Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118730 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aries Teguh Irianto
"Usaha untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit meliputi beberapa faktor yang harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan. Ketersediaan obat di rumah sakit merupakan salah satu faktor yang penting, karena obat merupakan salah satu faktor dalam proses penyembuhan, pemulihan dan penyelamatan jiwa penderita. Pengendalian persediaan obat menjadi salah satu kunci utama dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah manajemen Rumah sakit Polpus RS Sukanto dalam pengendalian persediaan obat di Instalasi Bedah Sentral telah optimal dilaksanakan, serta mengidentifikasi persediaan obat dengan cara melihat besarnya nilai investasi, volume pemakaian, berikut nilai kritisnya, dan identifikasi obat berdasarkan nilai Vital, Esensial dan Normal dari setiap obat.
Penelitian bersifat studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif, Metode yang dipakai adalah diskriptif analitik dengan cara menggambarkan kondisi manajemen Rumah Sakit dan manajemen persediaan obat berdasarkan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif untuk Analisis ABC, Analisis ABC Indeks kritis dan TEN dengan menggunakan data penggunaan obat periode Januari 2001 - Desember 2001.
Populasi penelitian terdiri dari 70 jenis obat. Data primer dikumpulkan dengan wawancara kualitatif, observasi dan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan mingguan, bulanan, dan tahunan.
Dari hasil penelitian didapat bahwa manajemen persediaan obat di Instalasi Bedah Sentral RS Polpus RS Sukanto belum berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya keterlambatan operasi karena keterlambatan obat di Instalasi Bedah Sentral. Faktor yang menyebabkan tidak optimalnya manajemen adalah sumber daya manusia yang kurang khususnya Kasubbid penunjang medis dan Ka Instalasi Farmasi dalam perencaanaan.
Dari hasil penelitian terhadap 70 jenis obat yang dipergunakan di instalasi bedah sentral didapatkan obat-obatan yang masuk golongan vital sebesar 53 item (78%), dengan nilai investasi sebesar Rp. 379.757.700,00 (94%). Berdasarkan analisa ABC Indeks Kritis didapatkan golongan obat yang termasuk obat A sebanyak 30 item (42.86%) dengan nilai investasi sebesar Rp. 378.012.600 (93%), golongan that B sebanyak 36 item (51.43%), dengan nilai investasi sebesar Rp. 23.372.700 (6%), dan golongan obat C sebanyak 4 item (5.71%), dengan nilai investasi sebesar Rp. 1.590.000 (1%).
Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit khususnya dalam persediaan obat-obatan di Instalasi Bedah Sentral perlu dilakukan pelatihan/kursus manajemen perencanaan obat di rumah sakit kepada bagian yang melakukan perencanaan dan pengadaan obat, yaitu subbidang penunjang medis dan instalasi farmasi.
Daftar Bacaan : 43 (1983 - 2001)
Drug Inventory Management Analysis At Central Surgery Installation Of The Raden Said Sukanto Central Police Hospital, January 2001 December 2001 PeriodThe raising of the hospital health services must involve all supporting factors, done comprehensively and continually. Drug supply is one of the most important factor for the process of healing and continually. Drug supply is one of the most important factor for the process of healing, rehabilitating as well as life saving of all patients.
The objective of this research is to drug inventory control analyse at Central Surgery Installation of the Raden Said Sukanto Central Police Hospital. This research uses VEN, ABC , ABC Critical Index, to analyse the problem and to know the value of invest, the amount of usage and the critical index drug stocks in order to control the stocks.
The population is consisting of the 70 drug items. Data collected from weekly, monthly, and yearly reports on the year of 2001. Interviews also have been done to describe the inventory process in this hospital.
The result shows that inventory control at central surgery installation have not worked properly. It happens because there was not planning at the Subbid Jangmed and the hospital could not anticipate the future needs. And than vital drug have not inventory plan. The result from 70 drug items used at central surgery installation are 53 items (78%) in category vital.
As a result of ABC analysis, we get that the group A needs a highest invest cost (68 % all of cost) consist of 10 % drug items. Group B spends 22 % consist of 19 % drug items and group C needs only 11 % but consist 71 % of all drug. As a result of ABC critical index, critical value from that got from the result of question of anaesthesia doctors, classification A group 93 % invest consist of 42.86 % drug items, Group B spends 6% consist of 51,43 % drug items and group C needs only 1 % consist of 5.71 % drug item.
The raising of the hospital health service especially drug inventory at central surgery installation need drug management training for Subbid Jangmed and Fannasi Installation.
Reference : 43 (1983-2001)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 11663
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmad Ramadhan
"Instalasi Farmasi di Rumah sakit perlu mendapatkan pengelolaan yang baik, karena Instalasi ini berperan penting dalam menentukan baik tidaknya pelayanan Rumah Sakit dan juga pengeluaran Rumah Sakit untuk Inslalasi ini cukup besar. Di Rumah Sakit Karya Bhakti pengeluaran untuk Instalasi Farmasi tahun 2002 sebesar 36,24 % dari total pengeluaran Rumah Sakit dan dari jumlah tersebut 46,19% adalah untuk obat, sedangkan jumlah item obat adalah 2388. Dengan jumlah investasi yang sangat besar tersebut (Rp.8.571.147.483,00) dengan jumlah item obat yang cukup banyak memerlukan suatu sistem perencanaan dan pengendalian yang akurat.
Pengawasan obat dengan jumlah item yang banyak akan lebih mudah dilakukan apabila dibuat pengelompokkan obat tersebut menurut tingkat pemakaian. tingkat investasi dan tingkat kekritisannya. Sedangkan perencanaan dapat dilakukan dengan melakukan forecasting menggunakan data tahun yang lalu.
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Karya Bhakti dan merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan operation research. Melalui pendekatan kualitatif diharapkan diperoleh informasi tentang manajemen Farmasi, khususnya perencanaan dan pengendalian, sedangkan dengan operation research didapatkan bahwa dengan suatu jumlah persediaan yang optimal akan mengeluarkan biaya yang lebih rendah dan sekaligus dapat mengoptimalkan pelayanan. Objek yang akan diteliti adalah obat golongan antibiotik, karena obat golongan ini banyak dipakai 30,55 % dari total pemakaian obat dan investasi untuk obat ini cukup besar yaitu 24,05 % dari total investasi obat selama tahun 2002.
Dilakukan Analisis ABC indeks la-ids untuk obat golongan ini dan dihitung prakiraan jumlah kebutuhan bulan Januari, Februari dan Maret 2003 untuk antibiotik kelompok A dalam analisis ABC indeks kritis dengan metode Simple Exponential Smoothing dengan at = 0.3 dan patokan penghitungan adalah MAD. Selanjutnya dibandingkan dengan perencanann yang dilakukan Rumah Sakit dengan uji peringkat bertanda Wilcoxon. Untuk antibiotik kelompok A juga dilakukan perhitungan jumlah pemesanan optimal (Economic Order Quntity) serta perhitungan frekuensi pemesanan optimal.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diketahui bahwa Instalasi Farmasi Rumah Sakit Karya Bhakti dalam melakukan perencanaan memakai metode Moving Average dan pemesanan dengan Order Cyrcie System namun tidak diperoleh alasan yang jelas mengenai pemilihan metode ini. Dari analisis ABC indeks kritis diperoleh 15 item antibiotik yang terrnasuk kelompok A, 44 kelompok B dan 148 kelompok C. Ke-15 item antibiotik yang termasuk kelompok A tersebut merupakan 35,90 % dari total pemakaian dan 28,46 % dari total investasi. Hasil forecasting terhadap kelompok A setelah dibandingkan dengan perencanaan yang dibuat Rumah Sakit ternyata tidak ada perbedaan yang bermakna. Sedangkan dari perhitungan jumlah pemesanan optimal yang apabila dihitung total cost nya dan dibandingkan dengan yang dilakukan RS didapatkan bahwa yang total cost dengan Cara yang dilakukan peneliti hanya 0,36 kali total cost yang dilakukan Rumah Sakit. Frekuensi pemesanan optimal yang dapat dilakukan untuk setiap item antibiotik berkisar antara 36 - 61 kali/tahun, dimana rata ratanya adalah 47,46 kali dan standar deviasi 7,78.
Mengacu pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan melakukan pengelompokkan antibiotik menurut analisis ABC indeks kritis dapat mempermudah pengawasan karena dapat ditentukannya prioritas pengawasan, untuk itu disarankan kepada Rumah Sakit Karya Bhakti untuk membuat pengelompokkan semua obat menurut analisis ABC indeks kritis untuk memudahkan pangawasan, Dari hasil forecasting yang dilakukan dan setelah di uji ternyata tidak ada perbedaan yang bermakna dengan yang telah dilakukan Rumah Sakit, artinya metode perencanaan yang dilakukan Rumah Sakit telah cukup baik, disarankan untuk dipertahankan.
Total cost yang dilakukan peneliti dengan metode Economic Order Quantity lebih ekonomis dibanding Rumah Sakit (36 %). Frekuensi pemesanan optimum sebaiknya dilakukan Rumah Sakit karena akan menekan biaya dan juga mengurangi jumlah persediaan.
Kepustakaan : 25 (1980 - 2002)

Planning Analyses and Medicine Control on Pharmaceutical Instalation at Karya Bhakti Hospital in 2003Pharmaceutical instalation deserve good management because this instalation have an important role in determining the quality of service in the hospital and the cost of this instalation is quite high indeed. In Karya Bhakti hospital on 2002, the cost of this instalation is about 36.24% of total cost of the hospital from such amount 46.19% is paid for 2.388 items of medicine. Referring a large amount of such invest beside a large number of medicine (Rp.8.571.147.483,00), the accurate planning and control system is required. Managing of large number of medicine could be simplified by grouping the medicine according to level of use, level of invest and level of critical point. Therefore, the planning could be clone by forecasting using the last data.
This research was conducted in pharmaceutical instalation of Karya Bhakti Hospital by qualitative and quantitative approach with operation research. By qualitative approach, we expect the information about pharmaceutical management especially planning and control. More over, operation research could be define that optimal amount of stock would cost less even optimize the service. Object the research are antibiotics, because the using of this kind of medicine is 30.55% of total number of all kind of medicine and the invest of antibiotics is quite large number, namely 24.05% of total invest all kind of medicine a long 2002. Critical index ABC analyses is carried out. Requirement in January, February and March 2003 have been estimated for A group of antibiotics by this analyses using Simple Exponential Smoothing method with a = 0.3 and calculation point is MAD. Furthermore, the value were compared with the data of planning which done by the hospital by wilcoxon signed ranks test. Economic order quantity and economic order frequency have been calculated.
The result showed that pharmaceutical instalation in Karya Bhakti hospital, planning was carried out by Moving Average Method, meanwhile ordering was carried out by Order Cycle System, unfortunately there are no definitive reason in choosing these methods. Critical index ABC analyses found that 15 items of antibiotics were belonging A groups, 44 were belonging B groups and 148 were belonging C groups. All of 15 items of antibiotics belonging A groups were 35.90% of total using and 28.46% of total invest. The result of forecasting to A groups compared with planning carried out by hospital showed no significant difference. Meanwhile, calculation of economic order quantity by calculating total cost and compared with those carried out by hospital showed 0.36 times of total cost. Frequency of optimal order for each items of antibiotics is 36-61 times/year with average 47.46 times and standard of deviation 7.78.
The data showed that grouping the antibiotics according to critical index ABC analyses could simply the controlling because the priority of controlling could be determined. Therefore, it could be adviced to the Karya bhakti hospital to grouping all the medicine according to the critical index ABC analyses. The result of forecasting and test showed no significant difference with those carried out by the hospital. It meaned that planning method carried out by hospital is good enough and could be continued. Total cost that was done by researcher by economic order quantity more economic compared by hospital was done (36%). Optimal order frequency better be deducted by hospital because it decreased the cost and amount of stock.
Bibliography : 25 (1980-2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T11232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Zakiyah Arifah
"Persediaan obat yang tidak sesuai selama ini mengakibatkan Klinik Medifarma mengalami kekurangan atau kelebihan stok sehingga menyebabkan kerugian, baik secara biaya maupun pelayanan karena menurunnya kualitas dari pelayanan apabila obat yang diresepkan oleh dokter tidak tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berbagai klasifikasi obat dengan menggunakan Analisis Matriks ABC-VEN, perhitungan jumlah efektif dan waktu yang tepat obat dengan perhitungan EOQ dan ROP. Pengumpulan data dilakukan dengan metode deskriptif observasional dan desain penelitian cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data sekunder pada tahun 2019. Hasil penelitian menunjukan terdapat 9 kelompok obat kelompok AV (33 item); kelompok BV (29 item); kelompok CV (44 item); kelompok AE (67 item); kelompok BE (78 item); kelompok CE (284 item); kelompok AN (7 item); kelompok BN (21 item); dan kelompok CN (105 item). Untuk meningkatkan keuntungan dan efisiensi persediaan obat dapat juga melakukan perhitungan dengan metode EOQ dan ROP. Berdasarkan perhitungan EOQ untuk jumlah pemesanan efektif untuk 628 obat tersebut bervariasi mulai dari 1-34 box, 1-18 tube, dan 1-15 botol. Berdasarkan perhitungan ROP untuk waktu pemesanan kembali sangat bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh waktu tunggu dari setiap obat yang berbeda-beda. Pengendalian persediaan ini penting untuk dilakukan guna menjaga keseimbangan antara kebutuhan persediaan dan kebutuhan permintaan.

Inaccurate drug supply has resulted in Medifarma Clinic experiencing a shortage or excess stock, causing losses, both in terms of costs and services, as the drugs prescribed by doctors are not available, resulting in a decline in service quality. The purpose of this research is to analyze various drug classifications using the ABC-VEN Matrix Analysis, and also to calculate the effective amount and timing of drugs using the EOQ and ROP calculations. The data were collected by using a descriptive observational method and a cross-sectional study design. Data were collected retrospectively using secondary data obtained from 2019. The study reveals that there were 9 groups of drugs in the AV group (33 items); BV group (29 items); CV group (44 items); AE group (67 items); BE group (78 items); the CE group (284 items); AN group (7 items); BN group (21 items); and the CN group (105 items). To increase the profit and efficiency of drug supplies, calculations can also be made using the EOQ and ROP methods. Based on the EOQ calculation, the effective order quantities for the 628 drugs varied from 1-34 boxes, 1-18 tubes, and 1-15 bottles. Based on the calculation of ROP for reordering time varies widely, this is influenced by the lead time of each different drug. Inventory control is necessary for keeping a balance between supply and demand needs."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S70501
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Misbahul Fitri Hanifah
"Suatu industri farmasi diharuskan dapat menjamin dan memastikan mutu, efektivitas, dan keamanan produk obat yang diproduksi telah memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditetapkan, mulai dari proses produksi hingga sampai ke konsumen. Untuk mencapai mutu produk obat yang baik, dibutuhkan pengawasan yang teliti dalam setiap prosesnya. Departemen manajemen mutu memiliki tugas untuk menguji dan memastikan bahan baku, bahan kemas, dan produk selalu memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan. Untuk membuktikan bahwa metode analisis yang digunakan dapat memberikan hasil yang akurat dan reproducible, dibutuhkan verifikasi metode analisis. Verifikasi merupakan suatu tindakan pengujian yang dilakukan pada metode yang sudah ada tetapi diperiksa kembali untuk meyakinkan bahwa metode ini dapat digunakan pada laboratorium yang bersangkutan dengan hasil yang sama. Protokol verifikasi merupakan dokumen yang berisikan informasi terkait prosedur dalam melakukan verifikasi metode analisis baik pada identifikasi, penentuan kadar, maupun penentuan cemaran organik yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam melakukan verifikasi metode analisis. Pada penulisan ini, akan dilakukan pembutan protokol verifikasi metode analisis identifikasi asam lemak, cemaran etilen glikol, dietilen glikol, dan nikel yang terdapat pada bahan baku polyoxyl 40 minyak jarak terhidrigenasi berdasarkan United State Pharmacopoeia 44 (USP 44) dan ketentuan persyaratan uji dari PT Dankos Farma itu sendiri. Pembuatan protokol uji ini dipilih dan dipertimbangkan dengan kondisi yang sesuai di laboratorium QC PT Dankos Farma.

The pharmaceutical industry is required to guarantee and ensure that the quality, effectiveness, and safety of the medicinal products produced meet the specified specification requirements, from the production process to the consumer. To achieve a good quality products, careful supervision is needed in every process. The quality management department has the task of testing and ensuring raw materials, packaging materials, and products always meet the required specifications. To prove that the analytical method used can provide accurate and results reproducible, verification of the analysis method is required. Verification is a testing action carried out on an existing method but checked again to ensure that this method can be used in the laboratory concerned with the same results. A verification protocol is a document that contains information related to procedures for verifying analytical methods, including identification, determination of levels, and determination of organic contamination, which will later be used as a reference in verifying analytical methods. In this paper, a verification protocol will be made for the identification analysis method for fatty acids, ethylene glycol, diethylene glycol, and nickel contamination found in the raw material polyoxyl 40 for hydrogenated castor oil according to United State Pharmacopoeia 44 (USP 44) and the test requirements from PT Dankos Farma itself. The creation of this test protocol was selected and considered under appropriate conditions in the QC laboratory of PT Dankos Farma.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alavoe Ta`livin Makhfudya
"Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di rumah sakit bertujuan untuk memahami peran dan tanggung jawab Apoteker di rumah sakit, baik dalam hal pelayanan farmasi klinis maupun pengelolaan sediaan farmasi. Pemantauan terapi obat (PTO) adalah salah satu kegiatan farmasi klinik oleh Apoteker di rumah sakit untuk mengetahui keberhasilan ataupun kegagalan terapi obat. Berdasarkan hal tersebut, PTO dipilih sebagai tugas khusus PKPA di RSUP Fatmawati. Kegiatan ini dilakukan degan tujuan calon Apoteker dapat mengkaji pemilihan obat, dosis dan cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), memantau efektivitas dan efek samping obat, dan memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat atau DRP. Pemantauan obat dilakukan pada pasien dyspnea et causa suspek tumor paru dengan riwayat tuberkulosis di unit rawat inap gedung Teratai RSUP Fatmawati. PTO dilaksanakan dengan menganalisis DRP sesuai pedoman PCNE V9.0 dengan metode SOAP. Pada kasus ini, ditemukan beberapa DRP yang perlu dievaluasi kembali.

Pharmacist Professional Work Practice (PKPA) in hospitals aims to understand the roles and responsibilities of pharmacists in hospitals, both in terms of clinical pharmacy services and management of pharmaceutical preparations. Therapy drug monitoring (TDM) is one of the clinical pharmacy activities by pharmacists in hospitals to determine the success or failure of drug therapy. Based on this, TDM was chosen as a PKPA special assignment at Fatmawati Hospital. This activity is carried out with the aim that prospective pharmacists can review drug selection, dosage and method of drug administration, therapeutic response, unwanted drug reactions, monitor drug effectiveness and side effects, and provide recommendations for solving drug-related problems or DRP. Drug monitoring was carried out in patients with dyspnea et causa suspected lung tumors with a history of tuberculosis in the inpatient unit of the Teratai building at Fatmawati General Hospital. TDM is carried out by analyzing the DRP according to PCNE V9.0 guidelines using the SOAP method. In this case, several DRPs were found that needed to be re-evaluated."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Deani Nurul Mubarika
"Setiap pasien yang mendapatkan terapi obat memiliki resiko mengalami masalah terkait obat seperti efek samping obat, kontraindikasi hingga polifarmasi. Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat, serta respon pasien yang sangat individual meningkatkan munculnya masalah terkait obat. Hal tersebut menjadi dasar perlunya dilakukan pemantauan terapi obat dalam praktik profesi untuk mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki. Pasien dengan diagnosis epilepsi mendapatkan terapi obat keppra, depakene serta vitamin D. Pasien dengan diagnosis tukak lambung mendapatkan terapi obat pariet, dan obat racikan yang berisikan obat clast, domperidone, disflatyl, dan irbosyd. Pasien dengan diagnosis epilepsi mendapatkan terapi obat keppra (levetiracetam) dengan dosis yang tinggi sehingga apoteker perlu melakukan diskusi dengan dokter yang mendiagnosis terkait dosis yang digunakan. Pasien dengan diagnosis tukak lambung mendapatkan polifarmasi untuk terapi antiemetik sehingga perlu di hentikan salah satu dari antiemetik yang sedang dikonsumsi. Selain itu, terdapat interaksi antara obat antisekresi dengan domperidon apabila dikonsumsi secara bersamaan. Kemudian, dosis dari obat-obat racikan tidak sesuai dan perlu dilakukan peninjauan ulang atau dilakukan diskusi antara apoteker dengan dokter.

Patients who gets drug therapy has the risk of experiencing drug-related problems such as drug side effects, contraindications to polypharmacy. The complexity of the disease and drug use, as well as the highly individualized patient response increases the emergence of drug-related problems. This is the basis for the need to monitor drug therapy in professional practice to optimize the effect of therapy and minimize undesirable effects. Patients with a diagnosis of epilepsy received drug therapy for prescription drugs, depakene and vitamin D. Patients with a diagnosis of gastric ulcers received parietal drug therapy, and a concocted drug containing clast, domperidone, dysflatyl, and irbosyd drugs. Patients with a diagnosis of epilepsy receive high doses of prescription drug therapy (levetiracetam) so that pharmacists need to have a discussion with the doctor who diagnoses the dosage used. Patients with a diagnosis of gastric ulcers receive polypharmacy for antiemetic therapy so it is necessary to stop one of the antiemetics that is being consumed. In addition, there is an interaction between antisecretory drugs and domperidone when taken simultaneously. Then, the dosage of the concocted drugs is not appropriate and needs to be reviewed or discussed between the pharmacist and the doctor."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Meltiara
"Salah satu aspek terpenting dari pelayanan dan peran farmasi adalah pengoptimalan penggunaan obat dan mampu menjamin ketersediaan obat yang aman, bermutu dan berkhasiat. Salah satu cara adalah memaksimalkan proses pengelolaan obat adalah melalui pengendalian perbekalan farmasi. Persediaan obat yang berlebih akan menimbulkan tempat dan memakan saving cost serta stok yang tersimpan tersebut merupakan modal yang perputarannya berhenti. Sedangkan, jika stok terlalu sedikit akan berakibat pada kemungkinan resep yang tertunda karena persediaan mengalami stockout atau kekosongan sehingga menyebabkan merosotnya mutu pelayanan rumah sakit khususnya instalasi farmasi akibat tertundanya pengobatan pasien. Hal tersebut cukup sering terjadi di depo farmasi rawat inap RSUI. Untuk mengatasi dan mencegah terjadinya kekosongan obat, dilakukan pembuatan sistem reminder restock otomatis saat stok obat sudah menipis. Sistem reminder restock dibuat dengan menghitung stok minimum dengan menghitung penggunaan rata-rata, lead time, dan safety stock, yang kemudian dihubungkan ke sistem melalui fungsi VLOOKUP dan IF Bertingkat.

One of the most important aspects of pharmacy services and roles is optimizing drug use and being able to ensure the availability of safe, quality and efficacious drugs. One of the way to maximize the drug management process is through controlling pharmaceutical supplies. Excessive drug supplies will create unnecessary space and use up extra saving costs while the turnover money for those products gets paused. Meanwhile, if there is too little stock, it will result in the possibility of prescriptions being delayed due to stockouts, causing a decline in the quality of hospital services, especially pharmaceutical installations, due to delays in patient treatment. This happens quite often at the RSUI inpatient pharmacy. To overcome and prevent stockout, an automatic restock reminder system was created when drug stocks ran low. The restock reminder system is created by determining minimum stock by calculating average usage, lead time, and safety stock, which is then connected to the system via the VLOOKUP and Multilevel IF functions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Euntong Army
"Penelitian ini membahas mengenai pemantauan ketersedian obat syok anafilaktik di setiap poli di puskesmas Kramat Jati. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non-eksperimental yang dilakukan secara observasional yang bersifat kualitatif dengan cara pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian ini menyarankan untuk mengubah waktu pemesanan obat-obat syok anafilaktik menjadi awal tahun agar tidak terjadi kekososngan obat. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan ketersediaan obat-obatan syok anafilaktik di puskesmas sudah sangat baik sesuai dengan formularium nasional serta distribusi obat yang sudah menyeluruh disetiap poli di puskesmas.

This study discusses the monitoring of the availability of anaphylactic shock drugs in each poly at the Kramat Jati health center. The method used in this study is a non-experimental method conducted in an observational manner that is qualitative in nature by means of observations and interviews. The results of this study suggest changing the time of ordering anaphylactic shock drugs to the beginning of the year to avoid drug shortages. Based on observations that have been made, the availability of anaphylactic shock drugs at the puskesmas is very good in accordance with the national formulary and the distribution of drugs that have been thoroughly distributed in every poly at the puskesmas.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Ananda
"Evaluasi Penggunaan Obat atau EPO adalah kegiatan yang digunakan untuk mengevaluasi penggunaan obat dalam rangka menjamin obat yang digunakan sesuai dengan infikasi, efektif, aman, serta rasional sehingga dapat memberikan manfaat dalam rangka perbaikan pola pada penggunaan obat berkelanjutan dengan berdasarkan bukti. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) secara kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk melihat ketepatan penggunaan obat yang dilakukan berdasarkan kriteria penggunaan obat, sehingga EPO yang dilakukan secara kualitatif dapat dilakukan dengan adanya evaluasi Penggunaan Obat Rasional (POR) yang merupakan upaya untuk melakukan evaluasi kerasionalan penggunaan obat di Puskesmas dengan pedoman indikator peresepan pada WHO sedangkan secara kuantiatif dilakukan dengan metode ATC/DDD dan DU90% yang dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan Kalideres dengan penggunaan data obat periode Juli – Desember 2021 dengan hasil yang telah memenuhi target pemerintah dengan persentase >70% dan obat-obatan yang berada pada segmen DU 90%, yaitu Kaptopril tablet 25 mg, Metformin tablet 500 mg, Parasetamol tab 500 mg, Omeprazol kapsul 20 mg, dan Asam askorbat tablet 500 mg.

Evaluation of Drug Use or EPO is an activity used to evaluate drug use in order to ensure that the drug used is in accordance with the indications, effective, safe, and rational so that it can provide benefits in order to improve patterns of sustainable drug use based on evidence. Quantitative Drug Use Evaluation (EPO) is a method used to see the accuracy of drug use which is carried out based on the criteria for drug use, so that EPO which is carried out qualitatively can be carried out with an evaluation of Rational Drug Use (POR) which is an attempt to evaluate the rationality of drug use at the Health Center with guidelines on prescribing indicators at WHO while quantitatively carried out using the ATC/DDD and DU90% methods carried out by the Kalideres District Health Center using drug data for the period July - December 2021 with results that have met the government's target with a percentage of > 70% and drugs drugs that are in the 90% DU segment, namely Captopril tablets 25 mg, Metformin tablets 500 mg, Paracetamol tablets 500 mg, Omeprazole capsules 20 mg, and Ascorbic Acid tablets 500 mg. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kandida Syifaa Diandra Putri
"Tuberkulosis resisten obat (TB RO) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang sangat dikhawatirkan karena pengobatan untuk TB RO membutuhkan obat antibiotik lini kedua, yang kurang efektif, lebih mahal dan juga lebih toksik, serta peralatan untuk menguji sensitivitas obat tidak tersedia di seluruh daerah. Seperti jenis antibiotik lainnya, antibiotik yang digunakan untuk TB juga tidak luput dari resistensi. Resistensi yang terus terjadi terhadap OAT akan mengakibatkan TB menjadi penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Mengingat hal-hal terkait dengan efek dan risiko penggunaan antibiotik lini kedua untuk TB RO, perlu dilakukan evaluasi menyeluruh untuk menetapkan kebutuhan regimen terapi antibiotik yang sesuai dan aman untuk pasien sehingga pengobatan berlangsung secara tepat indikasi dan optimal. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan seperti yang dicantumkan sebelumnya. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data pasien, seleksi, dan analisis data. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, seluruh pasien diberikan OAT sesuai dengan indikasi dan dosis yang direkomendasikan oleh tatalaksana. Namun, durasi terapi yang dijalani lebih dari durasi terapi yang ditentukan berdasarkan waktu konversi biakan. Analisis data juga menunjukan bahwa pengalihan regimen terapi pendek ke panjang diakibatkan oleh efek samping obat yang dialami selama pengobatan dan hasil uji yang menandakan resistensi terhadap obat regimen jangka pendek.

Drug-resistant tuberculosis is a global health problem with great concern because treatment for drug-resistant tuberculosis requires second-line antibiotics, which are less effective, more expensive, more toxic, and equipment to test drug sensitivity is not available in all regions. Like other types of antibiotics, the antibiotics used for TB are also not immune from resistance. Resistance that continues to occur to antituberculosis drugs will cause TB to become an incurable disease. Given the issues related to the effects and risks of using second-line antibiotics for drug resistant tuberculosis, it is necessary to carry out a thorough evaluation to determine the need for an appropriate and safe antibiotic therapy regimen for the patient so that treatment takes place according to indications and is optimal. Therefore, this research was conducted with the objectives as stated earlier. The research was conducted by collecting patient data, selection, and data analysis. Based on the evaluation that was carried out, all patients were given antituberculosis drugs according to the indications and doses recommended by the guidelines. However, the duration of therapy was more than the duration of therapy determined based on the culture conversion time. Data analysis also showed that the switch from a short to a long regimen was caused by side effects of drugs experienced during treatment and test results indicating resistance to short-term regimen drugs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>