Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216270 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Adib
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang jaringan sosial pada kegiatan usaha Intako (Industri Tas dan Kopor) di Kawasan Intako Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Jaringan sosial itu diciptakan, dikembangkan, dan digunakan dalam kegiatan usaha mereka, yang kemudian saya temukan dan saya analisis dalam penelitian ini.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan jaringan social kualitatif yang mengutamakan pemahaman tentang substansi dari hubungan-hubungan sosial dalam suatu jaringan. Informan penelitian ini terdiri dari para perajin, tukang, pedagang, SPG (Sales Promotions Girl) show room, dan perangkat desa di Kawasan Intako, serta pejabat pemerintah dari Dinas Perindustrian Daerah. Data diperoleh dari informan dengan kegiatan wawancara dan observasi, Tujuan penelitian ini menghasilkan teori.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa mekanisme yang berubah dalam kegiatan ekonomi sebagai akibat dari krisis moneter menyebabkan keterbatasan modal dan kelangkaan bahan baku, Melalui jaringan yang mereka ciptakan, kembangkan, dan gunakan, keterbatasan modal itu dapat diatasi dengan kegiatan produksi yang kreatif dengan cara mengurangi kuantitas dan menambah kualitas barang, Adapun kelangkaan bahan baku dalam kegiatan produksi diatasi dengan menggabung-gabungkan bahan yang dimiliki dan memanfaatkan bahan-bahan baku yang dijual oleh pemilik pabrik sepatu besar yang bangkrut di luar Kawasan Intako sebagai akibat krisis moneter. Untuk memperoleh bahan-bahan tersebut mereka menggunakan jaringan sosial pemasok bahan, baik yang berada di dalam maupun di luar Kawasan Intako. Mendasarkan pada kegiatan produksi semacam itu maka terpaan krisis moneter yang berlangsung hampir dua tahun ini dirasakan oleh mereka sebagai tidak ada pengaruhnya, yang ditandai dengan tetap berlangsungnya kegiatan usaha dan tidak adanya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).
Bentuk jaringan sosial yang saya temukan adalah jaringan sosial vertikal dan jaringan horisontal. Jaringan vertikal mengandung unsur patronklien yang terdiri dari jaringan kekerabatan. Jaringan sosial horisontal mengandung unsur kesepadanan yang terdiri dan jaringan kekerabatan dan jaringan kekerabatan--pertemanan. Fungsi jaringan sosial dapat menciptakan rasa aman dan nyaman serta memberikan kepastian dalam melakukan kegiatan usaha.
Di antara teori yang saya kemukakan pada bagian kesimpulan tesis adalah bahwa adanya sumber daya yang semakin langka, pada saat yang sama semakin banyak orang yang membutuhkan, maka semakin lemah aturan-aturan yang menggunakan standar formal-birokratis, Pada kondisi tersebut semakin suburlah jaringan sosial. Jaringan sosial juga tumbuh subur pada lahan yang padat konflik dan persaingan yang ketat, sebagai implikasi dari perebutan sumber daya. Kebudayaan dalam jaringan sosial merupakan sesuatu yang implikatif. Kebudayaan merupakan strategi untuk menentukan perilaku atas dasar pilihan-pilihan rasional. Penggunaan kekerabatan dalam jaringan sosial mensiratkan adanya kebudayaan."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Susilo
"Tesis ini mengkaji tentang Jaringan Sosial yang diaktifkan khususnya oleh pimpinan pondok pesantren, baik di lingkungan intern maupun di lingkungan ekstern. Pondok pesantren yang dimaksud adalah PP. Tebuireng, Jombang Jawa Timur yang termasuk salah satu Pondok pesantren tertua, terbesar dan terkenal di Indonesia. Pondok pesantren tersebut telah mengalami perubahan-perubahan fisik dan non fisik, sehingga bisa tetap eksis atau bertahan sampai sekarang dan telah berumur 100 tahun.
Perubahan fisik intern PP. Tebuireng bisa dilihat dari luas tanah dan bangunan-bangunan di dalamnya yang permanen, perubahan luas tanah yang pada awal berdirinya hanya 200 m2, sekarang telah menjadi 25 ha, dan dari sebuah bangunan teratak sederhana sekali menjadi 25 buah bangunan permanen.
Perubahan non fisik intern PP. Tebuireng bisa dilihat dari dua macam, yaitu: (1) perubahan sistem pengajaran dan kurikulum dari sistem Sandongan, Sorogan dan Tahassus (diskusi) yang tidak mengeluarkan ijazah; (2) Sistem kepemimpinan Tunggal tanpa akte notaris menjadi sistem kepemimpinan Kolektif berakte notaris dibawah naungan sebuah yayasan yang bernama Yayasan KH.A Hasyim Asy'ari; (3) bertambahnya hak pemilikan pribadi menjadi hak pemilikan pribadi dan wakaf khususnya dibidang tanah.
Perubahan fisik ekstern disekitar PP. Tebuireng dapat dilihat dari beberapa macam jumlah bangungan yang berfungsi sesuai dengan fisik bangunannya, seperti rumah makan, tempat binatu, wartel, penyewaan komputer, toko kelontong, baik tempat mangkal penjaga keliling makanan kecil (baso, nasi goreng, lontong tahu, kacang hijau, es sirup dan sebagainya) dan pakaian serta alat-alat sholat dan perlengkapan lainnya berupa sandang.
Perubahan non fisik ekstern dapat dilihat dari berapa sendi kehidupan sehari-hari, seperti perubahan pandangan hidup, nilai-nilai dan norma-norma pergaulan sehari-hari serta kebiasaan prilaku seseorang yang hidup di masyarakat sesuai dengan keberadaan PP. Tebuireng yang bernafaskan ajaran agama Islam."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusnadi
"Intensitas tekanan-tekanan sosial-ekonomi dan kemiskinan yang membawa akibat pada kesulitan-kesulitan rumah tangga pandhiga di Desa Pesisir dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks. Dari tahun ke tahun tingkat.pendapatan pandhiga semakin menurun dan tidak pasti. Salah salu faktor yang secara dominan menyumbang terhadap proses akselerasi permasalahan sosial tersebut adalah kebijakan motorisasi perahu dan modernisasi peralatan tangkap. Rumah tangga-rumah tangga nelayan mengembangkan strategi adaptasi yang bisa dilakukan untuk mengatasi tekanan-tekanan sosial-ekonomi yang datang setiap saat.
Strategi-Strategi adaptasi yang umum dilakukan adalah memobilisasi peranan perempuan (isteri) dan anakanak mereka untuk mencari nafkah dan nelayan melakukan diversifikasi pekerjaan untuk memperluas sumber-sumber penghasilan yang lain. Karena berbagai faktor, kedua strategi adaptasi ini pun sangat terbatas untuk bisa diakses oleh rumah tangga pandhiga. Oleh sebab dalam rumah tangga pandhiga di Pesisir, sesuai dengan kondisi struktur sumber daya sosial-ekonomi lokal, jaringan sosial merupakan pilihan strategi adaptasi yang sangat signifikan untuk mengakses sumber daya yang semakin langka. Sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kesulitan memenuhi kebutuhan sosial-ekonomi sehari-hari dalam upaya menjaga kelangsungan hidup rumah tangga.
Adanya bentuk-bentuk jaringan vertikal pada rumah tangga kasus mencerminkan intensitas kemiskinan, kesenjangan sosial, dan ketergantungan akan sumber daya di kalangan rumah tangga pandhiga den masyarakat nelayan di Pesisir. Jaringan sosial merupakan potensi budaya yang dapat dimanfaatkan secara kreatif untuk menyikapi tekanan-tekanan ekonomi setiap saat. Hasil studi ini menunjukkan bahwa tekanan ekonomi dan kesulitan kehidupan yang secara intensif dihadapi oleh rumah tangga pandhiga tidak direspons dengan tindakan-tindakan sosial yang bersifat revolusioner atau eksplosi£ Sekalipun demikian, harus diakui bahwa pemanfaatan fungsi jaringan sosial tersebut masih bersifat karitatif dan bukan merupakan solusi substansial untuk mengatasi berbagai kesulitan sosial-ekonomi rumah tangga pandhiga secara mendasar. Karena faktor-faktor penyebab kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau kemiskinan di kalangan nelayan cukup kompleks, maka upaya-upaya mengatasinya tentu saj a bukan p ekerj aan yang mudah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Runturambi, Arthur Josias Simon
"Tesis ini membahas jaringan sosial pekeija dan penggunaannya dalam resistensi rerhadap pihak otoritas, sebagai alcibat keterbatasan secara fisik, rnaupun terhadap berbagai aturan ketanagakerjaan yang memihak pihak pengusaha atau pemilik modal, dalam rangka survival dan meningkatkan kesejahteraannya_ berdasarkan studi terhadap pekeija manufaktur di kawasan industli Pulogadung di Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan jaringan sosial yang memandang struktur dalam masyarakat adalah jaringan sosial itu sendiri, dan hubungan-hubungan yang berlangsung didalamnya digambarkan seperti suatu proses sosial.
Jaringan sosial pekelja terwujud dalam jalinan hubungan intemal dan ekstemal, dan mendasari hubungan-hubungan yang lebih khusus dalam resistensi pekezja khususnya dalam mendapatkan dukungan massa pekeija dan narasumber (pelindung), berbentuk jaringan hubungan kekuasaan, pertemanan, dan patron lclien, yang dalam kenyataannya sukar dibedakan satu dengan lainnya. Jaringan sosial menjadi seperanglcat model atau pengetahuan yang mcnuntun para pekclja memahami, mengorganisasikan tuntutan dan mengatasi keterbatasan yang mereka alami.
Jaringan hubungan ini merupalcan strategi atau pilihan bagi pekerja, dan menjadi bagian darl upaya memberdayakan surnber-sumher budaya lolcal yang dimiliki, dalam menghadapi ketidalcsetaraan struktur dengan pihak pengusaha, diikuti oleh perluasan hubungan melalui pemeliharaan hubungan dalam pertemuan-pertemuan formal, arisan, pcngajian bersama dan kegiatan-kegiatan lainnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T6138
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Nurhayati
"Berkembangnya teknologi informasi dan pembahan perilaku manusia dalam interaksi sosial yang disebabkan oieh keterbatasan waktu, kemacetan lalu lintas, jarak dan hambatan-hambatan lain melahirkan inovasi baru yaitu social networking. Social networking tumbuh berkembang secara pesat dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun, dimulai dengan munculnya email tahun 1971 kemudian berkembang ke era chatting yang sempat menjadi fenomena tahun 1990-an dengan IRC, ICQ, Napster serta lahimya blog dan komunitas weblog. Tahun 2002 Friendster meluncurkan versi beta, dalam tempo setahun Friendster dibawah payung Ventura telah meraup keuntungan sebesar 50 juta dolar dengan jumlah anggota sebanyak 9 juta. Jaringan friendster berkembang hampir tidak melakukan promosi, hanya mengandalkan jaringan dari para anggotanya.
Penelitian ini berusaha menjelaskan fenomena maraknya penggunaan perangkat lunak sosial ini dikalangan muda mudi bahkan saat ini mulai menular pada orang dewasa, khususnya kalangan akademis dan profesional. Apakah komunikasi dan huhungan antar pribadi di friendster dapat disamakan kualitasnya seperti komunikasi dan hubungan antar pribadi konvensional. Apakah menggunakan friendster dapat meningkatkan jaringan teman yang sudah ada sebelumnya ? Bagaimana pola, relasi dan kualitas pertemanan di friendster dibandingkan teman konvensional ? Apakah prolil dapat mewujudkan keberadaan di friendster dengan mempertegas inforrnasi sosial mengartikulasi jaringan antar teman, dan testimonial sehingga membentuk identitas maya di internet ? Bagaimana koneksitas dan interaksi teman mempresentasikan kualitas jaringan dan besarnya jaringan ?
Kerangka konsep diuraikan dalam definisi-definisi dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian antara lain komunikasi antar pribadi, manusia dan jaringan sosial, perangkat lunak sosial dan friendster.
Penelitian digunakan dengan pendekatan kualilatif deskriptif, menggunakan metode pengumpulan data melalui studi literatur sebagai data sekunder, wawancara dan observasi partisipan. Analisa data dilakukan dengan menelaah seluruh data yang diperoleh dan dicocokan dengan pola teoritis yang digunakan sebagai acuan untuk menemukan komunikasi antar pribadi dan jejaring sosial di friendster.
Hasil temuan dan analisa data dalam penelitian antara lain pola-pola komunikasi dan hubungan antar pribadi, pertemanan dan jaringan, konsep pribadi dan keberadaan diri, individu dan jaringan sosial di frendster.
Kesimpulan, bahwa peranan fnendster sebagai alat komunikasi antar pribadi dan jejaring sosial sebagai mekanisme untuk bersosialisasi di internet. Komunikasi antar pribadi dan jaringan pertemanan bersifat relasional dan mengutamakan koneksitas antar teman. Hubungan pertemanan friendster bersifat asosiatif karena hanya mengumpulkan teman-teman dan kualitas hubungan antar teman tidak kuat dan mendalam. Profil dan informasi personal serta testimonial mencerminkan keberadaan pribadi dan persepsi terhadap seorang individu di friendster. Pola jaringan di friendster berkembang dengan menambahkan teman-teman ke dalam jaringan meskipun tidak mengenal secara pasti orang-orang tersebut sehingga nilai jaringan lemah.
Implikasi yang diperoleh bahwa komunikasi antar pribadi dan jejaring sosial di fnendster membutuhkan imajinasi untuk interpretasi profil dan fitur-fitur yang terdapat di halaman web. Pola komunikasi terjadi dengan mengirim dan menerima informasi tekstual dan visual. Keterbukaan dan kemudahan menambah teman merupakan pola pertemanan di friendster sehingga jenis pertemanan di friendster yang umumnya assosiation dapat juga reciprocity.
Rekomendasi bagi penelitian selanjutnya untuk mempertegas konteks komunikasi antar pribadi dan interaksi sosial, proses kecenderungan hubungan pertemanan dan ekspansi jaringan serta konsep - konsep diri bila diimplementasikan dengan konten-konten di friendster. Metode pengumpulan data selain wawancara mendalam, partisipasi aktif dan studi pustaka perlu menggunakan media mailing list unluk berdiskusi dan menggali pengalaman para anggota selama menggunakan friendster. Bagi para praktisi, friendster sebagai sarana sosialisasi dan interaksi di internet tidak Iagi bersifat sebagai situs untuk mencari teman "dating" atau sekedar mencari kenalan yang telah Iama hilang. Fungsinya dapat dikembangkan sebagai jaringan bisnis dan profesional dengan kolaborasi antara integritas dan jaringan yaitu membangun janngan yang terdiri dari teman yang benar-benar terpercaya dan kompeten sehingga orang lain akan memandang jaringan tersebut valid."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22407
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Budiwati
" Eksistensi pesantren merupakan fenomena sosial yang sangat menarik Bagaimana lembaga ini mampu bertahan hidup selama berabad-abad merpakan pertanyaan yang menantang. Banyak jawaban telah diberikan dan kebanyakan jawaban tersebut mengacu pada modemisasi yang dilakukan oleh pesantren dalam merespon tuntutan perubahan jaman. Akan tetapi jawaban ini tidak cukup memuaskan. karena modemisasi tidak akan berjalan kalau tidak ada kekuatan-kekuatan yang mendukungnya.
Beranjak dari asumsi ini maka kajian ini berusaha mendeskripsikan etnografi Pesantren Al Hamidiyah melalui pendeskripsian hubungan sosial-hubungan sosial yang dibentuk antara pesantren dengan pihak lain serta pemanfaatan hubungan sosial tersebut bagi pengembangan pesantren. Dengan menggunakan metode wawancara mendalam dan pengamatan terlibat. hubungan sosial-hubungan sosial itu sendiri dilihat dari segi bagaimana proses pembentukan hubungan sosial tersebut. transaksi apa yang dibuat. bagaimana aturannya,dan nilai apa yang mendasarinya. Dengan mengetahui hal-hal tersebut maka isi dan bentuk dari jaringan hubungan sosial bisa diketahui.
Pengkajian tentang proses pembentukan dan pemanfaatan hubungan sosial akan memberikan informasi tentang apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan pesantren. Kebutuhan yang dirasakan sebagai kebutuhan utama pesantren adalah kebutuhan akan dana, sumber daya manusia, dan media promosi. Selain kajian tentang proses pembentukan dan pemanfaatan jaringan sosial ini juga akan memberi informasi tentang maksud dari pembentukan jaringan sosial tersebut,yaitu untuk mengakses sumber daya yang dibutuhkan tetapi tidak dimiliki oleh pesantren di mana akses terhadap sumber daya tersebut sangat mendukung bagi eksistensi pesantren.
Sedangkan kajian tentang jenis transaksi,norma dan nilai yang mendasari transaksi tersebut akan memberikan informasi tentang isi dari jaringan sosial yaitu apakah jaringan sosial tersebut berisi transaksi yang didasarkan atas hubungan kekerabatan,pertemanan,maupun ketetanggaan. Di samping itu kajian tentang transaksi,norma dan nilai ini juga akan memberi informasi tentang bentuk jaringan sosial,yaitu apakah berbentuk vertikal sebagai jaringan patron klien atau berbentuk horisontal. Melalui kajian tentang bentuk dan isi jaringan sosial maka akan dapat diketahui tentang dampak jaringan sosial tersebut bagi pesantren."
2001
T903
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Widiarini
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang bagaimana pemaknaan kelompok dewasa muda tentang konsep trust dalam konteks hubungan percintaan yang menggunakan Facebook. Saat ini Facebook merupakan situs jejaring sosial yang banyak digunakan kelompok dewasa muda untuk membina hubungan interpersonal, termasuk hubungan percintaan. Kondisi ini menjadi unik karena identitas pasangan hanya terbatas pada informasi di facebook. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan strategi penelitian fenomenologi. Sedangkan metode penelitian adalah wawancara mendalam dan observasi kemudian dianalisis dengan metode analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dewasa muda memaknai trust dalam konteks diatas secara negotiated dan oppositional.

ABSTRACT
This research focus on reception toward trust concept among young adult who conduct love relationship by using Facebook. Nowadays, Facebook is one the most popular social networking site which is used by young adult to build interpersonal relationship, particularly love relationship. This case is unique because partners identity is very limited (merely rely on profile on Facebook). The research paradigm is constructivist and research strategy in phenomenology. Meanwhile the research methods use are observation and in-depth interview and use thematic analysis. The researcher found that young adult perceive trust in negotiated and oppositional ways."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Diky Dermawan
"Skripsi ini bertujuan menjelaskan peran aktor dalam jaringan sosial untuk memperebutkan akses serta kontrol atas sumberdaya bernilai berupa program bantuan sosial. Sebagai daerah yang dipersepsikan miskin akibat perubahan bentang alam karena sedimentasi yang masive, Desa Ujung Alang di Segara Anakan Cilacap menjadi sebuah remote area bagi berbagai program pemberdayaan sosial masyarakat yang berasal dari pemerintah maupun swasta. Para aktor yang memiliki kekuasaan ataupun tidak dalam komunitas tersebut, berupaya memperebutkan sumberdaya bernilai dengan cara mendapatkan legitimasi dari masyarakat. Kontrol sosial yang dijalankan oleh para aktor atas pengelolaan program bantuan sosial,melibatkan jaringan sosial, power yang dibentuk dan dimilikinya. Studi ini juga menunjukkan bahwa perspektif struktural fungsional yang kaya akan penjelasan sistem nilai dan norma, tidak dapat digunakan untuk menjelaskan komunitas yang kompleks dan heterogen dalam ragam yang sarat akan tafsir dan kepentingan. Sedangkan pendekatan jaringan sosial mampu menangkap perubahan budaya yang terjadi dengan sangat cepat dan dinamis. Studi ini menggunakan pendekatan jaringan sosial deskriptif dengan tiga tahapan: 1) menentukan aktor “star”; 2) menentukan aktor lain dan hubungan sosial; 3) melakukan diskusi terfokus serta dalam kerangka ex post facto.

This thesis aims to explain the role of actors in social networks to compete for access and control over valuable resources in the form of social assistance programs. As a perceived poor area due to landscape change due to the masive sedimentation, Ujung Alang Village in Segara Anakan Cilacap becomes a remote area for various community and community-based social empowerment programs. The actors who have power or not in the community, seek to gain valuable resources by gaining legitimacy from the community. Social controls run by actors over the management of social assistance programs, involving social networks, established and owned power. This study also shows that a functional structural perspective rich in explanations of the value system and norms can not be used to describe complex and heterogeneous communities in a variety of interpretations and interests. While the social networking approach is able to capture the cultural changes that occur very quickly and dynamically. The study used a descriptive social network approach with three stages: 1) determining the star actors; 2) determining other actors and social relations; 3) conducting focused discussions as well as in the ex post facto framework."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Muhammad Ridho
"ABSTRAK
Jejaring Sosial merupakan salah satu gaya hidup yang diminati saat ini. Perkembangan jejaring sosial ini dimulai sejak adanya teknologi Web 2.0, yang memungkinkan para pengembang Web mengembangkan situs yang tidak hanya sekedar memiliki konten, tetapi juga interaksi langsung dengan pengguna Web. Sampai saat ini sudah semakin banyak aplikasi dan layanan yang menyuguhkan tema jejaring sosial. Setiap layanan yang ada tersebut saat ini juga dapat saling berhubungan satu sama lain. Sistem ini dirancang untuk memberikan sebuah layanan yang menampung identitas pengenal utama seseorang yang memiliki berbagai akun jejaring sosial, berupa identitas wajah. Perancangan modul pengenal wajah ini diimplementasikan di layanan komputasi awan Google App Engine berbasis Python dan memanfaatkan API Face.com sebagai pengolah data citra. Selain itu sistem ini memanfaatkan smartphone berbasis Android sebagai divais interaksi dengan pengguna, dan juga menerapkan Augmented Reality sebagai penampil informasi kepada user. Hasil pengujian sistem ini bahwa modul ini dapat mengenali wajah dengan persentasi rata-rata kesuksesan sebesar 85%. Dengan kondisi pencahayaan gelap didapatkan persentase rata-rata kesuksesan 8%, dengan kondisi sedang 86%, dan kondisi terang 100%. Posisi sudut pandang maksimal untuk bisa melakukan pengenalan wajah adalah 60° dari posisi wajah tampak depan.

ABSTRACT
Social Networking has become today's lifestyle. Development of social networking started since the deployment of web 2.0 technology. It enables web developers to develop sites that do not only have a content, but also direct interaction with the users. Until now, there are so many applications and services which serve based on social network. The social networking applications also provides features for mutual interconnection between different social network applications. This system is designed to store a person's main identification which has various social networking accounts, in the form of face ID. We design a face recognition modules which will be implemented in the Python-based Google App Engine cloud computing services. We utilized the Face.com API as an image data processor. In addition this systems utilized Android-based Smartphone as an interaction devices with user. We applied the Augmented Reality as an information viewer to the users. The result of the implementation of this system shows that the module is able to recognize face samples with the average percentage of 85%. In the dark room condition, the average percentage is 8%, 86% on average condition, and bright condition is 100%. This module is able to recognize face samples from 0° (complete face) up to the maximum angle of 60°."
2012
S42922
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>