Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195817 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Izwar Arfanni
"Visi Indonesia sehat 2010 mengharapkan masyarakat Indonesia dimasa depan melalui pembangunan kesehatan adalah penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dengan adanya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 tahun 1999 tentang Dana Perimbangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, diharapkan Pemerintah Daerah Kabupaten lebih aktif melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat lebih meningkatkan perannya sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan cara meningkatkan sistim manajemen sumberdaya, khususnya manajemen peralatan Puskesmas.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan secara rinci proses manajemen peralatan di Puskesmas Inderalaya, Puskesmas Tanjung Raja dan Puskesmas Tanjung Lubuk Kabupaten Ogan Komering Ilir. Dalam mendeskripsikan proses manajemen peralatan Puskesmas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan evaluasi dimensi kesesuaian (appropriateness) dan dimensi kecukupan (adequateness).
Penelitian ini dirancang dengan pendekatan kualitatif dilakukan pada bulan April sampai Mei 2002 dengan subjek penelitian adalah Pimpinan Puskesmas, Bendaharawan barang dan koordinator program, masing-masing 1 (satu) orang untuk tiap Puskesmas.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kesesuaian dan kecukupan faktor dalam kajian manajemen peralatan di 3 (tiga) Puskesmas telah sesuai dan cukup. Sedangkan faktor pemanfaatan dan pemeliharaan hanya Puskesmas Inderalaya yang sesuai dan cukup.
Demikian juga Pimpinan Puskesmas diharapkan membina stafnya terus menerus, meningkatkan keterampilan petugas pengelola peralatan Puskesmas dengan cara mengirim petugas tersebut untuk mengikuti pelatihan baik di kabupaten maupun propinsi, sehingga nantinya diharapkan manajemen peralatan Puskesmas sebagai bagian dari sistim manajemen sumberdaya Puskesmas tujuannya akan betul-betul tercapai.

Evaluation of Equipment Management System in Community Health Center of Indralaya, Tanjung Raja and Tanjung Lubuk, at the District of Ogan Komering Ilir Year 2001The vision of "Healthy Indonesia Year 2010" expects that the health development of the future Indonesia will construct healthy community and nation which are indicated by people living in healthy environment, applying healthy behavior, and able to access to health services equitably.
The Law No. 22, 1999 about Local Government and the Law No. 25, 1999 about the Fiscal Balance of Central and Local Government outlined that Local Government at the district level to be more active on undertaking health development including planning, implementing, and controlling.
Community Health Center (PUSKESMAS) as the main community health services should play more important role as the center of health development, the community participation and center of primary health services by improving its management system of resources especially the management of PUSKESMAS equipment.
This research aims to get the detail information about management system of equipment in PUSKESMAS of Indralaya, Tanjung Raja, and Tanjung Lubuk at the District of Ogan Komering Ilir. To describe the process of PUSKESMAS equipment management, this research used the appropriateness and adequateness dimension evaluation approaches.
This research was designed with qualitative approach that conducted during April and May 2002. Subject of this research were the head of PUSKESMAS, commodities treasurer, and program coordinator, and respectively one person in each PUSKESMAS.
The result of the research concluded that the appropriateness and adequateness of input factors of equipment management in the three PUSKESMAS has been appropriate and adequate, while the process factor, especially the utilization and maintenance, only PUSKESMAS of Indralaya which is appropriate and adequate.
It is gratefully hoped that the head of PUSKESMAS could guide his staff continuously and increase the skills of the worker who uses and maintains the PUSKESMAS equipment by sending him to get such training either in district or provincial level. Thus, the purpose of PUSKESMAS equipment management as the part of resources management system of PUSKESMAS will be reached.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Martriandra
"Proses pelaksanaan supervisi program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau P2 ISPA yang dilaksanakan mempunyai arti sangat penting terutama dalam pelaksanaan pelayanan P2ISPA di Puskesmas. Dalam pelaksanaan kegiatan supervisi pelaksanaan program P2ISPA tingkat Puskesmas di Kabupaten Ogan Komering Ilir terlihat tren yang terus menurun dari tahun ketahun yang memberikan dampak menurunnya cakupan program P2ISPA.
Penelitian ini dirancang dengan pendekatan kualitatif untuk mengetahui tentang proses pelaksanaan supervisi dan memperoleh informasi lebih jauh tentang hal-hal yang melatarbelakangi pelaksanaan supervisi program P2ISPA di puskesmas Kutaraya dan puskesmas Indralaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Penelitian ini diharapkan akan dapat memeberikan pemahaman yang lebih mendalam mengingat masih kurangnya data maupun informasi tentang penelitian proses pelaksanaan supervisi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa. Secara umum proses pelaksanaan supervisi , (sejak mulai dari perencanaan ,jadwal supervisi,frekuensi kegiatan, maupun dalam pelaksanaannya berupa pengamatan, pembinaan maupun pembimbingan serta pemecahan masalah, sisi pencatatan dan pelaporan kegiatan ;reed back) kenyataannya belum memenuhi harapan.
Kesimpulan dari penelitian ini dapat dikemukakan bahwa belum baiknya kegiatan proses pelaksanaan supervisi program P2 ISPA yang dilaksanakan di puskesmas Kutaraya dan puskesmas Indralaya, dilatarbelakangi oleh kemampuan manajemen.yang belum baik, upaya perbaikan yang berkesinambungan melalui pendekatan Qualitiy Improvement tidak dilembagakan serta pembinaan dari Dinas Kesehatan Kabupaten yang intensitasnya masih rendah dalam pelaksanaan program P2ISPA dilapangan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan serta kesimpulan yang dapat diambil, dapat diberikan saran kepada atasan dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ilir untuk melakukan upaya pelatihan bagi pimpinan puskesmas dan petugas puskesmas dalam rangka penguatan kegiatan supervisi. Dengan memanfaatkan peluang otonomi daerah, hal lain yang teramat penting adalah pengadaan sarana maupun dana dalam pelaksanaan supervisi program P2ISPA melalui advocacy kepada Pemerintah Daerah Kabupaten maupun DPR sebagai upaya kesinambungan melalui pendekatan Quality Improvement. Bagi puskesmas sendiri, diperlukan inisiatif untuk memberdayakati seluruh petugasnya melalui pelatihan dan pembinaan tingkat puskesmas pada setiap kesempatan pertemuan puskesmas.

Process Analysis of Supervision on Eradication Acute Respiratory Tract Infection (ARI) Program at 2 Community Health Centers, Kutaraya and Indralaya Ogan Komering Regency 2001.Background: The aim of this study is to know and to get further information about the process of supervision. Supervision is very important to improve the performance of eradicataion Acute Respiratory tract Infection ( ARI ) program at the community Health Centers in Ogan Komering Ilir regency, South Sumatera. Eradication ARI program in this regency, still faces problems, i.e. low target/ coverage, and high underfive morbidity and mortality, and the ongoing evaluation tends to decline within the last three years.
Methods: This study wa a qualitative using indepth interview and observation The location of this study was decided through 2 subdistrict Health Centers, at Kutarya and Indralaya. The subjects were health workers who conduct and responsible to the eradication of ARI
Result : Results showed that the proces of planning, scheduling, guiding! problem solving, recording/reporting and feed back activity conducted by the health workers are still the main problem. There are lack of leadership, on the job training, and teamwork problem solving at those 2 Subdistrict Health Center. This study also indicates that supervision was one of the most effective effort to improve the perfonnance of eradication of ARI program at the community health centers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4613
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alva Khairy Muharram
"Rawa merupakan lahan yang selalu tergenang sepanjang tahun. Seringnya terjadi kebakaran di area rawa desa Tanjung Sari menyebabkan diperkukannya konservasi lahan rawa sebagai upaya untuk mempertahankan keanekaragaman hayati. Adanya genangan air yang muncul di daerah rawa menjadi kendala untuk kegiatan konservasi, di mana kelembaban permukaan tanah yang tertutup vegetasi menjadi indikasi penyebab kebakaran hutan pada wilayah dengan kelembaban rendah. Diperlukan pemantauan terhadap pola dari kelembaban vegetasi serta persebaran jenis vegetasi yang tumbuh dideaerah rawa serta karakteristik vegetasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak tingkat kelembaban vegetasi terhadap jenis dan karakteristik vegetasi di rawa Desa Tanjung Sari, yang merupakan bagian dari upaya konservasi ekosistem rawa yang selalu tergenang. Pola kelembaban dan sebaran vegetasi didapatkan melalui pengolahan data citra satelit Sentinel-2 dan observasi lapangan. Metode analisis spasial dan deskriptif digunakan dengan memanfaatkan indeks NDMI (Normalized Difference Moisture Index) untuk mengukur kelembaban vegetasi beserta polanya dan NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) untuk melihat sebaran jenis dan karakteristik vegetasi berdasarkan tingkat kelembabannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa rawa Desa Tanjung Sari pada bulan September didominasi oleh kelembaban vegetasi rendah dan sedang yang mencakup sekitar 97,3% luas area rawa dan membentuk pola yang didasari oleh lokasi mata air berupa sungai, sedangkan untuk sebaran vegetasi pada kelembaban rendah didominasi oleh vegetasi berjenis rumput, dan sebaran vegetasi pada genangan sedang terdapat beberapa jenis vegetasi pepohonan yang lebih kuat untuk hidup di kelembaban sedang.

Swamps are land that is always flooded throughout the year. The frequent occurrence of fires in the swamp area of ​​Tanjung Sari village has led to the need for swamp land conservation as an effort to maintain biodiversity. The presence of standing water that appears in swamp areas is an obstacle for conservation activities, where the moisture on the surface of soil covered by vegetation is an indication of the cause of forest fires in areas with low humidity. It is necessary to monitor the pattern of vegetation moisture and the distribution of vegetation types that grow in swamp areas and the characteristics of this vegetation. This research aims to evaluate the impact of vegetation moisture levels on the types and characteristics of vegetation in the swamps of Tanjung Sari Village, which is part of conservation efforts for the swamp ecosystem which is always flooded. Moisture patterns and vegetation distribution were obtained through processing Sentinel-2 satellite image data and field observations. Spatial and descriptive analysis methods are used by utilizing the NDMI (Normalized Difference Moisture Index) index to measure vegetation humidity and its patterns and NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) to see the distribution of vegetation types and characteristics based on humidity levels. The results of the analysis show that the swamp in Tanjung Sari Village in September is dominated by low and medium humidity vegetation which covers around 97.3% of the swamp area and forms a pattern based on the location of the spring in the form of a river, while the distribution of vegetation at low humidity is dominated by vegetation. grass type, and in the distribution of vegetation in moderate puddles there are several types of tree vegetation that are stronger to live in moderate humidity.
"
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Afrianti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja pegawai Puskesmas Celikah Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Sampel pada penelitian ini seluruh PNS di Puskesmas Celikah yang berjumlah 57 orang (total sampling). Faktor yang berhubungan dengan kinerja pegawai Puskesmas Celikah adalah disiplin kerja, motivasi kerja dan Imbalan. Faktor yang paling berhubungan dengan kinerja pegawai Puskesmas Celikah Tahun 2020 adalah Disiplin kerja. Kinerja pegawai Puskesmas Celikah masih kurang memiliki kinerja yang baik. Diperlukan peningkatan kinerja pegawai dengan menerapkan sistem reward dan punishment yang tegas, pembinaan rutin, peningkatan kemampuan pegawai, dan evaluasi kinerja secara berkala.

This study aimed to determine the factors associated with the performance of Puskesmas Celikah employees in 2020. This study uses quantitative methods with cross sectional design. Sample in this study are all of the government employees in Puskesmas Celikah, 57 persons in total. Factors related to the performance of Puskesmas Celikah employees are discipline, motivation and rewards. The most related factor to the performance of Puskesmas Celikah employees in 2020 is discipline. The performance of Puskesmas Celikah employees still lacks good performance. It is necessary to increase employee performance by implementing a firm reward and punishment system, routine coaching, increasing employee capacity, and periodic performance evaluation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munziah
"Prevalensi ISPA pada balita di Indonesia masih tinggi yaitu 36%, sedangkan data SKRT tahun 1995 menemukan proporsi-kematian balita (1-4 tahun) akibat ISPA adalah sebesar 18,2%. Penelitian dilakukan di 3 desa Kecamatan lnderalaya Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Sclatan tahun 2002, dengan alasan masih tingginya kasus 1SPA pada bayi dan balita dimana prevalensi ISPA 32,4% ( Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2001)
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsentrasi partikulat melayang (PM10) rumah dengan kejadian gangguan saluran pemapasan pada bayi dan balita. Subyek penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita (0 bulan-59 bulan). Dengan desain penelitian survei menggunakan rancangan cross secsional dengan jumlah sampel sebanyak 100 keluarga yang memiliki bayi dan balita secara random sampling yang tersebar di 3 desa. Dari 15 variabel yang diajukan, ternyata hanya 7 variabel yang terbukti berhubungan secara bermakna dengan kejadian gangguan saluran pernapasan pada bayi dan balita. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian gangguan saluran pernapasan pada bayi dan balita adalah ventilasi rumah .
Hasil analisis model akhir menunjukan bahwa faktor yang secara bersama-sama berhubungan dengan kejadian gangguan saluran pernapasan pada bayi dan balita adalah jenis dinding, ventilasi, adanya perokok dan pemakaian obat nyamuk bakar.
Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ilir disarankan perlu adanya penyuluhan yang lebih menekankan pada aspek kesehatan lingkungan rumah terdiri dari ventilasi rumah dan kebiasaan merokok. Disarankan kepada penduduk desa terutama di Kecamatan lnderalaya agar membuka jendela pada pagi hari dan kebiasaan merokok jangan didekat bayi dan balita.

The Relationship of Fly Particulate Concentration (PM10) Houses with the Incident of Respiratory Tract Problem (Study on Infant and Baby at Inderalaya Sub-District, Ogan Komering Ilir District, South Sumatra, 2002)
The prevalence of Acute Respiratory Infections (ARI) on under-five in Indonesia is still high that as 36%, while the Household Health Survey data in 1995 showed that the proportion of under-five death (1-4 year(s) caused by ARI was 18.2%. This study was conducted at three villages of Inderalaya Sub-District, Ogan Kemering Iiir District, South Sumatra, 2002. The reason, it is still high the cases of ARI on infant and baby, where the prevalence of ARI as 32.4% (Profile of Local Health Service, Ogan Komering Ilir District, 2001).
In general, the objective of this study was to determine the relationship of fly particulate concentration (PM 10) houses and the indication of respiratory tract problem on infant and baby. The subject was mothers that having infant and baby (0 month - 59 months). Study design used cross-sectional, with the sample 100 families who's having infant and baby randomly sampling that spread out at three villages. Out of 15 variables that submitted, the fact only 7 variables that proved significantly relationship with incident of respiratory tract problem on infant and baby. The factor that the most dominant related to incident of respiratory tract problem on infant and baby was house ventilation.
The result of analyses on final model showed that the factor that all together related to incident of respiratory tract problem on infant and baby were type of wall, ventilation, there was smoker and using baked mosquito drug.
The head of Local Health Service of Ogan Komering Ilir District is suggested it needs an education that addresses on house environmental health aspect that consist of house ventilation and habit of smoking. It is recommended to people at the villages, especially Inderalaya Sub-District to open the windows in the mornings and the habit not smoking closed to infant and baby.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T4617
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fahrurazi
"Reformasi telah mengubah kebijakan pembangunan nasional dimana setiap kebijakan pembangunan kesehatan diisyaratkan harus mencakup paradigma sehat. Di sisi lain, lahir pula kebijakan otonomi daerah. Sebagai salah satu implikasinya adalah dalam pembiayaan kesehatan. Alokasi anggaran daerah untuk kesehatan menjadi sangat tergantung sepenuhnya pada keputusan di tingkat daerah.
Dengan adanya krisis ekonomi yang belum kunjung teratasi maka terjadi peningkatan beban pembiayaan kesehatan, di lain pihak masyarakat semakin kritis menuntut pelayanan yang bermutu. Untuk dapat mencapai pembangunan kesehatan dan kecukupan alokasi pembiayaan kesehatan maka salah satu peluang adalah mobilisasi dana melalui mekanisme peningkatan tarif terhadap pelayanan kesehatan masyarakat, dengan sayarat sesuai kemampuan membayar masyarakat.
Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sampai saat ini belum diketahui berapa besarnya tarif Puskesmas yang rasional, Melalui penelitian ini diharapkan didapatkan gambaran tarif Puskesmas yang rasional untuk wilayah kerja Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dengan mempertimbangkan biaya satuan, kemampuan dan kemauan membayar masyarakat dalam membayar tarif pelayanan kesehatan.
Penelitian ini dilakukan pada dua Puskesmas yang diambil secara purposive dari sembilan Puskesmas yang ada, dengan dasar kriteria pemilihan yang ditentukan dan diharapkan dapat mewaldli Puskesmas di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Kuala Tungkal II yang berada di pusat Kabupaten dan Puskesmas Pijuan Baru yang berada di desa Pijuan Baru Kecamatan Tungkal Ulu.
Analisis biaya menggunakan data sekunder yang tersedia di Puskesmas pada tahun 2001. Sedangkan analisis kemampuan dan kemauan membayar masyarakat dilakukan dengan survei terhadap masyarakat di dua wilayah Puskesmas tersebut, dengan pemilihan sampel rumah tangga yang berada dalam radius 5 km dari Puskesmas, masing-masing secara acak dipilih 100 responden.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa tarif Puskesmas Rp 2.000,- yang barn diberlakukan pada bulan September 2001 berada dibawah biaya satuan normatif (Rp 7.239,- untuk Puskesmas Kuala Tungkal II sampai Rp 9.899,- untuk Puskesmas Pijuan Baru) dan dibawah kemampuan dan kemauan membayar masyarakat. Dengan simulasi tarif yang dilakukan maka dengan tarif Rp 5.000,- yang diusulkan sebagai tarif yang rasional dapat meningkatkan pendapatan dan cost recovery rate Puskesmas namun masih realistis dilihat dari tingkat kemampuan masyarakat. Terhadap sejumlah masyarakat yang tidak mampu membayar akibat kenaikan tarif hams mendapat subsidi, misalnya dengan cara pemberian "Kartu Miskin".
Dafar Pustaka : 26 ( 1983 sampai 2001 )

The current reform has changed national development policies, all policies in health have to be in line with healthy paradigms. On the other hand, regional autonomy policy has been set up One implication is that allocation for health budget depend on regional decision making.
The economic crisis which not been recovered yet have increased the health financial burden. Meanwhile the society demand on health services has been increasing. To achieve the health development goal and to meet the budget allocation for health, one possibility opportune is through resource mobilization i.e. pricing adjustment in public institution.
Up to now the rational tariff for PHC in Tanjung Jabung Barat District has not been determined yet. This research was carried out to describe the illus the rational tariff for PHC in Tanjung Jabung Barat District by considering unit cost, as well as ability to pay.
Two out of nine PHC had purposively been sampled based on certain criteria to represent all of PHC in Tanjung Jabung Barat District. The two PHCs were PHC Kuala Tungkal II in urban area and PHC Pijuan Baru on Pijuan Baru village in Tungkai Ulu district/rural area.
PHC cost analysis used the secondary data in 2001, while ability to pay analysis used survey data on two selected PHC. Respondents are families who reside within the 5 km radius of the PHC. Total number of samples is 100 respondents for each PHC area.
The research found that the current price of Rp 2.000,- which has been adopted since September 2001 was below the normative unit cost (Rp 7.239,- for PHC Kuala Tungkal II up to Rp 9.899,- for PHC Pijuan Baru) and the community still can afford it. From the tariff simulation it is suggested that tariff could be adjusted to Rp 5.000; increasing revenue and cost recovery rate is expected could cover the need for opeartional cost. For the poor the government should provide subsidy, for example using "Kartu Miskin".
Reference: 26 (1983 - 2001)"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T10670
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiyah Rizky
"Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan terintegrasi dalam tatalaksana balita sakit secara menyeluruh. Bidan sebagai salah satu tenaga pelaksana MTBS sangat berperan dalam keberhasilan program MTBS, kinerja bidan dipengaruhi oleh faktor individu, psikologik dan organisasi. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kinerja bidan dalam pelaksanaan MTBS di puskesmas Kabupaten OKU tahun 2013 dengan menggunakan metode kualitatif dan desain RAP (Rapid Assesment Procedure). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada informan menggunakan pedoman wawancara. Hasil penelitian menyarankan kepada bidan untuk semakin meningkatkan kinerja dengan mengacu kepada standar baku MTBS.

Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) is an integrated approach to the overall management of childhood illness. Midwives as one of the executive power is very instrumental in the success of IMCI IMCI program, midwives' work is influenced by individual factors, psychological and organizational. This study was conducted to analyze the performance of midwives in IMCI implementation in district health centers in 2013 OKU using qualitative methods and designs RAP (Rapid Assessment Procedure). Data was collected through in-depth interviews using an interview guide to the informant. The results suggest the midwives to further improve the performance with respect to the gold standard IMCI."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deptasatria Budiman
"Provinsi Sumatera Selatan adalah provinsi pertama di Indonesia yang
melaksanakan program berobat gratis bagi semua warganya. Tulisan ini bertujuan
untuk melihat apakah ada perubahan asal pasien ISPA pada saat puskesmas
berbayar dan saat puskesmas di gratiskan maka di lihat asal pasien tersebut dalam
2 tahun yaitu tahun 2008 dan tahun 2009, berdasarkan data yang ada dari
puskesmas Kabupaten Ogan Komering Ulu. Data ? data tersebut dikelompokan
menjadi perbulan yaitu dari bulan Januari-Juni tahun 2008 dan bulan Januari-Juni
tahun 2009 kemudian dengan pola origin ? destination di petakan sehingga
terlihat asal dan besaran kunjungan pasien tersebut. Kemudian asal pasien ISPA
tersebut dikaitkan dengan karakteristik wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu
dan dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan tabulasi silang dan asosiasi
peta. Hasil analisis yang diperoleh adalah wilayah pelayanan puskesmas yang
sangat terbantu dalam program berobat gratis berada di wilayah pelayanan
puskesmas ulak pandan, lubuk batang, dan peninjauan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S33897
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
"Pelayanan KB di Indonesia masih tetap mengacu pada sistim kafetaria yang memberi keleluasaan kepada para peserta KB untuk memilih jenis alat kontrasepsi sesuai dengan keinginan masing-masing peserta. Menurut SDKI 2007, pemakaian metode kontrasepsi suntik memperlihatkan kecenderungan peningkatan, sebaliknya pemakaian metode kontrasepsi pil dan IUD cenderung menurun dari waktu kewaktu. Pemakaian metode IUD tahun 1991 sebesar 13,3%, 1994 menjadi 10,3%, 1997 menjadi 8,1%, 2003 menjadi 6,2% dan 2007 hanya 4,9%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu yang menggunakan kontrasepsi IUD, dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB yang ada di wilayah kerja Puskesmas Alai Ilir Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo Propinsi Jambi dengan jumlah sampel 210 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Variabel penelitian ini adalah usia, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, biaya pelayanan, jumlah anak, dukungan suami dan sikap ibu terhadap penggunaan kontrasepsi IUD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden yang menggunakan KB Non IUD sebesar 91% dan KB IUD hanya 9%. Ada perbedaan proporsi antara umur ibu, jumlah anak (paritas), biaya Pelayanan, pengetahuan dan sikap ibu terhadap penggunaan kontrasepsi IUD. Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar Dinas terkait meningkatkan sosialisasi tentang kontrasepsi IUD sehingga dapat mengurangi sikap negatif yang ada dimasyarakat, meningkatkan kerja sama lintas sektoral dalam upaya peningkatan pencapaian akseptor KB IUD serta meningkatkan keterampilan petugas agar dapat memberikan pelayanan sesuai dengan standar.

Family planning services in Indonesia are still referring to cafeteria system which gives flexibility the planning participants to choose the type of contraceptives devices in accordance with the wishes of each participant. According to the Demographic and Health Survey 2007, the use of injectable contraceptive methods showed an increasing trend, whereas the use of pills and IUDs tended to decline over time. Use of the IUD method in 1991 at 13.3%, 1994 to 10.3%, 1997 to 8.1%, to 6.2% in 2003 and 2007 only 4.9%.
This study aims to determine the characteristic of women who uses contraceptive IUD, with cross sectional design. The population in this study were all of KB acceptors in working area of Health Center Alai Ilir Rimbo Ilir Subdistrict Regency of Tebo Jambi Province with a sample size of 210 respondents. The data was collected by direct interview method to respondents using questionnaire. The variables of this study are age, knowledge, education, employment, cost of service, number of children, support her husband and mother's attitudes toward contraceptive use IUDs.
The result showed that the proportion of respondents who use family planning Non IUD for 91% and KB IUDs only 9%. There is a difference between the proportion of maternal age, number of children (parity), the cost of service, knowledge and attitudes towards the use of contraceptive IUD's mother. Based on the research result suggested that the Departement-related increase socialization of IUD contraception in order to reduce the negative attitudes that exist in the community, enhance cross-sectoral cooperation in improving the achievement of family planning acceptor of IUD and to improve the skill of officers in order to provide services in accordance with the standards.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>