Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48056 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yogi Widiawati
"Tindak tutur memohon merupakan salah satu jenis tindak tutur yang termasuk dalam kategori tindak tutur direktif. Tindak tutur direktif itu sendiri adalah bagian dari teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Searle (1975). Penelitian mengenai strategi memohon ini belum banyak dilakukan, terutama di dalam bahasa Inggris yang diujarkan oleh pemelajar Indonesia. Penelitian mengenai strategi memohon dalam bahasa Indonesia telah dilakukan oleh peneliti asing, yaitu Tim Hassal (1999) dari Australia.
Penelitian ini bertujuan mengamati, memerikan, serta menjelaskan bentuk-bentuk tindak tutur memohon dan strateginya di dalam bahasa Inggris di kalangan penutur Indonesia yang mempelajari bahasa Inggris. Pengamatan, pemerian dan penjelasan mencakup pengelompokan bentuk-bentuk ujaran memohon berdasarkan situasi hipotetis (yang mempunyai variabel kekuasaan, solidaritas dan publik atau nonpublik sebagai latar komunikasi), serta nilai kepatutan memohon yang diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin dan semester.
Teori yang menjadi landasan di dalam penelitian ini adalah teori Austin (1962), dan Searle (1975) mengenai teori tindak tutur, teori Leech (1983) mengenai prinsip kesantunan, teori Trosborg (1995) mengenai strategi memohon, serta teori Brown dan Levinson (1978) tentang kesantunan berbahasa. Korpus data penelitian berupa kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswa Indonesia pemelajar bahasa lnggris di dua universitas. Metode analisis kuantitatif dengan menghitung kekerapan kemunculan setiap bentuk ujaran memohon dan Uji-t untuk menghitung signifikansi ujaran memohon yang diujarkan oleh kelompok laki-laki dan perempuan.
Dari analisis data penelitian ini diperoleh temuan bahwa variabel kekuasaan tidak cukup signifikan dalam pembentukan ujaran memohon di kalangan responden. Variabel salidaritas justru mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam pembentukan ujaran memohon. Terakhir, variabel publik atau nonpublik tidak mempunyai pengaruh apa-apa di dalam proses pembentukan ujaran memohon ini.
Temuan lain yang menarik adalah kelompok perempuan lebih kerap menggunakan strategi memohon Imperatif daripada kelompok laki-laki. Hal ini bertentangan dengan teori kesantunan yang dikemukakan oleh Lakoff, (1975) bahwa perempuan mempunyai bahasa yang lebih santun daripada laki-laki. Pendapat ini sejalan dengan temuan Gunarwan (1992) bahwa bentuk Imperatif merupakan bentuk ujaran direktif yang dianggap paling tidak santun. Trosborg (1995) juga mendukung pernyataan ini bahwa semakin langsung pernyataan itu semakin kurang santun. Mengapa hal ini bisa terjadi? Mungkin saja akibat adanya pergeseran nilai budaya mengenai feminisme. Tentunya hal ini perlu dikaji lebih dalam lagi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T9952
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Marudut Hotman Pangihutan Bancin
"Penelitian ini terutama bertujuan untuk mengungkap derajat kepatutan tindak tutur direktif bahasa inggris yang dicapai pemelajar bahasa Inggris yang telah mempelajari bahasa ini sebagai bahasa kedua selama lima semester di FIPB UI. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendiskusikan, mengklasifikasi, dan mengkuantitikasi kesalahan yang dibuat pemelajar ini menurut penyebab atau sumber kesalahan tersebut.
Korpus data penelitian ini dikumpulka1i dari jawaban responden dengan kuesioner survei. Sementara ancangan kualitatif dimanfaatkan untuk mengungkap hentuk-bentuk tindak tutur yang digunakan dan kesalahan yang ada yang dibuat responden penelitian ini, ancangan kuantitatif dipakai untuk mengkuantifikasi data dengan analisis statistik, Anaiis variansi dan Uji-t.
Temuannva mencakupi kelebihsukaan responden dalam menggunakan strategi bertutur tertentu, jenis dan sumber kesalahan kompetensi, dan korelasi kompetensi linguistik dengan kompetensi sosiolinguistik. Kemudian analisis variansi dalam hal jenis kelamin memperoleh basil yang menunjukkan bahwa kepatutan tindak tutur direktif responden berbeda secara signifikan menurut jenis kelamin seperti yang dapat disimpulkan dari basil uji-t yang signitikan pada a=0,05 Implikasinya adalah kelompok perempuan cenderung memiliki tindak tutur yang lebih patut daripada kelompok laki-laki.

This research is primarily aimed at exploring and revealing the appropriateness degree of English directive speech acts achieved by the English learners who have been exposed to English as a second language for five semesters at FiPB UI. in order that a speaker speaks English appropriately, he should take several factors into account whether or not the hearer is superior, the speaker and the hearer have known each other well, and the verbal interaction takes place in public. Also, it is the aim of this study to discuss. classify, and quantify errors made by the learners according to their causes or sources.
The corpus of data for this research was extracted from the answers of the respondents via a survey questionnaire. Whereas the qualitative approach was employed in this work to explore the forms of speech act used and the existing errors commitTed by the respondents, the quantitative approach was utilized to e quantify the data using statistical analyses, Analysis of variance and T-test.
The findings include the respondents' preference to use particular strategies, the types and sources of competence errors, and the correlation between linguistic competence and sociolinguistic competence. Moreover, the analysis of variance in terms of sex yields a result which shows that appropriateness of the respondents' directive speech acts does vary significantly according to sex as can be inferred from the result of the t-test significant at a=0.05. The implication is that female group tends to have more appropriate speech act than male group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T10980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Santy
"This study investigated the use or the strategies or the speech act of criticizing by learners of English as a foreign language using a modified discourse completion. The purpose of this study was to know the realization of the speech act of criticizing by learners of English in four given speech situations. The speech situations differed in three contextual variables, i.e. power, solidarity, and the presence of a third party in every speech situation.
The subjects of this study were the students of the English Department, Atma Jaya Catholic University of Indonesia, sitting in semesters 2, 4, 6, and 8. This was a case study. The subjects consisted in 128 respondents. They were grouped by sex, class of semester, duration of stay in English speaking countries, duration of learning English in an English course, and their TOEFL score in the last one or two years, all of which were treated as independent variables in this study. However, as only a few respondents stayed in an English speaking country, the duration of stay in the English speaking country was not analyzed in this study.
This study revealed that the strategies of criticizing performed by learners of English as a second language, especially by students of the English Department, Atma Jaya Catholic University of Indonesia, differed in terms of the categories, such as sex, class of semester, duration of stay in English speaking countries, duration of learning English in an English course, and their TOEFL score in the last one or two years. The differences were caused by power and solidarity in the four speech situations. However, the public parameter investigated by the presence of a third party in every speech situation did not affect the realization of the speech act of criticizing in the four given situations. There was a tendency that the respondents used solidarity parameter when expressing criticism. In a speech situation where the hearer was superior to the respondent and they had close relationship, the respondents tended to express criticism baldly and off record. On the contrary, in the circumstances where the hearers were superior to the respondents and they did not have close relationship, the respondents tended to choose the strategy of criticizing by using negative politeness. Sub-strategies of negative politeness the respondents often used included the use of hedges, terms of deference, conventionally indirect utterance, and apologizing expression.
By using the T-test, this study revealed that there was no significant difference in four given speech situation between semester 2/4 respondents and semester 6/8 respondents. The same is true in the four speech situations between male and female respondents. By using ANOVA, this study found out that there was no significant difference in the four given speech situations between the respondents that learned English in an English course for 1 year, 1 until 3 years, and more than 3 years. In addition, ANOVA revealed that there was no significant difference in the four speech situations between the respondents with TOEFL score of 400-450, 451-500, and 501-550. Furthermore, although there were no substantial differences between respondents in terms of dependent variables, the performance of criticizing reflected communicative styles and interference of Indonesian as L1 socio-cultural strategies in their second language behavior. In other words, the respondents failed to use communicative competence in interaction.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11590
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djauhari Jatus Sulichah
"Surat kabar berbahasa Indonesia banyak menggunakan kata-kata pinjaman dari bahasa Inggris . Hal ini menarik perhatian penulis, karena banyak diantara bentuk-bentuk pinjaman itu ditulis dalam bentuk aslinya, sementara sebagian yang lain sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Bahasa yang digunakan surat kabar, menurut pendapat penulis, mempunyai pengaruh yang cukup kuat pada masyarakat. Meskipun dapat pula dipertanyakan apakah bukan masyarakat yang mem_pengaruhi bahasa yang digunakan oleh surat kabar. Ragam bahasa yang digunakan oleh pers, dalam hal ini surat ka_bar, adalah suatu ragam tersendiri yang sejalan dengan syarat-syarat berita. Bahasa surat kabar biasanya singkat dan jelas. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa apa yang disajikan surat kabar hanyalah merupakan pokok berita tanpa mengemukakan berita itu dengan terperinci. Singkat disini berarti tidak menggunakan kalimat-kalimat atau istilah-istilah yang panjang. Adalah suatu kenyataan bahwa pada umumnya surat kabar di Indonesia sering mengutip berita yang bersumber dari kantor berita asing, khususnya yang berbahasa Inggris , kemudian menerjemahkan berita-berita itu ke dalam bahasa Indonesia..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S14045
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titien Diah Soelistyarini
"ABSTRAK
Sehubungan dengan semakin pentingnya peran bahasa Inggris di dalam era globalisasi ini semakin banyak orang Indonesia mempelajari bahasa Inggris. Bahasa Inggris yang digunakan oleh para pembelajar ini menjadi fokus di dalam skripsi saya, yang khususnya membahas tentang tindak tutur permintaan maaf di dalam bahasa Inggris yang direalisasikan oieh penutur bahasa Indonesia sebagai pembelajar bahasa Inggris. Bentuk ujaran yang digunakan untuk merealisasikan tindak tutur ini akan dikaitkan dengan strategi-strategi tertentu (Olshtain dan Cohen, 1983) yang diterapkan sebagai sebuah upaya untuk melindungi keterancaman muka para peserta tutur serta dalam kaitannya dengan prinsip kesantunan dan prinsip keseimbangan dalam hubungan antarpeserta tutur (Brown and Levinson, 1992). Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang dibagikan langsung kepada responden. Dipilih sebagai responden adalah para mahasiswa dari jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, yang sedang atau telah menempuh tahun ketiga. Berdasarkan hasil analisis dari data yang terkumpul, saya sampai pada kesimpulan bahwa para responden mempunyai kecenderungan untuk menggunakan IFID (Illocutionary Force Indicating Device) di dalam tindak tutur permintaan maaf yang mereka lakukan, atau dengan kata lain mereka cenderung untuk mengungkapkan permintaan maaf secara eksplisit dengan verba-verba tertentu yang menjadikan daya ilokusioner ujaran-ujaran tersebut jelas. Satu temuan yang menarik dari penelitian ini adalah munculnya sebuah strategi dalam meminta maaf secara tidak langsung yang tidak ada dalam penelitian Olshtain dan Cohen yang terdahulu, yakni penutur menyatakan harapannya agar petutur bersedia untuk menerima permintaan maafnya, seperti dalam ujaran I hope you're not angry with me. Hal ini tampaknya dipengaruhi oleh latar belakang budaya responden sebagai orang Indonesia yang cenderung untuk menjunjung norma-norma kesopanan. Miskinnya khazanah tutur (repertoire) yang tampak dari pilihan kata untuk mengungkapkan permintaan maaf dapat dikaitkan dengan kompetensi komunikatif yang dimiliki responden. Hal ini juga mengandung implikasi bahwa perlu adanya perbaikan dan peningkatan mutu pengajaran bahasa Inggris sehingga pengajaran bahasa Inggris pada masa-masa mendatang lebih berlandaskan pada aspek-aspek sosiologis dan komunikatif bahasa.

"
1996
S14229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Sujarwati
"Analisis kesalahan berbahasa ialah suatu prosedur kerja dan sebagai suatu prosedur kerja, penelitian analisis kesalahan berbahasa ini telah melewati tahap-tahap kerja tertentu dan telah berhasil mengidentifikasi jenis dan penyebab kesalahan penggunaan frasa nominal dalam kalimat bahasa Inggris yang ditulis olch pemelajar. Kesalahan tata bahasa yang ditemukan dianalisis secara linguistik berdasarkan kaidah tata bahasa dari bahasa yang dipelajari, yaitu kaidah bahasa Inggris, untuk mengetahui jenis dan penyebab kesalahan itu. Kemudian lerdasarkan deskripsi linguistik ini, penyebab kesalahan dijelaskan berdasarkan teori psikolinguistik dan teori belajar.
Penelitian analisis kesalahan berbahasa ini mempunyai manfaat praktis dan teoretis. Manfaat praktis penelitian ini bagi pengajaran ialah dapat menjadi bahan latihan bahasa yang bersifat remedial, menjadi alat untuk memilih butir-butir sebagai bahan evaluasi atau pengujian kemahiran pemelajar dan menjadi masukan untuk penyusunan materi pengajaran bahasa, seperti menentukan butir pengajaran bahasa yang sesuai dengan tingkat kesulitan dan kemudahan belajar, menentukan butir-butir yang perlu penjelasan dalam bahasa sasaran dan menentukan butir pengajaran. Manfaat teoretisnya ialah sebagai usaha untuk memberikan pemahaman terhadap proses pemerolehan bahasa kedua. Pengetahuan ini penting untuk..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T37560
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salim H.S. author
"Pemelajaran bahasa Inggris merupakan suatu aktivitas yang tidak mudah dilakukan. Hal ini disebabkan oleh status bahasa Inggris sebagai bahasa asing sehingga tidak digunakan secara luas di masyarakat. Padahal, pemelajaran bahasa asing yang baik adalah dengan cara menggunakannya. Kenyataan ini memengaruhi tingkat pencapaian pengetahuan bahasa Inggris, khususnya kosakata. Peran kosakata ini penting sehingga upaya penguasaannya pun perlu dipertimbangkan dan diintegrasikan dalam pemelajaran bahasa Inggris. Kosakata berperan penting dalam pemelajaran bahasa Inggris. Pertama, kosakata kata merupakan elemen dasar bahasa dan setiap bahasa memiliki kosakata. Kedua, transfer pesan melalui bahasa Inggris dibawa oleh kata, khususnya kata leksikal. Kata leksikal merupakan kata utama yang bertugas membawa makna bahasa. Selain kata leksikal, dua kelas kata yang lainnya adalah kata tugas dan interjeksi.
Peran kosakata yang penting dalam pemelajaran bahasa Inggris menjadi alasan pengenalan tiga permainan berbasis kosakata ini. Permainan dimaksud adalah Time Bomb"s Counting Down ( TBCD), Tail Eats Head (TEH), dan Broken Chains (BC). Ketiga permainan ini dipilih karena dalam penerapannya terdapat aktivitas-aktivitas yang dapat memperkaya kosakata dan memperkuatnya dalam mental lexicon pemelajar. Selain itu, permainan ini juga mengandung unsur kompetisi dan kesenangan. Unsur kompetisi dapat memotivasi pemelajar untuk berpartisipasi aktif dalam permainan, sedangkan unsur kesenangan dapat menimbulkan perasaan positif pada diri pemelajar sehingga pemelajar siap berinteraksi dalam proses pemelajaran bahasa Inggris secara keseluruhan. Ada beberapa alasan pengenalan dan pengujicobaan ketiga permainan ini. Pertama, pengenalan permainan dapat memberikan manfaat bagi pemelajaran bahasa Inggris. Kedua, permainan ini perlu diujicoba agar manfaatnya bagi pemelajaran bahasa Inggris dapat diketahui lebih jelas. Ketiga, ujicoba permainan dapat membuktikan bahwa permainan ini dapat diterapkan dan ada kesesuaian antara rasional teoretis dan faktual.
Analisis hasil ujicoba permainan menunjukkan adanya proses mengingat kata dari dalam mental lexicon pemelajar. Khusus dalam permainan TBCD, pengingatan kata tersebut menunjukkan adanya hubungan antarkata berdasarkan relasi makna kata (semantik), hubungan kemiripan atau kesamaan bunyi (fonologi), dan hubungan kesamaan ejaan (ortografi). Selain itu, analisis hasil juga menunjukkan adanya proses "pelupaan", "pemfosilan", dan "otomatisasi". Salah satu contoh proses pelupaan tersebut adalah "efek bak mandi", sebuah istilah oleh Aitchison (2003), yaitu kecenderungan pemelajar mengingat bagian depan dan akhir kata lebih baik daripada bagian tengah kata bahasa Inggris. Namun, Aitchison hanya membahas bagian bunyi kata yang salah bukan ejaannya. Analisis data kuisioner dan observasi menunjukkan bahwa ketiga permainan ini dapat diterima oleh pemelajar. Selain itu, pengaplikasian permainan ini dapat menciptakan suasana kondusif dalam kelas, interaksi positif lintas individu, dan berpotensi menjadi faktor stimulan pemelajaran bahasa Inggris secara keseluruhan.

Learning English is not an easy activity. The status of English as a foreign language makes its usage in the society limited. In fact, a good learning of a foreign language is by using it communicatively. This influences the mastery of the English knowledge, especially its vocabulary. The role of vocabulary is so important in a language that the efforts to master it should be taken into consideration and integrated into an English learning process. Vocabulary plays an important role in learning English. First, vocabulary is the basic element of language and every language has it. Second, transferring a message through English is carried by its words, especially lexical words. Lexical words belong to one of the three major word classes. Lexical words have function as the main carriers of meanings. The other two word classes are function words and inserts.
The important role of vocabulary in learning English becomes the reason of introducing three vocabulary based games. They are Time Bomb"s Counting Down ( TBCD), Tail Eats Head (TEH) and Broken Chains (BC). The three games are introduced as there are some activities that enable learners to enrich and strengthen their vocabulary in their mental lexicon. Besides, the games also include competitive and fun elements. Competitive element can motivate any learners to participate and fun element can raise a positive feeling that can make learners ready to attend and participate actively in the whole learning process. There are some reasons why the introduction of the games and applying them are necessary. First, the introduction may give valuable benefits to the learners. Second, the games need to be applied in order to find whether the possible benefits to the English learning can be identified more clearly. Third, the application of the games can provide some proofs that the games are applicable and that the theoretical rationale goes along with the factual one.
The analysis of the games" results show that recalling process of words from mental lexicon occurs in the games. The results, especially the results of TBCD, show that the formation of words is based on certain word-relation patterns. The word-relation patterns include semantic relation, phonological similarities, and orthographic similarities. Moreover, the analysis results also suggest the evidence that process of forgetting, fossilization, and automatization occur. One example of the process of forgetting is the tendency of the learners to remember the beginnings and the ends of words better than the middle ones. This case is like in "the bathtub effect" of Aitchison (2003). However, the discussion of the bathtub effect of Aitchison mainly deals with the mistakes of the sounds of the words, not the ones of the spellings. Analysis of the data from the questionnaire and observation indicates that the three games are acceptable. Moreover, the application of the games can create a conducive situation, positive interaction among the learners, and potentially becomes stimulant factor for the whole learning of English in the classroom."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T25121
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jayanti Monica Gulo
"Alih tutur merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari percakapan manusia. Ditemukannya pola dan karakteristik tertentu dalam alih tutur anak melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini dengan fokus penelitian pada alih tutur anak bilingual pada percakapan dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan bagaimana respons alih tutur anak dalam dua bahasa dan untuk menguraikan strategi-strategi yang digunakan anak dalam percakapan dua bahasa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan data transkripsi hasil rekaman dari empat sesi wawancara yang dilakukan dengan tiap anak dalam dua bahasa dengan responden tiga orang anak yang berusia 4-5 tahun di Jambi. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan landasan teori Sacks, Schegloff & Jefferson (1974) tentang komponen pembangun giliran dan Stenstrom (1994) tentang strategi alih tutur. Dari hasil analisis data ditemukan bahwa ketiga responden memiliki kecenderungan respons bahasa dengan unit yang berbeda-beda. Matt dan Winna merespons lebih tinggi dalam sesi wawancara bahasa Indonesia dan didominasi oleh respons dalam bentuk kata tunggal sedangkan Alisa merespons lebih tinggi dalam sesi wawancara bahasa Inggris dalam bentuk unit kalimat yang cukup kompleks. Selain itu, ditemukan pula fenomena alih kode dan campur kode dalam sesi wawancara kedua bahasa. Temuan selanjutnya adalah adanya penggunaan strategi-strategi alih tutur yang berbeda-beda pada tiap sesi wawancara. Terlepas dari kecenderungan bahasa, strategi alih tutur yang muncul lebih dipengaruhi oleh faktor ketertarikan anak pada topik wawancara, mood (suasana hati) anak pada saat sesi wawancara dan faktor situasional seperti fokus anak dan distraksi yang muncul pada saat wawancara berlangsung.

Turn taking is an inseparable part of human conversation. The discovery of certain patterns and characteristics in children's turn taking is the main reason for this research to be conducted with a broader focus on turn taking of bilingual children in two-language conversations, which are Indonesian and English. This study was conducted to explain the children’s turn taking responses during two languages interview sessions and to describe the strategies used by children in bilingual conversation. This study is a qualitative research with transcription data recorded from four interview sessions conducted with each child in two languages ​​with three children aged 4-5 years as respondents in Jambi. The data were then analyzed using the theoretical basis of Sacks, Schegloff & Jefferson (1974) on the turn-constructional component and Stenstrom (1994) on turn taking strategies. From the results of data analysis, it was found that the three respondents had a tendency to respond to language with different units. Matt and Winna responded higher in the Indonesian interview sessions and dominated by single word responses, while Alisa responded higher in the English interview session in the form of a fairly complex sentence unit. In addition, code switching and code mixing phenomena were also found in the interview sessions of the two languages. The next finding is the use of different turn taking strategies in each interview session. Apart from language tendencies, the turn taking strategies that appear are more influenced by the child's interest in the interview topic, the child's mood during the interview session and situational factors such as the child's focus and distractions that arise during the interview."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roslaini
"Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan kesalahan pemelajar dalam menggunakan artikel takrif (the) dan artikel taktakrif (a/an).
Analisis penggunaan artikel dalam penelitian ini dilakukan secara sintaktis dan semantis. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa bahasa Inggris di Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Muhannmadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta. Mahasiswa yang dijadikan responden duduk di semester IV berjumlah 78 orang, dan waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2002/2003.
Untuk mendapatkan data penelitian digunakan tiga macam tes, yaitu Tes Mengarang, Tes Isian, dan Tes Isi Rumpang. Pada tes pertama mahasiswa diminta membuat karangan sebanyak 200 kata dengan durasi 90 menit. Pada tes kedua mahasiswa diminta mengerjakan tes Isian dan Tes Isi Rumpang dengan durasi 90 menit. Setelah tes selesai, semua lembar jawaban dikumpulkan dan kemudian dianalisis. Lalu data yang telah terkumpul dianalisis kesalahannya dengan menggunakan kriteria sintaktis dan semantis.
Setelah data dianalisis, ditemukan bahwa kesalahan penggunaan artikel terjadi baik pada tes mengarang maupun pada tes isian dan tes isi rumpang. Berbagai jenis kesalahan muncul. Jenis kesalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah: penambahan artikel pada nomina yang seharusnya tidak menggunakan artikel; penghilangan artikel pada nomina yang seharusnya menggunakan artikel; salah memilih artikel untuk sebuah nomina; dan menggunakan unsur lain pada nomina yang seharusnya menggunakan artikel.
Dengan demikian, terbukti bahwa pemelajar belum dapat menentukan dengan benar kapan sebuah artikel dapat digunakan. Dalam konteks yang bagaimana sebuah nomina mendapat artikel takrif atau artikel taktakrif Di samping itu, dapat dikemukakan pula penyebab kesalahannya yaitu terjadinya overgeneralisasi yang merupakan akibat dari ketidakpahaman pemelajar akan batas kaidah dalam penggunaan artikel.
Oleh karena itu, pengajaran artikel pada pemelajar bahasa kedua sebaiknya dilakukan seefektif mungkin. Pengajar hendaknya mencari teknik yang paling tepat dalam mengajarkan artikel. Sejauh pengalaman saya, pengajaran artikel yang dilakukan di kelas lebih menekankan pada pemahaman secara sintaktis. Padahal, menurut Lyons (1999), penggunaan artikel harus dipahami baik secara sintaktis maupun semantis, dan bahkan secara pragmatis. Oleh karena itu, pengajaran artikel dengan pemahaman pada tipe semantis nomina secara kontekstual nampaknya cukup memungkinkan untuk diterapkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T10929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal
"Permasalahan pertama dalam skripsi ini adalah mengenai bagaimana deskripsi pola sintaktis dan bentuk leksikal ujaran pujian yang dinyatakan di dalam bahasa Inggris oleh mahasiswa sastra Inggris Universitas Indonesia. Permasalahan kedua adalah mengenai bagaimana pemilihan tipe tanggapan atas pujian menurut kategori yang dibuat oleh Holmes (1986) dan apakah pemilihan tersebut turut dipengaruhi oleh budaya Indonesia, serta bagaimana Pula realisasi ujaran tanggapan atas pujian ditinjau dari sudut pandang kesantunan berbahasa.
Dasar teoretis yang dijadikan landasan dalam menganalisis data adalah teori tindak tutu, teori kesantunan berbahasa, teori bahasa dan kebudayaan, serta penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian.
Data yang dapat dijaring berjumlah 134 ujaran pujian dan 101 ujaran tanggapan atas pujian. Data tersebut diperoleh dengan meminta responden untuk mengisikan kuesioner yang berisi situasi-situasi yang dirancang sedapat mungkin mendekati kenyataan yang sangat mungkin responder temui dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil analisis data ujaran pujian menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam menyatakan ujaran pujiannya bergantung kepada seperangkat pola sintaktis yang terbatas jumlahnya dan bentuk leksikal (yang mencakup kata kerja dan kata sifat) yang mengandung makna atau nilai positif Dapat dikatakan bahwa pujian adalah tindak ujaran yang terformula. Hal ini akan memudahkan penutur dan berbagai latar belakang yang berbeda untuk membina dan memelihara hubungan sosial dengan lawan bicara.
Untuk ujaran tanggapan atas pujian, hasilnya menunjukkan bahwa 73,3% responden menerima pujian, 22,7% menghindar/menyimpang, dan 4,0% menolaknya. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa subjek penelitian tidak dipengaruhi oleh budaya Indonesia yang cenderung menolak pujian. Jika dikaitkan dengan kesantunan berbahasa, temyata dari hasil di atas masih ditemukan beberapa responden yang melanggar norma kesantunan yang berlaku di dalam masyarakat tutur yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Tanggapan yang dianggap paling sopan adalah menerima pujian yang diujarkan oleh lawan bicara dan menghindari memuji diri sendiri. Namun, sebagian responden menerima pujian dengan memuji diri sendiri. Oleh sebab itu sebaiknya mereka mempelajari lagi norma kesantunan berbahasa agar hubungan sosial di antara penyerta komunikasi dapat tetap terbina dan terpelihara."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>