Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34155 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dedi Priadi
"Sifat mampu bentuk lembaran kuningan alpha (fasa tunggal) dipengaruhi oleh ukuran butir, bentuk butir, dan teksture (preferred orientation). Dari ketiga hal di atas, ukuran butir adalah parameter yang paling mudah diatur dan dikendalikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh ukuran butir terhadap sifat mampu bentuk (formability) lembaran kuningan alpha Pengaturan ukuran butir kuningan dilakukan dengan cara merusak butir awal menggunakan proses canal dingin dengan jumlah reduksi 53,3%. Selanjutnya dilakukan proses anil pada temperatur berbeda, yaitu: 325°C, 425°C, 475°C, 525°C, 575°C, dan 700°C. Pengujian yang dilakukan meliputi: pengujian non simuiatif (pengujian tarik dan kekerasan) dan pengujian simulatif lembaran (pengujian deep drawing, stretching, dan forming limit diagram).
Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa kenaikan ukuran butir akan meningkatkan sifat mampu bentuk lembaran kuningan alpha hingga diameter tertentu. Sifat mampu bentuk terbaik pada penelitian ini ditunjukkan oleh lembaran kuningan dengan diameter butir 0,062 mm. Rentang ukuran butir terbaik untuk proses pembentukan lembaran kuningan alpha tanpa cacat adalah: 0,045-0,062 mm. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
A. Ali Alhamidi
"Lembaran kuningan alpha kualitas local produk pasaran local telah dilakukan proses pemanasan ulang (reanealing) dan bahan kualitas lokal hasil proses pengecoran di laboratorium dilakukan proses aniling, masing-masing pada temperatur 400 °C, 500 °C, 600 °C, dan 700 °C dengan waktu tahan 30 menit untuk mendapatkan ukuran besar butir yang beragam, dan dibandingkan dengan lembaran kualitas impor tanpa pemanasan ulang. Demikian juga sifat mekanis yang mendukung mampu tarik rentang dan mampu tarik dalam telah dilakukan pengujian tarik. Hasil menunjukkan bahwa tarik rentang mengalami kenaikan maksimum pada butiran dengan diameter 0,053 mm dan tebal 0,76 mm dengan diperoleh tinggi kubah sebesar 27 mm. Hal ini mendekati dengan bahan kkuningan alpha dengan kualitas impor yang mencapai ketinggian kubah 28 mm pada ukuran butir 0,022 mm dan 26, 7 mm pada ukuran butir 0,014 mm dengan tebal masing-masing 0,78mm. Hasil uji penarikan dalam menunjukkan kenaikan tinggi mangkuk mencapai maksimum pada bahan kualitas local hasil proses laboratorium diperoleh pada ukuran butir 0,041 mm pada tebal 1,1 mm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andayanto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S41055
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanina Nur Widianto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41313
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Harjanto
"Kuningan merupakan salah satu material paduan tembaga yang paling banyak digunakan. Hal ini dikarenakan sifat konduktifitas listrik dan panas yang baik, katahanan yang tinggi serta formability yang bagus serta ketahanan terhadap fatik yang tinggi. Di kalangan industri manufaktur logam proses canai adalah hal yang umum dilakukan untuk mendapatkan material dengan bentuk dan ukuran tertentu. Akan tetapi hasil dari proses ini menyebabkan perubahan sifat mekanik yang sering menadi penyebab kegagalan bila diteruskan proses pengubahan bentuk selanjutnya. Oleh karena itu, dilakukan metode canai panas dimana proses deformasi dan perlakuan panas terjadi secara bersama. Hal ini dilakukan agar diperoleh nilai kekerasan dan besar butir yang optimal untuk untuk memberikan pengaruh yang baik pada proses pengerjaan dingin selanjutnya. Dalam penelitian ini menggunakan batang kuningan yang kemudian dicanai panas pada 800ºC dengan reduksi 20% lalu dilanjutkan dengan reduksi 40%. Setelah dicanai panas, kekerasan batang kunngan dari 54 BHN menjadi 72 BHN. Pada batang kuningan tersebut terjadi partial recrystallization dengan besar butir yang tidak seragam. Dimana butir besar berukuan 71-89 μm dan butir kecil 23-37 μm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41342
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Wibisono
"Industri pelat kuningan di Indonesia saat ini hanya menghasilkan pelat-pelat yang nilai tambahnya rendah, karena belum dikuasainya teknologi termomekanikal sebagai dasar rekayasa proses untuk pengembangan produk pelat, yang pada prinsipnya adalah rekayasa butir di dalam struktur mikro. Dalam penelitian disini akan dipelajari hubungan pengaruh kadar aluminium dibawah dan diatas 0,03% terhadap parameter proses anil cepat yaitu temperatur dan waktu tahan, terhadap Difraksi Sinar X, besar butir, struktur mikro, kekerasan, kekasaran dan mampu bentuknya, kemudian analisa dari hubungan tersebut, digunakan untuk mendapatkan kombinasi temperatur dan waktu tahan proses anil cepat, yang menghasilkan kemampuan bentuk optimal. Variabel dalam proses penelitian ini yaitu komposisi kadar aluminium memenuhi syarat (Al ≤ 0,03%) dan melebihi syarat (Al > 0,03%), pengaruh temperatur anil cepat yaitu 500°, 600° dan 700°C waktu tetap 3 menit, dan pengaruh waktu anil cepat yaitu 2,3 dan 4 menit temperatur tetap 600°C. Dari penelitian didapatkan kadar aluminium 0,16112% > 0,03% masih tergolong dalam kuningan 70/30 karena fasanya masih alfa, kemudian dengan semakin tingginya temperatur dan lamanya waktu anil cepat setelah pelat mengalami pengerolan dingin dengan reduksi 38%, terjadi penurunan besar butir rata-ratanya mengecil yaitu 11,742%, sedangkan penurunan kekerasan rata-ratanya membesar yaitu 51,05% berarti terjadi pertumbuhan butir, sehingga didapatkan temperatur dan waktu anil cepat optimal yaitu 600°C waktu 3 menit, kemudian diaplikasikan di pelat untuk menguji kemampuan bentuk melalui sampel uji tarik, ternyata elongasi, kekuatan tarik maksimal, koefisien pengerasan regang (n) dan anisotropi normal (r) mendekati referensi standar dan industri pengguna, untuk anisotropi planar (Δr) atau pengupingan sedikit diatas nilai nol. Kekasaran permukaan menurun dari pengerolan dingin ke proses anil cepat, akan tetapi distribusi kekasarannya masih tidak homogen. Dari pengerolan dingin melalui difraksi Sinar X didapat bidang (220) dan (111), setelah dianil terjadi penambahan satu bidang lagi yaitu (200).

Currently brass sheet industry in Indonesia only produce low value added sheet product, because not yet understand the thermomechanical technology as the basic of process engineering for sheet product development. The basic process that is grain engineering in the sheet microstructure. In this research we will be studied the relation of aluminium content under and up specification 0,03%, to rapid annealing process parameter that is temperature and holding time, correlation to X Ray Diffraction, grain size, microstructure, hardness, and surface roughness, and then from this analysis relationship, applied to get combination of optimal temperature and rapid annealing process holding time, for getting the optimal sheet formability. Process parameter using in this research that is aluminium content below or over 0,03%, effect of anneal temperature such as 500°,600° and 700°C with fixed 3 minute holding time, and effect of anneal holding time such as 2,3 and 4 minute with fixed temperature of 600°C. Resulting from this research is got aluminium content that is 0,16112% > 0,03% still classify as brass 70/30 because only one phase in the microstructure that is alpha, then with increasing anneal temperature and holding time after the sheet experiences cold rolling with reduction 38%, exist mean grain size decreasing 11,742%, whereas mean hardness decreasing extend to 51,05%, these means happen enlarge of grain size, until got temperature and rapid anneal optimal that is 600°C with time 3 minute, then after apply to brass 70/30 sheet for testing sheet formability by tensile testing method. The results such as elongation, ultimate tensile strength, strain hardening coefficient (n), normal anisotropy (r) close to standard reference and user industry specification, for planar anisotropy (Δr) or earing tendency is little about zero. Although surface roughness declines from cold rolling to rapid annealing process, however distribution of its roughness still not homogen. From cold rolling resulting two plane such as (220) and (111), after that from rapid annealing process add one more plane that is (200) because crystal plane move to stabil condition after got cold rolling and rapis annealing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T26634
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1990
S27894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>