer dan lebih mengedepankan menjadi role model bagi bawahannya sehingga motivasi kerja perawat pelaksana dapat meningkat.

This study was a correlation analysis with cross-sectional design that aims to examine the relationship between organizational culture and job satisfaction with work motivation associate nurses in Karya Bhakti Hospital. The population was all associate nurses in Karya Bhakti Hospital. The sample size was 136 associate nurses. To examine the relationship between organizational culture with work motivation, relationship between job satisfaction with work motivation, and relationship between organizational culture with job satisfaction Pearson's Correlation Coefficient and Simple Linier Regression was used. Determinant factor job satisfaction was task, salary, career promotion, supervision, peer group and work environment. To examine the dominant variable relationship with work motivation Multiple Linier Regression was used.
The result of study, showed that associate nurses level was fairly work motivation and organizational culture percepts by associate nurses was not agree. Associate nurses job satisfaction score with peer group as highest. The result correlation analysis with a = 0,05 there were significant relationship organizational culture with work motivation, relationship job satisfaction with work motivation, and relationship organizational culture with job satisfaction. Organizational culture, job satisfaction with task, and job satisfaction with supervision was dominant variable relationship with work motivation. Top manager in hospital, need to review and improve employee (nurses) salary. Therefore the Institution to facilitation In house training supervision for nurses in Karya Bhakti Hospital, The nurse manager could be leadership role model for nurses; therefore the associate nurses work motivation could be increased.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
T18664
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Iswara Martin
"Munculnya era globalisasi yang melanda dunia menyebabkan setiap negara termasuk Indonesia berupaya mempersiapkan diri dalam berbagai bidang, baik bidang politik, ekonomi, budaya maupun hankam agar tidak terlindas oleh kerasnya dampak dari globalisasi tersebut.
Khusus di bidang ekonomi, upaya yang ditempuh oleh pemerintah selain menjalin kerjasama regional maupun intemasional ,juga berupaya untuk senantiasa meningkatkan daya saing produk agar mampu bersaing di pasar internasional yang salah satu landasan pokok peningkatan daya saing produk barang dan jasa tersebut adalah peningkatan produktivitas baik secara macro maupun makro.
Penelitian ini berupaya mengungkap sejauh mana hubungan dan pengaruh latar belakang pendidikan, motivasi berprestasi dan pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja. Selain itu juga berupaya untuk mengungkap adanya perbedaan tingkat produktivitas karyawan berlatar belakang pendidikan Sekolah Menengah Umum dengan karyawan berlatar belakang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor latar belakang pendidikan, motivasi berprestasi dan pengalaman kerja memiliki lwbungan positif dan signifikan dengan produktivitas kerja, atau dapat dikatakan bahwa semakin tingginya latar belakang pendidikan, motivasi berprestasi dan pengalaman kerja akan semakin tinggi tingkat produktivitas kerjanya. Sebaliknya dengan semakin rendahnya latar belakang pendidikan, motivasi berprestasi den pengalaman kerja akan semakin rendah tingkat produktivitas kerjanya.
Pada bagian lain dari penelitian ini ditemukan bukti empiris bahwa tingkat produktivitas kerja karyawan dengan latar belakang pendidikan Sekolah Menengah Umum lebih tinggi dari karyawan dengan latar belakang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan.
Atas dasar hasil penelitian tersebut di atas, maka upaya peningkatan produktivitas kerja mutlak diperlukan bagi setiap organisasi apabila ingin metnpertahankan kontinuitas organisasi agar mampu menjawab setiap tantangan akibat adanya perkembangan domestik maupun global yang demikian cepat.
Upaya peningkatan produktivitas kerja dimaksud dapat dilakukan melalui peningkatan pendidikan, pemberian motivasi dan memanfaatkan pengalaman kerja yang dimiliki oleh karyawan untuk sebesar-besarnya dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gianie
"Kegiatan penilaian karya di suatu organisasi/perusahaan dapat menjadi suatu dilema. Pada satu sisi, penilaian karya adalah suatu sarana dengan mana organisasi dapat membedakan orang-orang terbaiknya dari yang rata-rata, dan sarana untuk mengarahkan perilaku karyawan ke arah yang dikehendaki. Sedangkan pada sisi yang Iain, penilaian karya dapat mengakibatkan munculnya situasi penolakan dan kemasabodohan karyawan, yang dapat berakhir dengan proses demotivasi karyawan (Triono, 1992). Anderson (1993) menyatakan bahwa sistem penilaian karya memegang peranan penting dalam organisasi untuk meningkatkan sikap positif karyawan dan merupakan kebijakan yang membantu efektivitas keija karyawan. Selain itu, menurut Torrington & Hall (1991) penilaian karya yang dil^ukan secara benar akan dapat meningkatkan motivasi dan performa keija karyawan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran sikap karyawan terhadap penilaian karya, gambaran motivasi karyawan setelah penilaian karya dilakukan, hubungan antara kedua variabel tersebut, dan aspek apakah dari penilaian karya yang paling berperan secara sigiufikan terhadap motivasi berprestasi.
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Responden penelitian ini adalah karyawan sebuah perusahaan swasta di Jakarta sebanyak 207 orang yang berpendidikan minimal SMQ/Sederajat, dan telah bekeija minimal selama 1 tahun. Metode pengambilan data menggunakan kuesioner dengan skala 1-6.
Penelitian ini menggunakan 2 kuesioner, yaitu kuesioner sikap karyawan terhadappenilaian karya yang dibuat berdasarkan teori-teori dari beberapa tokoh dan kuesioner motivasi berprestasi yang dibuat berdasarkan teori David C. McClelland. Aspek penilaian karya yang ingin dilihat pengaruhnya terhadap motivasi berprestasi adalah aspek kriteria penilaian, aspek penilai, dan aspek diskusi hasil penilaian.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa gambaran sikap karyawan terhadap penilaian karya adalah positif. Artinya karyawan setuju atau menerima sistem penilaian karya yang diterapkan di perusahaan tempat karyawan bekeija. Juga diperoleh gambaran sikap karyawan yang positif (setuju atau menerima) terhadap aspek-aspek yang terdapat dalam penilaian karya, yaitu aspek kriteria penilaian, aspek penilai dan aspek diskusi hasil penilaian. Sedangkan gambaran motivasi berprestasi karyawan setelah penilaian karya dilakukan adalah tergolong tinggi. Selanjutnya hubungan yang terdapat antara sikap karyawan terhadap penilaian karya dan motivasi berprestasi adalah signifikan. Artinya semakin positif sikap karyawan terhadap penilaian karya, semakin tinggi pula motivasi berprestasi karyawan. Sedangkan aspek dari penilaian kaiya yang paling berperan secara signifikan terhadap motivasi berprestasi adalah aspek penilai. Artinya aspek penilai dalam penilaian kaiya memberikan sumbangan yang signifikan terhadap motivasi berprestasi laryawan.
Penelitian ini masih memerlukan penelitian lanjutan dengan menambah jumlah responden dari berbagai jenis perusahaan, melakukan perbaikan-perbaikan pada alat ukur, metode pengumpulan data juga perlu dilakukan melalui wawancara imtuk memperoleh data kualitatif yang cukup mendalam dan memmjang basil penelitian yang lebih baik. Selain itu juga perlu dilihat pengaruh/peran dari faktor-faktor lain terhadap motivasi berprestasi."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
S2906
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusmartono
"SDM merupakan sumberdaya penting bagi pencapaian tujuan organisasi. Kualitas output kinerja organisasi lembaga diklat BLK/BLIP di bidang diktat ketenagakerjaan sangat tergantung pada kualitas SDM khususnya instruktur sebagai pelaksana diktat. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kualitas instruktur relatif masih rendah, yang di indikasikan oleh relatif rendahnya kualitas dan daya serap para lulusan di bursa kerja.
Bertolak dari permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini di fokuskan pada masalah motivasi dan konsep diri dalam hubungannya dengan profesionalisme instruktur. Maksud dan tujuannya untuk mengetahui tingkat dan arah serta besaran kuatnya hubungan antara motivasi kerja dan konsep diri dengan profesionalisme instruktur.
Berdasarkan beberapa teori, dapat di sarikan bahwasanya profesionalisme pada dasarnya merupakan motivasi instrinsik yang terpola sedemikian rupa sebagai refleksi dari pemahaman secara menyeluruh atau persepsi terhadap diri sendiri (konsep diri), dan sebagai pendorong untuk pengembangan diri ke arah perwujudan profesional. Motivasi dan konsep diri memiliki hubungan yang saling mempengaruhi terhadap unjuk profesional individu dalam kadar tertentu. Penelitian di lakukan di BLK Surabaya, BLK Singosari dan BLIP Wonojati Malang Jawa Timur pada tahun akademik 2001/2002. Penelitian dalam kategori ex post facto ini menggunakan metode survei dengan teknik analisis statistik korelasional. Populasi penelitian adalah para instruktur dengan sampel sebesar 56 orang. Data profesionalisme instruktur di peroleh dengan menggunakan alat ukur kuesioner dengan menggunakan skala sikap model Likert dan Inventory.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan (r x1y = 0,360, p<0,05) dan tidak signifikan pada (ry x1 x2 = p<,1995 , p>0,05) antara motivasi kerja dengan profesionalisme instruktur, terdapat hubungan positif dan signifikan(r x2y = 0,341 , p<0,05) dan tidak signifikan pada (ry x2 x1 = 0,1577 , p>0,05) antara konsep diri dengan profesionalisme instruktur, serta hubungan positif dan signifikan (ry x1 x2 = 0,389 , p<0,05) dari kombinasi motivasi kerja dan konsep diri dengan profesionalisme instruktur. Tingkat kontribusi motivasi kerja, konsep diri dan kombinasi antara keduanya sebesar 13%, 11,5% dan 15,2% terhadap variansi profesionalisme instruktur.
Kesimpulan hasil penelitian adalah dengan semakin meningkatnya motivasi kerja dan konsep diri instruktur akan semakin meningkat pula unjuk profesionalnya. Implikasi dan saran bagi iembaga diktat BLK/BLIP adalah untuk pembinaan dan pengembangan profesionalisme instrukur perlu di upayakan dan di mulai dari pemupukan motivasi dan konsep diri melalui kebijakan dan strategi yang tepat dan relevan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T3522
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Susi Andriany
"Latar belakang pemilihan judul diatas didasarkan pada fenomena empiris dan teoritis, dimana pada Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Bogor diindikasikan bahwa pegawainya bermotivasi rendah dan sebagai penyebab rendahnya motivasi kerja adalah proses kepemimpinan dan kondisi budaya organisasi yang kurang kondusif, lokasi penelitian dilakukan pada kantor Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Bogor.
Beranjak dari latar belakang tersebut diatas rumusan masalah yang dikemukakan adalah :
(1) Bagaimanakah karakteristik dan gaya kepemimpinan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Bogor,
(2) Bagaimanakah kondisi budaya organisasi yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Bogor,
(3) Bagaimanakah hubungan antara kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai,
(4) Bagaiamanakah hubungan antara budaya organisasi dengan motivasi kerja pegawai, (5) Bagaimanakah hubungan antara kepemimpinan dan budaya organisasi dengan motivasi kerja pegawai.
Secara Teoritik, untuk mencari jawaban pada rumusan masalah tersebut maka dibuat kerangka berfikir yang melandasi pemikiran yaitu teori kepemimpinan (Wirawan), konsep budaya organisasi (Hofstede) dan teori motivasi (Siagian). Teori Kepemimpinan, konsep budaya organisasi dan teori motivasi tersebut bertujuan untuk menjelaskan pemahaman mengenai variabel penelitian, merumuskan indikator-indikator variabel penelitian dan merumuskan kerangka berfikir hubungan antara kepemimpinan dan budaya organisasi dengan motivasi kerja.
Secara Empiris, untuk mendapatkan jawaban atas rumusan masalah dibuktikan melalui penelitian dengan menggunakan metode penelitian yang mengarah pada metode Deskriptif dan Stalistik Non Parametris (Korelasi Spearman Rank). Penelitian dilakukan dengan pengumpulan data melalui kuesioner dengan tehnik sampling yaitu Proportionate Stratified Random Sampling, dengan penentuan jumlah sampel menggunakan kriteria yang diberikan pada tabel Krejcie dan Morgan.
Indikator yang bermasalah hingga berpotensi menurunkan motivasi kerja pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Bogor, yaitu : (1) Gaya kepemimpinan dalam hal penekanan kreatifitas bawahan, (2) Gaya kepemimpinan untuk selalu mengajak bawahan kearah impian bersama (visi) organisasi dan selalu memberikan petunjuk bagaimana caranya visi tersebut dapat dicapai, (3) Gaya kepemimpinan untuk menerapkan kepatuhan kepada bawahan dalam pekerjaan tertentu dan harus segera diselesaikan, (4) Gaya kepemimpinan untuk memberikan motivasi dan membantu bawahannya mengidentifikasikan tujuan secara jelas, (5) Rencana strategis dalam rangka menciptakan inovasi yang dilakukan pimpinan.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat nilai persetujuan indikator budaya organisasi yang dikategorikan rendah dan pernyataan tersebut merupakan indikator yang bermasalah hingga berpotensi menurunkan motivasi kerja pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas I I A Bogor, yaitu : (1) Nilai pekerjaan yang menantang serta dapat memberikan kebanggaan dan kepuasan bagi pegawai dalam melaksanakan tugas, (2) Nilai pekerjaan yang menggunakan ketrampilan sepenuhnya dalam melakukan pekerjaan, (3) Pemberian kesempatan untuk maju dan mendapat kedudukan yang lebih tinggi, (4) Nilai budaya organisasi dalam hubungan yang akrab dengan pimpinan, (5) Pendapatan yang tinggi berdasarkan hasil kerja.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat nilai persetujuan indikator motivasi yang dikategorikan rendah dan pemyataan tersebut merupakan indikator yang bermasalah hingga berpotensi menurunkan motivasi kerja pegawai Lembaga Pemasayarakatan Klas II A Bogor dan perlu mendapat perhatian, yaitu : (1) Kepuasan ditinjau dari kebijakan/policy management organisasi, (2) Kepuasan ditinjau dari sarana dan prasarana kerja yang nyaman dan mendukung pelaksanaan tugas, (3) Kepuasan ditinjau dari penghasilan, (4) Kepuasan kerja ditinjau dari kesempatan tumbuh dan berkembang melalui pendidikan dan pelatihan-pelatihan, (5) Situasi dan kondisi kerja berkaitan dengan kepemimpinan dan management organisasi.
Tingkat hubungan antar variabel penelitian didapat basil sebagai berikut :
(1) Variabel kepemimpinan mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan motivasi kerja pegawai, artinya hubungan keduanya konsisten, apabila proses kepemimpinan ditingkatkan akan berdampak meningkatkan motivasi kerja pegawai,
(2) Variabel budaya organisasi mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan motivasi kerja pegawai, artinya hubungan keduanya konsisten, apabila kondisi budaya organisasi diperbaiki maka akan berdampak meningkatkan motivasi kerja pegawai, (3) Variabel kepemimpinan dan budaya organisasi secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel motivasi kerja pegawai, artinya kontribusi kepemimpinan dan budaya organisasi dalam mempengaruhi motivasi adalah cukup besar.
Atas dasar hasil penelitian tersebut diatas, maka disarankan untuk meningkatkan atau memperbaiki kepemimpinan, budaya organisasi dan motivasi kerja pegawai terutama pada indikator yang bermasalah. Untuk itu dengan meningkatkan /memperbaiki kepemimpinan dan budaya organisasi akan cukup besar pengaruhnya dalam meningkatkan motivasi kerja pegawai.

The background of the research is based on the empirical and theoretical phenomena that in the 11A Class Correctional Institutional Institution Bogor, there is an indication of low level of job satisfaction among the employee. This condition is caused by the culture of organization and leadership which is not conducive.
Base on that background, research questions in this research are: 1) how is the characteristic and style of leadership in the institution; 2) how is the condition of culture of organization in the institution; 3) how is the relation of leadership and employee's motivation of work; 4) how is the relation of culture of organization and motivation of work; and 5) how is the relation of leadership and motivation of work concurrently with employee's motivation of work.
As a Theoritical, to find out the answer in these problem, it should be a way of thing to make a good thinking there are : Theory of leadership (Wirawan), Organizational culture consep (Hofstede) dan the theory of motivation (Siagian). Theory of leadership, organizational culture consep and the theory of motivation have a good reason to descripe the understanding about variabels of research, to abbreviation the variabels of research indicators, and to abbreviation the way of think relationship between leadership and organizational culture with the motivation of work.
As a Empirical, to get the answer for these problem, it's need a research avidence with the methode of research which direct to descriptive methode with the analysis data tehnique as a descriptive and Non Parametric Statistic(Spearman Rank corelation). This research do it by collecting data and use a quisioner with Proportionate Stratified Random Sampling, and use a act of determining sampling with Krejcie and Morgans table of work. They are 1) value of work that is challenging and give satisfaction and for employee to do their job; 2) value of work which needs special skill; 3) opportunity to advance and be promoted to higher position; 4) culture of organization in term of personal relation with supervisor, 5) high income equal with the outcome.
The result shows that there is value of indicator on motivation that is indicated low and it can be forceful indicators to decrease motivation. They are 1) satisfaction in term of policy of management; 2) satisfaction in term of facilities to support the job; 3) satisfaction in term of income; 4) satisfaction in term of opportunity to step forward through education and training; 5) situation and condition of work relate to leadership and management of organization.
Degree of relation between variables is measured as 1) variable of leadership has positive and significant relation with motivation of work, it means that their relation is consistent and if it is improved the motivation of work will also improve; 2) variable of culture of organization has positive and significant relation with motivation of work, it means that their relation is consistent and if the culture of organization is improved the motivation of work will also improve; 3) variables of leadership and culture of organization concurrently have positive and significant relation with motivation of work, it means that contribution of both variables on motivation of work is fairly large.
Base on that result, it is suggested to improve leadership, culture of organization and motivation of work especially on problematic indicators. By improving leadership and culture of organization, motivation of work will be influenced.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Prasojo
"Kualitas sumber daya manusia dapat tercermin pada sikap dan perilaku disiplin. Untuk memelihara dan meningkatkan disiplin kerja banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya motivasi dan karakteristik individu. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan menggunakan pendekatan cross seclionul yang bertujuan untuk menguji hubungan antara karakteristik dan motivasi perawat dengan disiplin kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang. Populasi penelitian adalah perawat pelaksana dengan kriteria inklusi berlatar belakang Pegawai Negeri Sipil (PNS), tidak sedang sakit, cuti yang bekerja di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Satang, Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi sebanyak 38 perawat pelaksana. Untuk menguji hubungan antara karakteristik dan motivasi dengan disiplin kerja perawat pelaksana digunakan uji Chi Square.
Hasil penelitian ini adalah perawat pelaksana di unit rawat inap belum menunjukkan tingkat disiplin kerja yang baik (50%). Rata-rata tingkat motivasi perawat pelaksana kurang baik dengan pencapaian paling tinggi pada tanggung jawab kerja (63,2%). Karakteristik responden adalah pendidikan Akademi (52,6%), sudah menikah (78,9%), umur responden lebih dan 31 tahun (50%) dengan lama bekerja kurang dari 8 tahun (52,6%). Hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan disiplin kerja (p value < 0,05). Hasil lain yang didapat adalah terdapat hubungan yang signifikan antara sub variabel motivasi yaitu penerimaan gaji, kondisi lingkungan, supervisi, penghargaan, dan tanggung jawab dengan disiplin kerja (p value <0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar pihak manajemen rumah sakit perlu meninjau ulang tentang kebijakan - kebijakan yang menyangkut motivasi kerja terutama tentang penerimaan gaji insentif, kondisi lingkungan, supervisi, penghargaan dan tanggung jawab sehingga disiplin kerja perawat pelaksana dapat meningkat.

The quality of the human resources could reflect from the attitude and behavior to wards discipline. There arc many factors influence in maintaining & improving the working discipline of the staff nurse, for example motivation & characterize of the person. This study used descriptive correlation design with-cross sectional approach. The goal of this study was to know how the correlation between the staff nurse characterize & motivation with the discipline of the staff nurse in the wards at Batang district Hospital. The sample of this study was the total population, which matched with the inclusive criteria (government employee, was not iii, leave nor). The Chi Square test was used to analyze the correlation between the staff nurse characterization & motivation with the discipline.
The result of this study showed that the staff nurse has quite low discipline (50%). The average of the staff nurse motivation was not fairly good enough, where the highest score on their responsibility was 63.2%. The general characterization of the respondent were diploma nursing graduated (52.6%), married (78.9%), more than 31 years old (50%) and working experience less than 8 years (52.6%). The other result of this study showed that there was a significant correlation between educational background with discipline (p value=0.05), there was also a significant correlation between motivation sub variable (salary, working environment, supervision, acknowledgment, responsibility) with the working ethos (p value =0.05). Some recommendations of the study were the hospital management should evaluate the policy that related to the working motivation, especially on the issues of salary, working environment, supervision, acknowledgment and responsibility, where the discipline of the staff nurse could be improved.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
T18695
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>