Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118281 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Estuti Budimulyani
"Perkembangan aplikasi poliarrilin (PANI), dalam pemanfaatannya sebagai komponen aktif pada baterei sekunder merupakan salah satu aplikasi yang penting. Susunan baterei sekunder ini terdiri dari PANI (elektroda positif), elektrolit dan logam Zn (elektroda negatif). PANI (Polianilin) yang digunakan berupa film yang merupakan hasil polimerisasi elektrokimia larutan 0,3M ;0,4M ; 0,5M dan 0,6M anilin dalam asam aqueous 1M HCL. Logam yang digunakan sebagai elektroda negatif adalah logam Zn (stag) sedang elektrolit dalam susunan sel tersebut adalah larutan 1M ZnC12 dalam H2O. Telah diperoleh tegangan terbuka sel 1,7 - 2,1v. Karakteristik charge-discharge dilakukan dengan tegangan konstan 1,4v. Kapasitas charge 125. X 104 V h/kg dan kapasitas discharge 26 56 x 104 V h/kg."
Depok: Politeknik Universitas Indonesia, 1999
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Djunaidi
"Logam seng banyak digunakan didalam industri, hal karena Seng berfungsi sebagai pelapis baja untuk melindungi baja dari serangan korosi. Penelitlan ini bertujuan mempelajari pengaruh perlakuan permukaan pada baja konstruksi terhadap hasil semprot lapisan seng dengan variable jarak semprot (100, 150, 200 mm).
Metode yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan metode semprot logam busur listrik, dengan material umpan berupa logam seng. Kekerasan lapisan seng tersebut diuji sesuai standart ASTM E - 384 -- 73 dengan alat Micro Hardness Tester sedangkan untuk keausan mengunakan alat High Universal Wear Testing dengan standart ASTM G - 81 dan untuk mengetahui ketahanan korosi dilakukan uji sembur kabut garam dengan standart DIN 5001 - SS den polarisasi dengan standart ASTM G - 61 menggunakan alat Corrosion Measurement System. Untuk uji daya lekat menggunakan alat Adhesion Tester dengan standart DIN 50160.
Dari hasil ini dapat disimpulkan semakin meningkat jarak semprot (100, 150, 200 mm) ketebalan lapisan seng semakin menurun (250, 190, 146 ìm), untuk kekerasan lapisan seng, semakin meningkat jarak semprot (100,150, 200 mm) kekerasan lapisan seng akan berkurang (160,150, 140 Kg/ mm 2), keausan pada lapisan seng, semakin meningkat jarak semprot (100,150, 200 mm), keausan lapisan sang akan meningkat (0.1, 0.2, 0.3. 10-8 mm3/mm ). Ketebalan lapisan sang 250 pm, sudah cukup tahan terhadap serangan korosi dari lingkungan sembur kabut garam selama 216 jam. Daya lekat lapisan seng dengan jarak semprot (100, 150, 200 mm) hasilnya ( 2.8, 2.1, 1.7 N/mm2), dilihat dari hasil ini semakin jauh jarak semprot, daya lekat lapisan seng menjadi berkurang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar Belakang: Angka kematian ibu di lndonesia saat ini masih cukup tinggi dan sangat bervariasi di tingkat provinsi. Provinsi Jawa Barat(Jabar) merupakan penyumbang kematian ibu terbesar yaitu 19,8 persen, sedangkan yang relatif kecil adalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yaitu 1,1%. Mencegah anemia pada ibu hamil dengan minum tablet besi 290 ati selama hamil diharapkan mampu menekan kematian dis ibu akibat perdarahan. Tujuan: Membandingkan pemberian tablet zat besi oleh tenaga kesehatan dan kepatuhan ibu hamil mengonsumsinya, di daerah kumuh perkotaan di Provinsi Jabar dan DIY Juli Metode: Penelitian ini merupakan analisis lanjut objek dengan sampel dari data hasil Riskesdas 2010. Hasil: Berdasarkan karakteristik, sebagian besar ibu di Provinsi DIY berpendidikan tingkat menengah bekerja sebagai wiraswastaltanilnelayan/buruh. Sedangkan di Provinsi Jabar, sebagian besar hanya berpendidikan rendah dan tidak memiliki pekerjaan. Jumlah kepemilikan asuransi kesehatan di Provinsi DIY relatif lebih banyak dibanding di Provinsi jabar. ui Berdasarkan cakupan pemberian tablet zat besi, tampak bahwa sebagian besar ibu di Provinsi Jabar maupun DIY mendapatkan tablet zat besi selama (84,7% vs 96,0%). Kondisi ini berbeda ketika dilihat dari persentase ibu hamil yang mengonsumsi tablet zat besi minimal 90 tablet. Terlihat bahwa ibu hamil yang mengonsumsi tablet zat besi lebih dari sama dengan 90 di Provinsi Jabar hanya 12,6% saja. Sebaliknya di Provinsi DIY, konsumsi tablet zat besi diatas 90 persentasenya cukup tinggi yaitu 60%."
BULHSR 17:3 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Syafira
"Multiferroik berupa BiFeO3 telah berhasil dibuat dengan mensintesis Zinc sebanyak 5% melalui proses Sol Gel-Auto Combustion. Metode ini merupakan salah satu wet method karena pada prosesnya melibatkan larutan sebagai medianya. Citric Acid (C6H8O7) digunakan sebagai pembakar, HNO3 dan H2O digunakan sebagai pelarut. Material ini di kalsinasi dengan variasi temperatur 450oC, 500oC dan 550oC juga varias waktunya adalah 2jam,4jam, dan 12jam. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh substitusi Zinc (Zn) terhadap sifat termal dan magnetnya pada bahan.
Hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa material BiFe0,95Zn0,05O3 memiliki tiga fasa yaitu BiFeO3, Bi2O3, dan Bi12,5Fe 0,5 O19,48. Pada temperatura 550oC dengan penahanan waktu 12jam didapat dua fasa yaitu BiFeO3 dan Bi12,5Fe 0,5 O19,48. Pada penelitian ini ukuran Kristalit material BiFe0,95Zn0,0 5O3 yaitu 49,3nm yang terkecil dan yang terbesar adalah 223 nm. Hasil DSC menunjukan pada temperatur 130oC sampai 200oC terjadi eksoterm yang menyababkan hasil TGA memperlihatkan massa material berkurang. Material BiFe0,95Zn0,05O3 termasuk softmagnetik dan sifat magnetnya adalah ferromagnetik lemah dilihat dari kurva histerisisnya.

Synthesizes Multiferroic BiFeO3 has succesfully made with 5% of Zinc (Zn) by Sol-Gel Auto Combustion method. This method is one of wet method because the process using aqueos mixture. Combuser in this experiment using Citric Acid (C6H8O7), and for the solvent using H2O and HNO3. Calcined at temperatur 450oC, 500oC dan 550oC and for time variation at 2,4, dan 12hours. This study aims to determine how the effect of Zinc subsitution on thermal and magnetic properties of the material.
Results showed that the XRD’s of material BiFe0,95Zn0,05O3 has three phases, namely BiFeO3, Bi2O3, and Bi12,5Fe 0,5 O19,48. At temperatur of 550oC with 12 hours of detention time obtained two phases, namely BiFeO3 and Bi12,5Fe 0,5 O19,48. Crystal size in this experiment is 49,3 nm for the smallest size and 223nm for the largest size. The result of DSC showed the temperaturas of 130oC to 200 oC occurred exothermic that causing the result of TGA showed mass material decrease. The Material of BiFe0,95Zn0,05O3 was softmagnetic and the magnetic properties is a weak ferromagnetic that seen from the hysterisis curve.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Mawasthama
"Laju pertumbuhan industri otomotif yang kian pesat di Indonesia dalam rangka memenuhi tingkat kebutuhan akan komponen maupun kendaraan bermotor selalu menemui berbagai hambatan akibat tingkat kegagalan (reject) produksi yang tinggi. Kondisi ini terjadi akibat timbulnya cacat, seperti coldshut dan misrun, pada komponen hasil proses pengecoran yang sebagian besar menggunakan material dasar paduan aluminium. Salah satu penyebab terjadinya cacat-cacat tersebut adalah rendahnya fluiditas atau mampu alir logam cair, yang tentunya dapat berakibat terhadap rendahnya kualitas maupun kuantitas hasil produksi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji nilai fluiditas paduan aluminium ADC 12 dengan menggunakan metode vacuum suction test melalui variasi temperatur tuang sebesar 640 _C, 660 _C, 680 _C, dan 700 _C, yang sebelumnya telah dilakukan penambahan unsur paduan Zn dengan variasi target komposisi 0.86 wt.% (komposisi awal), 0.90 wt.%, 0.95 wt.%, 1.00 wt.%, dan 1.05 wt.%. Selanjutnya, pengamatan struktur mikro dilakukan tepat pada bagian ujung sampel dengan menggunakan zat etsa HF 0.5% pada kondisi optimum dan temperatur tuang standar paduan aluminium ADC 12. Selain itu, dilakukan pengujian kekerasan pada kondisi sampel as-cast dengan menggunakan metode Brinell pada tiap-tiap variasi komposisi Zn. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan temperatur tuang serta komposisi unsur paduan Zn secara umum mampu meningkatkan nilai fluiditas paduan aluminium ADC 12. Nilai fluiditas paling optimal dicapai pada komposisi 1.18 wt.% Zn, dimana pada temperatur tuang sebesar 680 _C panjang fluiditas akan mengalami peningkatan sebesar 23.17 % dari 25.33 cm (kondisi tanpa penambahan unsur Zn) ke 31.20 cm. Selanjutnya, pada komposisi Zn yang sama, panjang fluiditas akan mengalami peningkatan sebesar 23.42 % dan 26.90 cm sampai 33.20 cm pada temperatur 640 _C dan 700 _C. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa peningkatan komposisi Zn mampu berkontribusi terhadap peningkatan kekerasan sebesar 23.65 % dari 55 BHN (kondisi tanpa penambahan unsur Zn) ke 68 BHN pada komposisi 1.24 wt.% Zn. Sedangkan, dari pengamatan struktur mikro tidak ada perubahan yang signifikan seiring peningkatan komposisi Zn serta unsur Zn tidak berperan dalam pembentukan fasa interdendritik sehingga tidak dapat diamati dengan menggunakan mikroskop optik maupun SEM (Scanning Electron Microscope)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Amalia Sholehah
"Seng oksida (ZnO) merupakan material semikonduktor dengan aplikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang seperti elektronik, optoelektronik, fotokatalisis, hingga biomedis. Salah satu aplikasi yang marak diteliti saat ini adalah penggunaan ZnO sebagai lapisan anoda untuk sel surya tersensitasi zat pewarna (dye-sensitized solar cell, DSSC). Dalam pembuatan sel surya, kondisi morfologi natural lapisan semikonduktor oksida sangat berpengaruh pada interaksi penyerapan cahaya. Bentuk morfologi yang baik adalah struktur one-dimensional (1D) yang tersusun secara paralel dan melekat secara vertikal pada substrat kaca konduktif. Akan tetapi, struktur ini tidak mudah didapat pada sintesis dengan metode kimiawi basah. Pertumbuhan nanostruktur dengan arah yang tidak terorientasi akan mengakibatkan rendahnya kristalinitas dan energi celah pita (Eg) yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya kemampuan penyerapan zat pewarna (dye) yang memberikan hasil DSSC dengan efisiensi rendah.
Pada penelitian ini, dilakukan sintesis nanostruktur ZnO di atas substrat kaca konduktif dengan bahan dasar seng nitrat tetrahidrat (Zn(NO3)2.4H2O, Zn-nitrat) dan heksametilentetraamin (C6H12N4, HMTA). Untuk meningkatkan kestabilan lapisan ZnO di atas substrat, dilakukan penempelan lapisan bibit terlebih dahulu dengan menggunakan metode spin-coating. Lapisan bibit ini dibuat dengan menggunakan larutan yang disintesis pada suhu 0oC. Setelah proses spin-coating, lapisan nanostruktur ZnO ditumbuhkan dengan menggunakan metode chemical bath deposition (CBD). Untuk meningkatkan kristalinitas nanostruktur ZnO, dilakukan proses pasca-hidrotermal, yang terbagi menjadi 2 variasi. Pada variasi pertama, reaksi dilakukan dalam reaktor hidrotermal pada 150oC selama 3 jam. Pada variasi kedua, reaksi dilakukan dalam reaktor tertutup dengan penambahan gas nitrogen (N2) 1 bar pada suhu 100oC selama 1 jam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pasca-hidrotermal, menhasilkan lapisan nanostruktur ZnO dengan kristalinitas yang lebih tinggi, ditandai dengan intensitas puncak difraksi yang lebih tajam dibandingkan dengan ZnO hasil as-synthesized. Naiknya kristalinitas tersebut selanjutnya memicu penurunan energi celah pita (Eg) sehingga lapisan nanostruktur ZnO dapat menyerap cahaya pada panjang gelombang yang lebih besar. Selain itu, morfologi yang yang terlihat dari hasil SEM juga menunjukkan perbaikan setelah proses pasca-hidrotermal. Hal ini terlihat orientasi nanostruktur ZnO yang semula tidak beraturan menjadi tegak vertikal.
Dalam penelitian ini, diketahui bahwa perbedaan kondisi pasca-hidrotermal menghasilkan pertumbuhan nanostruktur dengan bentuk yang berbeda. Pada variasi pertama, didapat hasil sintesis berupa nanorods ZnO, sedangkan variasi kedua menghasilkan nanorods dan nanotubes ZnO. Nanostruktur ZnO di atas substrat kaca konduktif yang telah dihasilkan selanjutnya digunakan sebagai lapisan anoda pada DSSC. Pada penelitian ini, terlihat bahwa perbedaan variasi proses pasca-hidrotermal mempengaruhi kemampuan penyerapan warna (dye loading). Anoda yang dihasilkan dari proses pasca-hidrotermal yang menggunakan penambahan gas N2 mampu menyerap za pewarna lebih banyak. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya struktur nanotubes yang memiliki pori/rongga. Namun demikian, efisiensi tertinggi diraih oleh anoda setelah perlakuan pasca-hidrotermal tanpa gas N2, yaitu sebesar 0,12%. Nilai ini bersesuaian dengan ukuran kristalit yang paling stabil dan energi celah pita paling rendah yang didapat dari perhitungan. Pada penelitian, diameter kristalit dan energi celah pita pada sampel dengan efisiensi tertinggi adalah sebesar ~18 nm dan 3,17 eV.

Zinc oxide (ZnO) is a semiconductor material with a very broad application in many fields, such as electronics, optoelectronic, photocatalyst, and biomedicine. One application that widely examined nowadays is its use as an anode layer for dye-sensitized solar cells (DSSC). In solar cells fabrication, the nature of morphological conditions of the oxide semiconductor layer greatly affect the interaction of light absorption. Good morphology is a one-dimensional structure (1D) arranged in parallel and attached vertically on a conductive glass substrate. However, this structure is not easily obtained in the synthesis via wet chemical method. Nanostructures with non-oriented growth will result in lower crystallinity and higher band gap energy (Eg) is high. This can lead to low dye absorption that results in DSSC with low efficiency.
In this study, synthesis of ZnO nanostructures on a conductive glass substrate was carried out using zinc nitrate tetrahydrate (Zn(NO3)2.4H2O, Zn-nitrate) and heksametilentetraamin (C6H12N4, HMTA) at 0oC. To improve the stability of ZnO layer on the substrate, seeding layers were attached using spin-coating method. After the spin-coating process, the seeding layers were grown using chemical bath deposition (CBD). To improve the crystallinity of nanostructured ZnO, post-hydrothermal process was performed afterward. This process was divided into two variations. In the first variation, the reaction is carried out in a hydrothermal reactor at 150oC for 3 hours. While in the second variation, the reaction is carried out in a closed reactor with the addition of 1 bar nitrogen gas (N2) at 100° C for 1 hour.
The results showed that post-hydrothermal treatment had improved the ZnO nanostructures layer. The diffraction peaks were sharper than the as-synthesized ZnO nanostructure, indicating higher crystallinity. As a consequence, the band gap energy would be lowered. In addition, the morphology also showed improvement in the nanostructures orientation after a post-hydrothermal process. In this research, the difference in the post-hydrothermal conditions generated different shapes of ZnO nanostructures. The first variation resulted ZnO nanorods, while the second variation produced ZnO nanorods and nanotubes.
In this study, it appeared that post-hydrothermal process variations affected the dye loading capacity of the ZnO nanostructure layers. When used as anodes in DSSC, the layer obtained from post-hydrothermal process using N2 gas additions showed a higher dye absorption. The presence of nanotubes structure was assumed to gave this contribution, since this structure had pores / cavities that could absorbed more dyes. However, the highest efficiency achieved by the anode after post-hydrothermal treatment without N2 gas, with the value of 0.12%. This corresponded with the most stable crystallites size and lowest band gap energy obtained from the calculation. In the study, the crystallites size and the band gap energy of this sample were given as ~ 18 nm and 3.17 eV.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
D2109
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekky M. Rahardja
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, jumlah manula di Indonesia meningkat dari 6,9 juta pada tahun 1980 menjadi 11.5 juta pada tahun 1990. Pada manula, berkurangnya gigi-geligi dan atrofi tunas pengecap dapat menyebabkan berkurangnya masukan energi dan zat gizi lainnya, termasuk seng. Defisiensi seng dapat menyebabkan gangguan ketajaman pengecap. Telah diketahui bahwa seng terdapat dalam berbagai bahan makanan. Seng dari bahan makanan asal nabati sukar diserap karena adanya asam fitat dan serat yang membentuk senyawa tidak larut dengan seng. Sebaliknya, bahan makanan asal hewani sebagai sumber seng, relatif lebih mahal. Oleh karena itu, suplementasi seng dipertimbangkan sebagai cara lain untuk meningkatkan masukan seng. Tujuan penelitian ini ialah menilai pengaruh suplementasi seng terhadap perbaikan gangguan ketajaman pengecap manula yang mengalami defisiensi seng. Seng dalam bentuk kapsul seng sulfat a 220 mg diberikan per oral setiap hari selama 4 minggu. Penelitian dilakukan secara acak sederhana tersamar ganda terhadap 60 manula. Manula dibagi dalam 2 kelompok, masing-masing 30 orang. Kelompok kontrol diberi kapsul plasebo dan kelompok perlakuan diberi kapsul seng sulfat buatan PT Kimia Farma. Data 10 manula kelompok perlakuan dikeluarkan karena diketahui meminum kapsul tidak sesuai ketentuan.
Hasil dan Kesimpulan: Nilai rata-rata (X) kadar seng plasma kelompok kontrol dan perlakuan sebelum dilakukan suplementasi adalah berturut-turut 75,0 ± 9,33 μg/dL dan 78,3 ± 8,23 , μg/dL. Hasil uji Anova dan Perbandingan Multipel menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol, kadar seng plasma sebelum dan sesudah diberi plasebo tidak berbeda bermakna walaupun intervensi dilakukan 7 - 8 bulan kemudian. Sesudah suplementasi ternyata kadar seng plasma kelompok perlakuan (113,5 ± 20,19 μg/dL) meningkat secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol (83,23 ± 10,37 μg/dL). Hasil tes kecap Smith menunjukkan bahwa 5 (16,7%) manula kelompok kontrol dan 9 (45%) manula kelompok perlakuan mengalami perbaikan ketajaman pengecap. Uji Chi-square menunjukkan bahwa perbaikan tersebut berbeda bermakna (p < 0,05). Kesimpulannya ialah suplementasi seng mampu memperbaiki ketajaman pengecap manula.

ABSTRACT
Scope and Method of Study: The statistical data showed that within the last 10 years, the number of the elderly in Indonesia increased from 6.9 millions in 1980 to 11.5 millions in. 1990. In the elderly, the missing of the teeth and the atrophy of the taste buds may cause inadequate intake of the energy and other nutrients, including zinc. Zinc deficiency has been associated with depressed taste acuity. Zinc is found in many foodstuffs. The absorption of zinc from plant products is difficult due to the presence of phytic acids and fibers which form an insoluble complex with zinc. In contrast, animal proteins as the source of zinc are relatively more expensive. Thus, the supplementation of zinc is considered as an alter-native way to increase the zinc intake. The aim of this study is to assess the effect of zinc supplementation on the improvement of the taste acuity of the elderly. The zinc supplement was given orally once a day for 4 weeks in the form of capsule containing 220 mg zinc sulfate. A double-blind study was designed on 60 zinc deficient subjects who showed depressed taste acuity. The subjects were divided into 2 groups, each consisted of 30. The placebo and zinc sulfate capsules prepared by PT Kimia Farma were given to the control and treatment groups, respectively. Due to the history of not taking the capsule regularly as it was required, data of 10 subjects of the treatment group were excluded from statistical analysis.
Findings and Conclusions: The mean plasma zinc concentration of the control and treatment groups before the supplementation period were 75.0 ± 9.33 μg/dL and 78.3 ± 8.23μg/dL, respectively. Statistical analysis using Anova and Multiple comparison showed no significant change in the plasma zinc level of the control group be-fore and after supplementation of placebo, although the intervention was conducted 7 - 8 months thereafter. After 4 weeks, the plasma zinc level of the treatment group (113.5 ± 20.19 μg/dL) were significantly higher than those of the control group (83.23 1-10.37 μg/dL). The Smiths's test showed the improvement of the taste acuity on 5 (16.7%) subjects of the control group and 9 (45%) of the treatment group. Chi-Square's test showed that the improvement was significant (p < 0.05). It can be concluded that the effect of zinc supplementation on the improvement of the taste acuity of the aged was significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Qurrota A`yun
"Latar Belakang: Defisiensi seng menyebabkan sekitar setengah juta kematian balita setiap tahun di seluruh dunia. Angka mortalitas penyakit yang diakibatkan oleh defisiensi seng juga sangat tinggi seperti diare yang menyebabkan 176.000 kematian, pneumonia 406.000, dan malaria 207.000. Kadar seng dalam urin merupakan salah satu nilai yang dapat dijadikan acuan dalam mendeteksi dini defisiensi seng. Kadar seng yang rendah dalam tubuh dapat menurunkan kadar seng dalam urin hingga 96%. Data mengenai nilai rerata kadar seng dalam urin balita normal belum diketahui.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rerata kadar seng dalam urin balita normal.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional Urin pasien diambil saat diadakan pengabdian masyarakat dengan subjek sebanyak 30 orang. Pengambilan data konsentrasi seng urin dilakukan di dalam laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI pada bulan November 2019. Kadar seng diukur dengan penambahan reagen pyrildilazo naphtol (PAN) dan larutan buffer basa amonium klorida pH 10. Penambahan PAN kepada larutan yang mengandung pada kondisi basa akan membentuk kompleks warna. Larutan kemudian ditambahkan Sodium Dodecyl Sulfate (SDS) untuk melarutkan kompleks warna yang telah terbentuk. Banyaknya kompleks warna yang terbentuk dihitung dengan metode kuantitatif menggunakan spektrofotometer. Data diolah dalam SPSS untuk ditentukan nilai reratanya. Kriteria inklusi adalah balita berusia 2-5 tahun. Kriteria eksklusi adalah balita yang memiliki penyakit khususnya demam, diare, dan muntah.
Hasil: Data kadar seng dalam urin balita normal menunjukkan nilai yang tidak terdistribusi secara normal. Nilai median dari data tersebut adalah sebesar 1, 6969 mmol/L, nilai maksimal 11, 2424 mmol/L, dan nilai minimal 0,1818 mmol/L.
Kesimpulan: Rerata kadar seng urin pada balita normal adalah 2,6767 mmol/L

Background: Zinc deficiency causes approximately half a million infants deaths every year worldwide. Disease mortality caused by zinc deficiency in children is high, including diarrhea accounts for 176,000 deaths, pneumonia 406,000, and malaria 207,000. Zinc concentration in urine is one of important values to early detect zinc deficiency. Low zinc concentration in the body could decrease urinary zinc concentration until 96%. Data abaout mean of zinc concentration value in normal infants urine is not established.
Objective: This study aims to know the value of zinc concentration value in normal infants urine.
Methods: This study is a descriptive study with cross-sectional design. Urine of the subjects were taken by themselves and then collected in community development program with total 30 subjects. Data collection of urinary zinc concentration was conducted in laboratory of Departement of Biochemistry and Molecular Biology FKUI on November 2019. Zinc concentration is measured by adding reagent 1-(2-pyrildilazo)1-maphtol (PAN) and base buffer solution ammonium chloride pH 10. PAN addition to zinc-containing solution under base condition will form color complex. The solution then added with Sodium Dodecyl Sulfate (SDS) to dissolve the formed color complex. Data analysis was done using SPSS to determine the mean value. The inclusion criteria was children aged 2-5 years. The exclusion criteria was children with disease, particularly fever, diarrhea and vomiting.
Results: Urinary zinc concentration data are not distributed normally. The median of the data is 1.6969 mmol/L, the maximum value is 11.2424 mmol/L, and the minimum value is 0.1818 mmol/L.
Conclusion: Mean value of urinary zinc concentration in normal under-five children is 2.6767 mmol/L
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kostermans, Deskian
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Diare akut adalah masalah umum di negara berkembang seperti
Indonesia; penyakit ini banyak ditemukan dalam praktek sehari-hari dengan angka
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Pada beberapa Rumah Sakit di
Jakarta ditemukan bahwa pasien diare akut dewasa mengalami defisiensi kadar
seng sebesar 69.3%.
Pemberian seng sudah terbukti bermanfaat untuk pengobatan diare akut pada
anak.
Tujuan: Mengetahui dampak suplementasi seng sebagai terapi alternatif /
adjuvant untuk pengobatan diare akut pada pasien dewasa, dengan
membandingkan lama berlangsung dan berat-ringan gejala pada kelompok pasien
yang diberikan dan yang tidak diberikan suplementasi seng.
Metode: Double blind randomized controlled trial dilakukan pada penelitian ini
untuk mengetahui efek suplementasi seng terhadap durasi dan gejala
gastrointestinal pada pasien diare akut rawat inap di RS Pusat Pertamina di Jakarta
selama periode Januari-Desember 2013. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan uji chi-square (x2) untuk perbandingan durasi diare dan uji general
linear model (GLM) untuk menilai tren perubahan gejala penyerta diare.
Hasil: Analisis data dari 84 pasien yang dikelola: 30 pasien pria [seng 19,
plasebo 11] dan 54 pasien wanita [seng 23, plasebo 31] ~ (p 0.111)
memperlihatkan pemberian suplementasi seng bermakna mengurangi durasi diare
akut (p 0.027) dan bermakna mengurangi gejala mual (p 0.032). Selain itu ada
tren perbaikan pada sebagian gejala penyerta diare akut, seperti sakit perut,
frekuensi b.a.b., konsistensi feses, gejala muntah, kembung, dan gangguan
aktivitas sehari-hari.
Simpulan: Pemberian suplementasi seng bermakna membuat durasi diare akut
lebih singkat dan bermakna mengurangi gejala mual, serta perbaikan pada
sebagian gejala gastrointestinal.

ABSTRACT
Background: Acute diarrhea is a common problem in developing countries such
as Indonesia; which is found in everyday practice with quite high morbidity and
mortality rate. It was revealed in adult acute diarrhea patients in several hospitals
in Jakarta the levels of zinc deficiency was 69.3%. Zinc has been proven to be
beneficial in the treatment of acute diarrhea in pediatric patients.
Objective: To discover the effectiveness of zinc supplementation as an adjuvant
therapy in acute diarrhea for adult patients by comparing the duration and the
severity of signs and symptoms of acute diarrhea between the zinc and placebo
group.
Methods: A double blind randomized controlled trial is done to find out about
the effect of zinc supplementation to the duration, signs and symptoms on acute
diarrheal in hospitalized adults patients in Pertamina Central Hospital in Jakarta
from January-December 2013. The data is analyzed using chi-square test (x2) for
comparing the duration of diarrhea and general linear model (GLM) to assess
trend changes accompanying symptoms of diarrhea.
Results: Analysis of the data from 84 patients: 30 males [19 zinc, 11 placebo]
and 54 females [23 zinc, 31 placebo] ~ (p 0.111) obtained zinc supplementation
significantly reduced the duration of acute diarrhea (p 0.027) and significantly
reduce the symptoms of nausea (p 0.032). In addition there is trend of
improvement in some acute diarrhea associated symptoms, such as abdominal
pain, frequency of diarrhea, stool consistency, vomiting, bloating, and disruption
of daily activities.
Conclusion: Zinc supplementation significantly reduce the duration of diarrhea,
significantly reduce the symptoms of nausea; besides, improving some symptoms
accompanying acute diarrhea.;Background: Acute diarrhea is a common problem in developing countries such
as Indonesia; which is found in everyday practice with quite high morbidity and
mortality rate. It was revealed in adult acute diarrhea patients in several hospitals
in Jakarta the levels of zinc deficiency was 69.3%. Zinc has been proven to be
beneficial in the treatment of acute diarrhea in pediatric patients.
Objective: To discover the effectiveness of zinc supplementation as an adjuvant
therapy in acute diarrhea for adult patients by comparing the duration and the
severity of signs and symptoms of acute diarrhea between the zinc and placebo
group.
Methods: A double blind randomized controlled trial is done to find out about
the effect of zinc supplementation to the duration, signs and symptoms on acute
diarrheal in hospitalized adults patients in Pertamina Central Hospital in Jakarta
from January-December 2013. The data is analyzed using chi-square test (x2) for
comparing the duration of diarrhea and general linear model (GLM) to assess
trend changes accompanying symptoms of diarrhea.
Results: Analysis of the data from 84 patients: 30 males [19 zinc, 11 placebo]
and 54 females [23 zinc, 31 placebo] ~ (p 0.111) obtained zinc supplementation
significantly reduced the duration of acute diarrhea (p 0.027) and significantly
reduce the symptoms of nausea (p 0.032). In addition there is trend of
improvement in some acute diarrhea associated symptoms, such as abdominal
pain, frequency of diarrhea, stool consistency, vomiting, bloating, and disruption
of daily activities.
Conclusion: Zinc supplementation significantly reduce the duration of diarrhea,
significantly reduce the symptoms of nausea; besides, improving some symptoms
accompanying acute diarrhea., Background: Acute diarrhea is a common problem in developing countries such
as Indonesia; which is found in everyday practice with quite high morbidity and
mortality rate. It was revealed in adult acute diarrhea patients in several hospitals
in Jakarta the levels of zinc deficiency was 69.3%. Zinc has been proven to be
beneficial in the treatment of acute diarrhea in pediatric patients.
Objective: To discover the effectiveness of zinc supplementation as an adjuvant
therapy in acute diarrhea for adult patients by comparing the duration and the
severity of signs and symptoms of acute diarrhea between the zinc and placebo
group.
Methods: A double blind randomized controlled trial is done to find out about
the effect of zinc supplementation to the duration, signs and symptoms on acute
diarrheal in hospitalized adults patients in Pertamina Central Hospital in Jakarta
from January-December 2013. The data is analyzed using chi-square test (x2) for
comparing the duration of diarrhea and general linear model (GLM) to assess
trend changes accompanying symptoms of diarrhea.
Results: Analysis of the data from 84 patients: 30 males [19 zinc, 11 placebo]
and 54 females [23 zinc, 31 placebo] ~ (p 0.111) obtained zinc supplementation
significantly reduced the duration of acute diarrhea (p 0.027) and significantly
reduce the symptoms of nausea (p 0.032). In addition there is trend of
improvement in some acute diarrhea associated symptoms, such as abdominal
pain, frequency of diarrhea, stool consistency, vomiting, bloating, and disruption
of daily activities.
Conclusion: Zinc supplementation significantly reduce the duration of diarrhea,
significantly reduce the symptoms of nausea; besides, improving some symptoms
accompanying acute diarrhea.]"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>