Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154381 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anita Masidin
"Penelitian mengenai upava penurunan prevalensi lnfeksi cacing tambang telah dilakukan terhadap pekerja Perkebunan Agra Palindo Sakti Kabupaten Musi Banyuasin. Propinsi Sumarera 5elatan. Penelirian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi lnfekil cacing tambang dan fakror-faktor yang mempengaruhinya. hasil tempi anthelminik terhadap penderita serta upava pencegahan dan pemberantasan lnfeksi.
Desain penelitian menggunakan pendekaran studi prevalensi terhadap 117 subyek penelitian. Pengumpulan data dasar dilakukan dengan menggunakan kuesioner atau wamancara, pemeriksaan tinja pertama dan kadar hemoglobin. Intervensi yang dilakukan berupa penyuluhan. tempi anthelmintik terhadap 39 orang pekerja yang positif menderita infeksi cacing tambang pada pemeriksaan tinja pertama serta pemeriksaan tinja ulang setelah tempi anthelmmtik.
Evaluasi dilakukan dengan melihat perubahan sikap dan perilaku pekerja serta penurunan prevalensi cacing tambang pada pemerlksaan tinja ulang.
HASIL DAN KESIMPULAN
Pemeriksaan tinja pertama dari 117 subyek penelitian didapatkan 39 orang (33332) positif terinfeksi cacing tambang. Setelah dilakukan lntervensi dengan pemberian terapi anrhelmintik yang sesuai, didapatkan penyembuhan total semua penderita.
Faktor yang berhubungan dengan prevalensi cacing tambang adalah pengetahuan tentang lrrfeksi cacing tambang dan kebiasaan memakai alas pelindung diri. Sedangkan faktor lain seperti jenis kelamin, umur, status perkaminan. pendidikan, status, riwayat penyakit, kebiasaan buang air besar dan higiene perorangan tidak ditemukan hubungan yang bermakna.

Intervention Research Decreasing the Prevalence of Hookworm Infection among Workers of Agro Palindo Sakti Plantation In Musi Banyuasin Sumatera Selatan 1998
SCOPE AND METHODOLOGY
A study about decreasing the prevalence of hookworm infection among workers of Agra Palindo Sakti Plantation. regency of Musi Banyuastn, Province of Sumatera Selatan has been conducted to Improve the health of workers. The design of study is an intervention research with specific objectives to identify the prevalence of hookworm Infection. to decrease the prevalence and to assess the relationship between prevalence of several risk factors.
RESULTS AND CONCLUSIONS
Our of 217 subjects. 39 persons (3333) were rested positively in the first stool examination. Post intervention by giving appropriate anthelminric therapy, there was a decrease in the prevalence rhar all cases showed negative stool findings.
The major factors that might significantly influenced the prevalence of hookworm infection were the knowledge of hookworm infection among workers and the habit of using self protector equipment. However no correlation was found between the prevalence and sex, age, marital status. education, nutrition status, sickness histotj the habit of defecation or personal hygiene.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Some of marine worm (Polychaeta, Annelida) in eastern part of Indonesia (Lombok, Maluku, and Sumba) swarm once a year. This is a phenomenon as some species of polychaeta in full moon or a few days after full moon become sexsually mature and pelagic to reproduce...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Infeksi cacing Nematoda gastrointestinal biasa terdapat pada hampir semua ternak domba di Indonesia. Angka prevalensinya sekitar 80%. Dewasa ini pengembangan ternak domba di daerah perkebunan karet sedang digalakkan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang perbedaan daerah penggembalaan di perkebunan karet dan di lahan yang bukan perkebunan karet. Sejumlah 189 ekor domba berasal dari 17 peternak di daerah kecamatan Galang, kabupaten Deli Serang, Sumatera Utara dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah ternak yang digembalakan di daerah perkebunan karet dan kelompok kedua adalah ternak yang digembalakan di daerah persawahan atau tegalan. Tiap kelompok dibagi menjadi 2 sub-kelompok, yaitu yang pertama diberi obat cacing oksfendazol dengan dosis 4,5 mg/kg bobot badan dan yang kedua tidak diberi obat cacing. Pengamatan tinja dilakukan 2 kali, yaitu waktu pemberian obat cacing dan 1 bulan kemudian setelah pemberian obat cacing. Pemberian oksfendazol dapat menurunkan secara nyata jumlah telur cacing dan meningatkan bobot badan domba secara nyata di kedua lokasi penelitian."
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Marlina
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian terhadap telur jenis-jenis cacing parasit usus pada sapi dan kerbau yang terdapat di R.P.H Cakung, Jakarta Timur. Pada sapi yang berasal dari Jawa Timur terbanyak diinfeksi oleh cacing Trichuris spp., Trichostrongylus spp., dan Bunostomum spp. Pada sapi asal Bali banyak diinfeksi oleh Toxocara spp., dan Bunostomum spp. Pada sapi asal Nusa Tenggara Timur banyak diinfeksi Moniezia spp., Toxocara spp. Dan Oesphagostomum spp. Pada kerbau asal Jawa Timur banyak diinfeksi oleh Fasciola spp. Dan Mecistocirrus spp. Pada kerbau asal Sulawesi Selatan banyak diinfeksi oleh Fasciola spp. Dan Mecistocirrus spp.
Dari berbagai jenis cacing parasite usus pada sapid an kerbau yang didapatkan, terdapat jenis yang juga dapat menginfeksi manusia, yaitu Fasciola spp., Toxocara spp., Oesphagostomum spp., Trischostrongylus spp., dan Trichuris spp."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurwadhiar
"ABSTRAK
Keong Lymnaea rubiginosa telah diketahui sebagai hospes perantara di dalam siklus hidup beberapa cacing Trematoda. Dalam penelitian ini keong diberikan sebagai makanan tikus putih (Rattus norvegicus) strain WN, untuk mengetahui species cacing Trematoda pada keong yang dapat hidup di saluran pencernaan tikus. Sebelum diberi makan keong, tinja tikus diperiksa ada tidaknya telur atau larva cacing untuk meyakinkan bahwa tikus bebas dari parasit, dan tikus dilaparkan selama 1 hari. Tiap tikus diberi makan 20 ekor keong, dan tikus dipelihara. Enam hari setelah infeksi, dilakukan kembali pemeriksaan tinja tikus. Tikus yang positif mengandung telur cacing, dibedah, dicari cacingnya, dihitung jumlahnya, dan dicatat tempat ditemukannya. Untuk keperluan identifikasi, spesimen cacing diwarnai dengan pewarnaan HE dan dibuat sediaan. Hasil identifikasi terhadap 111 ekor cacing yang ditemukan pada saluran pencernaan tikus putih, terdiri dari 4 species, yaitu: 68 ekor (61,26 %) cacing Echinostoma ilocanum, 23 ekor (20,72 %) cacing E. malayanum. 8 ekor (7,21%) cacing E. recurvatum, dan 7 ekor (6,31 %) cacing E. revolutum, serta 5 ekor (4,50%) tidak dapat diidentifikasi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keong L. rubiginosa berperan sebagai hospes perantara cacing Echinostoma spp. tersebut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faust, Ernest Carroll
Philadelphia: Lea & Febiger, 1964
616.961 FAU c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Faust, Ernest Carroll
Philadelphia: Lea & Febiger, 1957
616.961 FAU c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Cendawan selain digunakan untuk keperluan industri, dapat pula digunakan sebagai alat pengendali parasit. Beberapa jenis kapang tanah dapat diuji potensinya untuk digunakan sebagai agen alternatif biokontrol terhadap cacing nematoda parasit. Penelitian di beberapa negara di kawasan beriklim dingin telah membuktikan beberapa kapang nematofagus potensial, baik yang tumbuhnya cepat maupun lambat, mampu menurunkan populasi parasit. Kapang tersebut bertindak sebagai predator potensial dengan cara membuat perangkap, merusak telur dan berfungsi sebagai endoparasit nematoda."
MPARIN 10 (1-2) 1997
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian di daerah kampus UI, Depok untuk mengetahui jenis-jenis cacing endoparasit pada saluran pencernaan bangkong (Bufo spp.) dan jenis-jenis bangkong yang terinfeksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30 ekor bangkong yang tertangkap ada 2 jenis, yaitu Bufo melanostictus 25 ekor (terinfeksi 24 ekor) dan Bufo bipocartus 5 ekor (terinfeksi semua). Cacing endo parasit terdiri dari 58 ekor Oxyuride dari kelas Phasmidia dan 149 ekor Acanthocephalus sp. filum dari Acanthocephala. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi mengenai keragaman fauna cacing parasit pada Amphibia, khususnya pada bangkong di Indonesia. "
MPARIN 7 (1-2) 1994
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>