Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111617 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elrosa Indah
"Dalam Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1999 mengenai RT/RW DKI Jakarta, pada Pasal 10 ditetapkan wilayah Selatan Jakarta Selatan sebagai daerah resapan air. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan daerah tersebut sebagai resapan air, maka pengembangan wilayah dibatasi dengan ketentuan KDB rendah, serta intensitas pengembangan sangat rendah. Untuk mengetahui pelaksanaan ketentuan maka dilakukan penelitian terhadap penerapan peraturan KDB rendah dan menjadikan Kecamatan Jagakarsa sebagai studi kasus. Dilihat bagaimana penerapan KDB rendah pada wilayah perumahan. Dipilihnya wilayah perumahan karena berdasarkan tata guna lahan di wilayah ini, ternyata penggunaan utamanya adalah untuk perumahan (64%). Dalam ketentuan Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kecamatan Jagakarsa, pada bagian Rencana Intensitas Bangunan ditetapkan KDB maksimal 20% untuk wisma (perumahan).
Untuk mengetahui apakah penerapan peraturan KDB pada wilayah perumahan sesuai dengan ketentuan atau justru sudah terjadi pelanggaran, dapat dilihat dari hasil nilai KDB. Sedangkan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan peraturan tersebut, maka dilakukan observasi lapangan, wawancara dengan menggunakan kueisioner dan wawancara berpedoman. Sumber informasinya adalah dari pihak pejabat pemerintah setempat, pihak pengembang perumahan, tokoh rnasyarakat dan warga di lingkungan tersebut.
Hasil analisis menunjukkan rata rata nilai KDB pada wilayah perumahan pada tahun 2003 sudah berada pada klasifikasi KDB tinggi, dengan demikian penerapannya sudah tidak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Selain itu, diketahui hampir sebagian besar warga tidak mengetahui peraturan yang ada, hal ini disebabkan penyampaian informasi mengenai peraturan kurang optimal. Pihak pemerintah daerah setempat ternyata tidak konsekwen dalam menerapkan peraturan ini, dimana dalam pelaksanaannya mereka memberikan izin kepada warga unutk membangun rumah dengan nilai KDB yang lebih tinggi dari peraturan yang telah direncanakan (KDB maksimal 20%). Beberapa faktor yang mempengaruhi penerapan KDB (nilai KDB) yaitu pemahaman terhadap peraturan KDB rendah, kesediaan dalam penerapan peraturan, tingkat pendidikan, pekerjaan, serta alasan bermukim. Dengan demikian, beberapa faktor tersebut, perlu diperhatikan dalam upaya pencapaian KDB rendah.
Disarankan sosialisasi peraturan KDB perlu dtingkatkan melalui brosur dan pengumuman langsung ke warga, atau melalui media cetak dan elektronik yang mudah diakses oleh mereka. Kepastian izin penerapan KDB harus jelas sehingga antara penerapan dan peraturan dapat konsekwen. Lahan yang diperuntukkan sebagai RTH sebaiknya menjadi milik negara (dibebaskan). Karena kondisi penerapan KDB pada wilayah perumahan sudah tidak memungkinkan (tidak sesuai dengan ketentuan), rnaka untuk pengendalian lebih lanjut dapat dilakukan pada tingkat kawasan."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Sayuti
"Permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah mengenai penetapan Nilai Jual Obyek Pajak, umumnya dirasakan masyarakat terdapat ketidakadilan vertikal. Nilai Jual Obyek Pajak adalah mewakili nilai pasar, sedangkan nilai pasar yang wajar merupakan refleksi dari harga jual yang terjadi dalam pasar yang berlangsung secara kompetitif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Barat dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Selatan dalam menetapkan Nilai Jual Obyek Pajak melalui uji ketidakadilan vertikal dan uji perbedaan koefisien keadilan yang menggunakan model IAAO (The International Association and Assessing Officers).
Penelitian menggunakan metode deskriptif dan pengumpulkan data dengan teknik Purposive Random Sampling, yaitu bukan acak (non probability), dimana data transaksi jual beli perumahan dari Pialang Properti yang dipilih sebanyak 295 sampel dari populasi yang ada, berdasarkan alamat dan karakteristik yang lengkap setelah dicocokkan dengan basis data pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan untuk wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Selatan.
Hasil penelitian, berupa regresi menggunakan model IAAO menunjukkan secara rata-rata penetapan Nilai Jual Obyek Pajak oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Barat menunjukkan adil. Sebaliknya penetapan Nilai Jual Obyek Pajak oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Selatan terdapat indikasi ketidakadilan vertikal secara regresif. Di antara kedua kantor tersebut tidak terjadi perbedaan koefisien keadilan.
Dari hasil penelitian disarankan supaya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan selalu mengevaluasi kinerja dalam penentuan Nilai Jual Obyek Pajak melalui analisis ketidakadilan vertikal serta meningkatkan kinerja sumber daya manusia dalam mencari data yang lengkap dan akurat, teliti dalam menentukan Nilai Indikasi Rata-Rata dan Zona Nilai Tanah, penentuan Daftar Biaya Komponen Bangunan yang up-to-date. Penetapan Nilai Jual Obyek Pajak yang adil dapat mendukung kebijakan Nilai Jual Kena Pajak yang efektif dalam mengeliminir ketidakadilan vertikal."
2000
T7454
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Darmawan
"Setiap industri konstruksi pasti menghasilkan limbah. Umumnya limbah tersebut hams dibuang karena tidak dipakai lagi walaupun ada sebagian yang masih bisa digunakan kembali. Limbah konstruksi membawa beberapa dampak. Dari segi ekonomi limbah rnerupakan biaya yang terbuang yang berarti pemborosan biaya, sedangkan bagi lingkungan berpengaruh pada menurunnya kelestarian lingkungan Upaya pengelolaan limbah perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah di atas.
Pengelolaan limbah yang baik dapat mengurangi limbah yang teljadi yang berarti akan menghemat biaya, dan kelestarian lingkungan akan lebih terjaga. Untuk mendapatkan metode pengelolaan limbah yang baik diperlukan langkah awal yaitu pengidentifikasian limbah konstruksi tersebut. Apa saja sumber-sumber limbah konstruksi dan apa penyebab terjadinya limbah tersebut.
Data untuk penelitian ini diperoleh dengan survey lapangan, baik dengan pengamatan langsung maupun dengan kuisioner disertai wawancara. Pengamatan dilakukan pada proyek pekerjaan rumah di daerah selatan Jakarta.
Proses pemotongan material merupakan kegiatan yang paling sering rnenimbulktn limbah berupa potongan-potongan material. Jika dilihat dari sisi penyebab terjadinya limbah, perubahan-perubahan desain merupakan faktor yang paling sering menyebabkan terjadinya limbah. Sedangkan jika dilihat dari pengaruh faktor penyebab terjadinya limbah terhadap kegiatan konstruksi, maka faktor manusia merupakan faktor yang paling mempengaruhi terjadinya limbah.

Each construction industry surely yield the waste. Generally the waste have to be thrown because unused although there are some which still can be re-used. Construction waste bring some impact. From economic side waste represent the expense which castaway meaning expense extravagance, while for environment have an effect decreasing environmental continuity. Strive the waste management require to be done to solve the problem above.
Good waste management can lessen the waste that happened that will cost effective, and environmental continuity will be more be preserved. To get the good waste management method needed early step V that is the construction waste identifying. What are source of construction waste and what cause the happening ofthe waste.
Data for the research is obtained by field survey , wheter by the direct perception and also by lruisioner with the interview. Observation is committed at house work project in southem Jakarta.
Process the material cut represent the most activity often generate the waste in the form of materials cutting. From cause side the happening of waste, changes of desain represent the most factor often cause the happening of waste. While from influence of cause factor of the happening of waste to construction activity, hence factor of human being represent the most influencing factor the happening of waste.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S34743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayuningtyas Sekarputri R.
"Penelitian ini membahas mengenai analisis perbandingan lima kegiatan konstruksi yang berbeda pada sebuah kegiatan konstruksi rumah tinggal. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menghubungkan hasil dengan faktor yang mempengaruhinya dengan menggunakan perhitungan dan Analisis terkait. Lima kegiatan konstruksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kegiatan plesteran dinding, kegiatan pengacian dinding, kegiatan pengamplasan kusen, kegiatan pemasangan batu bata, dan kegiatan pemotongan keramik. Adapun hasil konsentrasi partikulat yang di dapat masing-masing kegiatan konstruksi adalah 5.134 g/m3; 6.578 g/m3; 168 g/m3; 7.250 g/m3; dan 672 g/m3. Persebaran diameter partikulat dari sampel yang di dapat dari masing, masing kegiatan adalah 2,2 m; 4,3 m; 10 m; 4,1 m; dan 9,8 m. Berdasarkan hasil dari EDS, komposisi kimia dari partikulat yang ditangkap oleh filter adalah C, O, Na, AL, Si, K, Ca, Zn, dan Ba. Sampel dari pengacian dinding mengandung Mg dan S dan sampel dari kegiatan plesteran kusen pintu mengandung S dan Cl.

This research is about comparative analysis of five different construction activities in a house construction. This research is a quantitative research which connects the results with corresponding factors by using calculation and corresponding analysis. Five construction activities covered in this research is wall plastering, cement slush grout, papersand application on door frames, masonry building, and ceramics cutting. The particulate concentration in each of the construction activities are 5.134 g m3 6.578 g m3 168 g m3 7.250 g m3 and 672 g m3. Particulate diameter distribution from each samples are 2,2 m 4,3 m 10 m 4,1 m and 9,8 m. According to EDS test, chemical composition from trapped particulates on the filter is C, O, Na, Al, Si, K, Ca, Zn, and Ba. Samples taken from cement slush grout contain Mg and S, and samples taken from sandpaper application on door frames contain S and Cl.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Sambodo
"Kota merupakan sebuah sistem, sehingga perlu diatur dengan suatu kebijakan pengelolaan perkotaan (Urban Management). PERDA DKI No. 6/1999 adalah kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta. Didalam sistem kebijakan ini, diatur upaya pengendalian pemanfaatan ruang pembangunan melalui Koefisien Dasar Bangunan (KDB). Prinsip KDB adalah menetapkan bagian (porsi) ruang yang boleh dibangun dan tidak boleh dibangun pada suatu rencana pembangunan.
Masalah banjir di Jakarta masih menjadi ancaman. Pada tahun 1996, Jakarta dilanda banjir dan berulang kembali pada tahun 2002, 3 tiga tahun setelah keputusan PERDA dengan area yang lebih leas. Kawasan kena banjir di wilayah penelitian meluas dari 6 kelurahan tahun 1996 menjadi 18 pada tahun 2002. Pertanyaannya kemudian : dimanakah Ietak kesalahan kebijakan tersebut sehingga pembangunan kota malahan telah menghasilkan masalah baru ? Prinsip pelaksanaan KDB, secara internal seharusnya mampu menciptakan kondisi lingkungan kota menjadi lebih bails bukan sebaliknya malahan menjadi lebih buruk.
Atas permasalahan yang terjadi, pertanyaannya : (1) Bagaimana kriteria KDB ditetapkan dalam suatu rencana pembangunan ? (2) bagaimana konsistensi pelaksanaan KDB dan (3) bagaimana hubungan KDB dengan tumbuhnya kawasan barn kena banjir di wilayah penelitian ? Tujuan penelitian : (1) mengetahui kriteria ketetapan KDB, (2) menilai pelaksanaan kebijakan KDB atas Rencana dan Fakta dan (3) mengukur pengaruh KDB terhadap tumbuhnya kawasan baru kena banjir di wilayah penelitian.
Adalah fakta bahwa perubahan penggunaan tanah sejak tahun 1996 hingga 2002 cenderung kepada perluasan Ruang Terbangun, sehingga Ruang Terbuka menjadi berkurang. Dibandingkan dengan kebijakannya, perubahan yang terjadi ternyata tidak seperti yang diharapkan; yaitu basil Fakta tidak sesuai dengan Target Rencana pada RPTR Kecamatan 2005. Perluasan Ruang Terbangun telah meningkatkan nilai Koefisien Run off pada tanah. Daya resapan tanah terhadap Air menjadi menurun. Pada musim hujan, Air hujan lebih banyak berada di atas permukaan tanah. Ruang Terbuka yang menyempit telah berakibat pada peninggian permukaan Air hujan ketika melimpas di permukaannya. Hasil perhitungan Debit banjir menunjukan adanya perbedaan ketinggian Air tersebut pads banjir tahun 1996 dengan 2002, yaitu 76,01 cm x 178,76 cm.
Proses KDB terikat pada RPTR dengan dasar pertimbangan 4 kondisi fisik : Jejaring, Aktivitas, Kepadatan dan internsitas bangunan. Aspek hidrologis seperti daya resapan tanah, koefisien run off dan intensitas hujan tidak menjadi kriterianya; padahal "Ruang" adalah sebuah sistem lingkungan (subyek) yang memiliki fungsi konservasi bagi lingkungan. Unsur kriteria KDB tidak memiliki standar ukuran baku yang tetap dan mengikat besaran KDB, sehingga pelaksanaannya tidak dapat konsisten. Koefisien run-off wilayah telah meningkat sehingga berpeluang besar untuk kena banjir. Orientasi KDB hanya kepada "ruang" untuk' aktivitas (obyek), sehingga perlu di sempurnakan kriterianya dengan menilai aspek hidrologis melalui Reformulasi KDB.

Urban is a system, so it need to managed by a management policy called Urban Management. The Region Regulation of Jakarta, i.e. PERDA DKI No. 611999 is a Master Plan Policy for spatial management plan, called RTRW. In this policy system, the purpose of land development has arranged to monitor and controlled through the decision of Building Coverage Ratio, called KDB. The principle of KDB is to proportionally define the urban space that might becomes to either built area or open space.
The flood problem for Jakarta is still potent. In 1996, Jakarta was flood and repeat again in year of 2002 which greater than before; it was 3 years after the PERDA con-ducted. In the study area, the flood area has increase too larger from 6 district areas only at year of 1996 became 18 districts in 2002. It was wondering; what's wrong with the policy so it's gaining a new flood problem? Internally, the KDB principles actually should be produce a better condition to the urban environment then worse.
Pertaining to the problem, the questions are (1) How the KDB criteria's being stated for the develop planning? (2) How the consistency of KDB implementation it? And (3) how the correlate of KDB to the new of flood area? The objectives of the research are: (1) To know the state of KDB criteria's, (2) To judging the KDB implementation due to Planning concept and the Fact result, and (3) To measure the effect of KDB toward the growth of new area in study area which has been flooded.
In fact, the changes of land utilization was since 1996 to 2002, it tend to increase of built area and decrease of open space. Comparing to the policy goal, those change results was unexpected and had no matched to the Detailed Plan for 2005; obviously because the factual is greater than the target planned.
Any way, the increasing of built area will cause to an increasing of earth Run off Coefficient value. An infiltration capacity of earth will be decrease and Iatter on it will effect to the much more number of water volume on the earth surface. The open space that goes to narrow will cause of rain water level at surface that goes to higher. An account of Q factor from two periods, 1996 and 2002 with different run off coefficient i.e. 0.19 and 0.70 and different large of open space, have gaining a result a different water high level, that is 76.01-cm (1996) versus 178,76 cm (2002).
The states of KDB, it most depend on the Land Utilization Detailed Plan (called RPTR) and was considerate by four (4) criteria's i.e. Network, Activity, Density and Intensity. At those criteria's, none of them are concern to the environmental aspects such as land infiltration capacities or land run off coefficient or rain fall intensities were been a hydrological issues. In Fact, space or region is an environmental system, which have a conserve function (subject) but also have limitations. The KDB's orientation just to fulfill spatial needs for activities (object) and the criteria's has no standard rules to tight up KDB being consistence when it conducted. Otherwise, getting higher value of run off coefficient, it will tend to a bigger chance of flood be. Furthermore, the KDB principle need to reformulate to complete it criteria's with hydrological aspects.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14836
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Emelia
"Peningkatan konsentrasi ozon di udara dapat memberikan dampak kesehatan pada manusia terutama pada fungsi sistem pernafasan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis hubungan antara konsentrasi O3 di udara ambien dengan gangguan fungsi paru pada penyapu jalan di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta selatan. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 78 dan jumlah sampel pengukuran fungsi paru adalah 30 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Responden yang terpajan konsentrasi O3 > 54,34 µg/Nm3 sebanyak 10 orang (66,7%) mengalami gangguan fungsi paru dan responden yang terpajan konsentrasi O3 ≤ 54,34 µg/Nm3 sebanyak 7 orang (46,7%) mengalami gangguan fungsi paru. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara konsentrasi O3 di udara ambien (p=0,705) dengan gangguan fungsi paru.
Ada hubungan faktor lain seperti status merokok (p=0,011) dan kebiasaan olahraga (p=0,049) dengan gangguan fungsi paru. Hubungan antara konsentrasi O3 di udara ambien dang gangguan fungsi paru memiliki nilai OR=1,5 artinya seseorang yang terpajan konsentrasi O3 > 54,35 µg/Nm3 1,5 kali dapat menurunkan fungsi paru dibandingkan dengan konsentrasi O3 ≤ 54,35 µg/Nm3.

Increased ozone concentration in the air can provide a health impact in humans, especially respiratory system function. This research aims to analyze relationship between O3 concentration in the ambient air with impaired pulmonary function in the road sweeper in Jagakarsa, South Jakarta. The study uses a cross-sectional study design. The number of samples in this study was 78 and pulmonary function measurement samples were 30 people.
The results showed that respondents were exposed to concentrations of O3 > 54.34 μg/Nm3 hr as much as 10 people (66.7%) Suffered pulmonary dysfunction and respondents were exposed to concentrations of O3 ≤ 54.34 μg/Nm3 hr as much as 7 people (46.7%) Suffered pulmonary dysfunction. Statistical results showed that there was no relationship between O3 concentration in ambient air (p = 0,705) with impaired pulmonary function.
Any other factor that relationship with smoking status (P = 0,011) and the exercise habit (P = 0,049) with impaired pulmonary function. The relationship between O3 concentration in ambient air OR lung function has a value of OR = 1,5 meaning that someone who is exposed to concentrations O3 > 54.35 μg/Nm3 hr 1.5 times can decrease lung function compared to concentration O3 ≤ 54.35 μg/Nm3 hr.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T55369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ranie Dwi Anugrah
"Pertambahan jumlah penduduk di Kecamatan Sawangan mengakibatkan pertumbuhan perumahan semakin meningkat. Hal ini akan mempengaruhi nilai perubahan Koefisien Dasar Bangunan di Kecamatan Sawangan faktanya berdasarkan RTRW 2010-2030 daerah tersebut diarahkan memiliki nilai Koefisien Dasar Bangunan maksimal 45%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perubahan Koefisien Dasar Bangunan perumahan teratur di Kecamatan Sawangan. Nilai perubahan Koefisien Dasar Bangunan diperoleh dari hasil pengambilan sampel sebanyak 81 rumah dengan menggunakan metode proportional random sampling. Untuk mengetahui hubungan antara perubahan Koefisien Dasar Bangunan dengan variabel-variabel penelitian digunakan metode uji korelasi Pearson Product Moment dan One Way ANOVA. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan perubahan Koefisien Dasar Bangunan antar tipe rumah menengah pada perumahan teratur digunakan metode komparasi keruangan.
Hasil penelitian ini adalah perubahan Koefisien Dasar Bangunan dominasi dipengaruhi oleh faktor lama tinggal penghuni rumah. Lama tinggal penghuni rumah dengan kelas perubahan Koefisien Dasar Bangunan <15% adalah 4,135 tahun, lama tinggal penghuni dengan kelas perubahan Koefisien Dasar Bangunan 15% - 30% adalah 5,975 tahun, dan lama tinggal dengan kelas perubahan Koefisien Dasar Bangunan >30% adalah 7,667 tahun.

The increasing population in Sawangan sub-district nowadays has involved the growth of housing increase rapidly. It will affect the value changes of Building Coverage Ratio (BCR) in Sawangan sub-district. In fact, Sawangan sub-district must have 45 % for the maximum according to RTRW 2010-2030.
This research aims to look the Building Coverage Ratio value changes of regular housing in Sawangan sub-district. The value changes were obtained from the sample by using the Proportional Random Sampling method. This research uses Pearson Product Moment and One-way ANOVA to see the correlation between the Building Coverage Ratio value changes and the variables. Moreover, this research uses spatial comparative methods to know the differences among the housing samples.
The results show that the KDB value changes were affect dominantly by dwelling time factor. Dwelling time in Building Coverage Ratio class <15% is 4,135 years, dwelling time in Building Coverage Ratio class 15% - 30% is 5,975 years and dwelling time in Building Coverage Ratio class > 30% is 7,667 years.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42124
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dzurrotun Nafisah
"Tingkat kebugaran yang rendah merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Berbagai penelitian di tingkat dunia maupun Indonesia telah membuktikan rendahnya tingkat kebugaran pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kebugaran berdasarkan aktivitas fisik, jenis kelamin, status gizi, dan asupan energi serta zat gizi pada siswa Sekolah Dasar Avicenna Jagakarsa Jakarta Selatan. Desain studi penelitian ini yaitu cross sectional. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status kebugaran, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik, jenis kelamin, status gizi, dan asupan zat gizi energi, karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, dan kalsium . Pengukuran status kebugaran dilakukan dengan metode 20 m shuttle run. Data status gizi diperoleh dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan, sedangkan data asupan zat gizi diperoleh dengan metode food recall 1x24 jam. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan tingkat kebugaran berdasarkan aktivitas fisik, jenis kelamin, dan status gizi. Hasil analisis multivariat menunjukkan hasil bahwa aktivitas fisik merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kebugaran. Status kebugaran yang baik dapat diperoleh dengan meningkatkan aktivitas fisik, mempertahankan status gizi normal, dan mengkonsumsi zat gizi secara seimbang.

Low level of fitness is one of the risk factors for cardiovascular disease. Various studies at the world and Indonesia have proven the low level of fitness in children. The primary purpose of this study is to determine the difference fitness level based on physical activity, sex, nutritional status, and intake of energy and nutrients in elementary school students Avicenna Jagakarsa South Jakarta. The design of this study is cross sectional. The dependent variable in this study is fitness status, and the independent variable in this study is physical activity, sex, nutritional status, and nutrient intake energy, carbohydrates, protein, fat, iron, vitamin C, and calcium . Measurement of fitness status was done by 20 m shuttle run test. Nutritional status data obtained by the measurement of height and weight, while nutrient intake obtained by food recall 24 hours. The result of this study showed that there were differences of fitness level based on physical activity, sex, and nutritional status. Multivariate analysis result show that physical activity is dominant factor that affecting fitness. Good fitness status can be gained by increasing physical activity, maintaining normal nutritional status, and consuming nutrients in balanced way."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>