Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85317 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imas Emalia
"Awal abad ke-20 adalah masa yang penuh dengan gejolak perjuangan rakyat. Semua penderitaan yang dialami masyarakat Indonesia memunculkan berbagai protes sosial hampir di setiap pelosok Nusantara. Di Keresidenan Cirebon akibat adanya Landreform 1918 ternyata lebih banyak merugikan masyarakat petani dibandingkan dengan keuntungannya yang diambil pihak perkebunan swasta. Bencana kelaparan terjadi hampir di setiap daerah Keresidenan Cirebon. Banyak penduduk yang mengalami perpindahan ke daerah-daerah pegunungan untuk sekedar sekedar mencari makanan sebagai penyambung kehidupan.
Hal semacam ini yang memicu masyarakat untuk mendukung berbagai gerakan politik, termasuk gerakan politik keagamaan islam yang marak saat itu. Melalui para ulama yang pulang dari berhaji dan membawa budaya baru yang dipengaruhi gerakan Wahabbiyah di sana, mereka terorganisasikan dalam menuntut hak dan kebebasan. Seperti kemunculan Sarekat Islam (SI) di Surakarta dan Muhammadiyah di Yogyakarta yang dipelopori kaum santri dan pedagang yang datang dari berhaji, adalah awal dari kebangkitan Islam di Indonesia.
Di Keresidenan Cirebon ini pengaruh kraton juga sangat kuat di hati masyarakat. Campur tangan pemerintah kolonial dalam kraton sangat dirasakan sebagai momok dalam kehidupan. Akan tetapi kenyataan itu selalu mewarnai kehidupan. Akibat hal itu para penghulu kraton menjauhkan diri dari kehidupannya di kraton Kasepuhan dan Kanoman. Pendirian tarekat merupakan cara untuk menggalang umat dalam membela hak dan kebebasannya menjalankan peribadatan dan membebaskan dari keterkungkungan penderitaan yang dialaminya. Dukungan gerakan tarekat terhadap SI dan PO di Keresidenan Cirebon semakin memperkuat perjuangan masyarakat Keresidenan cirebon.
Bahkan pusat kegiatan tarekat ini selain di pesantren-pesantren juga di kraton. Konsep gerakan tarekat ini adalah selain menjalankan ajaran Islam yang sebenar-benarnya juga adalah nonkooperatif dengan kolonialisme. Dukungan kraton terhadap gerakan tarekat ini juga menunjukkan kraton bersifat antikolonialisme. Kraton juga mendukung terhadap berbagai kegiatan SI dan PO dalam memprotes dan mengkritik sistem sewa tanah dan perpajakan yang diterapkan pemerintah Hindia Belanda, Kraton juga mendukung berlakunya sistem pendidikan yang berdasarkan al Qur'an yang diterapkan oleh SI dan PO.
Keberhasilan organisasi ini adalah merupakan suatu cara untuk menyuarakan persatuan di antara organisasi-organisasi Islam. Selain itu juga dalam rangka membebaskan umat Islam dari keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan, dan ketertindasan dari kolonialisme. Usahausaha ini ditempuh juga dengan diselenggarakannya kongres Al Islam I yang mula pertama diprakarsai oleh Central Sarekat Islam (CSI) dan disambut baik oleh seluruh organisasi Islam Indonesia, dan SI Cirebon yang akhirnya menerima kepercayaan sebagai tuan rumah penyelenggara. Hal ini menunjukkan bahwa dinamika pergerakan di Keresidenan Cirebon sangat berarti dalam jajaran sejarah pergeran."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11614
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
JIPP 1:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
JIPP 1:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman
"ABSTRAK
Saudi Arabia merupakan Negara Islam Monarki dengan landasan undangundang berdasarkan hukum Islam. Dengan menempatkan A1-Qur'an sebagai paradigms berpikir, Kerajaan Saudi Arabia mencoba menggagas konsep kenegaraan yang bersifat sempurna dan tanpa campur tangan pemikiran sekuler lainnya.
Paradigma konstitusional Islam yang digunakan oleh Kerajaan Saudi Arabia ini telah banyak dipengaruhi pola pikir keislaman wahabi sebagaimana yang digagas dan dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab (1115 1-1I1701 M - 1206 HI1793 M). Kemitraan Muhammad bin Abdul Wahhab berawal ketika perkenalannya dengan Muhammad bin Sa'ud (pendiri kerajaan Saudi Arabia) pada tahun 1744 M yang kemudian lewat upacara sumpah menetapkan Muhammad ibn Sa'ud sebagai Amir (pemimpin) dan Muhammad bin Abdul Wahhab menjadi imam. Kongsi politik ini kemudian juga diperkuat dengan prosesi pernikahan putra tertua Muhammad bin Sa'ud, Abdul Aziz bin Sa'ud dengan puff Muhammad bin Abdul Wahhab.
Peran dan pengaruh paham keagamaan wahabi ini terus berlanjut hingga sepeninggal para tokohnya itu, Muhammad bin Abdul Wahhab dan Muhammad bin Sa'ud. Banyaknya keturunan dan murid seta. Muhammad bin Abdul Wahhab yang menjadi Qadi (hakim) dan pejabat pemerintah, baik pada masa Saudi I maupun Saudi II, dapat menjadi bukti bahwa roda pemerintahan Kerajaan Saudi Arabia diwarnai oleh paradigma-paradigma wahabi dalam menentukan sistem dan kebijakan politiknya. Paradigma-paradigma wahabi inilah yang kemudian mengidentitaskan politik Kerajaan Saudi Arabia sebagai bagian integral dari ideologi wahabi.

ABSTRACT
Saudi Arabia is the Monarchic Islam State by the based on Islam law. By taking Al-Qur'an as paradigm of thinking, Saudi Arabia tries to concept the perfect politic without secular idea intervention.
Islamic constitutional paradigm is used by Saudi Arabia have influenced by Islamic mindset of Wahabi as well as developed by Muhammad bin Abdul Wahhab (1115 W1701 M - 1206 HI1793 M). The first partnering of Muhammad bin Abdul Wahhab and Muhammad bin Sa'ud (founder of Saudi Arabia) is 1744 M which the curse ceremony to specify Muhammad bin Sa'ud as Amir (Leader) and Muhammad bin Abdul Wahhab become the imam (Religion Leader), This political combination is strengthened with the eldest nuptials procession of Muhammad bin Sa'ud son, Abdul Ariz bin Sa'ud with Muhammad bin Abdul Wahhab girl.
The role and influences of Wahabi religious understanding is still going until that figure died, Muhammad bin Abdul Wahhab and Muhammad bin Sa'ud. Many clan and pupil of Muhammad bin Abdul Wahhab is becoming Qadi (governmental judge) and official government, Saudi I period nor Saudi II period, can become the evidence that monarchic governance of Saudi Arabia is influenced by Wahabi paradigm in its determining system and political policy. This Wahabi paradigm is becoming political identity of Saudi Arabia as integral part of Wahabi ideology.
"
2007
T20485
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laily Yunita A. Usman
"ABSTRAK
Front Penyelamat Islam (FIS) dibentuk oleh aktivis Islam Aljazair dan diresrnikan oleh Pemerintah Aljazair sebagai partai politik pada tanggal 16 September 1989. Kemunculan FIS merupakan manifestasi dari perjuangan panjang aktivis Islam sejak masa Ben Badis yaitu sebelum kemerdekaan hingga berdirinya organisasi Al Qiyam yang dipimpin oleh Malek Ben Nabi pada tahun 1964.
Orientasi perjuangan FIS adalah bergesernya nilai-nilai budaya penjajah (dalam hal ini Perancis) kepada kemurnian ajaran Islam dan berlakunya syariat Islam.
Dalam merealisasikan tujuannya FIS menjalankan reformasi di bidang keagamaan. Contoh reformasi keagamaan yang dijalankan oleh FIS di antaranya adalah mernbudayakan nilai-nilai Islam yang mulai dilupakan oleh rakyat Aljazair. FIS bergerak lewat penguasaan masjid-masjid dan penggalakan da'wah yang lebih terpusat. Sasaran utama FIS adalah keselarasan masyarakat dalam memandang hal_-hal yang prinsip, diantaranya yang terpenting adalah berlakunya syariat Islam sebagai undang-undang. Hasilnya. FIS mendapat simpati rakyat sehingga berhasil memenangkan pemilu putaran pertama, walaupun pada akhirnya FIS dibubarkan oleh pemerintah Aljazair.

"
1995
S13263
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kasinyo Harto
Jakarta: Departemen Agama RI, 2008
297.738 8 KAS i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sudirman Tebba
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993
297.7 SUD i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Castles, Lance, 1937-
Jakarta: Gramedia, 2001
320.959 8 CAS k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hasibuan, Muhammad Umar Syadat
"Kebangkitan Islam kembali, yang telah diteriakkan sejak awal abad ke 20, terutama ditandai dengan kejatuhan imperium terbesar Islam Khilafah Utsmaniyah pada tahun 1924, ditandai dengan lahirnya dua gerakan Islam monumental abad 20 yaitu Ikhwanul Muslimin pimpinan Hasan Al-Banna di Mesir pada tahun 1928 dan Jamaah Islamiyah pimpinan Abu a?la al-Maududi di anak benua Pakistan dan India pada tahun 1944. Gerakan Islam Ibu-bapak -- Ikhwanul Muslimin dan Jamaah Islamiyah, kemudian melahirkan gerakan-gerakan lslam baru, sebagai penerus, maka berdirilah gerakan Front Nasional Islam di Sudan 1985 dan Front Pembela Islam di Al-Jazair pada tahun 1988.
Gerakan Politik Islam di Sudan dan Al-Jazair dewasa ini menampilkan pola pergerakan keagamaan yang menarik diteliti di Era kontemporer Gerakan Front Penyelamat Islam di Al-Jazair dan Gerakan Front Nasional Islam di Sudan memiliki kesamaan dan perbedaan dalam pola-pola pergerakan yang ditampilkan dalam pentas politik di negara-masing-masing. Persamaanya adalah pada sasaran dan tujuan yaitu menegakkan Syari?at Islam ditengah kehancuran sistem pemerintahan yang ada. Sedangkan perbedaannya adalah pada cara atau jalur yang ditempuh untuk mencapai sasaran kekuasaan sebagai sarana menegakkan syari`at Islam.
Bahwa kelahiran gerakan-gerakan politik Islam pada umumnya disebabkan karena dua faktor ganda yaitu baik pada faktor internal negara dan ekternalnya, maupun faktor internal ummat Islam dan eksternal ummat Islam. Penulis menggunakan komparasi perbandingan. Studi kepustakaan (library research). Menggunakan teori pergerakan politik Islam dan teori perbandingan politik. Teori Sekularisme juga menjadi kerangka pembahasan tesis. Fokus penelitian adalah gerakan Islam tahun 1980-an dan 1990-an.
Bahwa dengan berpijak pada teori-teori dan konsep-konsep politik islam dalam meneliti fenomena pergerakan Islam di Al-Jazair dan Sudan, maka penulis menemukan adanya kesinambungan pemikiran yang orisinal, bermula dari pola-pola pergerakan Islam masa Nabi Muhammad, Khulafaur Rasyidin, Umayyah, Abbasiyah hingga Khilafah Utsmaniyah. Penulis juga dapat menyimpulkan perbedaan gerakan politik Islam Sudan dan AI-Jazair berdasarkan teori komparasi.
Bahwa latar belakang kelahiran gerakan-gerakan Islam modern adalah karena kondisi politik dan ekonomi negara-negara Islam yang semakin melemah di hampir seluruh dunia Islam, yang dikarenakan oleh faktor internal dan eksternal, yang sama-sama kuatnya.
Bahwa tujuan gerakan politik Islam adalah mengembalikan kepercayaan diri ummat Islam dalam menciptakan kekuatan untuk menerapkan syari?at Islam dan meningkatkan derajat ummat Islam, telah berhasil dicapai dalam beberapa aspeknya. Misalnya, kesadaran dan semangat ke Islaman yang semakin kuat dalam menciptakan solidaritas dikalangan ummat Islam.

The rising back of Islam, which has been declared since the 20th century, mainly signed by the fall out of the biggest imperial of Islam, Khilafah Utsmaniyah in 1924, also signed by the born of two Islamic Monumental Movement in 20th century, that are Ikhwanul Muslimin driven by Hasan Al-Banna in Egypt in 1928 and Jamaah Islamiyah driven by Abu a?la al Maududi in the continent son of Pakistan and Indian in 1944. The Founder of Islamic Movement-Ikhwanul Muslimin and Jamaah lslamiah - further bore the New Islamic Movements, as a generation, so it appeared Islamic National Front Movement in Sudan, 1995 and Islamic Defender Front in Algeria, 1988.
Islamic Politic Movement in Sudan and Algeria performed religious type of movement that interested to be observed in contemporary era. Islamic Defender Front Movement in Algeria and Islamic National Front Movement in Sudan have equality and difference in movement types which was performed in their state political stage. The equality in target and objective is to defense Islamic rule in the middle of available government system dissolved. However the differences are in the way or stripe that has been performed to get the power target as a target for defense Islamic rule.
Whereas the born of Islamic Politic Movement, generally caused by two double factors, that are either in internal and external factor of state, or in internal and external of Moslems.
Using Comparative of Comparison, Library research. Using the theory of Islamic politic movement and theory of political comparison. Also theory of secularism can be a framework of thesis explanation. Research focus is Islamic Movement in the era of 1980 and 1990.
Whereas with focusing in theories and Islam Political Movement in observing Islamic movement phenomenon in Algeria and Sudan, so the writer found that there are an original continuity thinking, begin from the models of Islam in Mohammad era, Khulafaur Rasyidin, Umayah, Abbasiyah until Khilafah Utsmaniyah.
Whereas the background of the born of modern Islamic movement are because politic condition and the economy of Islam states that is become weakness in almost all Islam world, and because of internal and external factor which have equal power.
Whereas the objective of movement is to get back the confidence of Islam people in creating the power to perform Islam rule and increase the honor of Moslem, has been succeeded in some aspect. For example, the awareness and spirit of Islamic which become stronger in creating solidarity in Moslem people.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>