Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188439 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elis Puspitasari
"Keberadaan pesantren dalam era perubahan yang berjalan terlalu cepat ini dapat pula rnengalami kegancangan dengan pergeseran fungsi bahkan sampai terjadi disfungsi kelembagaan pesantren yang mengakibatkan kemunduran. Abdullah (1996:111) menyatakan bahwa pesantren mengalami perubahan, baik sehagai akibat dari dinamika internal maupun. sebagai penetrasi "dunia luar". Dalain studi ini berusaha melihat Pesantren Karangsari yang tengah dalam tantangan modernitas.
Penelitian ini ingin menggali faktor-faktor yang melatarbelakangi kemunduran pesantren, Dari Perspektif Pakta Social dengan Teori Siruklural Fungsional dikaji faktor-faktor eksternal kemunduran pesantren. Sementara untuk menggali lebih dalam terutama faktor-faktor internal pesantren dikaji dengan Perspekt if Definisi Social.
Penelitian dilakukan secara kualitatif sebagai konsekuensi inetodologis Perspektif Deflnisi Social dengan wawancara mendalam, analisa dokumentasi dan
observasi partisipatif untuk menggali lehih dalam informasi mengenai faktor-faktor kemunduran pesantren. Sebagai konsekuensi metodologis Perspektif Fakta Sosial untuk mendapatkan data mengenai tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku anggota masyarakat di lokasi penelitian Berta faktor-faktor eksternal kemunduran pesantren dengan menggunakan kuesioner. Penelitian dilakukan selama kira-kira 6 bulan di Pondok Pesantren Karangsari (PPKS) di Desa Karangsari, Kec. Kembaran, Kab. Banyumas.
Temuan lapangan menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor internal dan eksternal yang melatarbelakangi terjadinya kemunduran PPKS. Faktor internal berkisar pada : rnemudarnya kharisma kyai PPKS, pergeseran fungsi kyai dan pesantren dari multifungsi rnenjadi monofungsi menyempitkan perannya ditengah masyarakat, lemahnya daya adaptif pesantren karena sikap uzlahnya, adanya konflik internal ditubuh PPKS turut pula andil terhadap kemundurannya. Faktor internal yang paling dominan dalam kemunduran PPKS adalah lemahnya daya adaptif PPKS.
Faktor eksternal kemunduran pesantren lebih didominasi oleh faktor modernisasi yang tercerrnin dalam beberapa faktor, yaitu : hadirnya sekolah umum, penempatan pesantren dalam Sistem Pendidikan Nasional yang terkesan sebagai pendidikan nomor dua setelah pendidikan umum, pergeseran penilaian masyarakat terhadap pendidikan, di samping terputusnya hubungan antara PPKS dengan Depag dan intervensi pemerintah lokal (Desa) yang Golkar menekan dan menghambat kelangsungan PPKS yang berafiliasi ke PPP."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wardana
"Institusi pesantren mempunyai sejarah yang sangat panjang dalam sejarah bangsa Indonesian mulai dari masa kolonialisasi Belanda sampai sekarang. Pesantren menjadi bagian yang tidak tepisahkan dengan budaya lokal masyarakat Indonesian terutama masyarakat jawa, malah pesantren sudah dianggap sebagai sebuah subkultur tersendiri dalam masyarakat. Perjalanan panjang sejarah pesantren dari masa ke masa telah memberikan bentuk tersendiri dalam perkembangan pesantren. Sebagai sebuah institusi yang hadir dalam sebuah ruang yang `tidak hampa udara', mau tidak mau pesantren harus mampu menyesuaikan dan mengembangkan diri seiring dengan perkembanagan zaman dan masyarakat sekitar, namun demikian di sisi lain tidak bisa dipungkiri bahwa pesantren tetap teguh dengan tradisi yang tetap dipertahankan dan dipeliharan dari masa ke masa, dan menjadi sebuah kebanggaan bagi masyarakat pesantren. Kemampuan pesantren untuk tetap exist dan survive di tengah-tengah memang sudah terbukti; dari sejak awal berdirinya di akhir abad sembilan belas sampai sekarang, kondisi pesantren semakin berkembang baik secara kuantitaif maupun kualitatif Banyak faktor yang menyebabkan kenapa pesantren masih tetap bertahan dari dulu sampai sekarang dan tetap menjadi institusi yang berarti dalam masyarakat tertentu baik lewat output dari pesantren itu sendiri maupun dari kharisma pempimpin pesantren tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor yang membuat pesantren tetap bertahan (survive) dari dulu sampai sekarang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini akan dilihat dari organisasi penyelenggar pesantren, sisi kepemimpinan serta nilai-nilai tradisi yang dimilki oleh pesantren .
Penelitian ini menggunakan metode qualitatif dan dilakukan di pesantren Tebuireng yang berlokasi di desa Cukir, kecamatan Diwek, Jombang Jawa Timur. Pesantren ini mempunyai sejarah panjang mulai dari akhir abad kesembilan belas sampai sekarang tetap survive di tengah-tengah masayarakat. Dari hasil penelitian di pesantren tersebut terlihat bahwa pesantren Tebuireng, ada beberapa hal yang berubah dan dikembangkan di pesantren Tebuireng, misalnya membentuk organisasi penyelengara pesantren dengan suatu badan yaitu Yayasan juga perubahan orientasi kepemimpinan dari tradisional ke arah manajemen modern yang tidak lagi memunculkan figur sentral.
Namum uniknya walapun telah menerapkan manajemen modern, figure pemimpin tetap harus berada di Langan keturunan langsung darah biru kiyai. Begitu juga dalam hal kurikulum, sistem dan bangunan fisik yang terus disesuaikan dengan zaman. Namum demikian nilai-nilai spiritual yang mengarah kepada kesucian batin tetap dipertahankan, nilai-nilai akal budi dan moral seperti nilai keikhlasan, kesederhanaan, mandiri dalam hidup, rasa penghormatan yang kuat terhadap guru atau kiyai serta metode sorogan dan bendongan dalam penyelenggaraan belajar mengajar kitab Islam klasik dengan cara lesehan dalam mesjid tetap dipertahankan walaupun pada saat yang sama, pesantren juga mengadopsi sistem pengajaran modern di ruangan kelas yang menggunakan meja dan kursi.
Dewasa ini,pesantren yang mengklaim dirinya sebagai pesantren salaf (tradisionai) murni sudah sulit dijumpai. Walaupun mereka bangga dengan nama salaf yang senantiasa dilabeikan di belakang nama pesantren, namum pada kenyataan nilai-nilai di luar nilai-nilai salaf tetap diadopsi dalam rangka menyesuaikan diri dengan perkembanagn zaman. Ha! ini pula barangkali yang menyebabkan pesantren dengan segala tradisinya tetap eksist, survive dan tetap bisa diterima di tengah-tengah masyarakat.
Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa pesantren Tebuireng yang didirikan oleh seorang ulama besar, KH. Hasyim Asy'ary dan sekarang dipimpin oleh putranya yaitu KH Yusuf Hasyim dimana telah menghasilkan beberapa tokoh lokal dan nasional terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan tradistradisi tertentu yang mereka anggap masih relevan untuk dipertahankan. Eksistensi pesantren tersebut masih tetap diperhitungkan oleh masyarakat; pesantren ini tetap menjadi `kiblat' persoalan-persoalan keagamaan bagi masyarakat sekitar, anima masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di pesantren tersebut jugs masih cukup tinggi walapun berbagai institusi pendidikan modern sebuah berjaritur dalam masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan pesantren untuk memodifikasi diri dan mempertahankan tradisi yang masih tetap dikehendaki oleh masyarakat, baik dalam hal kepemimpinan, organisai penyelenggaraan pendidikan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T12248
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Andriyani Achmanagara
"ABSTRAK
Keseimbangan lansia dapat dipengaruhi oleh faktor internal (usia, jenis kelamin,
pekerjaan, riwayat jatuh, aktivitas fisik, status nutrisi, hipotensi ortostatik, dan
takut jatuh) dan faktor eksternal (lingkungan dan penggunaan alas kaki).
Penelitian bertujuan mengidentifikasi hubungan faktor internal dan eksternal
dengan keseimbangan lansia. Penelitian menggunakan desain deskriptif
korelasional pada 103 sampel melalui teknik proportional sampling. Hasil
menunjukkan ada hubungan antara usia, pekerjaan, riwayat jatuh, hipotensi
ortostatik, status nutrisi, takut jatuh dengan keseimbangan. Faktor internal lebih
berhubungan dengan keseimbangan daripada faktor eksternal. Perawat komunitas
disarankan untuk mendapat pelatihan tes keseimbangan atau timed up and go test
(TUGT) dan pencegahan gangguan keseimbangan.

Abstract
The internal factors (age, sex, occupation, falls history, physical activity,
nutritional status, orthostatic hypotension, fear of falling) and external factors
(environment and footwear) affect the elders? balance. The study aimed to identify
the correlation of internal and external factors to elders? balance. A descriptive
correlation design was applied to 103 samples. It showed that age, occupation,
history of falls, orthostatic hypotension, nutritional status, fear of falling
correlated to the balance. The internal factors have more influence to elders?
balance. A training of timed balance tests up and go test (TUGT) and prevention
of balance disorders are suggested for community nurses."
2012
T31232
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rika
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Winarni Susyanti
"ABSTRAK
Istilah wanita karier secara tersirat mengandung anti, bahwa dunia ini pada dasarnya adalah dunia pria. Henurut Schwarz pria itu "tidak hidup di dalam rumahnya", seperti halnya dengan seorang wanita, walaupun ia di dalam rumah itu. Ia hidup di mana dia bekerja, di kantor atau di ruang studinya. Karena itu pria karier itu dapat dikatakan sebagai satu hal yang identik, sebagai dasar eksistensi si pria didalam dunianya. Karena itulah kita hingga kini tidak mengenal sebutan pria karier.
Lain halnya dengan wanita, maka sebutan wanita karier nampaknya makin lama makin popular serta perlu; hal ini karena adanya desakan dari kenyataan sosial bahwa wanita itu makin banyak yang kini hidup.di dalam dunianya yang di jaman Kartini dianggap sebagai milik pria.
Kemampuan dan bakat wanita yang terbukti sama baiknya dengan pria di dalam dunia karier, membuka mata dunia, bahwa dunia karier itu bukan harus hanya diisi oleh kaum pria. Wanita menurut Buytendijk dan Plessner bersifat pathis dalam hidupnya; seorang wanita itu berfungsi merawat. Walupun pathis itu bukan berarti pasif, tetapi berarti lebih terbuka untuk pengalaman dan pengaruh-pengaruh, maka wanita itu secara hakiki diidentikkan dengan rumah tangga, dengan tugas merawat keluarga dan rumah tangga yang merupakan sifat hakikinya.
Masalah yang pertama yang timbul dan sering cukup menimbulkan ketegangan dan menimbulkan masalah-masalah sampingan lain, adalah konflik yang sering timbul karena sifat hakekat wanita.
Seperti telah disebutkan, maka hakekat wanita menurut Buytendijk dan Plessner adalah merawat. Karena itu kesatuan wanita dengan rumahnya pada dasarnya adalah kuat, sedang dalam prakteknya sering menjadi sumber timbulnya ketegangan dan persoalan pengambilan peran yang harmonis di dalam dua dunia yang berbeda. Problem yang timbul pertama kali untuk menjadi wanita karier adalah ketegangan karena wanita itu untuk selama waktu tertentu harus berpisah dengan dunia hakikinya. Di dalam masa-masa pertama ini hal ini seringkali mudah menimbulkan keadaan sensitif, goncangan konsentrasi. Tetapi pada umumnya, terutama bila wanita itu dapat mengambil peran yang tepat di dalam kedua dunia itu dalam suatu posisi yang harmonis, maka kedua dunia itu akan menjadi satu dunia yang khas, yang tidak jarang bahkan menjadi sumber inspirasi, idea maupun dorongan serta gairah hidup.
Berdasarkan hal itu penulis ingin sekali mengetahui bagaimana caranya wanita karier tersebut mengatasi hambatan-hambatannya. Dan inilah yang penulis lacak melalui suatu penelitian kelompok terhadap wanita-wanita karier di kantor-kantor pemerintah, swasta dan organisasi wanita di Jakarta."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Dwi Pratiwi
"Penelitian ini bertujuan menggambarkan proses pengawasan internal dan eksternal dana desa yang bersumber dari APBN di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengawasan internal dan eksternal dana desa di Kabupaten Bogor. Teori yang digunakan pada proses pengawasan internal yaitu proses pengawasan serta teori pengawasan eksternal yaitu transparansi, akuntabilitas dan partisipasi. Pendekatan penelitian ini adalah post-positivism dengan teknik pengumpulan data studi kepustakaan dan wawancara mendalam.
Hasil penelitian proses pengawasan internal dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten Bogor belum optimal karena hanya dilaksanakan secara umum pada kegiatan pengawasan pemerintah desa melalui Program Kerja Pengawasan Tahunan PKPT yang dilaksanakan selama 5 putaran dalam satu tahun. Pengawasan khusus mengenai dana desa belum dilaksanakan untuk tahun 2015-2016.
Faktor yang mempengaruhi pengawasan internal oleh Inspektorat Kabupaten Bogor yaitu perubahan struktur pemerintah desa, unsur politis desa, SDM aparatur pemerintah desa, kuantitas SDM Inspektorat, dan luas wilayah pengawasan. Proses pengawasan eksternal dengan konsep transparansi, akuntabilitas dan partisipasi belum optimal karena dipengaruhi kejelasan informasi, ketersediaan informasi konten elektronik yang belum terdistribusi, akses masyarakat menerima dokumen, pertanggung jawaban masih lemah dan keterlibatan aktif dalam partisipasi masyarakat belum optimal.

This study aims to describe internal and external monitoring processes of village funds sourced from APBN in Bogor Regency, West Java Province as well as factors influencing internal and external monitoring of village funds in Bogor Regency. The theory used in the internal control process is the process of supervision and external control theory that is transparency, accountability and participation. The approach of this research is post positivism with data collection technique of library study and in depth interview.
The result of the internal supervision process conducted by the Inspectorate of Bogor Regency is not yet optimal because it is only carried out generally in the village government oversight activity through the Annual Work Program PKPT which is implemented for 5 rounds in one year. Special supervision on village funds has not been implemented for 2015 2016.
Factors affecting internal control by Inspectorate of Bogor Regency are change of village government structure, village political element, human resources of rural government, quantity of Inspectorate Human Resource,and the wide of supervision area. The process of external supervision with the concept of transparency, accountability and participation has not been optimal because it is influenced by the clarity of information, the availability of electronic content information that has not been distributed, the public access to documents, responsibility is still weak and citizen involvement in participation is not optimal.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Santoso
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S7882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Rizal Firmansyah
"Sesuai dengan UU No.6/2014 tentang Desa, desa memiliki kewenangan untuk
mengelola keuangannya sendiri. Namun dalam praktiknya masih banyak
permasalahan yang terjadi, salah satunya adalah aspek perpajakan dalam transaksi
dengan pihak luar desa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
permasalahan pada perpajakan dana desa baik yang berasal dari eksternal maupun
internal desa sudah diselesaikan dengan baik oleh aparatur desa dan kebijakan apa
saja yang sudah dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulanginya. Metode yang
digunakan adalah kualitatif dengan wawancara dan analisis deskriptif. Hasil
penelitian ini adalah praktek perpajakan di desa sudah berjalan dengan baik namun
masih terdapat kekurangan dari sisi kepemimpinan Kepala Desa, SDM,
Penggunaan Sistem Keuangan Desa dan transaksi dengan pihak ketiga dan peran
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa
(DPMD) harus lebih aktif dalam membantu menyelesaikan masalah yang tidak
dapat diselesaikan aparatur desa serta pengawasan dari pemerintah pusat (Satgas
Dana Desa dan Badan Pemeriksa Keuangan) maupun daerah (DPMD) harus
ditingkatkan baik itu SDM maupun anggaran. Implikasi penelitian ini adalah untuk
membuka sudut pandang baru mengenai perpajakan desa yang belum dibahas
sebelumnya dan menggali potensi perpajakan dari desa

In accordance with Law No.6 / 2014 concerning Villages, villages have the
authority to manage their own finances. But in practice there are still many
problems that occur, one of which is the aspect of taxation in transactions with
parties outside the village. The purpose of this research is to find out whether the
problems in the taxation of village funds, both from external and internal of villages
have been resolved well by the village apparatus and what policies have been
carried out by the government to overcome them. The method used is qualitative
with interviews and descriptive analysis. The results of this study are that the
practice of taxation in the village has gone well but there are still shortcomings in
terms of the leadership of the Village Head, HR, Use of the Village Financial
System (Siskeudes) and transactions with third parties and the role of Village
Consultative Bodies (DPMD) must active in helping solve problems that village
officials cannot solve and supervision from the government (Village Fund Task
Force and the Audit Board) and district (DPMD) must be improved in human
resources and budget aspect. The implication of this research is to open a new
perspective on village taxation that has not been discussed before and explore the
potential for taxation from the village
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Susi C.S.R.F.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S8069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latupeirissa, Gracezelda
"Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh eko inovasi terhadap biaya modal ekuitas dan pengaruh eko inovasi terhadap kinerja keuangan perusahaan, serta hubungan politik sebagai variabel moderasi. Sampelnya adalah semua perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011-2016. Penelitian ini menemukan bahwa eko inovasi tidak mempengaruhi biaya modal ekuitas ataupun kinerja keuangan perusahaan. Tetapi hubungan politik memoderasi pengaruh eko inovasi terhadap biaya modal ekuitas tapi kearah yang positif. Hal ini berarti bahwa hubungan politik tidak dapat menghasilkan kepercayaan investor melalui upaya eko inovasi perusahaan.

This study aims to find the effect of eco innovation on the cost of equity capital and the
effect of eco innovation on firm financial performance as well as the role of political
connections as a moderating variable. The samples are all non financial companies listed on the Indonesian Stock Exchange from 2011 to 2016. This study finds that ecoinnovation
does not affect the cost of equity capital or firm financial performance. But, political connections moderate the association between eco-innovation and the cost of equity capital but in a positive direction. This implies that political connections cannot generate investor trust via the eco innovation efforts of companies.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>