Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 89123 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yohannes N.P.
"Ruang lingkup dan metodologi
Pajanan panas merupakan salah satu faktor risiko yang terdapat pada pabrik pembuatan tabung LPG. Dampak yang ditimbulkan dari pajanan panas adalah tenaga kerja banyak mengeluarkan keringat sehingga mengalami kekurangan cairan bila tidak diimbangi dengan minum yang cukup. Keadaan ini bila berlangsung lama akan mengakibatkan supersaturasi urin dan memudahkan terjadinya kristal dalam urin antara lain adalah kristal kalsium oksalat.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui manfaat pemberian air minum terhadap kristal kalsium oksalat urin tenaga kerja yang terpajan panas di pabrik LPG X Jakarta. Penelitian ini menggunakan disain studi intervensi dengan memberikan penyuluhan dan air minum kepada 16 orang tenaga kerja yang dipilih secara purposif. Dilakukan pengumpulan data panas lingkungan kerja menggunakan index suhu bola basah(ISBB), dan beberapa variabel subyek seperti umur, lama kerja, beban kerja, pendidikan, pengetahuan, dan kebiasaan minum yang didapatkan dari wawancara dan kuesioner. Pengukuran berat badan, keluhan subyektif, dan kristaI kalsium oksalat sebelum dan sesudah intervensi.
Hasil dan kesimpulan:
Panas lingkugan kerja berkisar antara 27.42 - 29.34°C ISBB, beban kerja fisik tenaga kerja katagori sedang. Didapatkan keluhan subyektif: rasa haus 100%, tidak nyaman 50%, cepat lelah 37.50%, tidak semangat 18.75%, pusing 12.50%, penurunan berat badan berkisar antara 0.1-0.6 kg, hasil pemeriksaan kristal kalsium oksalat urin tenaga kerja 56.25% meningkat menjadi 75% setelah terpajan panas.
Terjadi perubahan bermakna (p<0.05) kristal kalsium oksalat urin tenaga kerja terpajan panas setelah dilakukan intervensi dengan penyuluhan dan pemberian air minum.

Heat exposure is one of the risk factors of manufacturing the LPG cylinder. The effect of heat exposure will make the workers get sweat profusely, which may let them be dehydrated if they do not drink enough water. If this condition happens for quite long time, it will make super-saturation urine, which may easily cause a crystallization of urine such as calcium oxalate crystal.
The point of this study is to find out the benefit of giving drink water to the urinary calcium oxalate crystal of the worker who heat exposure at the factory of LPG X Jakarta. We use an intervention - Study design, by giving lectures and ask 16(sixteen) workers, who had chosen purposefully, to drink some water. We also collect some data, of the hot temperature of the field, by using WBGT, and some subject variable such as: ages, working period, working load, education, knowledge and drinking water attitude, which are collected from interviews and questioners. The weight, subject complaint and calcium oxalate crystal urine of the worker are also noted before and after the intervention.
Result and conclusion
Study finding showed that the temperature working area range, about 27.42-29.34°C WBGT. Subject complaint were thirsty 100%, discomfort 50%, fatigue 37.50%, headache 12.50%, loss body weight 0.1-0.6 kg, and crystallization of the worker urine is growth from 56.25% to 75% after heat exposure.
There is significant result (p<0.05) of urinary calcium oxalate crystal of the worker after this intervention and lectures, and after giving them some drinking- waters."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T10343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sophianita GTA
"Toluen telah digunakan sebagai bahan pelarut di Percetakan "X". Bersamaan dengan itu pada tenaga kerja terjadi keluhan berupa mata berair, sesak nafas, batuk pilek, lelah, dan iritasi kulit. Di Percetakan "X", data mengenai kadar toluen di lingkungan kerja dan kadar asam hipurat urin sebagai indikator terpajannya tenaga kerja dengan toluen belum ada. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian mengenai kadar toluen di lingkungan kerja, besar nilai kadar asam hipurat urin dengan faktor-faktor risiko yang mempengaruhinya serta efek kesehatan akut yang di timbulkan.
Dalam penelitian ini digunakan studi potong lintang dengan memperhatikan perbedaan tingkat pajanan toluen di tempat kerja. Jumlah sampel yang diambil adalah total sampel berjumlah 135 orang, yaitu pada bagian printing 75 orang dan bagian gudang 60 orang. Data penelitian ini diperoleh berdasarkan observasi, status medis, kuesioner, wawancara, dan pemeriksaan kesehatan. Untuk kadar toluen di lingkungan kerja dianalisis dengan cara metoda 1510, Issue 2 dari NIOSH. Analisis deskriptif antara tenaga kerja di bagian printing dan gudang meliputi karakteristik subjek penelitian, kadar asam hipurat urin,dan efek kesehatan akut. Analisis regresi multipel dilakukan untuk melihat hubungan antara karakteristik subjek penelitian dengan kadar asam hipurat pulang kerja dan untuk melihat hubungan antara karakteristik subjek penelitian dengan peningkatan kadar asam hipurat urin. Sedangkan analisis regresi logistik dilakukan untuk melihat hubungan antara karakteristik subjek penelitian dengan efek kesehatan akut, dan hubungan antara kadar asam hipurat urin pulang kerja dengan efek kesehatan akut.
Kadar toluen di lingkungan kerja bagian printing berkisar antara 82 ppm sampai 120 ppm dengan Time Weighed Average (TWA) 90,05 ppm, sedangkan di bagian gudang berkisar antara 52 ppm sampai 67 ppm dengan TWA 50,48 ppm. Kadar rata-rata toluen di udara pada bagian printing dan gudang secara statistik berbeda bermakna (p=0,000), dan telah melampaui nilai ambang batas. Pada umunmya tidak terdapat perbedaan bermakna antara karakteristik subjek yang bekerja di bagian printing maupun gudang kecuali lama kerja (p=0,01) dan pendidikan (p=0,012). Untuk kadar asam hipurat urin awal waktu kerja dan pulang kerja, peningkatan kadar asam hipurat urin, dan efek kesehatan akut antara bagian printing dan gudang secara statistik berbeda bermakna (p=0,000). Hubungan antara karakteristik subjek penelitian dengan peningkatan kadar asam hipurat urin yang berkorelasi kuat yaitu faktor umur (p=0,001); lama kerja (p=0,004) dan kebiasaan merokok (p=0,005). Hubungan antara karakteristik subjek penelitian dengan peningkatan kadar asam hipurat urin pulang kerja yang berkorelasi kuat juga faktor umur (p=0,005); lama kerja (p=0,000) dan kebiasaan merokok (p=0,001), untuk lama kerja yang dihubungkan dengan nilai (¦Â:-0,29) terlihat bahwa makin lama kerja, maka kadar asam hipurat urin pulang kerja semakin rendah.
Sedangkan risiko terjadinya efek kesehatan akut berdasarkan karakteristik subjek penelitian didapatkan faktor umur (OR;2,55;CI;0,99-6,79), lama kerja (OR:1,84;CI:0,84-3,94) dan kebiasaan merokok (OR;18,7;CI;7,62-68,10). Risiko terjadinya efek kesehatan akut dengan kadar asam hipurat urin pulang kerja ¡Ý 0,99 gr/L didapatkan secara statistik berbeda bermakna, dibandingkan dengan kelompok tenaga kerja dengan kadar asam hipurat urin pulang kerja < 0,99gr/L (OR:7,6; CI:3,47-16,95). Gejala-gejala efek kesehatan akut yang ditimbulkan seperti : mata berair, sesak, lelah, reaksi kulit dan batuk.
Kesimpulan:
Kadar toluen di lingkungan kerja, baik di bagian printing maupun di bagian gudang Percetakan "X", di atas nilai ambang batas menurut Kep Menaker RI/1977 (NAB=50 ppm). Kadar asam hipurat urin yang didapat masih di bawah indeks biologis (1,6 gr/L). Karakteristik subjek penelitian yang berpengaruh pada bagian printing dan gudang adalah lama kerja dan pendidikan. Faktor- faktor yang mempengaruhi kinetik toluen di dalam tubuh adalah umur, lama kerja, dan kebiasaan merokok. Pengaruh efek kesehatan akut dengan kadar asam hipurat urin pada tenaga kerja terlihat berbeda bermakna antar kelompok pada titik potong (cut off point) 0,99 gr/L.
The Correlation between the Level of Hippuric Acid with the Acute Health Effect among the Workers Who Exposed By Toluene at the Printing Company "X" Jakarta 2002
Background:
Toluene has been used as a solvent in the printing company "x". According with it, many effects have been arisen such as: eye irritation, respiratory disfunction, cough, sore nose and throat, fatigue, skin irritation. Nevertheless in the printing company "x", the data about toluene exposure and biological monitoring indicator (hippuric acid) have not been available. As consequence, the printing company "x" studied to find the toluene exposure in the working area and determine the level of the hippuric acid in urine of workers, influencing factors and also acute health effects.
Methods:
The cross sectional study was used as an approach to look at the hippuric acid level in workers urine and its correlation with acute health effect. The total sample method was used to involve 135 people that consisted of 75 people in printing area and 60 people in ware house area. The data were collected by observation, medical record, questionnaire, interview, and physical examination. The level of toluene exposure was analyzed with NIOSH methods 1510, Issue 2. Descriptive analysis was applied to look at the printing department and the ware house department worker characteristics, the level of the hippuric acid and acute health effects. The multiple regressions was used to find the correlation between characteristic and the level of hippuric acid after shift and also to find the correlation between characteristic of workers and the increasing of the level of hippuric acid. In line with the analysis, the regression logistic analysis was used to find the correlation between the levels of hippuric acid after working with the acute health effect.
Result:
The range level of toluene in printing area 82 ppm - 1 20 ppm, with the time weighted average (TWA) was 90,05 ppm. In the ware house area the level of toluene were 52 ppm - 67 ppm, with the time weighted average (TWA) was 50,48 ppm. The mean of the exposure of toluene in printing department and ware house department are statically significant different (p=0,000). In general, there was no difference in term of worker characteristics between the printing department and ware house department, except the job time length (p=0,01) and educational level of workers (p=0,012). Level of hippuric acid were statistically significant different between the printing department and the ware house department such as: before and after shift (p=0,000), the increasing of hippuric acid (p=0,000), and acute health effect (p=0,000).
The study found that the level of hippuric acid both before and after work, the increasing of hippuric acid during work, and acute health effects were statistically significant different (p=0,000) between those who work for the printing department with those who work for the ware house department. The level of after work hippuric acid has a strong correlation with age (p=0,001), job time length (p=0,004) and smoking habit (p=0,005). The correlation between job time length with hippuric acid level was - 0,29. Meanwhile, workers who were ¡Ý 40 years old showed a 2,55 fold risk of acute health effect, (OR:2,55;CI: 0,99-6,79), who experienced < 60 month job time length had a 1,84 fold risk (OR: 1,84; CI: 0,84-3,94), and who had smoking habit had 18,7 fold risk of acute health effect (OR:18,7 ; CI: 7,62-68,10). Further more, workers whose their after work hippuric acid level 0,99 gr/L showed a 7,6 fold risk of acute health effect. The symptom of the acute health effect included: eye irritations, respiratory distress, fatigue, cough and skin irritation.
Conclusion:
The level of toluene in the work place in the printing area and the ware house area at the printing "x" were higher than threshold limit value according to Kep. Menaker/ 1977 (TLV=50 ppm), and the increasing value of hippuric acid still below in the permissible biological index of hippuric acid in urin (TLV= 1,6 gr/L). The characteristics are consisted of significantly influence the increasing of hippuric acid as age, job time length, smoking habit, and IMT. Finally, the acute health effect in workers were found significant different between group of workers who have the hippuric acid level which its cut off point is 0,99 gr/L.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11290
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Latief
"Pada industri konstruksi, permasalahan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting. Jenis, sifat, kondisi dan lokasi pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi yang sering cenderung berbahaya mengakibatkan tingkat kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerjanya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan industri lainnya. Di Amerika, 85% kecelakaan kerja yang terjadi diakibatkan kerena kecerobohan manusia, (unsafe acts) dan 15% karena kondisi lingkungan kerja yang tidak aman (unsafe cinditions) (Clough and Sears, 1994). Kejadian kecelakaan kerja, tidak hanya akibat dari satu penyebab melainkan akibat kombinasi berbagai aktor. Karena dengan terjadinya kecelakaan kerja akan berakibat menurunnya produktivitas tenaga kerja yang dampaknya negatif bagi perusahaan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu penanganan terhadap risiko kecelakaan, salah satunya adalah dengan menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis kecelakaan yang terjadi di proyek konstruksi serta factor penyebabnya dan penerapan safety management pada perusahaan kontruksi dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Metode penelitian yang digu nakan adalah dengan AHP (Analytical Hierarchy Process) dan pendekatan risiko.Berdasarkan analisa yang telah dilaksanakan, maka dapat diketahui bahwa risiko kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek konstruksi adalah kejatuhan/tertimpa benda dari ketinggian dan faktor risiko penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang dominan disebabkan oleh faktor manusia, yaitu karena kurang disiplinnya tenaga kerja dalam mematuhi ketentuan mengenai K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), salah satunya perihal penggunaan APD (Alat Pelindung Diri). Penerapan safety management yang paling berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja adalah pada saat pelaksanaan dan pengawasan K3. Dengan melakukan penerapan Manajemen K3 secara konsisten akan membuat suatu industri konstruksi akan semakin produktif dan mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat.

In construction industry, safety problems are very important things. Characteristic, condition and location of activity in construction project with inclined danger have potensial to accident happens more occur than another industry. At America, 85% accident accur because unsafe acts and 15% because of unsafe conditions (Clough and Sears, 1994). The accident occur, not only because one risk safety factor but because the combination some risk safety factor. If the accident happen it can be decrease of labour productivity and have the negative impact for the construction company. That?s why we need some kind of solution about this accident risk, one of those is health & safety management system in working environment.
This thesis is made to know different kind of accident that happen in construction project and its root cause and also for applying safety management in construction industry in order to improve productivity. Here we use AHP (Analytical Hierarchy Process) and risk approach as research method s. According to the research, then we can know that most accident risk that could happen in construction project is fall things down from height and the most cause is human error, which is undicipliner in health and safety management, an d one of them is in using of safety equipment. Safety management can be very usefull for job productivity. Doing the health and safety management consistently will improve productivity in construction industry.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hanafi
"Tenaga kerja informal dimanfaatkan oleh pabrik pembekuan hasil laut seperti ikan, udang, cumi, rajungan, skalop pada tahap pembersihan sebelum proses pembekuan. Tenaga kerja informal umumnya mengeluh gatal pada tangan dalam bentuk dermatitis kontak, berobat dengan biaya sendiri. Tenaga kerja ini diupah secara harian.
Pada bulan Desember 1999 dilakukan pemagangan di pabrik pembekuan hasil laut "A" Jakarta selama satu bulan lebih. Merupakan studi kasus dengan tahapan identifikasi permasalahan, intervensi, evaluasi.
Identifikasi permasalahan dengan teknik kriteria matriks, didapatkan dermatitis kontak pada delapan responden dari lima belas tenaga kerja informal yang seluruhnya wanita. Prevalensinya 53,33%. Pajanan yang dialami yaitu faktor fisik berupa trauma mikro dari bagian tubuh hasil laut. Tekanan, gesekan bagian tubuh hasil laut dan alat bantu proses pembersihan. Kotoran lumpur hasil laut, pecahan es batu, suhu dingin, air, kaporit. Waktu dan rentetan kontak dialami tenaga kerja ini. Diagnosis dermatitis kontak berdasarkan anamnesis dan gambaran Minis. Bila dibandingkan dengan sebelas orang tenaga kerja tetap wanita yang tidak mengerjakan proses pembersihan, prevalensi dermatitis kontak 9,09%. Uji Fisher's Exact didapatkan p = 0,024. Pekerjaan proses pembersihan berisiko menimbulkan dermatitis kontak.
Prioritas intervensi berdasarkan teknik kriteria matriks. Penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit dermatitis kontak serta upaya pencegahannya. Uji t berpasangan didapatkan p < 0,01.
Pemakaian sarung tangan dan pengobatan dapat menurunkan kasus dermatitis kontak tenaga kerja informal di pabrik "A".

Informal workers are used by the company to freeze marine source such as fish, shrimp, squid, crab, scallop, in cleaning process before freezing takes place. Informal workers usually experience some itchy on their hands which are in forms of contact dermatitis, cured with own expenses. These workers are paid daily.
In December 1999 for more than one months. There's an industrial training done at freezing company "A". It is a case study with problems identification, intervention and evaluation processes.
Problems identification with matrix technical criteria results in contact dermatitis on 8 from 15 informal workers respondents which all are women. The prevalence is 53,33 %. Exposed is physical factor in forms of micro trauma from parts of marine source body. Pressure, scratch from marine source body and cleaning processing tools. Mud in marine source, ice cube piece, cold temperature, water, calcium hypochlorite. These workers also experience time and continuous contact. Contact dermatitis diagnose is based on anamnesis and clinical background. Compared to another 11 fixed women workers who do not do cleaning, contact dermatitis prevalence is 9,09 %. Statistic test Fisher's Exact shows p = 0,024. Cleaning process is therefore due to contact dermatitis risks.
Intervention priority is chosen based on matrix technical criteria. Seminar can develop knowledge about contact dermatitis disease and the prevention efforts. Statistical test show p<0, 01.
The usage of personal protection equipment such as gloves and cure can reduce cases for contact dermatitis informal workers in factory "A".
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T2748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faqih Hartono
"PT X Unit Citeureup merupakan pabrik industri manufaktur semen terbesar di dunia. Proses industri di dalamnya melibatkan berbagai proses, bahan, serta pekerjaan berbahaya. Sehingga dengan demikian proses kerja di dalamnya banyak menyebabkan risiko keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu, pada saat ini PT X Unit Citeureup juga menghadapi tantangan pandemi COVID-19 sama seperti industri lainnya. Hal ini dapat berdampak negatif baik kepada pekerja ataupun manajemen PT X Unit Citeureup. Berdasarkan hal tersebut, terbentuknya keselamatan di tempat kerja merupakan hal yang harus diupayakan dan lebih dimaksimalkan. Penelitian ini mencoba untuk mengevaluasi faktor-faktor yang membentuk keselamatan di tempat kerja dengan upaya pencegahan COVID-19 dan dimensi-dimensi kerentanan K3. Dimensi-dimensi tersebut dapat digunakan sebagai dasar studi elemen psikologi organisasi dan iklim keselamatan yang mampu memprediksi keselamatan di tempat kerja. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan secara daring melalui google form untuk mengetahui bagaimana persepsi pekerja terkait variabel-variabel yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei dengan besar sampel yang terkumpul adalah 126 responden dari 19 divisi. Data berikutnya dianalisis dengan PLS-SEM (Partial Least Square Structural Equation Modeling). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor kerentanan K3 seperti kesadaran K3 dan partisipasi K3, serta upaya pencegahan COVID-19 berhubungan secara signifikan terhadap keselamatan di tempat kerja. Hasil ini menunjukkan bahwa intervensi terhadap peningkatan kesadaran K3, partisipasi K3, dan upaya pencegahan COVID-19 di tempat kerja dapat meningkatkan keselamatan di tempat kerja pada masa pandemi COVID-19. 

PT X Unit Citeureup is the largest cement manufacturing industrial plant in the world. The industrial processes in it involve a variety of processes, materials, and hazardous works. Thus, the work process in it causes a lot of occupational safety and health risks. In addition, at this time PT X Unit Citeureup is also facing the challenges of the COVID-19 pandemic just like other industries. This situation can have a negative impact on both employees and management of PT X Unit Citeureup. Based on this situation, the establishment of safety in the workplace is something that must be pursued and maximized. This study attempts to evaluate the factors that shape workplace safety with COVID-19 prevention measures and the dimensions of occupational health and safety (OHS) vulnerability. These dimensions can be used as the basis for the study of elements of organizational psychology and safety climate that are able to predict safety in the workplace. This research was conducted through a quantitative approach with a cross-sectional study design. Data were collected online by using google form to find out how workers perceive related to the variables studied. Data collection was carried out in May with a large sample of 126 respondents from 19 divisions. The next data were analyzed by PLS-SEM (Partial Least Square Structural Equation Modeling). The results of this study indicate that OHS vulnerability factors such as OHS awareness and OHS participation as well as COVID-19 prevention measures are significantly related to safety in the workplace. These results indicate that interventions to increase OHS awareness, OHS participation, and COVID-19 prevention measures in the workplace can improve workplace safety during the COVID-19 pandemic."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brain Harryanto
"Budaya keselamatan di Indonesia belum ideal sehingga diperlukan suatu evaluasi penerapan kebijakan K3 konstruksi mengacu pada PerMen05/PRT/2014. Dari Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK), kebijakan SMK3 konstruksi di Indonesia baru memiliki Norma dan Prosedur. Sedangkan Standard dan Kriteria masih dalam tahap perancangan. Tujuan dari penelitian ini: i. Mengetahui kebijakan K3 yang berkaitan dengan NSPK di Indonesia yang dapat meningkatkan budaya keselamatan, ii. Mengetahui hubungan antara implementasi kebijakan K3 NSPK dengan budaya keselamatan pada proyek konstruksi, iii. Melakukan perbaikan kebijakan K3 pada konstruksi bangunan gedung, perumahan, bangunan air, jalan dan jembatan yang dapat meningkatkan budaya keselamatan. Metodologi penelitian yang digunakan melalui studi literature, survey responden pada proyek konstruksi bangunan gedung, perumahan, bangunan air, jalan dan jembatan di lingkungan Kementerian PUPR dan Dinas PU. Metode Analisa mengunakan software statistik SPSS dan software Structural Equation Modelling (SEM) Smart Partial Least Square/PLS. Hasil penelitian menjelaskan hubungan atau relasi signifikan antara dimensi penerapan kebijakan (Pengawasan dan Sanksi) dengan dimensi budaya keselamatan (Perilaku, Biaya K3, Kebijakan, Kepemimpinan, Pekerja, dan Strategi). Rekomendasi perbaikan kebijakan untuk meningkatkan budaya keselamatan dengan melakukan peningkatan pada pengawasan dan pemberian sanksi yang jelas dan tegas.

Unideal Safety culture in Indonesia requires an evaluation of policy implementation refers to the construction safety regulation, PerMen05/PRT/2014. Out of Norms, Standards, Procedures and Criteria (NSPK), we only have Norms and Procedur. As for Standard and Criteria are still being planned. This research on building, housing, water resource, roads and bridges construction at the Ministry of General Works and Housing resulted in having significant relation between safety policy implementation dimension (Monitoring and sanction/penalty) and safety culture dimensions (behaviour, safety cost, policy, leadership, man, and strategy). Recommendations for policy improvement are obtained from review and implementation strategy of the significant relation between safety policy implementation dimension and safety culture dimensions."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T52971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dela Aptika Gusani
"Penelitian ini membahas analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja di Penyamakan Kulit X tahun 2012. Penelitian mengacu pada standar AS/NZS 4360:2004 dengan menggunakan analisis risiko semikuantitatif. Penilaian risiko menggunakan metode W.T Fine yaitu nilai risiko merupakan hasil kali antara faktor konsekuensi, pajanan dan kemungkinan. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mendapatkan nilai risiko keselamatan dan kesehatan pada setiap tahapan proses di Penyamakan Kulit X.
Hasil penelitian adalah tingkat risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap tahapan proses meliputi very high, priority 1, substantial, priority 3 dan acceptable. Hasil penelitian dapat menjadi dasar pertimbangan program pengendalian risiko di Penyamakan Kulit X.

This research describes risk assessment of occupational health and safety in Tannery X 2012. This study referred to AS/NZS 4360:2004 standard and used semi-quantitative risk analysis. Risk Assessment used W.T Fine method. Risk score was got from multiplication of the consequence, exposure and probability factors. The objective of this study is to get health and safety level of risk in every step process in Tannery X.
The results state the level of risk in every step process includes very high, priority 1, substantial, priority 3 and acceptable. This results can use for judgment of risk control program in Tannery X.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kartiena Darmadi
"Ruang Lingkup dan Metodologi:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stresor kerja dengan gangguan daur haid, dengan mempertimbangkan faktor-faktor risiko lain. Telah dilakukan penelitian cross-sectional pada 100 orang pramugari udara status menikah dari satu perusahaan penerbangan. Untuk mengukur stresor kerja digunakan instrumen Diagnosis Stres, sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan daur haid digunakan kuesioner lain. Gangguan daur haid sendiri diketahui dari kartu catatan daur haid. Teknik analisis yang digunakan : univariat, bivariat dan multivariat secara kai kuadrat dan regresi logistik muitinomial, dengan menggunakan program SPSS.
Hasil dan Kesimpulan:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi gangguan daur haid 53% (lebih tinggi dibandingkan surveilans Pusat Kesehatan). Dari ke enam jenis stresor kerja hanya beban kerja kuantitatif tinggi (OR=3,79, 95%CI:1,04;13,76) yang mempunyai hubungan bermakna terhadap risiko gangguan daur haid. Ketaksaan peran yang tinggi dan indeks massa tubuh tidak berhubungan terhadap risiko gangguan daur haid.
Secara umum penelitian ini dapat disimpulkan bahwa timbulnya gangguan daur haid pada pramugari udara status menikah terutama berhubungan dengan beban kerja kuantitatif tinggi dan tidak berhubungan dengan ketaksaan peran dan indeks massa tubuh, hal ini karena mekanisme penanggulangan. terhadap stres kerja maupun manajemen stres yang kurang baik pada waktu penerbangan padat dan singkat.
The Relationship between Work Stressors and Menstrual Dysfunction among Of Married Airline Stewardesses PT ?X' In the Year 2001-2002
Scope and Methodology:
The objective of this study is to know the relationship between work stressors and menstrual dysfunction in correlation with other risk factors. A cross-sectional study has been carried out using one hundred married status stewardesses of an airline company. The instrument used in the study is Stress Diagnostic Survey questionnaire to measure work stressors and other questionnaires regarding risk factors of menstrual dysfunction. The menstrual dysfunction it self was diagnosed by using a menstrual recording charts. Univariate, bivariate, multivariate analysis and multinomial logistic regression were used for statistical analyses by using SPSS.
Result and Conclusion:
The prevalence of menstrual dysfunction was 53%. These figures are higher compared to Medical Centre Surveillance. From six work stressors, only one stressor is quantitative over load work (OR=3,79, 95%CI : 1,4;13,76) indicate a significant correlation with menstrual dysfunction. The role ambiguity and body mass index stressor showed no correlation with menstrual dysfunction.
In general the study has shown that the prevalence of menstrual dysfunction among the stewardesses was correlated to quantitative over load work and has no correlation with role ambiguity and body mass index stressor. These finding may be caused by improper stress release coping mechanism or in sufficient stress management in crowded and short flight.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T11289
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Respati Pradana Mukti
"Skripsi ini membahas bagaimana gambaran sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) di PT X, sebuah perusahaan kontraktor pertambangan batu bara dilihat dari tingkat kematangan budaya keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di PT X. Penelitian dilakukan dengan pendekatan semi-kuantitatif dengan desain studi cross-sectional pada pekerja level pelaksana dan middle management bulan Oktober 2012. Variabel-variabel kematangan budaya K3 nantinya akan dikelompokkan ke dalam siklus PDCA OHSAS 18001 dan dilihat mana yang masih perlu diperbaiki, mana yang perlu ditingkatkan. Hasil penelitian menunjukkan siklus Perencanaan, Implementasi, Pemeriksaan, dan Tindakan perbaikan masih perlu diperbaiki di beberapa poin untuk mencapai continuous improvement.

The focus of this study is how occupational health and safety management system can be seen by safety culture maturity model in PT X, a mining contractor. This research is semi-quantitative descriptive interpretative with cross-sectional study design in front line workers and middle management in October 2012. The variables of safety culture maturity is grouped in PDCA cycle of OHSAS 18001 and we can see which one is need to be maintenance and which one is need to be improved. The result of this research is there is something in whether Plan, Do, Check, and Action cycle that need to be improved to reach the continuous improvement state."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44337
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masyitha Muis
"Latar Belakang dan Tujuan :
Pemadam kebakaran merupakan sumber daya manusia. Mereka senantiasa dihadapkan dengan berbagai masalah, seperti beban kerja kerja kualitatif dan kuantitatif, tanggung jawab tugas, dan sebagainya. Semua masalah ini dapat merupakan stresor kerja yang akan berdampak pada kesehatan jiwa pemadam kebakaran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara stresor kerja dengan psikopatologi di kalangan pemadam kebakaran.
Metode :
Penelitian ini menggunakan disain studi potong lintang (cross sectional) terhadap 175 subjek penelitian yang terdiri dari petugas pemadam kebakaran. Analisis dilakukan dengan cara analisis bivariat, dilanjutkan dengan analisis multivariate regresi.
Hasil dan kesimpulan :
Stresor pada petugas pemadam kebakaran didominasi oleh beban kualitatif dan tanggung jawab. Prevalensi psikopatologi pada petugas pemadam kebakaran adalah 29,7 %. Ada hubungan bermakna antara beberapa faktor karakteristik subjek dan lifestyle (OR 3,36 - 8,69). Juga terdapat hubungan yang bermakna antara stresor kerja dengan psikopatologi (OR.2,70 - 16,45). Pada analisis multivariate, stresor kerja yang ada hubungan bermakna dengan psikopatologi adalah stresor tanggung jawab. Karakteristik subjek dan lifestyle yang ada hubungan bermakna dengan psikopatologi adalah variabel pangkat/golongan dan kebiasaan rekreasi.
Analysis of the Relationship between Occupational Stressors and Psychopathology of Fire Fighters in East Jakarta
Background and Objectives:
Fire fighters are human resources. They are often confronted with many problems such as qualitative overload, quantitative overload, job responsibilities, and contaminated risk. All of the problems are occupational stressors which result in mental health of fire fighters. The purpose of this study is to find the relationship between occupational stress and psychopathology among fire fighters in East Jakarta.
Methods:
This study design was a cross sectional design with a sample of 175 subjects. Collected data was processed using bivariate analysis and multivariate analysis.
Results and Conclusions:
Stressors of fire fighters were dominated by qualitative overload and job responsibility. Prevalence of psychopathology on fire fighters are 29,7 %. There were significant relationship between many factors of subject characteristics and lifestyle with psychopathology (OR 3,36 - 8,69). A significant relationship between occupational stress with psychopathology was also found in this study (OR.2,70 -16,45). By multivariate analysis, responsibility stressor was the only occupational stress which has significant relationship to psychopathology. Subject characteristic and lifestyle with significant relationship to psychopathology was stratum in the work place and recreation.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11291
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>