Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92171 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sapto Pudjo Hadiwardoyo
"Dilakukan kajian terhadap perikatan kerja antara dokter spesialis karyawan tidak tetap dan Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok untuk mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan (a) apakah perikatan kerja yang dikehendaki oleh para pihak adalah perjanjian kerja atau bukan perjanjian kerja, (b) apakah para dokter spesialis memahami ketentuan dalam perikatan kerja, dan (c) bagaimanakah model perikatan kerja yang merupakan pengembangan perjanjian kerja yang telah ada.
Dengan menggunakan metoda penelitian kualitatif, dilakukan wawancara terhadap 17 orang informan. Informan dokter spesialis terdiri dari 13 orang dari berbagai keahlian, informan dari pihak manajemen rumahsakit terdiri dari 4 orang. Dilakukan juga wawancara pada seorang praktisi perumahsakitan dan seorang praktisi hukum kesehatan. Beberapa pakar berpendapat sampai saat ini belum ada bentuk baku perikatan antara dokter dan rumahsakit, yang berpotensi menyebabkan ketidakpastian hukum. Terdapat perbedaan antara perjanjian dan perjanjian kerja. Perjanjian terwujud dari kesepakatan dua pihak untuk mengikatkan diri, sedangkan perjanjian kerja mengacu pada hubungan atasan - bawahan yang diatur dalam hukum perburuhan.
Dari hasil kajian diketahui bahwa perikatan yang diharapkan adalah berupa suatu perjanjian dan bukan perjanjian kerja seperti yang ada saat ini. Diketahui pula bahwa para dokter spesialis tidak memahami mengenai ketentuan kontrak, hak dan kewajiban mereka, dan tidak menaruh perhatian mengenai masalah perjanjian dengan rumah sakit. Hasil kajian terhadap kesepakatan para pihak, perjanjian, dan perjanjian kerja sebagai suatu perikatan seianjutnya menghasilkan alternatif perikatan berbentuk kontrak sebagai pengembangan perikatan kerja yang ada, dan kesepakatan para pihak.

Study on Legal Binding Between Non-Organic Specialist Doctors and Bhakti Yudha HospitalA study on work legal binding non-organic specialist doctors with Bhakti Yudha Hospital was designed to answer the following research questions :
What is the format of the work legal binding they prefer ? Do they really have a deep understanding on the content of the agreement ? How to design another work agreement which is more aspired to the doctors as well as to the hospital.
Data was gathered by interviewing 17 informants, consisting of 13 specialist doctors working at Bhakti Yudha Hospital and 4 management staff of the hospital. To get further insight, interviews were also conducted to an expert in health law and professional in hospital administration.
Experts on hospital administration in Indonesia agree that there is no standard format yet binding the medical doctors and hospital. There is substantial differences between contract and work agreement. Contract is defined as a commitment of the working parties involved to bind each other to pursue a certain goal, work agreement is defined as a written agreement between a superior and a subordinate subject to labor law. It was revealed that the doctors mostly preferred contract instead of work agreement. However, they confessed if being unaware on the content of the agreement, notably on the right and obligations they owe. The result showed the doctors did not care a lot about the work agreement they had signed with the hospital.
Beyond contract and work agreement as legal binding, an alternative bond between the parties was explored. Whatever the format or modality of the contract is, it should primarily meet expectation on both sides."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwandi Yapari
"Tidak tersedianya jumlah dan jenis tenaga yang cukup pada rumah sakit, tidak mungkin menyelenggarakan layanan kesehatan bermutu yang dapat mengantisipasi "demand" masyarakat yang selalu meningkat dari tahun ketahun.
Melihat besarnya alokasi biaya sektor ketenagaan di rumah sakit maka perlu direncanakan dengan teliti jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan, sehingga dapat memberikan layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan mengumpulkan data melalui observasi langsung di rumah sakit, studi dokumentasi, kuesioner dan wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa jumlah dan jenis tenaga yang ada di rumah sakit Bhakti Yudha Depok, ternyata masih kurang bila dibandingkan dengan standar kebutuhan tenaga rumah sakit Tipe C (menurut DEPKES (PERMENKES 262/MENKES/VII/1979 dan Standar Kebutuhan Tenaga Minimal RSU Tipe C).
Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa perencanaan ketenagaan yang ada di rumah sakit menggunakan metode penghitungan kebutuhan tenaga berdasarkan petimbangan/perkiraan saja, dan hanya bersifat tahunan dikaitkan dengan perencanaan program kegiatan tahunan, yang berdasarkan hasil kegiatan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena belum adanya master plan rumah sakit. Selain itu peranan struktur organisasi rumah sakit dalam proses perencanaan ketenagaan belum optimal karena masih ada formasi yang dirangkap.
Untuk itu diterapkan penghitungan kebutuhan tenaga di RSU Bhakti Yudha Depok untuk meramal kebutuhan tenaga di rumah sakit itu. Untuk menilai penghitungan kebutuhan tenaga yang tepat di RSU Bhakti Yudha Depok, dibentuk Peer Group dari rumah sakit tersebut, penilaian dilakukan dengan melihat kontribusi, biaya dan kelayakan.
Kelompok berpendapat untuk menghitung kebutuhan tenaga RSU Bhakti Yudha Depok yang benar-benar rasionil, masih diperlukan pembahasan yang lebih mendalam, namun demikian sebagai pedoman Indicator of Staff Need dapat digunakan di RSU Bhakti Yudha Depok dan untuk data-data kegiatan rumah sakit perlu dilengkapi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Jusuf Armon
"ABSTRAK
Pembinaan ketenagaan Rumah Sakit Bhakti Yudha yang sulit dikendalikan akan menjadi beban pimpinan rumah sakit dalam pemanfaatan sumberdaya manusia.
Dengan pelaksanaan penilaian prestasi kerja (P2K), Direktur Rumah Sakit dapat melakukan intervensi pada proses fungsi manajemen rumah sakit, sehingga dapat diperoleh pemanfaatan tenaga yang ada dengan efektifitas dan produktifitas tenaga yang optimal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan penilaian prestasi kerja tenaga non medik dan apa peranan laporan hasil penilaian prestasi kerja terhadap proses fungsi operasional manajemen rumah sakit.
Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, sebelumnya dibuat suatu model yang memperagakan posisi penilaian prestasi kerja dan peranannya pada langkah-langkah manajemen ketenagaan rumah sakit.
Penelitian ini bersifat analitik deskriptif. Informasi dikumpulkan dengan memberikan daftar pertanyaan kepada tenaga non medik yang ada dalam lingkungan rumah sakit. Daftar pertanyaan yang dibuat untuk mengeksplorasi pelaksanaan penilaian prestasi kerja ini ditujukan kepada kelompok atasan langsung (appraiser) dan bawahan yang dinilai (appraisee). Daftar pertanyaan juga dipakai untuk melakukan eksplorasi pada metoda dan prosedur yang digunakan serta pada peranan laporan hasil penilaian prestasi kerja yang dibuat oleh atasan langsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metoda penilaian prestasi kerja tenaga non medik labih banyak menggunakan unsur nilai yang lebih banyak berhubungan dengan kualitas tenaga dari pada yang berhubungan dengan produktifitas tenaga.
Penentuan hasil nilai hanya dilakukan oleh atasan langsung, sedangkan penilaian dilakukan melalui pengamatan penilai tanpa memperhatikan dokumen catatan hasil kerja karyawan, dan kurang melibatkan pihak atasan lain. Pelaksanaan P2K sudah mulai dilaksanan sejak Ease orientasi dan pengenalan, yang merupakan langkah awal pembinaan karyawan rumah sakit.
Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa penggunaan laporan hasil penilaian prestasi kerja belum ditunjang dengan ketentuan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pimpinan rumah sakit.
Atas dasar temuan dalam penelitian ini disarankan adanya ketegasan akan pentingnya penilaian prestasi kerja tenaga non medik. Selain itu juga disarankan agar dalam penilaian prestasi kerja tersebut digunakan metoda penilaian yang menggunakan unsur nilai yang berhubungan dengan produktifitas dan kualitas tenaga dengan seimbang. Disarankan juga dikembangkannya peran aktif para penilai dan bawahan dalam pembinaan karyawan rumah sakit.
Daftar bacaan : 48 (1979 - 1991 )"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titania Nur Shelly
"Sejak kebijakan SIMRS di bagian rawat jalan diimplementasikan, SIMRS di RSU Bhakti Yudha belum pernah di evaluasi. Padahal, kebijakan harus diawasi, dan salah satu mekanisme pengawasan tersebut adalah evaluasi. Berdasarkan timing implementasi (Nugroho, 2011), seharusnya evaluasi dilakukan antara tahun ke-3 atau ke-5 sejak implementasi penuh suatu kebijakan, sedangkan saat ini implementasi kebijakan SIMRS Bhakti Yudha telah mencapai tahun ke-8. Penelitian mengenai evaluasi implementasi kebijakan SIMRS di bagian rawat jalan RSU Bhakti Yudha tahun 2012 menggunakan desain kualitatif interpretatif dengan wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen.
Penelitian ini menggunakan informan yang berjumlah 10 orang informan dari staf pelayanan rawat jalan hingga direktur rumah sakit. Dari hasil triangulasi sumber, metode, dan analisis diperoleh hasil bahwa saat ini kualitas sistem informasi manajemen secara keseluruhan masih belum efektif. Dari analisis Fit/Gap didapatkan hanya 11% dari aplikasi software yang digunakan yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit, dan 56% masih mengalami kesenjangan.
Pada analisis QSPM yang didahului dengan menggunakan matriks EFAS dan IFAS serta SWOT, diperoleh bahwa rekomendasi kebijakan bagi sistem informasi manajemen RSU Bhakti Yudha adalah dengan meminimalisir kelemahan internal, yaitu dengan mengganti sistem informasi yang ada dengan sistem vendor, namun dengan penetapan rumusan kebijakan akan sistem informasi manajemen terlebih dahulu.

The implementation of management information system policy in the outpatient ward in the RSU Yudha Bhakti has never been evaluated. In fact, the policy should be monitored, and one of these control mechanisms are evaluated. Based on the timing of implementation, the evaluation should be conducted between the third or the fifth since the full implementation of a policy, while the current policy implementation of management information system Yudha Bhakti has achieved year 8. This research on the evaluation of policy implementation in the outpatient Bhakti Yudha Hospital in 2012 wasa using an interpretive qualitative design with in-depth interviews, observation, and document review.
This study used 10 informants from the operational staff of outpatient services, IT manager, hospital consultant, and the director of the hospital. From the sources, methods, and analyzes triangulation, the results obtained that the current quality of management information systems as a whole is still not effective. From the analysis of Fit / Gap, the research showed thatd only 11% of software applications used in accordance with the hospital needs, and 56% still have gaps.
In the analysis that preceded QSPM by using matrix EFAs and IFAs, and SWOT, this research result in the recommendation that the management of information system in the outpatient ward of Bhakti Yudha RSU need to minimize its internal weaknesses, by replacing the existing information systems with vendor development, but with the determination of policy formulation for a system of information managementi in advance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31290
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Arminsih Wulandari
"Pelayanan rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan pada umumnya, yang memerlukan penanganan dan perhatian yang seksama. Sebagai tempat berkumpulnya orang sakit maupun sehat, rumah sakit juga merupakan tempat yang memungkinkan untuk terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan atau dapat menjadi tempat penularan penyakit, yang disebut dengan infeksi nosokomial. Ruangan yang potensial untuk terjadi penularan antara lain kamar operasi, ruang perawatan, ruang UGD, ruang umum. Upaya pengelolaan sanitasi rumah sakit merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, mengingat rumah sakit adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum. Salah satu upaya sanitasi lingkungan rumah sakit dalam mengontrol pertumbuhan mikroorganisme adalah kegiatan disinfeksi dan sterilisasi. Dalam mencapai visinya sampai dengan saat ini RSU Bhakti Yudha Depok belum melakukan kegiatan pemeriksaan mikrobiologi udara ruangan (pengukuran angka kuman) dimana kegiatan pengukuran ini dapat mendeteksi terjadinya infeksi nosokomial. Penelititan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efektivitas kegiatan disinfeksi dan sterilisasi pada kamar operasi dan ruang UGD dalam menurunkan jumlah total kuman di udara. Dalam pertumbuhannya mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain suhu, kelembaban, pencahayaan dan sebagainya yang mana semua itu diatur dalam Permenkes No. 9861MenkesIPerIXI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Hasil penelitian menunjukkan, jumlah koloni kuman di kamar operasi I pada minggu ke I sebelum kegiatan disinfeksi dan sterilisasi ada 2 koloni, sedangkan sesudah kegiatan ada 1 koloni sehingga efektivitas kegiatan disinfeksi dan sterilisasi adalah 50%. Sedangkan untuk minggu ke II jumlah koloni kumannya 59 koloni dimana 31 koloni diantaranya adalah bakteri. Tidak dapat dilihat efektivitasnya karena tidak dilakukan kegiatan disinfeksi dan sterilisasi. Identifikasi bakteri menunjukkan jenisnya adalah bukan sterptococcus. Faktor lingkungan yang berpengaruh disini adalah pencahayaan, hasil pengukurannya adalah berkisar antara 16-52 lux.
Jumlah koloni kuman untuk kamar operasi II sebelum kegiatan disinfeksi dan sterilisasi pada minggu ke I adalah 2 koloni, untuk minggu ke II ada 29 koloni dimana 26 koloni diantaranya adalah bakteri. Untuk kegiatan sesudah disinfeksi dan sterilisasi untuk minggu ke I tidak ada hasilnya karena tidak dilakukan kegitan, sedangkan untuk minggu ke II hasilnya adalah 3 koloni, 2 koloni diantaranya adalah bakteri. Efektivitas kegiatan ini memberikan hasil 89.66%. Parameter pencahayaan masih di bawah standar yaitu 37-186 lux. Untuk ruang UGD jumlah koloni kuman sebelum kegiatan disinfeksi adalah 60 koloni sedangkan hasil sesudah kegiatan adalah 84 koloni. Justru terjadi peningkatan pada kegiatan sesudah disinfeksi sehingga efektivitasnya memberikan hasil -44%. Untuk pencahayaan di ruang UGD juga masih di bawah standar yaitu 13-27 lux.
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan disinfeksi dan sterilisasi dapat menurunkan jumlah koloni kuman udara di kamar operasi walaupun pada pada kenyataannya masih ada bakteri yang tertinggal karena faktor lingkungan yaitu pencahayaan yang masih dibawah standar yang ditetapkan oleh Permenkes."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Pratanto
"Pricing Strategy of General Nursing Room at Bhakti Yudha General Hospital, Depok.Various changes at a hospital caused the health expense to increase. As a result, a certain effort is required to maintaining a hospital to survive. One of the efforts is to calculate the unit cost correctly. This calculation will be used to determine an optimum tariff for a hospital. This optimum tariff means that the tariff is affordable for consumers and will cover the hospital operation cost including a reinvestment program. Currently, the BOR of the superior class, first and second class have not indicated the optimum value including the tariff setting which is still changed every year. This-research is intended to have the unit cost of the general nursing room at RSUBY and the relationship to the optimum tariff setting concept by considering the tariff setting goal, ATPIWTP, competitors and marketing strategy.
The Unit cost calculated by double distribution method. The ATP/WTP analysis derived from the interview data on 185 respondents at general nursing room. Meanwhile, the competitors identification was performed by an observation. The unit cost calculation of RSUBY indicated that the purpose of cross subsidization from the superior class, first and second class to third class have not been successfully achieved. The 20% mark up for inflation anticipation and reinvestment also did not cover the deficit. This is because the tariff setting orientation has not figured the RSUBY future projection and the gradation index point was far away.
ATP analysis showed that the demand for the general nursing room has inelastic characteristic. This means that the setting price by RSUBY does not influent the consumer buying power. This analysis also denoted that the 1st class, 2nd and 3rd class patients were at deficit financing level that might create a potential bad debt. WTP analysis showed that some of 1st, 2nd and 3rd class patients did not agree with the existing tariff. This WTP indicates the patient's relatives payment capability. Since the nursing expense is patients' relatives responsibility (both nuclear or extended family), therefore, WTP is only a rough figure of patients' willingness based on perception of serving quality that they received.
The potential competitors of RSUBY are private medical physicians and 24 hours medical clinics locate at the surrounding. This is because that the patients who visited RSUBY were near and a lot of them recommended by those physicians. In this case, RSUBY needs to have join effort in a certain ethical degree with those private medical physicians. The RSUBY marketing strategy is to determine the target market for common community and give humanistic services. In performing promotion strategy, RSUBY is recommended to utilize direct contact method to the target market. In other hand, RSUBY requires to perform a tariff intervention.

Berbagai perubahan pada rumah sakit mengakibatkan peningkatan biaya kesehatan, sehingga diperlukan upaya tertentu agar rumah sakit dapat survive. Salah satu upaya tersebut adalah perhitungan biaya satuan yang benar sehingga dapat ditetapkan tarif yang optimal bagi rumah sakit, artinya terjangkau oleh konsumen dan rumah sakit mampu menutup biaya operasional serta reinvestasi. Saat ini BOR kelas Utama, I dan II belum menunjukkan angka yang optimal demikian pula tarif yang ditetapkan, masih mengalami perubahan setiap tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya satuan kamar rawat inap umum RSUBY dan kaitannya dalam konteks proses penetapan tarif yang optimal, dengan mempertimbangkan tujuan penetapan tarif, ATP/WTP, pesaing dan strategi pemasaran.
Perhitungan biaya satuan menggunakan metode double distribution, sedangkan analisis ATP/WTP berasal dari data wawancara terhadap 185 responden di rawat inap umum. Identifikasi pesaing dilakukan berdasarkan observasi. Perhitungan biaya satuan RSUBY menunjukkan bahwa tujuan untuk subsidi silang dari kelas Utama, I dan II ke kelas III belum terpenuhi, demikian pula mark-up 20% untuk antisipasi inflasi dan reinvestasi tidak bisa berjalan. Hal ini disebabkan orientasi penetapan tarif belum mencerminkan proyeksi RSUBY ke depan dan penetapan gradasi index point yang terlalu jauh. Analisis ATP menunjukkan bahwa permintaan untuk rawat inap umum bersifat inelastic, jadi berapapun harga yang ditetapkan RSUBY akan tetap dibeli konsumen.
Analisis ATP menunjukkan bahwa pasien kelas I, II dan III berada pada tingkat deficit financing sehingga berpotensi menyebabkan bad debt. Analisis WTP menunjukkan pasien kelas I, II dan III sebagian menyatakan tidak setuju dengan tarif yang ada: WTP ini menunjukkan kemampuan keluarga pasien untuk membayar, tetapi karena biaya perawatan merupakan tanggungan keluarga pasien (baik inti maupun extended) maka WTP hanya merupakan gambaran kasar kemauan pasien berdasar persepsinya terhadap layanan yang diterima.
Pesaing RSUBY yang potensial adalah dokter praktek swasta dan klinik 24 jam yang berada disekitarnya, karena alasan pasien yang masuk RSUBY adalah dekat dan banyak yang direkomendasikan oleh dokter tersebut. Dalam hal RSUBY perlu melakukan kerja sama dalam batas-batas etis dengan dokter swasta tersebut. Strategi pemasaran RSUBY adalah pemilihan target pasar untuk masyarakat umum dan memberikan layanan yang bersifat humanistik. Dalam melakukan promosi RSUBY sebaiknya langsung 'menyentuh' target pasar. Disamping itu RSUBY perlu melakukan intervensi tarif."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Langitan, Rosamey Elleke
"ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional case control study yaitu penelitian restrospektif tujuannya untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kejadian turnover perawat dengan membandingkan antara kasus 15 perawat yang turnover dengan kontrol 48 perawat yang tidak turnover di Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok.
Hasil penelitian menggambarkan ada hubungan bermakna antara umur, status pernikahan, lama kerja, iklim organisasi, kinerja, dengan kejadian turnover. variabel yang paling berhubungan dengan kejadian turnover adalah kinerja (p=0,001 OR 10,8). Manajemen rumah sakit harus meningkatkan kinerja perawat sehingga dalam melaksanakan tugas dan pelayanan lebih optimal serta memperhatikan sistem rekrutmen tenaga dengan baik dan benar untuk menekan angka kejadian turnover perawat.

ABSTRACT
This research uses descriptive correlational design of case control study retrospectively study aims to identify factors that influence the incidence of turnover among nurses by comparing 15 cases of nurse turnover with 48 controls who did not nurse turnover in Depok Yudha Bhakti Hospital.
The results illustrate a significant correlation between age, marital status, length of work, organizational climate, performance, with the incidence of turnover. Variables most correlated with the occurrence of turnover is the performance (p = 0.001 OR 10.8). Management should improve the performance of hospital nurses so that in carrying out the duties and services more optimally and with regard to recruitment system properly to reduce the incidence of nurse turnover.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28477
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Langitan, Rosamey Elleke
"Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional case control study yaitu penelitian restrospektif tujuannya untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kejadian turnover perawat dengan membandingkan antara kasus 15 perawat yang turnover dengan kontrol 48 perawat yang tidak turnover di Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok. Hasil penelitian menggambarkan ada hubungan bermakna antara umur, status pernikahan, lama kerja, iklim organisasi, kinerja, dengan kejadian turnover. variabel yang paling berhubungan dengan kejadian turnover adalah kinerja (p=0,001 OR 10,8). Manajemen rumah sakit harus meningkatkan kinerja perawat sehingga dalam melaksanakan tugas dan pelayanan lebih optimal serta memperhatikan sistem rekrutmen tenaga dengan baik dan benar untuk menekan angka kejadian turnover perawat.

This research uses descriptive correlational design of case control study retrospectively study aims to identify factors that influence the incidence of turnover among nurses by comparing 15 cases of nurse turnover with 48 controls who did not nurse turnover in Depok Yudha Bhakti Hospital. The results illustrate a significant correlation between age, marital status, length of work, organizational climate, performance, with the incidence of turnover. Variables most correlated with the occurrence of turnover is the performance (p = 0.001 OR 10.8). Management should improve the performance of hospital nurses so that in carrying out the duties and services more optimally and with regard to recruitment system properly to reduce the incidence of nurse turnover."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Arminsih Wulandari
"ABSTRAK
Pelayanan rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan pada umumnya, yang memerlukan penanganan dan perhatian yang seksama. Sebagai tempat berkumpulnya orang sakit maupun sehat, rumah sakit juga merupakan tempat yang memungkinkan untuk terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan atau dapat menjadi tempat penularan penyakit, yang disebut dengan infeksi nosokomial. Ruangan yang potensial untuk terjadi penularan antara lain kamar operasi, ruang perawatan, ruang UGD, ruang umum. Upaya pengelolaan sanitasi rumah sakit merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, mengingat rumah sakit adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum. Salah satu upaya sanitasi lingkungan rumah sakit dalam mengontrol pertumbuhan mikroorganisme adalah kegiatan disinfeksi dan sterilisasi. Dalam mencapai visinya sampai dengan saat ini RSU Bhakti Yudha Depok belum melakukan kegiatan pemeriksaan mikrobiologi udara ruangan (pengukuran angka kuman) dimana kegiatan pengukuran ini dapat mendeteksi terjadinya infeksi nosokomial. Penelititan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efektivitas kegiatan disinfeksi dan sterilisasi pada kamar operasi dan ruang UGD dalam menurunkan jumlah total kuman di udara.
Dalam pertumbuhannya mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain suhu, kelembaban, pencahayaan dan sebagainya yang mana semua itu diatur dalam Permenkes No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Hasil penelitian menunjukkan. jumlah koloni kuman di kamar operasi I pada minggu ke I. sebelum kegiatan disinfeksi dan sterilisasi ada 2 koloni, sedangkan sesudah kegiatan ada 1 koloni sehingga efektivitas kegiatan disinfeksi dan sterilisasi adalah 50%. Sedangkan untuk minggu ke 11 jumlah koloni kumannya 59 koloni dimana 31 koloni diantaranya adalah bakteri. Tidak dapat dilihat efektivitasnya karena tidak dilakukan kegiatan disinfeksi dan sterilisasi. Identifikasi bakteri menunjukkan jenisnya adalah bukan sterplococcus. Faktor lingkungan yang berpengaruh disini adalah pencahayaan, hasil pengukurannya adalah berkisar antara 16-52 lux.
Jumlah koloni kuman untuk kamar operasi II sebelum kegiatan disinfeksi dan sterilisasi pada minggu ke I adalah 2 koloni, untuk minggu ke 11 ada 29 koloni dimana 26 koloni diantaranya adalah bakteri. Untuk kegiatan sesudah disinfeksi dan sterilisasi untuk minggu ke I tidak ada hasilnya karena tidak dilakukan kegitan, sedangkan untuk minggu ke II hasilnya adalah 3 koloni, 2 koloni diantaranya adalah bakteri. Efektivitas kegiatan ini memberikan basil 89.66%. Parameter pencahayaan masih di bawah standar yaitu 37-186 lux
Untuk ruang UGD jumlah koloni kuman sebelum kegiatan disinfeksi adalah 60 koloni sedangkan hasil sesudah kegiatan adalah 84 koloni. Justru terjadi peningkatan pada kegiatan sesudah disinfeksi sehingga efektivitasnya memberikan hasil -44%. Untuk pencahayaan di ruang UGD juga masih di bawah standar yaitu 13-27 lux.
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan disinfeksi dan sterilisasi dapat menurunkan jumlah koloni kuman udara di kamar operasi walaupun pada pada kenyataannya masih ada bakteri yang tertinggal karena faktor lingkungan yaitu pencahayaan yang masih dibawah standar yang ditetapkan oleh Permenkes."
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Asih Widowati
"ABSTRAK
Instalasi Gizi merupakan subsistem unit pelayanan penunjang medik, yang tidak kalah pentingnya, sebagai selayaknya pelayanan medik. Pelayanan yang diberikan oleh instalasi gizi adalah nutrisi untuk pasien yang dirawat inap, disamping pegawai rumah sakit seperti dokter jaga, tamu rumah sakit dan sebagainya. Pelayanan gizi ini amat penting dalam membantu pemulihan kesehatan pasien dan mempercepat kesembuhan serta memperpendek hari rawat (length of stay) yang merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan / citra dari pelayanan suatu rumah sakit. Dalam pelayanan gizi rumah sakit ini diperlukan biaya, yang dikeluarkan oleh rumah sakit, dan biaya ini dikelola penggunaannya oleh Departemen Gizi.
Maka sebaiknya penggunaan biaya ini dipertanggung jawabkan, dan pelaksanaannya sesuai dengan hal-hal yang telah direncanakan semula oleh rumah sakit.
Pada tahun 1995 di Rumah Sakit Bhakti Yudha telah terjadi kesenjangan dalam pemakaian dana atau anggaran yang pada pelaksanaannya melebihi dari rencana semula, sedangkan jumlah hari rawat yang telah ditetapkan oleh rumah sakit pun tidak tercapai. Bertolak dan permasalahan tersebut maka penelitian ini memperkirakan berapa besar selisih biaya tersebut. Hari rawat yang tidak tercapai itu berapa persen-kah besarnya.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah deskriptif laralitatif, dengan: mengolah data primer dan data sekunder yang didapat dari Departemen Keuangan, informatika, ruang perawatan dan tim pengadaan bahan makanan rumah sakit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
1. Pada tahun 1995 di Departemen Gizi memang terjadi selisih biaya, yang besarnya menurut Departemen Keuangan adalah sebesar Rp. 12.321.262,- ; atau sebesar 7 %.
2. Jumlah hari rawat yang tidak tercapai adalah 868 hari rawat atau sebesar 3 %.
Pada saat perencanaan anggarcm, harus diperhitungkan dengan teliti jumlah kebutuhan bahan makanan pasien berdasarkan jumlah standar nilai gizi; berupa : kalori, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin yang jumlahnya sudah baku. Jumlah bahan makanan ini sangat erat kaitannya dengan jumlah biaya yang dibutuhkan untuk anggaran belanja makan pasien selama satu tahun. Untuk hal itu harus dibuat rencana kebutuhan bahan makanan, yang juga mengacu kelas rawat.
Cara perhitungan rencana biaya, dipengaruhi beberapa faktor yang tidak dapat diperkirakan; seperti banyaknya pasien dan tingginya harga pada hari-hari raya, Tahun Baru, Natal dan selama bulan Ramadhan, maka seyogyanya dipakai sistem standar deviasi.
Maka dengan pemakaian sistem tersebut pada akhir tabun anggaran tidak terjadi kekeliruan dalam penilaian atau evaluasi.
Menu yang telah ditetapkan harus dilaksanakan dengan konsekwen, dengan demikian tidak akan terjadi pelanggaran harga makanan perhari rawat yang telah ditetapkan. Guna menjaga citra rumah sakit, perlu kiranya setiap empat sampai enam bulan diadakan modifikasi menu.
Efisiensi pada Departemen Gizi dengan Cara pengelolaan yang baik dan efektif serta mempertahankan mutu harus menjadi dasar falsafah.
Daftar kepustakaan : 33, (1979 - 1996).

ABSTRACT
The Nutritional Service is a subsystem of the unit for medical services support which is not less important, appropriate to medical services.
The services offered by the nutritional services is nutrition for patients staying at the hospital beside the employee of the hospital such as the ward physician, the hospital guests and others.
This nutrition services is very important to help the patient's recovery, to make the recovery of health of the patient faster and to make the length of stay shorter, which is one of the criteria of success I trademark of the hospital's services.
The nutrition services require expenses, supplied by the hospital, the usage of this expenses is managed by the Department of Nutrition.
Therefore it is better that the usage of this expenses be accountable, and the usage conform to the cases formerly programmed by the hospital.
In the year of I995 at the hospital of Shakti Yudha has occurred a discrepancy in the execution of expenses or budget in which the usage differs in excess from the former program, while the length of stay plan by the hospital was not reached.
Commencing from the said discrepancy this study predicts the amount of the difference of the budget. The amount in percentage of the unreached length of stay.
The methods of study used is descriptive qualitative, in which the primary data and the secondary data obtained from the Department of Nutrition, the Department of Finance and Administration, informatics, cure rooms and the team of hospital raw material procurement for food are processed.
The result of the study discloses that :
1. In the year of 1995 at the Department of Nutrition a difference in budget has occured, at the amount of Rp. 12.321.262; , or 7 % ; conform to the Department of Finance and Administration.
2. The total amount of unreached length of slay was 868 days or 3 %.
During the planning of budget, proper calculation of the amount of food material proposed based on the amount of carbohydrate, fat, protein, minerals and vitamins; conform to the standard of nutrition. The amount of food is closely related to the amount of budget for the purchase of food for the patients for one year. For that reason the plan of food requirement has to be performed, and must comply to rooms category.
Misleading standard method of cost expenses plan due to some unpredictable factors, such as the number of patient and the higher price during holidays, New Year, Christmas and during the month of Ramadhan, it is appropriate to use the standard deviation system.
Hence by using the method, the discrepancy of calculation evaluation in costing at the end of the year can be eliminated
The Menu plan must be performed consequently, so that discrepancy from the plan of the cost per meal per day is checked. The well establishment of the hospital must be maintained by adopting menu modifications every four, or six months.
Efficiency in the Department of Nutrition by means of well and effectively management, and keeping quality is the idea to be the fundamental principle.
List of references : 33, (1979 - 1996).
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>