Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110444 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amrizal
"PENDAHULUAN
Dekade 1970-an merupakan dekade yang sangat penting bagi sejarah perkembangan teater modern Indonesia. Ada fenomena menarik yang pada tradisi teater Indonesia sebelumnya tidak tampak. Akhmad (1993) mengatakan bahwa pertumbuhan teater modern dilanjutkan dengan pembaruan yang melepaskan diri dari konvensi-konvensi dan bentuk teater yang sudah ada, dan kemudian dilanjutkan dengan bentuk teater "eksperimental? dengan idiom-idiom teatrikal artistik yang "baru".
Fenomena yang terjadi pada teater, juga kita temukan pada karya drama. Drama yang ditulis oleh Arilin atau Putu Wijaya bukan lagi sebuah karya sastra yang enak dibaca dan sudah cukup dipahami hanya dengan membacanya. Beda dengan membaca karya drama lama, seperti Bebasari Roestam Effendi (1921), Sayang Ada Orang Lain Utuy T. Sontani (1954), atau Barabah Motinggo Boesje (1961). Drama tersebut masih bisa dikaji, sebelum, bahkan tanpa dicoba di atas pentas. Karya-karya drama mereka sudah merupakan karya seni yang jadi yaitu satu genre sastra yang sama kedudukannya dengan genre sastra yang lain. Sementara drama yang ditulis pada dekade 1970-an belum merupakan karya sastra yang jadi, dia hanya satu unsur dari sebuah pementasan teater, maka pemahaman baru akan lengkap apabila sudah menonton pementasan dari drama tersebut. Kalaupun belum menonton pementasannya, seseorang untuk bisa memahaminya hanya punya kernampuan untuk mengimajinasikan bagaimana kemungkinan-kemungkinan pementasannya. Drama mereka tidak memiliki teks samping yang cukup untuk menjelaskan karakter dan latar drama mereka.
Wisran Hadi (selanjutnya disingkat WH) yang karyanya menjadi objek penelitian ini, telah menunjukkan bahwa dia juga layak dianggap sebagai salah seorang pelopor pembaruan teater dan drama Indonesia yang perlu diperhitungkan. WH adalah seorang seniman teaterldrama Indonesia yang berasal dari Sumatera Barat. Dia dengan grup teatemya Bumi Teater Padang sering mementaskan teater di dalam maupun di luar negeri. Sebagai penulis drama dia juga seorang yang produktif. Puluhan drama sudah lahir dari tangannya, baik bersifat nasional maupun yang bersifat kedaerahan atau berwama lokal. Beberapa dramanya dinyatakan sebagai pemenang sayembara penulisan naskah drama yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKI)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T825
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisran Hadi, compiler
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981
899.224 4 WIS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Yenita Syam
"Tulisan ini membahas makna budaya Minangkabau dalam novel Tamu karya Wisran Hadi dengan pendekatan semiotik yang dikemukakan oleh Charles Sanders Peirce tentang tanda dan petanda. Novel ini membahas unsur-unsur penting dalam masyarakat Minangkabau yang mengalami perubahan, seperti perubahan peran mamak sebagai pemimpin adat, pewarisan harta pusaka, ikatan persaudaraan, fungsi surau, dan rantau. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna budaya Minangkabau dalam novel Tamu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis yakni data dipaparkan mengacu pada teks yang terdapat dalam novel dengan temuan; 1) kedudukan mamak tidak lagi dihormati oleh kemenakan seperti mamangan adatnya kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo ka pangulu, pangulu barajo ka nan bana. 2) harta pusaka yang digadaikan oleh mamak tidak sesuai dengan syarat yang boleh digadaikan, 3) hubungan persaudaraan yang mengalami ketegangan, 4) surau yang tidak digunakan sesuai fungsinya, 5) rantau yang tidak lagi memberi kehidupan lebih baik."
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017
810 JEN 6:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997
899.221 2 RAS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wisran Hadi, compiler
Jakarta : Budaya Jaya, 1979
808.2 WIS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Irwandi
"Tesis ini berisi tentang dinamika dan fungsi organisasi sosial masyarakat Minang di perantauan, dalam hal ini adalah Gebu Minang. Walaupun didirikan di perantauan, sebetulnya organisasi dan studi ini berkaitan dengan relasi rantau dan ranah pada masyarakat Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, keduanya (rantau-ranah), tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Dengan mengkaji organisasi ini sebetulnya juga memperlihatkan bahwa dalam perjalanan proses relasional rantau dan ranah ini terjadi dinamika tersendiri yang sangat menarik untuk diikuti dan dikaji.
Organisasi ini mempakan organisasi sosial yang didirikan oleh para elit Minang di perantauan yang memiliki beragarn fungsi. Sebagai forum untuk aspek-aspek sekular dari identitas etnik, wahana untuk mengekspresikan identitas etnik, mekanisme adaptif, wahana interaksi, media penghubung rantau-ranah dengan perwujudan ekspresi filantropi dan sekaligus juga ajang pengakuan eksistensi elit itu sendiri.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian terlibat, wawancara mendalam dan juga studi pustaka. Dalam studi ini penulis melihat organisasi sosial secara lebih dinamis, tidak terpaku pada struktur fungsi semata, tapi bagaimana para aktor di dalamnya secara kreatif manipulatif menjalankan organisasi sosial ini sesuai dengan kebutuhan mereka.
Gebu Minang dengan segala dinamikanya merupakan pengorganisasian modal sosial masyarakat Minangkabau untuk pertama kalinya yang berskala nasional. Supra nagari, jaringan, dan adanya pilantropi adalah diantara yang ingin diterapkan oleh elit Minang di dalam Gebu Minang. Upaya ini belum mendapatkan respon yang baik, walaupun tetap eksis, karena faktor elitis dan kuatnya identitas dan solidaritas nagari-nagari dan sub-sub insitusi yang ada di bawahnya, serta egaliterianisme yang membalut masyarakat Minangkabau."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21939
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulung Siti Hanum
"[ABSTRAK
Tesis ini membahas rekonstruksi identitas Minangkabau dalam narasi Persiden karya Wisran Hadi. Tujuannya adalah memaparkan gejala-gejala identitas melalui cara narator membingkai narasinya dan menyajikannya kepada penerima cerita. Dari gejala-gejala tersebut, dapat dijabarkan penanda Rumah Bagonjong yang didesak oleh ruang kota. Dari penelitian ini dapat diperoleh gejala tegangan antara ruang kota yang ditandai dengan Simpang Persiden dan ruang tradisional yang ditandai dengan keberadaan Rumah Bagonjong. Tegangan tersebut memunculkan negosiasi yang tidak diberi penyelesaian oleh Narator. Pada akhirnya, negosiasi direspons oleh Wisran Hadi dengan menghadirkan outer space yang dilihat dari pergerakan tokoh menjauh dari ruang Persiden. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rekonstruksi identitas Minangkabau belum terjadi karena perubahan identitas itu masih dinegosiasikan.

ABSTRACT
This thesis is discussing Minangkabau's identities reconstruction in Wisran Hadi's work, Persiden. The aim of this thesis is to explain the identity phenomenon seen from the way the author wrapping the narration and presenting it to the readers. From these phenomenon, we can see that Bagonjong's house existence is being pushed by the city. The thesis found there is a clash between the urban space represented by Simpang Persiden and traditional space represented with the existence of Bagonjong house. Moreover, the clash between spaces raises endless negotiation voiced by the Narrator. Thus, the author respond to the endless negotiation by presenting outer space which represented by the character moving away from Persiden. In conclusion, Minangkabau?s identity reconstruction is never take place due to the endless and unfinished negotiation, This thesis is discussing Minangkabau's identities reconstruction in Wisran Hadi's work, Persiden. The aim of this thesis is to explain the identity phenomenon seen from the way the author wrapping the narration and presenting it to the readers. From these phenomenon, we can see that Bagonjong's house existence is being pushed by the city. The thesis found there is a clash between the urban space represented by Simpang Persiden and traditional space represented with the existence of Bagonjong house. Moreover, the clash between spaces raises endless negotiation voiced by the Narrator. Thus, the author respond to the endless negotiation by presenting outer space which represented by the character moving away from Persiden. In conclusion, Minangkabau’s identity reconstruction is never take place due to the endless and unfinished negotiation]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulung Siti Hanum
"ABSTRAK
Tesis ini membahas rekonstruksi identitas Minangkabau dalam narasi Persiden karya Wisran Hadi. Tujuannya adalah memaparkan gejala-gejala identitas melalui cara narator membingkai narasinya dan menyajikannya kepada penerima cerita. Dari gejala-gejala tersebut, dapat dijabarkan penanda Rumah Bagonjong yang didesak oleh ruang kota. Dari penelitian ini dapat diperoleh gejala tegangan antara ruang kota yang ditandai dengan Simpang Persiden dan ruang tradisional yang ditandai dengan keberadaan Rumah Bagonjong. Tegangan tersebut memunculkan negosiasi yang tidak diberi penyelesaian oleh Narator. Pada akhirnya, negosiasi direspons oleh Wisran Hadi dengan menghadirkan outer space yang dilihat dari pergerakan tokoh menjauh dari ruang Persiden. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rekonstruksi identitas Minangkabau belum terjadi karena perubahan identitas itu masih dinegosiasikan.

ABSTRACT
This thesis is discussing Minangkabau's identities reconstruction in Wisran Hadi's work, Persiden. The aim of this thesis is to explain the identity phenomenon seen from the way the author wrapping the narration and presenting it to the readers. From these phenomenon, we can see that Bagonjong's house existence is being pushed by the city. The thesis found there is a clash between the urban space represented by Simpang Persiden and traditional space represented with the existence of Bagonjong house. Moreover, the clash between spaces raises endless negotiation voiced by the Narrator. Thus, the author respond to the endless negotiation by presenting outer space which represented by the character moving away from Persiden. In conclusion, Minangkabau?s identity reconstruction is never take place due to the endless and unfinished negotiation."
2015
T47186
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mursal Esten
Padang: Angkasa Raya, 1993
572.792 5 MUR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>