Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160146 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fatmawati Sarang
"Penelitian ini bermaksud membahas ciri-ciri Verba Resiprokal (VR) dalam Bahasa Indonesia (BI). Hasil pembahasan mengenai VR dalam BI selama ini menunjukkan bahwa pola pembentukan VR bervariasi. Pola pembentukan yang bervariasi itu umumnya dianggap sama saja, yaitu mengungkapkan makna resiprokal atau berbalasan. Di lain pihak, pola pembentukan yang sama ternyata dapat juga mengungkapkan makna yang bukan resiprokal. Dalam penelitian ini, VR dalam BI ditinjau dari segi sintaksis dan semantik. Dari segi sintaksis, pembahasan dititikberatkan pada fungsi sintaksis, yaitu hubungan antara VR yang berfungsi sebagai Predikat (P) dan fungsi-fungsi sintaksis lainnya dalam kalimat, seperti fungsi Subjek (S), Objek (0), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (Ket). Dari segi semantik, penelitian ini membahas tipe-tipe VR berdasarkan ciri semantis kewaktuan yang dikandung verba.
Data penelitian diambil dari kumpulan cerpen dan artikel. Penggunaan cerpen dan artikel sebagai sumber data didasari oleh pemikiran bahwa cerpen dan artikel umumnya merupakan narasi, dan dalam narasi terdapat cukup banyak verba yang di dalamnya terkandung peristiwa berbalasan atau timbal balik. Selain itu, pemilihan cerpen dan artikel dimaksudkan agar dapat mewakili berbagai ragam bahasa tubuh, yaitu ragam bahasa sastra dan media massa. Dengan penulis yang berbeda-beda, diharapkan akan didapatkan gaya penulisan yang berbeda-beda, dan dengan demikian kemungkinan untuk mendapatkan berbagai bentuk VR Pill lebih besar.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa VR mempunyai ciri-ciri yang bersifat umum dan khusus. Ciri umum, artinya ciri itu dimiliki oleh setiap VR yang dibentuk dengan pola apa pun. Ciri umum itu adalah makna berbalasan dalam melakukan kegiatan yang dinyatakan oleh verbanya. Sebaliknya, ciri khusus adalah ciri yang hanya dimiliki oleh VR tertentu. VR umumnya berbentuk intransitif atau semitransitif. Dalam VR berbentuk intransitif, tidak diperlukan hadirnya Nomina (N) di belakang verba, baik yang berfungsi sebagai O maupun Pel. Dalam VR berbentuk semitransitif, dituntut hadirnya N di belakang verba, dan N itu berstatus sebagai Pel. VR dapat ditandai secara gramatikal, atau VR tanpa penanda leksikal, dan secara leksikal, atau VR dengan penanda leksikal. VR tanpa penanda leksikal dapat diturunkan melalui proses afiksasi dan reduplikasi, sedangkan VR dengan penanda leksikal dapat berupa verba dasar dan verba berafiks yang disertai penanda leksikal seperti saling, Baku, satu sama lain, dan batik.
Umumnya VR tanpa penanda leksikal dan VR dengan penanda leksikal adalah verba aktivitas yang memiliki ciri semantis kewaktuan [+din,+dur,-tel, -lip]. Namun, tipe aktivitas pada VR tanpa penanda leksikal itu dapat berubah menjadi verba penyelesaian yang berciri [+ din, +dur, +tel,-lip] jika kegiatan yang dinyatakan oleh verba tersebut telah selesai atau tuntas. Selesainya kegiatan itu ditunjukkan oleh pewatas telah, Adv setelah, atau adanya titik akhir dalam kegiatan tersebut. Tipe aktivitas itu juga dapat berubah menjadi verba pencapaian yang berciri [+dn, -dur ,+tel,-lip] jika selesainya kegiatan yang dinyatakan oleh verbanya berlangsung sesaat.
Demikian pula VR dengan penanda leksikal. Tipe aktivitas itu dapat berubah menjadi verba penyelesaian, yang ditunjukkan oleh sasaran yang menjadi titik akhir kegiatan itu dan keterangan waktu yang menyatakan bahwa kegiatan yang disebut dalam verba itu telah selesai."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dien Rovita
"ABSTRAK
Penelitian mengenai verba resiprokal dalam bahasa Indonesia yang dikaji secara sintaktis dan semantis. Tujuannya adalah untuk menentukan tipe-tipe verba resiprokal dan kaidah-kaidah pembentukan tipe-tipe verba resiprokal berpenanda gramatikal dan leksikal. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan hubungan antara verba resiprokal dengan fungsi-fungsi lain dalam kalimat berdasarkan analisis fungsi sintaktis dan menentukan hubungan antara verba resiprokal, sebagai predikator, dengan argumen-argumen yang terdapat dalam proposisi berdasarkan analisis fungsi semantis, serta menentukan tipe-tipe semantis verba resiprokal. Penelitian ini menggunakan tulisan berbentuk narasi yang diambil empat buah novel yaitu Burung-burung Manyar, Raumanen, Hati yang Damai, dan Balada si Roy: Blue Ransel, dan tulisan berbentuk eksposisi yang diambil dari majalah Tiras edisi bulan Februari sampai dengan September 1995. Setelah data terkumpul diadakan pengelompokan terhadap verba resiprokal berdasakan tipe-tipe verba resiprokal berpenanda gramatikal dan leksikal. Terakhir diadakan analisis berdasarkan fungsi sintaktis dan fungsi semantis. Hasil yang diperoleh terdapat dua puluh delapan tipe verba resiprokal, yang dibedakan menjadi delapan tipe verba resiprokal berpenanda gramatikal dan dua puluh tipe verba resiprokal berpenanda leksikal. Selain itu diperoleh fungsi-fungsi sintaktis, peran-peran semantis, dan tipe-tipe semantis verba resiprokal.

"
1996
S11263
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Putri, auhtor
"Skripsi ini membahas komponen makna kembang dan bunga dalam bahasa Indonesia. Kamus BesarBahasa Indonesia digunakan sebagai korpus utama, sedangkan Majalah Ayah Bunda, Majalah Sindo, dan Majalah Trubus digunakan sebagai korpus tambahan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komponen makna kembang dan bunga, menguraikan bentuk turunan bunga dan kembang dari penggunaannya dalam konteks, dan menemukan etimologi kata bunga dan kembang. Teori makna yang berdekatan dari satuan leksikal yang berbeda, teori komponen makna, dan teori relasi makna digunakan untuk tercapainya tujuan tersebut. Hasil dari penelitian ditentukan bahwa bunga memiliki lima komponen makna, sedangkan kembang memiliki dua komponen makna. Dari komponen makna ini diperoleh hubungan taksonomi, bunga sebagai superordinat dan kembang sebagai subordinat. Bentuk turunan yang muncul dalam konteks dipengaruhi oleh etimologi kembang dan bunga.

This thesis discusses component meaning of kembang and bunga in Indonesian literature. The writer used Kamus Besar Bahasa Indonesia as the main reference, and Majalah Ayah Bunda, Majalah Sindo, and Majalah Trubus as the additional references. The objectives of this study are to determine component meaning of kembang and bunga, outline the derivative forms of kembang and bunga from their usages in context, and find the etymology of kembang and bunga. Theory of simillar meaning from different lexical units, theory of component meaning, and theory of relative meaning were used to fulfill the objectives. The result of this study shows that ?bunga? has five component meanings while ?kembang? has two. Taxonomic relation is obtained from the component meaning, bunga as the superordinate and kembang as the subordinate. The derivative forms in context are affected by the etymology of kembang and bunga."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S59367
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Ketut Mirahayuni
"Dalam bahasa Inggris dikenal adanya bentuk-bentuk nomina yang memiliki kemiripan secara formal dengan verba, misalnya arranger, arrangement (vs. to arrange), escapee (vs. to escape), extension (vs. to extend), dan justification (vs. to justify). Nomina tersebut lazim disebut nomina turunan (derived nouns), dan karena diturunkan dari kata dasar (base) berkategori verba, maka nomina turunan ini disebut nomina deverbal (deverbal nouns).
Pembahasan tentang nomina deverbal bahasa Inggris telah banyak dilakukan dalam berbagai tulisan baik di dalam bidang morfologi, seperti Marchand (1969), Mat-thews {1974), Brown dan Miller (1980), Aronoff {1981), Bauer (1983, 1988), Spencer (1991); di bidang sintaksis, seperti Lees (1960), Vendler {1968), Chomsky {1970), Menzel (1975), Baker {1978), Colen {1984), Comrie dan Thompson (1985); maupun di bidang semantik seperti Lyons (1977), dan Allan (1986).
Di bidang morfologi, nomina deverbal umumnya dibicarakan dalam sub-bidang morfologi derivasional. Pembahasan di bidang ini terutama dipusatkan pada telaah tentang kaidah pembentukan nomina deverbal dan tentang keproduktifan pembentukan tersebut.
Di bidang sintaksis, khususnya dalam kerangka tatabahasa transformasional, nomina deverbal dianggap sebagai salah satu hasil proses transformasi penominalan terhadap kalimat. Nomina deverbal dianggap masih mencerminkan "kalimat anal" (the underlying sentence), sehingga dari cerminan tersebut kemudian dicari hubungan antara fungsi-fungsi sintaksis dalam kalimat asal dan unsur-unsur dalam konstruksi frasa yang berintikan nomina deverbal.
Di bidang semantik, pembahasan berkenaan dengan upaya pemecahan tentang ketakteraturan dan ketakteramalan hubungan makna antara nomina deverbal dan kata dasarnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembahasan tentang nomina deverbal berpusat pada tiga masalah pokok: keproduktifan pembentukan, konstruksi frasa berintikan nomina deverbal, dan makna nomina deverbal.
Pembahasan tentang makna nomina deverbal erat hubungannya dengan keproduktifan pembentukan nomina deverbal. Pembahasan tentang keproduktifan yang telah ada tidak mempertimbangkan keproduktifan secara sinkronis (periksa: Marchand 1969; Colen 1984)."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shantie Srie Widowatie
"Penelitian ini bertolak dari temuan hasil penelitian terhadap pola penerjemahan idiom dari bahasa Mandarin atau 1 chengyu ke bahasa Indonesia pada kasus penerjemahan cerita pendek zhengchuan karya Lu Xun yang diterjemahkan menjadi 'Kisah si A Q' . Temuan tersebut adalah adanya idiom dalam bahasa Mandarin yang konstituennya dapat disisipi atau diganti dengan unsur lain, serta adanya makna idiom dalam Bahasa Mandarin yang dapat diduga atau diketahui dari makna konstituennya. Temuan ini berbeda dengan konsep idiom secara umum yang menyatakan bahwa idiom memiliki bentuk yang cenderung beku sehingga tidak dapat disisipi serta maknanya nonkomposisional. Temuan ini menimbulkan pertanyaan tentang idiom dalam bahasa Mandarin dari perspektif sintaktis dan semantis.
Data dalam penelitian ini berjumlah 164 buah. Data ini dianggap cukup mewakili karena penelitian ini bersifat kualitatif. Hasil analisis data dari perspektif sintaktis memperlihatkan bahwa mayoritas idiom bahasa Mandarin memiliki pola empat karakter. Idiom dalam bahasa Mandarin dikenal sebagai rase tetap, tetapi dalam penelitian ditemukan idiom yang dapat menjadi kalimat Selain itu, ditemukan idiom dalam bahasa Mandarin yang di antara konstituennya dapat disisipi oleh adverbia atau konstituennya dapat diganti dengan unsur lain yang bersinonim, berhomofon, berhomograf atau berkategori sama. Idiom dalam bahasa Mandarin dapat dikategorisasikan menjadi idiom yang bersifat nominatif atau substantif dan yang bersifat predikatif. Idiom bahasa Mandarin selain dapat menjadi kalimat juga dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, keterangan atau pelengkap di dalam kalimat.
Dari perspektif semantis, idiom bahasa Mandarin dapat diklasifikasikan menjadi idiom yang bermakna nonidiomatis, semi-idiomatis dan idiomatis, Makna nonidiomatis idiom mencakupi idiom yang setiap konstituennya masih mempertahankan makna leksikalnya sehingga makna idiom dapat diduga dari maims konstituennya tersebut atau makna idiom merupakan makna konstituennya. Makna semi-idiomatis idiom adalah makna idiom yang beberapa konstituennya masih mempertahankan makna leksikalnya. Sedangkan, makna idiomatic pada idiom bahasa Mandarin mencakupi makna figuratif dan makna yang berdasarkan konvensi sehingga makna idiom nonkomposisional."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11230
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kunie Takiya Nugrahani
"Skripsi ini membahas relasi makna leksem ضرب /ḍarab-/ yang terdapat dalam Al-Qur'an. Tujuannya untuk mengetahui makna dan relasi makna yang terdapat dalam leksem ضرب /ḍarab-/ dalam Al-Qur'an. ضرب /ḍarab-/ merupakan verba yang memiliki makna dasar 'memukul'. Penggunaan leksem ضرب /ḍarab-/ dalam Al-Qur'an tidak hanya bermakna 'memukul', tetapi juga memiliki makna yang beragam. Penulis menginventarisasi leksem ضرب /ḍarab-/ yang terdapat dalam Al-Qur'an dan mengklasifikasi berdasarkan makna. Setelah itu, penulis menganalisis relasi makna dari leksem ضرب /ḍarab-/ tersebut. Penulis menggunakan beberapa teori antara lain teori semantik (Ullman,2007), teori polisemi dan homonimi (Umar,1982), teori pergeseran makna (Umar,1982), dan teori idiom (Al-Khuli,1982) pada proses analisis data. Hasilnya ditemukan relasi makna polisemi, homonimi, pergeseran makna menyempit dan makna idiomatik dari leksem ضرب /ḍarab-/ yang terdapat dalam Al-Qur'an.

The focus of this study is about semantic relation of ضرب /ḍarab-/ lexeme in the Koran. The aim is to find semantic relation contained in ضرب /ḍarab-/ lexeme in the Koran. ضرب /ḍarab-/ is a verb which has the basic meaning 'hit', 'strike'. The use of ضرب /ḍarab-/ lexeme in the Koran also has various meanings. The researcher inventoried and classified ضرب /ḍarab-/ lexeme based on its meaning. After that the researcher analysing about it with some theories such as semantic theory (Ullman,2007), polysemy and homonymy theory (Umar,1982), semantic shift theory (Umar,1982), and idiomatic theory (Al-Khuli,1982), semantic relations of ضرب /ḍarab-/ lexeme in the Koran are homonymy, polysemy, constriction of meaning, and idiomatic meaning. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S55616
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dwi Indah Rahmawati
"ABSTRAK
Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai persepsi ibu-ibu
rumah tangga dalam membedakan antara ranah buah dan sayur. Tujuannya adalah
untuk menemukan klasifikasi dan menetapkan keanggotaan, mengetahui contoh
terbaik, serta menentukan komponen pembeda antara ranah buah dan sayur.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisis secara
deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan kuesioner yang
diadaptasi dari teknik Goodness of Exemplar (GOE). Selain itu, untuk mencapai
tujuan tersebut digunakan pula teori semantis mengenai analisis komponen
makna. Hasil penelitian menunjukkan dari 67 kata terdapat 31 kata ranah buah, 24
kata ranah sayur, 3 kata ranah buah-sayur, dan 10 kata masuk ke dalam kategori
membingungkan. Selain itu, didapatkan pula 26 kata sebagai contoh terbaik ranah
buah dan 8 kata sebagai contoh terbaik ranah sayur. Komponen pembeda antara
ranah buah dan sayur berasal dari dimensi makna cara mengonsumsi, rasa, ciriciri,
fungsi, kandungan, dan keadaan.

ABSTRACT
The problem raised in this thesis is the perception of housewifes to distinguish
between fruit and vegetable domain. The purposes are to find classification and
establish membership of fruit and vegetable domain, find out the best examples,
and determine diagnostic component between them. The methods that are used in
this research consist of qualitative and descriptive analysis. The data is collected
by using literature studies and questionnaire based on technique of Goodness of
Exemplar (GOE). Moreover, this research also uses semantic theory of
componential analysis of meaning. The result of 67 words shows that there are 31
words of fruit domain, 23 words of vegetable domain, 3 words of fruit-vegetable
domain, and 10 words that classified into confusing categories. Besides, the best
examples of each domain are found: 26 words of fruit domain and 8 words of
vegetable domain. Diagnostic component between fruit and vegetable domain are
found from dimension of the way to eat, taste, characteristics, function, and
contents."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42509
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ullmann, Stephen
Yokyakarta: Pustaka Rakyat , 1977
412 ULL st
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"This paper deals with quantifier "all" as the effect of context - dependence. We propose that the lack of context understanding on quantification without restriction violate the sentences. The result shows that epistemic modality, can repair such sentences because they can serve as the restriction for the quantificational force of another expression. Basides modal verbs there exist other expression of modality refferred to as modal expressionsor stance markers, such as always, usually, or often. This expressions will help speakers to limit the amount of their assertion about their knowledge, bilief, or opinion."
Bandung: ITB (Institut Teknologi Bandung), 2010
495 JUSOS 9:19 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>