Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 209887 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siahaan, Tumbur Saut P.
"Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja bersifat preventif dan ruang lingkupnya sangat luas yaitu mencakup keselamatan kerja di semua tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Sementara kajian ataupun tinjauan mengenai implementasi terhadap undang-undang tersebut serta peraturan pelaksanaannya sampai saat ini belum pernah dilakukan sejak dikeluarkannya pada tahun 1970. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap implementasi Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja di PT. Garuda Indonesia dan PERTAMINA. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi penelitian ini . Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran analisis terhadap implementasi Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja di PT. Garuda Indonesia dan PERTAMINA.
Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan hanya menggali informasi tentang implementasi Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Lokasi penelitian diambil di PT. Garuda Indonesia dan PERTAMINA sebagai perusahaan besar berskala internasional namun memiliki risiko kecelaaan yang tinggi. Sebagai informan adalah pimpinan PT. Garuda Indonesia dan PERTAMINA pada tingkat pembina, dan pegawai / pekerja di lapangan pada tingkat pelaksana dengan berjumlah 6 orang baik tingkat pembina maupun pelaksana dengan masa kerja di institusi terebut minimal 3 tahun.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam (indepth interview) kepada para informan kunci dan dengan diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion). Sebagai data pendukung digunakan data sekunder dengan cara telaah dokumen dengan waktu pengumpulan data pada bulan Desember 2001 sampai dengan Januari 2002. Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara mendalam dan pedoman diskusi kelompok terarah serta tape recorder sebagai alat perekam pada saat wawancara dan diskusi.
Gambaran implementasi terhadap Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja baik di PT. Garuda Indonesia maupun PERTAMINA pada tingkat pembina adalah bahwa secara keseluruhan pembina cukup memadai memahami Undang-undang No. 1 tahun 1970 dan gambaran implementasi terhadap Undang-undang No. l tahun 1970 tentang keselamatan kerja baik di PT. Garuda Indonesia maupun PERTAMINA pada tingkat pelaksana adalah sangat tidak memadai.
Dari hasil dan pembahasan penelitian dapat diberikan saran-saran yaitu untuk PT. Garuda Indonesia dan PERTAMINA perlu melakukan sosialisasi terhadap Undang-undang No. 1 tahun 1970 serta peraturan pelaksanaan lain yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja pada tingkat pembina maupun pelaksana sehingga dapat dipahami secara utuh Undang-undang No. 1 tahun 1970 tersebut. Untuk pemerintah sebagai pembuat Undang-undang disarankan agar lebih sering melakukan sosialisasi, evaluasi dan pengkajian terhadap Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja maupun melaksanakan pembuatan Peraturan Pemerintah yang lintas sektoral maupun departemental yang diikuti juga dengan peningkatan reward and punishment system.

Analysis of Implementation Regulation of Act No. 1 of 1970 concerning Occupational Safety at PT. Garuda Indonesia and PERTAMINAAct No. 1 of 1970 concerning Occupational Safety is preventive by nature and has very wide range of coverage including all working places/sites namely in land, under ground, on water surface, as well as on the air within the legal territory of the Republic of Indonesia. Meanwhile, there is no analysis or overview on the implementation of the mentioned Act and its operational regulations since its date of issuance in 1970 up to the recent time has never been carried out. In this respect, analysis on the implementation of Act No. 1 of 1970 at PT Garuda Indonesia and PERTAMINA is regarded necessary.
This research is carried out in term of qualitative and focused on gaining information relating with the implementation of Act No. 1 of 1970 concerning Occupational Safety. The chosen location is at PT Garuda Indonesia and PERTAMINA as international scale companies with high risk of occupational accidents. Total number of informants for this research is 6 (six) people consisting of high level officials and employees/workers at operational levels who have been working for 3 (three) years for PT Garuda Indonesia and PERTAMINA. Data compilation in this research is carried out through in-depth interview with the mentioned key informants and through Focus Group Discussions. Meanwhile as supporting data, this research is using secondary data complied from the relevant documents within period of December 2001 to January 2002. The research instrument is checklist of In-depth Interview and Focus Group Discussions recorded using tape recorder.
Description of the implementation of Act No. I of 1970 concerning Occupational Safety at both PT Garuda Indonesia and PERTAMINA within the scope of high level officials is that most of them well understand the Act. However, at operational level employees/workers, understanding of the Act is insufficient.
Analysis of this research comes to recommendation that PT Garuda Indonesia and PERTAMINA shall carry out social awareness on Act No.l of 1970 and its operational regulations concerning occupational safety and health for their officials and employees/workers in order to obtain well understanding about the Act. On the other side, government as executive body shall do the same social awareness to the industrial community (employers and workers), carry out evaluation and review of the Act and the related operational regulations and to set up new inter-sector and inter-departmental Government Regulation followed by establishment of reward and punishment system.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T10771
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cetra Palupi Rengganis
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran profil persepsi risiko pada pekerja di PT. Terang Parts Indonesia dengan menggunakan paradigma psikometri. Penelitian dilakukan terhadap 216 responden pada bulan Mei - Juni 2016 menggunakan desain cross-sectional, data primer berupa kuesioner dengan menggunakan 8 parameter paradigma psikometri. Parameter yang digunakan pada penelitian adalah skala likert dengan nilai 1 (sangat tidak setuju) - 4 (sangat setuju). Nilai rata-rata masing-masing dari 8 dimensi paradigma psikometri akan memberikan gambaran profil tentang persepsi risiko pada pekerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi tingkat kebaruan risiko dipersepsikan pekerja sebagai parameter yang paling mempengaruhi persepsi pekerja, pekerja melihat perubahan proses yang terjadi akan mengakibatkan munculnya risiko baru yang belum diketahui. Dimensi penerimaan secara sukarela dipersepsikan oleh pekerja cenderung ke arah tidak sukarela, pekerja menyadari dan mengetahui risiko apa saja yang ada dapat mengancam kesehatan dan keselamatan akan tetapi pekerja melihat bahwa risiko tersebut merupakan bagian dari pekerjaan dilakukan. Pekerja dengan lokasi kerja yang berbeda memiliki persepsi yang berbeda tentang pengendalian risiko dan kesegeraan dari suatu efek.
Pekerja dengan fungsi kerja yang berbeda memiliki persepsi yang berbeda tentang tingkat kebaruan risiko dan pengendalian risiko serta pengetahuan terhadap risiko (ilmu pengetahuan). Pekerja dengan perbedaan masa kerja memiliki persepsi yang berbeda tentang ketakutan terhadap risiko. Persepsi risiko adalah salah satu poin penting dalam membuat kebijakan perusahaan terkait keselamatan dan kesehatan kerja agar tercipta perilaku berbudaya K3, maka diperlukan komitmen manajemen terkait K3, pelatihan tentang pengenalan risiko serta pengawasan berkala terkait efektivitas sistem manajemen K3 umumnya dan pengendalian risiko secara khusus.

The purpose of this research is to provide an overview of risk perception profile in PT Terang Parts Indonesia. Research conducted on 216 respondents in May to June 2016 using cross-sectional design. The primary data is obtained from 8 parameter of the psychometric paradigm questioner with the scale from 1 (strongly disagree) to 4 (strongly agree). The average value from each dimension will give the profile overview of the employee's risk perception. The newness of risk dimension was perceived by the employee as the most influential parameter of their working perception. The workers think that the change of process production will create a new unknown risk.
The study result shows that the workers tend to not perceive the voluntariness of risk dimension as a non-voluntary process. The employee is aware of the risk of their work including all the things that endanger their health and safety and that are part of their job function. The workers, who have different working location, have the different perception about control of risk and immediacy of effect.
The workers with different job function have different perception about newness of risk, control of risk, and knowledge of risk (science). The workers with different employment period have different perception of common dread. The risk perception of the worker is one of important influence to create the company policy about safety working environment, so that it can lead to safety culture inside the company. It needs commitments from the management in regard to OHS, training of the safety introduction, and also monitoring of the effectiveness of the OHS system in general, especially for controlling the risk.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suzi Alfiah
"Skripsi ini membahas tentang penilaian risiko kegiatan operasi dan produksi PT PGE Area Lahendong tahun 2012. Penilaian risiko dilakukan dengan analisis menggunakan metode W. T Fine yang mana tingkat risiko hasil dari perkalian konsekuensi, pajanan dan kemungkinan.
Tujuan dari skripsi ini untuk mendapatkan tingkat risiko masing-masing pekerjaan Operasi dan Produksi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif mengacu pada standar AS/NZS 4360:2004.
Hasil penelitian adalah tingkat risiko pada pekerjaan Operasi dan Produksi meliputi very high, priority 1, substantial, priority 3 dan acceptable yang akan menjadi dasar pertimbangan pengendalian risiko dan dasar pembuatan keputusan pada manajemen risiko.

This research describes risk assessment for Operation and Production task in PT PGE Area Lahendong 2012. The risk analysis use the method of W. T. Fine which results of level of risk from the multiplication the consequences, exposure and probability.
The objectives of this study are the risk level of each task of Operation and Production. The study was a descriptive study refers to the standard AS/NZS 4360:2004.
The results of analysis are the level of risk in Operation and Production includes very high, priority 1, substantial, priority 3 and acceptable to the risk control and decision making on the basis of risk management.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simorangkir, Linchon Hasiholan.
"Dalam UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 87 Ayat 1 Tentang Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa ?Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan?. Banyak perusahaan melakukan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja (SMK3) untuk berbagai macam kepentingan, seperti pemenuhan persyaratan Perundang-undangan, standarisasi sertifikasi dan kepentingan lainya, tetapi sangat sedikit sekali yang menggunakan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja (SMK3) untuk dapat mencegah terjadinya kecelakaan. PT. XYZ sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di mining kontraktor yang beroprasi di Indonesia mencatat angka lost time injury frequency rate di perusahaan tersebut masih ada dan mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan SMK3 untuk dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
In Law. of Indonesia regulation 13 of 2003 Article 87 Paragraph 1 On Labor stated that "Each company shall apply the Occupational Safety and Health Management System (SMK3) integrated with enterprise management system ". Many companies carry out the implementation of Health Safety Management System (SMK3) for various purposes, such as eligibility Regulations Act, standardization and other certifications, but very few who use Health Safety Management System implementation (SMK3) in order to prevent accidents. PT. XYZ as one of the companies engaged in mining contractors that operate in Indonesia recorded the lost time injury frequency rate in company still exists and has increased from 2012 to 2013. The purpose of this study was to determine the effectiveness of SMK3 to prevent and reduce workplace accidents and occupational diseases."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55225
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wijayanto
"Keselamatan kerja tercermin pada keadaan di tempat kerja, yang meliputi kondisi tak aman, tindakan tak aman maupun keadaan Iingkungart kerja, merupakan dasar dari kejadian hampir celaka maupun kecelakaan. Perlindungan keselamatan secara mekanikal peralatan sebagai perbaikan pertama dan langkah umum yang paling awal dilakukan, yang membatasi bahwa kondisi tak aman relatif sebagai penyebab kecelakaan. Inspeksi keselamatan kerja pemboran bertujuan sebagai sarana untuk mengenali potensial keadaan tak aman yang ada diberbagal fasilitas dan peralatan di lokasi pemboran yang berhubungan dengan rig pemboran darat. Temuan hasil inspeksi dianalisa dan diberikan rekomendasi untuk mengurangi dan atau menghapuskan kejadian hampir celaka dan kecelakaan pada operasi pemboran di PT. CPI.
Penelitian ini adalah studi evaluasi dengan mempergunakan data tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 di PT. CPI. Data penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data dari kebijakan dan program inspeksi keselamatan kerja pemboran serta data primes yang diperoleh melalui kuesioner untuk mengetahui pemahaman program inspeksi keselamatan kerja pemboran.
Aspek Input adalah komitmen dan dukungan manajemen, hasilnya baik pada tahun 2003, 2004 dan tahun 2005 yang meliputi kebijakan dan program inspeksi keselamatan kerja pemboran serta dukungan sumber daya manusia. Aspek proses yakni penerapan program inspeksi keselamatan kerja pemboran pada tahun 2003 dan 2004 hasilnya kurang baik dan meningkat menjadi sangat balk pada tahun 2005. Aspek Output yaitu Nilai Positive Indicators yang sangat baik dari tahun 2003 s/d tahun 2005 dari program inspeksi keselamatan kerja pemboran di PT. CPI sudah dapat mencerminkan status pengelolaan keselamatan kerja pemboran dari fasilitas maupun peralatan yang dioperasikan.
Komitmen dan dukungan manajemen pada tahun 2003 perlu peningkatan pemantauan program inspeksi, pelatihan dan keterlibatan karyawan perusahaan kontraktor pemboran melakukan inspeksi bersama tim inspeksi. Hasil yang kurang baik pada penerapan program inspeksi keselamatan kerja pemboran tahun 2003 dan 2004 disebabkan kurangnya pengawasan, kurangnya pemahaman pengawasan penyelesaian perbaikan. Pemenuhan keselamatan kerja rig pemboran yang sangat baik dari tahun 2003 s/d tahun 2005 karena perusahaan kontraktor pemboran telah melaksanakan inspeksi internal, mempunyai surat ijin iayak operasi (SILO) dan manajemen telah melakukan pengawasan secara lebih baik, keterlibatan karyawan meningkat serta adanya pemantauan dan evaluasi.

Occupational safety can be seen a lot from the situation at the workplace, which includes unsafe conditions, unsafe actions and also the situation of work environment. Safety protection which is done mechanically as a first improvement and the earliest general action taken, create a limitation that unsafe conditions seem to be considered as the main cause of accidents. Occupational safety inspection at drilling industry is aimed as means to recognize the unsafe conditions exist in many facilities and equipment at the drilling sites, which are related to ground drilling rig. The result of the inspection is then analyzed and given as a recommendation to decrease andlor eliminate nearly-accidents occurrence and accidents at the drilling operation in PT. CPI.
This study is an evaluation study using data taken from 2003 until 2005 in PT. CPI. The data is a secondary data obtained from policies and occupational safety inspection program at drilling industry as well as primary data obtained from questionnaires in order to find out the acknowledgement and comprehension of occupational safety inspection program at drilling industry.
The input aspect is management commitment and supports, the results are data either from 2003, 2004, or 2005 which include policies and occupational safety inspection program at drilling industry as well as human resource supports. The process aspect is the implementation of occupational safety inspection program at drilling company during 2003 to 2004, the result are not quite good yet improving to be very good in 2005. The output aspect is Positive indicators Value which is considered excellent from 2003 until 2005 in occupational safety inspection program at drilling industry PT. CPI. The program has already shown the status of occupational safety management either the facilities or the equipment being operated.
Management commitment and supports in 2003 needs an improvement in the inspection program monitoring, training and workers from drilling industry contractors to perform inspection along with the inspection team. The low quality results in the implementation of occupational safety inspection at drilling industry 2003-2004 is due to the lack of monitoring, supervisor's knowledge of improvement completion. The very good result shown at drilling rig from 2003 until 2005 is because the drilling contractor has performed internal inspection, already has an authorization letter to perform operation (SILO) and the management has done better monitoring, workers involvement has improved and monitoring and evaluation is well-performed.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haloho, Deddy Fernando Wendry
"Budaya keselamatan (Safety Culture) adalah sub dari budaya organisasi/perusahaan yang digunakan untuk menyatakan suatu nilai (value), sikap (attitude) yang menjadi perilaku (behaviour), persepsi (perception), dan kepercayaan (belief) yang dimiliki dalam suatu perusahaan terkait aspek keselamatan. Konsep budaya keselamatan ini pertama kali dikemukakan setelah terjadinya ledakan pada reaktor nuklir chernobyl pada tahun 1986. Didalam laporan penelitian ini, penulis akan menganalisis terkait penerapan budaya keselamatan kerja di salah satu perusahaan minyak dan gas yaitu PT.JHH. Dari hasil review terhadap data kecelakaan kerja (2014-Jun 2018) di PT JHH terlihat adanya aspek perilaku tidak aman (Unsafe act) sebesar 63 % menjadi faktor yang dominan sebagai penyebab kecelakaan.
Dari hasil observasi lapangan juga terlihat dan diduga adanya perbedaan penerapan aspek budaya keselamatan diantara pekerja yang berada di lapangan dan di kantor, pekerja yang muda dan berpengalaman, pekerja permanent dan pekerja kontrak. Dari data-data ini lah yang menjadi perhatian penulis untuk dijadikan bahan penelitian didalam menganalisis profil budaya keselamatan kerja secara umum dan pada kategori pekerja-pekerja tersebut. Penelitian yang diaplikasikan dalam studi ini adalah penelitian mixed methods yaitu sebagian data akan dinilai secara kuantitatif dan sebagian lagi akan dinilai secara kualitatif.
Hasil penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif dengan kajian yang mendalam (in depth analysis) Metode yang digunakan untuk menganalisis aspek budaya keselamatan ini yaitu dengan metode safety climate level (SCL) dan safety culture maturity model (SCMM). Metode SCL menggunakan media kuesioner yang disebar secara online dengan melibatkan 145 responden (20% populasi) dengan teknik stratified random sampling dan metode SCMM menggunakan teknik focus group discussion (FGD) yang melibatkan 103 responden. Hasil analisis dengan metode SCL didapatkan profil budaya pekerja secara umum adalah 8,07 dimana hal ini dapat diartikan bahwa persepsi pekerja terhadap nilai-nilai keselamatan sudah terinternalisasi dengan baik didalam diri pekerja baik sebagai individu, grup dan organisasi.
Hasil analisis dengan metode SCMM didapatkan profil budaya pekerja secara umum adalah 3,99 yaitu pada level proactive (3,5-4,4). Hal ini dapat diartikan adanya Keterlibatan pekerja secara aktif dan memberikan inisiatif di dalam pencegahan hal hal yang tidak diinginkan dan dalam meningkatkan aspek K3. Dari hasil perhitungan statistik dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan penerapan budaya keselamatan kerja yang signifikan antara pekerja muda vs berpengalaman (Ï? (0,149) > 0,05), pekerja lapangan vs kantor (I(0,147) > 0,05), dan pekerja permanent dan kontrak (Ï (0,771) > 0,05).

Safety culture is a sub of organizational culture / company that is used to declare value , attitude that becomes behavior , perception, and belief that is owned in a company related safety. The concept of safety culture was first established after an explosion at the chernobyl nuclear reactor in 1986. In this research , the author will analyze the implementation of work safety culture in oil and gas companies, namely PT. JHH. Based on review of work accident data (2014-Jun 2018) there were 63% aspects of Unsafe act being the dominant factor as causes of accident.
Based on field observation, it is suspected that there were possible different implementation of work safety culture among these workers , young and experienced workers, permanent workers and contract workers, field workers and office workers. From these data, the author put attention to work on analyzing the profile of work safety culture in general and in the categories of workers. The research applied in this study is a mixed methods study, where some data will be calculated quantitatively and some will be interpreted qualitatively.
This study uses descriptive analysis with in-depth study. The method used to analyze aspects of this safety culture is the method of safety climate level (SCL) and safety culture maturity model (SCMM). The SCL method uses a questionnaire distributed online by involving 145 respondents (20% of the population) with stratified random sampling techniques and the SCMM method using Focus group discussion (FGD) techniques involving 103 respondents.
The results of the analysis with the SCL found that the profile of the work culture in general is 8.07 where it can be interpreted that workers` perceptions of the values of safety have been internalized well within workers both as individuals, groups and organizations. The results of the analysis with the SCMM found that the work culture profile in general is 3.99, which is at the proactive level (3.5-4.4). This can be interpreted as an active involvement of workers and providing initiatives in the prevention of things that are not desirable and in improving aspects of K3. From the results of statistical calculations it can be concluded that there is no difference in the application of a significant work safety culture between young vs. experienced workers (I (0,149) > 0,05), field vs. office workers (I (0,147) > 0,05) and permanent and contract workers (I(0,771) > 0,05).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52792
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Kusuma Wardani
"Persepsi karyawan terhadap implementasi sistem manajemen K3 adalah pandangan karyawan terhadap apa yang diberikan perusahaan yang bertujuan agar karyawan terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap implementasi sistem manajemen K3 di PT X. PT. X merupakan perusahaan distributor alat berat yang memiliki tingkat bahaya dan risiko yang cukup tinggi bagi karyawan yang bekerja di lapangan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Dengan jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 133 orang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. PT. X telah menerapkan sistem manajemen K3 di seluruh area kerjanya dengan mengintegrasikannya berdasarkan OHSAS 18001 dan PP No.50 tahun 2012.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa persepsi karyawan PT. X terhadap implementasi sistem manajemen K3 secara umum masih kurang baik. Dari hasil kuesioner diperoleh bahwa dari 133 responden yaitu sebanyak 69 orang (51,9%) memiliki persepsi kurang baik tentang implementasi sistem manajemen K3 dan 64 orang (48,1%) yang memiliki persepsi baik tentang implementasi sistem manajemen K3. Disarankan agar perusahaan memberikan sosialisasi kepada seluruh karyawan tentang SMK3 khususnya mengenai manfaat penerapan SMK3 bagi perusahaan, peran serta karyawan dalam penerapan SMK3.
Meninjau kembali dan menginformasikan kepada karyawan tentang pencapaian tujuan, sasaran dan program-program K3 dalam pertemuan tinjauan manajemen. Mendeskripsikan dengan jelas tugas dan fungsi masing ? masing anggota P2K3 serta meningkatkan pengawasan terhadap kehadiran pengurus terhadap rapat-rapat yang diadakan sehingga pelaksanaan SMK3 oleh P2K3 dapat lebih efektif. Serta menjaga kesinambungan pelaksanaan SMK3 yang telah ada di perusahaan sehingga senantiasa diperoleh tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan produktifitas dapat ditingkatkan.

Employee perceptions of implementation occupational health and safety management system (OHSMS) is the view of employees to what is given the company aims to secure the safety and health of employees work. The main objective of this study was to determine the employees' perception of the implementation occupational health and safety management system at PT. X. PT. X is a heavy equipment distributor that has the level of hazard and risk is quite high for employees working in the field. This research is descriptive analytic. With the number of respondents involved in this study as many as 133 people. This study was conducted using questionnaires. PT. X has implemented an occupational health and safety management system throughout the work area by integrating based on OHSAS 18001 and PP 50 in 2012.
The results of the study showed that the employees perceptions of implementation occupational health and safety management system at PT. X in general is still not good. From the questionnaire results showed that of the 133 respondents as many as 69 people (51.9%) had a poor perception of the implementation of OHSMS and 64 (48.1%) who have a good perception of the implementation of OHSMS. It is recommended that the company provide socialization of all employees about the benefits of applying OHSMS especially for the company, the participation of employees in the application of OHSMS.
Reviewing and inform employees about the achievement of goals, objectives and OHS programs in management review meetings. Describe clearly the duties and functions of each member Committe of OHS and increasing supervision of the presence of officials of the meetings are held so that the implementation OHSMS by committee can be more effective. As well as maintain the continuity of the implementation OHSMS that already exist in the company so always obtained workplace that is safe, comfortable, healthy and productivity can be improved."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Dewanti Alawiyah
"Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 2005 dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen, serta tenaga pendidikan berhak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan. Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap dosen dalam pelaksanaan tugas. Perlindungan tersebut diantaranya adalah perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (K3L) di Universitas Indonesia dan National University of Singapore berdasarkan ISO 45001:2018. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode studi komparatif semi kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Hasil penelitian menunjukan adanya perbandingan antara Universitas Indonesia dan National University of Singapore. Universitas Indonesia dan National University of Singapore telah memenuhi persyaratan ISO 45001, terdapat 3 elemen yang memiliki perolehan skor tidak terpenuhi, sedangkan elemen lainnya memperoleh skor penilaian terpenuhi dan melebihi ekspektasi.

Based on Law Number 14 of 2015, while implementing professional responsibility, lecturer and teacher have rights to obtain security and safety. Government, local government, community, professional organization, and/or educational institution have to give safety to lecturer while on duty. The security is occupational health and safety security. The security of occupational health and safety includes the security of occupational safety disruption, working incident, working hours fire hazard, natural disaster, occupational health and environment, and/or the other risk.
The aim of this research is analysis of occupational health and safety implementation in Universitas Indonesia and National University of Singapore against ISO 45001. This study is a descriptive research with semi quantitative and qualitative method. The approach of the study is cross sectional.
The result of this research is a comparative implementation on occupational safety, health and the environment based on ISO 45001 in University of Indonesia, and National University of Singapore. Universitas Indonesia and National University of Singapore have met ISO 45001:2018 requirements and there are 3 elements that have assessment scores review, while other elemets that have meet and exceed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54441
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Rohmat Fakhrurrozi
"Perkembangan konstruksi yang semakin meningkat mempunyai risiko tinggi terhadap kecelakaan kerja. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagai sarana mencegah terjadinya kecelakaan dan kerugian lainnya yang ditimbulkan. Tujuan penelitian adalah mengetahui pelaksanaan SMK3 melalui analisis temuan ketidaksesuaian hasil audit eksternal OHSAS 18001 dibandingkan dengan PP RI no.50 tahun 2012 di proyek pembangunan Apartemen Bogor Valley Residence dan Hotel tahun 2014. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik. Metode pengambilan data melalui wawancara dengan 3 informan dan data sekunder.
Hasil telitian menunjukkan bahwa tingkat penerapan SMK3 di PT X menurut PP RI no.50 tahun 2012 sebesar 96,9%, yang merupakan tingkatan lanjutan yang harus dipertahankan atau ditingkatkan. Sedangkan penyebab temuan audit adalah tidak adanya peralatan alat ukur, tidak adanya SOP penanganan bahan kimia, perencanaan program yang tidak tepat, tidak adanya SOP perbaharui dokumen, dan terakhir yaitu kurangnya pengawasan/inspeksi area berbahaya. Secara keseluruhan penyebab temuan adalah kurangnya dukungan dan partisipasi aktif dari manajemen baik Pusat maupun proyek terhadap program K3.

The development of the growing construction have a high risk of work accidents. Occupational health and safety management systems as a means of preventing the occurrence of accidents and other damage caused. The purpose of this study is knowing the implementation of SMK3 through analysis OHSAS 18001 external audit results compared with PP RI No. 50/2012 on project development Bogor Valley Residence apartments and hotels. Design study is a descriptive analytic. Method of data acquisition through interviews with three informants and secondary data.
The results showed that the level of adoption research SMK3 in PT X by PP RI No. 50 of 2012 as much as 96.9%, which is an extension form should be preserved or enhanced. While the causes of the audit findings are not the tools of measurement, not the SOP chemical handling, improper planning program, not the SOP renew documents, and lack of supervision and inspection of hazardous areas. On the whole causes of the findings are the lack of support and active participation from top management and project management for K3 program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Omar Mochtar
"Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO), di tingkat global lebih dari 2,78 juta orang meninggal per tahun akibat kecelakaan kerja atau penyakit terkait pekerjaan. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPJS, kecelakan kerja di konstruksi meningkat dari 114.000 di tahun 2019 menjadi 177.000 kecelakaan ditahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan budaya keselamatan pada pekerja di PT. XYZ . Penelitian bersifat semi kuantitatif dengan design penelitian deskriptif. Data yang dikumpulkan dari hasil FGD, Kuisioner, review dokumen & Observasi kemudian dilakukan analisa secara mendalam. Terdapat 19 variabel yang akan diuji dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kematangan budaya keselamatan didapatkan PT. XYZ berada di tingkat calculative dengan mayoritas variabel berada pada tingkat calculative kecuali variabel penghargaan K3L, pelatihan & kompentensi, penerapan dan penggunaan standart berada pada tingkat reactive. Berdasarkan dengan  kriteria 20 variabel yang diuji dalam penelitian ini tingkat kematangan budaya keselamatan PT. XYZ berada ditingkat calculative yaitu masuk kedalam titik awal dalam menuju budaya selamat.

According to estimates of the International Labour Organization (ILO), at the global level more than 2.78 million people die per year from occupational accidents or work-related diseases. Based on data released by BPJS, work accidents in construction increased from 114,000 in 2019 to 177,000 accidents in 2020. This study aims to determine the level of maturity of safety culture in workers at PT. XYZ. Research is semi-quantitative with a descriptive research design. The data collected from the results of the FGD, Questionnaire, document review & Observation was then carried out an in-depth analysis. There are 19 variables that will be tested in this study.  Based on the results of measuring the level of maturity of safety culture obtained by PT. XYZ is at the calculative level with the majority of variables being at the calculative level except the K3L reward variable, training &compensatory, application and use of the standard are at the reactive level. Based on the criteria of 20 variables tested in this study, the maturity level of pt. XYZ is at the level of being calculative, which is to enter the starting point in the direction of a culture of safety."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>