Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147401 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farisza Gita
"Terlepasnya pasak tuang karena fitness yang tidak baik terhadap permukaan saluran akar, menyebabkan retensi pasak tidak optimal. Penelitian ini adalah suatu kwasi eksperimental laboratorik yang membandingkan akurasi pola pasak resin akrilik dan pola pasak inlay wax berdasarkan waktu penyimpanan. Pengamatan dilakukan terhadap celah marginal antara master die dengan spesimen menggunakan Electric Measuring Microscope MM-40 Nikon. Waktu penyimpanan yang diamati adalah 15 menit, 30 menit dan 24 jam. Secara deskriptif terbukti kontraksi inlay wax lebih besar dibandingkan kontraksi resin akrilik.
Hasil uji ANOVA 2 arah menunjukkan interaksi antara waktu penyimpanan dan jenis bahan pola, sedangkan hasil ANOVA 1 arah menunjukkan perbedaan bermakna antar waktu penyimpanan masing-masing bahan pola pada P 0.000. Hasil uji Limit Significant Difference pada masing-masing bahan pola menyimpulkan adanya perbedaan bermakna antar waktu penyimpanan, sedangkan uji menyimpulkan pula perbedaan bermakna pada masing-masing waktu penyimpanan antara kedua bahan pola. Disimpulkan akurasi pola pasak resin akrilik lebih baik dibandingkan pola pasak inlay wax."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farisza Gita
"Terlepasnya pasak tuang karena fitness yang tidak baik terhadap permukaan saluran akar, menyebabkan retensi pasak tidak optimal. Penelitian ini adalah suatu kwasi eksperimental laboratorik yang membandingkan akurasi pola pasak resin akrilik dan pola pasak inlay wax berdasarkan waktu penyimpanan. Pengamatan dilakukan terhadap celah marginal antara master die dengan spesimen menggunakan Electric Measuring Microscope MM-40 Nikon. Waktu penyimpanan yang diamati adalah 15 menit, 30 menit dan 24 jam. Secara deskriptif terbukti kontraksi inlay wax lebih besar dibandingkan kontraksi resin akrilik.
Hasil uji ANOVA 2 arah menunjukkan interaksi antara waktu penyimpanan dan jenis bahan pola, sedangkan hasil ANOVA 1 arah menunjukkan perbedaan bermakna antar waktu penyimpanan masingmasing bahan pola pada P 0.000. Hasil uji Limit Significant Difference pada masing-masing bahan poly menyimpulkan adanya perbedaan bermakna antar waktu penyimpanan, sedangkan uji 't' menyimpulkan pula perbedaan bermakna pada masing-masing waktu penyimpanan antara kedua bahan pola. Disimpulkan akurasi pola pasak resin akrilik lebih baik dibandingkan pola pasak inlay wax."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Erwin
"ABSTRAK
Pada masa sekarang ini, perawatan ortodonti dengan alat cekat telah menggunakan sistim rekat langsung. Sistim rekat langsung ini mempunyai banyak keuntungan. Tetapi dalam sistim ini, kadang-kadang braket dapat lepas dari permukaan enamel karena tekanan-tekanan yang diterima oleh braket atau karena kekuatan rekat dari bahan perekat yang kurang baik. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran kekuatan tahan tarikan dan kekuatan tahan geseran dari dua macam bahan yang banyak digunakan oleh para Ortodontis yaitu bahan perekat Unite dan System 1+. Uji tarik dilakukan dengan menggunakan gigi Premolar pertama dari gigi manusia secara in-vitro dengan menggunakan alat uji tarik Comtent. Dari hasil uji tarik, dengan analisa statistik t-test diperoleh bahwa ada perbedaan bermakna antara kekuatan tahan tarikan antara bahan perekat Unite dengan bahan perekat System 1+. Sedangkan dalam hal kekuatan tahan geseran antara kedua bahan tersebut ada perbedaan tidak bermakna. Jadi bahan perekat Unite lebih kuat dibandingkan dengan bahan perekat System 1+.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Nugrahani
"Pendahuluan: Bidang ortodonti selalu mengalami kemajuan, termasuk di bidang teknologi. Salah satunya adalah berkembangnya model studi digital tiga dimensi yang menggantikan peran model studi konvensional yang terbuat dari stone.
Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan hasil pengukuran lebar mesio-distal, jarak interkaninus, dan jarak intermolar gigi pada model studi digital 3D dengan model studi konvensional.
Material dan Metode: Dua belas subyek dengan geligi tidak berjejal dicetak hanya pada rahang atas sebanyak dua kali, dengan menggunakan bahan cetak alginat dan polivinylsiloxane. Cetakan alginat dicor dengan stone untuk memperoleh model studi konvensional, sedangkan cetakan polivinylsiloxane dipindai untuk memperoleh model studi digital 3D. Pemindaian dilakukan menggunakan piranti pemindai laser triangulasi yang dirakit oleh Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB dan perangkat lunak David Laser Scan. Pengukuran lebar mesio-distal gigi, jarak interkaninus, dan jarak intermolar pada model studi konvensional diukur menggunakan kaliper digital, sedangkan pada model studi digital 3D menggunakan software pengukur.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara pengukuran lebar mesio-distal, jarak interkaninus, dan jarak intermolar pada model studi konvensional dengan model studi digital 3D (p>0.05).
Kesimpulan: Pengukuran pada model studi digital 3D sama akurat dengan model studi konvensional.

Introduction: Orthodontics always develop, including in the field of technology. One of the orthodontic technologies is the development of 3D digital study models that replaces the conventional study models made by stone.
Objective: The aim of this study is to compare the measurements of mesio-distal teeth width, intercanine width, and intermolar width between the 3D digital study models and the conventional study models.
Materials and Methods: Twelve sets of upper arch dental impressions were taken from subjects with non-crowding teeth. The impressions were taken twice, one with alginate and the other with polivinylsiloxane. The alginate impressions were made into conventional study models, whereas polivinylsiloxane impressions scanned to obtain 3D digital study models. Scanning was performed using laser triangulation scanner device assembled by the School of Electrical Engineering and Informatics ITB and David Laser Scan software. Measurements of mesio-distal width, intercanine width, and intermolar width measured on conventional study models using digital calipers, while the 3D digital study models using the measurement software.
Results: There were no significant differences between the measurements of mesio-distal width, intercanine width, and intermolar width between the conventional and 3D digital study models (p> 0.05).
Conclusion: The measurements on 3D digital study models are as accurate as conventional study models.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raedi Mahardika
"Latar belakang: Penggunaan alat ortodonti lepas dapat menyebabkan retensi plak dan bakteri yang menyebabkan menurunnya derajat keasaman saliva. Agen anti mikroba diperlukan untuk mengurangi jumlah plak dan bakteri tersebut.
Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas perendaman alat ortodonti lepas dengan bahan pembersih gigi tiruan terhadap perubahan pH saliva pada pasien di RSGM-P FKG UI.
Metode: Dua puluh subjek dibagi menjadi dua kelompok K1 dan K2 dilakukan perendaman alat ortodonti lepas menggunakan aquabides untuk kelompok (K1) dan larutan bahan pembersih gigi tiruan untuk kelompok (K2). Perendaman dilakukan 5 menit selama 4 hari berturut-turut. Subjek diinstruksikan membersihkan alat ortodonti lepas dua kali sehari dan mengurangi konsumsi makanan manis, asam, dan soda. Dilakukan pengukuran pH saliva pada awal dan hari kelima pemakaian alat ortodonti lepas.
Hasil: Berdasarkan analisa statistik uji t, perubahan pH saliva sebelum dan setelah alat ortodonti lepas direndam dengan aquabides dan bahan pembersih gigi tiruan menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p < 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa bahan pembersih gigi tiruan efektif membersihkan plak dan bakteri serta menjaga kestabilan pH saliva.
Kesimpulan: Perendaman alat ortodonti lepas menggunakan bahan pembersih gigi tiruan efektif menjaga kestabilan pH saliva di rongga mulut pada pasien pengguna alat ortodonti lepas.

Background: The usage of removable orthodontic appliance can cause plaque retention and bacterias can decrease pH level of saliva. Antimicrobial agent is needed to reduce the number of plaque and bacterias.
Aim: To know the submersion’s effectivity of removable orthodontic appliances with prothese’s cleansing agent towards patient’s alteration of pH saliva in RSGMP-FKG UI.
Methods: Twenty subjects are divided into two groups, K1 and K2. For group K1, removable orthodontic appliances is submerged in aquadest and prothese’s cleansing agent for group K2 for five minutes and four days (once per day). Subjects are instructed to clean removable appliance twice per day and to reduce the consumption of sweet and sour dietary and soda. The measurement of pH saliva is done on the first and the fifth day of removable orthodontics appliance’s usage.
Result: Based on statistic analysis, the alteration of pH level of saliva percentage after removable orthodontic appliance is submerged with aquadest and Polident prothese’s cleansing agent show a significant result with p<0.01. It shows that the prothese`s cleaning agents is effective for plaque and bacterical cleaning and keep the pH level of saliva`s normally.
Conclusion: Removable orthodontic appliance submersion using prothese’s cleansing agent is effective to maintain pH level of saliva’s stability in normal condition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S44184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Marsha Sri Rezeki
"Latar Belakang: Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan restorasi proksimal resin komposit adalah adaptasi yang rapat tepi restorasi dan dinding gingiva kavitas. Restorasi resin komposit akan mengalami kontraksi saat polimerisasi sehingga terdapat celah antara tepi restorasi dan kavitas. Celah ini dapat menimbulkan kebocoran mikro sehingga menyebabkan bakteri, cairan, molekul, dan ion masuk kedalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat kebocoran mikro dinding gingiva restorasi proksimal resin komposit nanohibrid antara teknik inkremental, bulk-fill yang diaktivasi sonik, dan tanpa aktivasi sonik.
Metode: Kavitas kelas II dipreparasi pada tiga puluh gigi premolar rahang atas dan bawah, kemudian dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama ditumpat dengan RK bulk-fill yang diaktivasi sonik, kelompok kedua dengan RK bulk-fill tanpa aktivasi sonik, dan kelompok ketiga dengan RK yang diletakkan secara inkremental. Selanjutnya spesimen direndam dalam air distilasi selama 24 jam dan kemudian dilakukan uji thermocycling, yang diikuti perendaman dalam metilen biru 1% selama 24 jam. Gigi selanjutnya dibelah longitudinal dan dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop stereo pembesaran 25x dan dinilai dalam skala ordinal (0-3). Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik di antara tiga kelompok.
Kesimpulan: Tidak ada satupun dari kelompok RK bulk-fill yang diaktivasi sonik, bulk-fill tanpa aktivasi sonik dan yang diletakkan secara inkremental yang dapat menghilangkan kebocoran mikro pada dinding gingiva kavitas kelas II.
Kata kunci: kebocoran mikro, teknik peletakan resin komposit, kontraksi

Background One of the factor that determine the success of proximal composite restoration is a good marginal adaptation at the interface area Composite resin will undergo contraction during polimerization which may result gap formation between the wall cavity and restoration. The gap can cause a microleakage and resulting a passage for bacteria fluid molecules and ions The purpose of this study is to analize the microleakage of gingival wall nanohybrid composite restoration that filled using sonic activated bulk bulk without sonic activation and incremental techniques.
Methods Standardized class II cavities were prepared on 30 extracted human upper and lower human teeth and randomly assigned to three groups The first group were filled with sonicactivated bulk fill composite resin the second group were filled with bulk fill composite resin without sonic activation and the third group were filled incrementally. The specimens were stored in distilled water for 24 hours and then subjected to thermocycling followed by immersion in 1 methylene blue dye for 24 hours. The teeth were sectioned longitudinally and evaluated for microleakage under 25x magnification stereomicroscope and scored in ordinal scale 0 3 Statistical analysis was performed with the Kolmogorov Smirnov test.
Results There was no statistically significant difference among the three groups Conclusion None of the the techniques was capable of eliminating the microleakage on gingival wall cavity preparations.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanaria Putri Sari Effrianto
"Pendahuluan: Berbagai pilihan produk braket dan kawat ortodonti tersedia di pasaran
sehingga para ortodontis harus lebih cermat dalam melakukan seleksi terhadap produk
braket dan kawat yang digunakan. Ukuran tinggi slot braket dan dan diameter kawat
ortodonti yang tercantum pada label kemasan dapat berbeda dengan ukuran hasil
pengukuran. Hal ini dapat mempengaruhi hasil pergerakan gigi yang terjadi selama
perawatan ortodonti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ukuran tinggi
slot braket dan diameter kawat sebenernya dari produk 3M/Unitek, Ormco, dan
Dentaurum serta menganalisis perbedaannya dengan ukuran yang tertera pada kemasan.
Metode: Sampel penelitian terdiri dari 30 braket gigi insisif atas slot 0.022 inci dan 45
kawat ukuran 0,019 x 0,025 inci yang terdiri dari merk 3M/Unitek, Ormco, dan
Dentaurum. Pengukuran tinggi slot braket dan diameter kawat ortodonti dilakukan
menggunakan Mikroskop Stereoskop Discovery V12 (Carl Zeiss Microimaging GmbH,
Jerman) disertai perangkat komputer dan AxioCam.
Hasil: Nilai rerata ukuran tinggi slot braket Ormco hasil pengukuran adalah 0,488 mm,
3M/Unitek adalah 0,491 mm, Dentaurum adalah 0,538 mm. Nilai rerata ukuran
diameter kawat Ormco berupa tinggi kawat hasil pengukuran adalah 0,413 mm dan
lebar kawat hasil pengukuran adalah 0,496 mm, nilai rerata ukuran diameter kawat
3M/Unitek berupa tinggi kawat hasil pengukuran adalah 0,413 mm dan lebar kawat
hasil pengukuran adalah 0,500 mm, nilai rerata ukuran diameter kawat Dentaurum
berupa tinggi kawat hasil pengukuran adalah 0,419 mm dan lebar kawat hasil
pengukuran adalah 0,510 mm.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna rerata ukuran tinggi slot braket dan
diameter berupa tinggi dan lebar kawat ortodonti produk 3M/Unitek, Ormco, dan
Dentaurum pada hasil pengukuran dengan ukuran pada kemasan.

Introduction: A wide selection of orthodontic brackets and wire products are available so
orthodontists must be more careful in selecting the bracket and wire products used. The
height of the bracket slot and the diameter of the orthodontic wire indicated on the
packaging label may differ from the result of the real measurement. This can affect
tooth movement that occurs during orthodontic treatment. The purpose of this study was
to determine the size of the bracket slot height and wire diameter of the 3M/Unitek,
Ormco, and Dentaurum products and to analyze the difference with the sizes listed on
the packaging.
Method: The research sample consisted of 30 incisor brackets which have 0.559 mm
(0.022 inch) slot and 45 wires which have 0,48 x 0,64 mm (0.019 x 0.025 inch)
diameter consisting of the 3M/Unitek, Ormco, and Dentaurum brands. The
measurement of the bracket slot height and the diameter of the orthodontic wire was
carried out using the Discovery V12 Stereoscopic Microscope (Carl Zeiss
Microimaging GmbH, Germany) along with a computer and an AxioCam.
Results: The mean value of the measured Ormco bracket slot height measurement is
0.488 mm, 3M/Unitek is 0.491 mm, Dentaurum is 0.538 mm. The average value of the
Ormco wire diameter in measured wire height is 0.413 mm and the measured wire
width is 0.496 mm, the mean value of 3M/Unitek wire diameter in measured wire height
is 0.413 mm and the measured wire width is 0.500 mm, the mean value the diameter of
the Dentaurum wire in measured wire height is 0.419 mm and the measured wire width
is 0.510 mm.
Conclusions: There is a significant difference in the mean diameter size in the form of
height and width of the orthodontic wire of 3M/Unitek, Ormco, and Dentaurum
products measured by the size on the packaging.
"
2019: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina
"Pendahuluan: Kehadiran jenis braket sistem self-ligating pasif menambah variasi jenis braket yang digunakan dalam perawatan ortodonti saat ini, sehingga timbul pertanyaan mengenai efektifitasnya terhadap perawatan ortodonti. Salah satu parameter yang menentukan efektifitas tersebut adalah durasi waktu perawatan yang dibutuhkan untuk memperbaiki maloklusi, misalnya kecepatan penutupan ruang secara en-masse menggunakan elastomeric chain.
Tujuan: Mengetahui efektifitas perawatan ortodonti yang dilakukan menggunakan sistem braket self-ligating pasif dan sistem braket konvensional selama tahap penutupan ruang secara en-masse.
Metode: Penelitian prospective randomized controlled clinical trial dengan teknik split mouth ini dilakukan selama 11 bulan. Sebelas subyek (3 pria dan 8 wanita usia minimal 15 tahun) dengan pencabutan premolar satu rahang atas dan akan memasuki tahap space closure diikutsertakan dalam penelitian ini. Setiap subyek dipasangkan braket konvensional di satu sisi rahang dan self-ligating pasif di sisi lainnya, dimana penentuannya dilakukan secara random, kemudian diberikan gaya sebesar 150 g dengan powerchain pada kawat SS .019 x .025. Pengukuran jarak penutupan ruang dan kehilangan penjangkaran dilakukan pada T0, T1 (4 minggu), dan T2 (8 minggu).
Hasil: Terdapat perbedaan rata-rata kecepatan penutupan ruang yang signifikan antara kelompok sistem braket self-ligating pasif dan kelompok sistem braket konvensional (p=0,010) dimana kelompok braket self-ligating pasif memiliki kecepatan yang lebih besar dibandingkan kelompok braket konvensional, namun tidak terdapat perbedaan rata-rata kehilangan penjangkaran yang signifikan secara statistik antara kedua kelompok tersebut.
Kesimpulan: Sistem braket self-ligating pasif memiliki efektifitas yang lebih baik karena dapat mempercepat durasi waktu perawatan ortodonti.

Introduction: The presences of passive self - ligating bracket system add variety of bracket type used in today's orthodontic treatment, so that raised question in regard to the effectiveness of the treatment. One of the parameters that determines the effectiveness of the treatment is the time required to fix malocclusion, e.g. rate of en - masse closing space using elastomeric chain.
Objectives: To study the effectiveness of orthodontic treatment using passive self - ligating system and conventional system during space closure stages.
Methods: Prospective randomized controlled clinical trial with a split mouth technique was carried out for 11 months. Eleven subjects (3 men and 8 women with age minimum of 15 year old) with the extraction of the first premolars, where it will enter the space closure stage were included in this study. Each subject was bonded with conventional bracket on one side of the arch and with passive self - ligating on the other side which was determined randomly, was given a force of 150 g with power chain on .019 x .025 SS wire. The measurement of space closure and loss of anchorage were performed at T0, T1 (4 weeks), and T2 (8 weeks).
Result: There was significant differences of the average rate of closing space between passive self - ligating system and conventional system group (p = 0.010), for which a group of passive self - ligating system has a greater speed compare than conventional group, though there was no difference in loss of anchorage between the two groups.
Conclusion: The passive self - ligating system is more effective because it can reduce the duration of orthodontic treatment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rinto Abimanyu
"Latar Belakang: Perforasi merupakan suatu kesalahan yang dapat menyebabkan dampak luas pada perawatan endodontik. Hal ini bisa terjadi saat melakukan akses ke kamar pulpa dan akan melibatkan jaringan periodonsium. Oleh sebab itu perforasi harus segera ditutup untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi baik yang terjadi selama perawatan maupun setelah perawatan. Untuk diperlukan bahan yang mempunyai biokompatibilitas baik dan waktu setting yang pendek serta mempunyai kemampuan penutupan yang baik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan kebocoran mikro antara MTA dengan Biodentine sebagai bahan penutup perforasi akses.
Metode: Kebocoran mikro dinilai dengan melihat penetrasi zat metilen biru antara bahan restorasi dengan dinding perforasi saluran akar menggunakan mikroskop stereo. Analisis data dengan uji Kolmogorov-smirnov.
Hasil: Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil tidak terdapat perbedaan bermakna kebocoran mikro antara Biodentine dan MTA
Kesimpulan: Biodentine dan MTA tidak ada perbedaan dalam hal kebocoran mikro yang digunakan sebagai bahan penutup perforasi akses.

Background: Perforation is one of the most common problem can cause wide effect in endodontic treantment. It happened when operator tried to make an access to the pulp chamber. Contamination to the root canal from the perforation site can decreased the healing abbility, that is why perforation had to be treated as soon as it happened. The aim of this present study was to evaluate microleakage on MTA and Biodentine as material for treat access perforation.
Methods: Microleakage was evaluated by assassed metilen blue penetration between restoration material and perforation site using stereo microscope. The data was analyzed with Kolmogorov-Smirnov.
Results: Based on data analyzing there is no differences between two materials.
Conclusion: MTA and Biodentine had no significant differences on microleakage as a treatment material for access perforation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Pediarahma
"Inflamasi gingiva adalah kondisi patologis yang paling sering disebabkan oleh plak bakteri.Secretory immunoglobulin A (sIgA) adalah immunoglobulin yang menonjol pada saliva dan merupakan mekanisme pertahanan spesifik utama rongga mulut.Secretory immunoglobulin A meningkat jika terdapat stimulus imunologi lokal, salah satunya adalah alat ortodonti cekat.Pada penggunaan alat ortodonti cekat juga terjadi peningkatan akumulasi plak dan inflamasi gingiva. Penelitian mengenai hubungan sIgA dengan inflamasi gingiva menunjukkan hasil yang bervariasi Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kadar sIgA saliva dan inflamasi gingiva pada anak yang menggunakan alat ortodonti cekat. Sampel saliva didapatkan dari 16 anak yang menggunakan alat ortodonti cekat dengan inflamasi gingiva dan 16 yang menggunakan alat ortodonti cekat tanpa inflamasi gingiva. Seluruh subjek dilakukan pemeriksaan Gingival Index untuk menilai inflamasi gingiva,dan sample saliva diukur kadar sIgAnya dengan ELISA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif lemah tidak bermakna antara kadar sIgA saliva dan inflamasi gingiva pada anak yang menggunakan alat ortodonti cekat (r =0,282 p=0.290). Semakin tinggi kadar sIgA saliva pada anak yang menggunakan alat ortodonti cekat, maka semakin tinggi inflamasi gingivanya.

Gingival Inflammation is a pathologic condition that often caused by bacterial plaque. Secretory immunoglobulin A (sIgA) is the main immunoglobulin in saliva and specific defense mechanism in oral cavity.Secretory immunoglobulin A is stimulated by local immune factor. Orthodontic fixed appliance is one of the local factor. Fixed appliance may increase the value of plaque and gingival inflammation. Research about correlation between sIgA level and gingival inflammation shows vary results. This study aimed to analyze correlation between salivary sIgA and gingival inflammation in children with fixed ortodontic appliance.Saliva samples were collected from 32 children with ortodontic appliance. Sixteen of them have gingival inflammation, and 16 of them have no gingival inflammation. Gingival Index were examined and use ELISA to asses salivary sIgA level. The study showed there is weak and not significant positive correlation between salivary sIgA level and gingival inflammation in children with orthodontic appliance (r =0,282 p=0.290).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>