Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52403 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Arifin
""Dental porcelain" merupakan bahan gigi tiruan cekat yang ideal sampai saat ini. Sifat-sif at dental porcelain dapat memenuhi semua sifat gigi-geligi dalam berfungsi sebagai alat pengunyah, estetis, kenyamanan, kesehatan mulut dan kesehatan umum. Untuk memperoleh gigi tiruan cekat porcelain yang memenuhi kriteria tersebut di atas, perlu ditunjang oleh proses dan teknologi laboratorium yang memadai. Untuk keperluan fungsi pengunyahan, diperlukan kekerasan tertentu dari bahan gigi tiruan cekat. Dental porcelain mempunyai kekerasan di atas kekerasan email gigi asli. Agar dapat diperoleh kekerasan yang optimal dari dental porcelain, harus dilakukan kondensasi yang adekuat.
Terdapat asumsi bahwa cara kondensasi yang berbeda dapat menghasilkan kekerasan yang berbeda. Ol eh karena itu telah dilakukan penelitian dengan pendekatan eksperimental laboratorik untuk mempelajari seberapa jauh perbedaan antara kondensasi dengan cara manual dan kondensasi dengan menggunakan vibrator terhadap kekerasan porcelain. Data berupa hasil rata-rata kekerasan porcelain dengan ukuran KHN. Kemudian dievaluasi perbedaannya dengan menggunakan t test. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan perbedaan bermakna antara cara kondensasi secara manual dan dengan menggunakan vibrator. Kekerasan porcelain yang dihasilkan dengan cara kondensasi menggunakan vibrator lebih besar bila dibandingkan dengan yang dihasilkan secara kondensasi manual dengan p = 0,01. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cara kondensasi menggunakan vibrator memberikan hasil kekerasan porcelain yang memadai."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Haryanti Pramono
"Salah satu syarat "die" adalah tidak mudah mengalami abrasi atau goresan ketika pembuatan pola malam dan percobaan "casting". Pengamatan menunjukkan bahwa umumnya para dokter gigi maupun teknisi tidak melakukan pengadukan dental stone tipe IV menurut instruksi pabrik ataupun aturan standar. Dengan demikian, dapat diduga hasil akhir die yang diperoleh, kekerasannya tidak sebaik kekerasan dental stone yang diaduk sesuai dengan instruksi pabrik ataupun aturan standar, sehingga dapat mempengaruhi "fitness" restorasi cekat. Untuk itu, dilakukan penelitian cara pengadukan dental stone tipe IV yang sesuai dengan instruksi pabrik dan tidak menyalahi aturan standar untuk mengetahui pengaruh cara pengadukan terhadap kekerasan dental stone tipe IV. Pengadukan dilakukan dengan menggunakan mesin kondisi hampa udara, mesin kondisi tanpa hampa udara dan manual. Uji kekerasan dilakukan menggunakan alat indentasi "Vickers Hardness Tester" dengan beban 31,25 kg. Indentasi dievaluasi menggunakan "Frank Hardness Microscope". Gambaran rnikro dari permukaan spesimen dievaluasi dengan "Scanning Electron Microscope". Hasil uji Anova 1-arah dan test Scheffe menunjukkan perbedaan bermakna antara ketiga cara pengadukan (< 0,05). Disimpulkan bahwa cara pengadukan yang mengicuti instruksi pabrik dan menggunakan mesin hampa udara dapat meningkatkan nilai kekerasan dental stone tipe IV.

In the effort of producing a well-fit restoration, die material should be hard enough to resist scratch and abrasion during the wax-up and try-in procedures. Unfortunately, in mixing the dental stone type IV for working model and die, many dentists and dental technicians neglect the direction for use given by the manufacturer. It is assumed, that the hardness is lower by then, but not enough scientific proof has been reported. For this reason, a study is conducted to investigate the influence of spatulation on the hardness of the type 1V dental stone. The sample groups were divided into 3 groups. Each group was mixed differently, one group using a vacuum machine, one group using non vacuum machine and one group manually. Hardness was measured by means of Vickers indentor with 31.25 kg load. The indentation was evaluated using Frank Hardness Microscope. The surface of the samples were examined with SEM. One-way Anova and Scheffe test showed that each group differed significantly one to other (< 0.05). It can be concluded that the result gained with vacuum machine mixing is harder than by the other mixing procedures."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T5785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faiq Vidi Wardhana
"ABSTRAK
Gasifikasi biomassa merupakan teknologi yang telah terbukti sebagai salah satu aplikasi energi baru dan terbarukan yaitu dengan memanfaatkan syngas hasil olahannya. Namun, salah satu masalah terbesar dalam penggunaan syngas hasil gasifikasi biomassa untuk pembangkitan daya listrik adalah pengurangan tar. Metode kondensasi merupakan salah satu cara dalam mengurangi konsentrasi tar. Tujuan dalam penelitian kali ini adalah untuk melihat efisiensi metode kondensasi dalam pengurangan tar dan menganalisa sifat kondensasi dari tar berdasarkan jenisnya. Data yang diambil berdasarkan waktu operasi pada menit ke-10 sampai 25, menit ke-30 sampai 45, menit ke-50 sampai 65, dan menit ke-70 sampai 85. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa setiap sampel memiliki perubahan temperatur yang terus meningkat. Efisiensi pengurangan tar semakin tinggi saat perubahan temperatur yang ada juga semakin besar. Efisiensi pengurangan tar terbesar senilai 86.22% pada perbedaan temperatur terbesarnya yaitu 262.89°C. Pengurangan tar dalam syngas yang terjadi juga ditandai dengan peningkatan pressure drop di dalam pipa kondenser. Terbukti dengan nilai pressure drop terbesar ada pada menit terakhir pengukuran yaitu pada menit ke-90 dengan nilai 0.126kPa.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1990
S28004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Nurul Ulfah
"Latar Belakang: Semen Ionomer Kaca (SIK) adalah bahan restorasi yang terdiri bubuk kaca kalsium fluoroaluminosilikat dan asam poliakrilik. Pada tahap awal reaksi setelah pencampuran, SIK sensitif terhadap udara dan air yang dapat menghambat reaksi pengerasan, sehingga perlu perlindungan dengan material yang kedap air dan salah satunya adalah bonding agent.
Tujuan: menganalisis efek bonding agent terhadap kekerasan SIK.
Metode: 12 spesimen SIK diameter 5mm dan tebal 2mm, dibagi menjadi 3 kelompok: kelompok 1 tanpa pelapisan, kelompok 2 dilapis varnis dan kelompok 3 dilapis bonding agent. Seluruh spesimen direndam dalam methylen blue 0,1% selama 24 jam dan di masukkan dalam inkubator dalam suhu 37oC. Kemudian setiap sampel dibelah menjadi 2, yang satu sisi diukur kedalaman intrusi airnya dengan measuring microscope dan bagian lainnya diukur ke kekerasan permukaannya dengan Knoop Microhardness Tester. Kemudian hasilnya dianalisis secara statistik.
Hasil: Pada ketiga kelompok terlihat adanya perbedaan bermakna dengan nilai kekerasan SIK tertinggi ada pada kelompok bonding agent.
Kesimpulan: Aplikasi bonding agent dapat meningkatkan kekerasan SIK.

Background: Glass Ionomer Cement (GIC) is a restorative material containing calcium fluoroalluminosillicate glass powder and polyacrylic acid. At the initial reaction after mixing process, GIC becomes sensitive to the air and water which can inhibit setting reaction, therefore it needs to be protected with waterproof material, such as bonding agent.
Aim: Analyzing effect of bonding agent application in the hardness of GIC.
Method: 12 GIC specimens with 5 mm in diameter and 2 mm in height were divided into 3 groups: first group were without coating, second group were coating with varnish, and third group were covering with bonding agent. All specimens were immersed in methylene blue 0,1% for 24 hours and stored into incubator 37o C. Furthermore, each sample was cut into 2 pieces, one part was measured for water intrusion using measuring microscope while the other part was measured for surface hardness using Knoop Microhardness Tester. Afterwards, the result was analized statistical.
Result: At 3 groups show there was significant difference, the highest hardness score is bonding agent?s group.
Conclusion: Application of bonding agent could increase the hardness of GIC."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Dermawan Santoso
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T39864
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jamaluddin Rahim
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39784
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrik Fitriadi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41390
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romie Alpha
"Pengujian kekerasan dilakukan menggunakan pengujian mikrohardness dengan metode dickers. Pengujian tersebut dilakukan untuk mengetahui nilai kekerasan epoksi jenis bisfenol A dengan penguat berupa arang kayu dengan variasi kadar beratnya. Arang kayu yang digunakan berupa arang kayu hitam. Sampel epoksi dibuat sebanyak 4 buah, dengan tiga variasi penambahan arang kayu dan satu sampel epoksi murni. Sampel diuji kekerasannya dengan alat pengujian mikrohardness dengan beban sebesar 25 gram. Sampel yang digunakan yaitu 25 gram epoksi murni, epoksi murni + 1 gram arang kayu, epoksi murni + 2 gram arang kayu, dan epoksi + 4 gram arang kayu. Setiap sampel tadi ditambahkan curing agent berupa polyamida sebanyak 6,6 gram. Pengujian dilakukan dengan penjejakan sebanyak 10 titik pada tiap sampel. Nilai kekerasan dari masing - masing titik ini dirata - ratakan sehingga menghasilkan satu nilai kekerasan yang representatif. Melalui pengujian ini, akan diketahui pengaruh penambahan arang kayu terhadap kekerasan epoksi. Untuk melengkapi pengujian kekerasan, maka dilakukan pengamatan SEM untuk melihat permukaan sampel epoksi murni dan permukaan sampel epoksi yang ditambahkan filler berupa arang kayu. Pengamatan dilakukan dengan perbesaran lOOx, 500x, dan lOOOx. Selain itu, komposisi arang kayu juga diuji dengan EDX. Melalui pengujian komposisi, maka dapat diketahui unsur - unsur yang terkandung di dalam arang kayu."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto Budi Wahyudi
"Polimer matriks komposit merupakan komposit yang berbahan dasar polimer yang telah ditingkatkan performanya dengan cara penambahan filler yang terdispersi sebagai partikel, dalam penelitian ini digunakan carbon black sebagai material filler. Ikatan interface dan permukaan yang baik merupakan salah satu penentu dari keberhasilan komposit ini. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dilakukan perbandingan komposisi epoksi dengan hardener, hal ini berkaitan dengan waktu pengerasan dari komposit tersebut. Karena sifat hardener yang mudah menguap (volatile) dan kemungkinan adanya difusi oksigen maka harus dilakukan antisipasi agar mengurangi terjadinya pori pada sampel, salah satunya adalah dengan meletakan sampel dalam temperatur ruang selama beberapa hari dan setelah itu dilakukan preheating serta curing untuk mendapatkan kekerasan yang sempurna. Studi ini didasari pada perbandingan jumlah pemberian carbon black, carbon black yang diberikan divariasikan menjadi 3 macam, yang pertama tidak menggunakan carbon black (epoksi murni), yang kedua menggunakan 2 gram carbon black (5,2% jumlah keseluruhan massa sampel), dan yang terakhir meggunakan 4 gram (10,2%) jumlah keseluruhan massa sampel). Proses pencapuran dilakukan secara manual dengan menggunakan alat pengaduk, setelah itu dilakukan tahap pemanasan untuk mendapatkan cross link yang sempurna dari material, pemanasan dilakukan dengan dua tahap yang pertama preheating dengan temperatur 100°C selama 3 jam dan yang kedua curing dengan temperatur 200°C selama 3 jam Pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunakan alat microhardness vickers untuk mengetahui pengaruh dari penambahan carbon black terhadap matriks epoksi, dan untuk melengkapi pengujian kekerasan dilakukan pula pengamatan SEM untuk melihat permukaan epoksi yang telah ditambahkan filler berupa carbon black.

Polymer matrix composite is a polymer base on composite that has been reinforced by filler that disperse as particle, in this study carbon black is used as the filler. The good interface bonding and surface is one of the successful parameter in this study. To optimize the result so comparison between epoxy and hardener is being held, this is related with curing time of that composite. Because of the volatile characteristic from hardener and possibility of oxygen diffusion to composite so anticipated plan to avoid porosity is a must, such as put the sample in room temperature for hours and then preheating and curing can be executed. This study is base on the comparison of epoxy and the filler (carbon black). There are 3 types amount of filler, the first pure epoxy without carbon black, the second using 2 grams of carbon black (5,2% of overall mass), and the last using 4 gram carbon black (10,2% of overall mass). Using manual for the mixing process, after that preheating and curing process is occurred, using 100°C for preheating and for curing using 200°C in each type holding for 3 hours. For the hardness testing use micro hardness Vickers tester, this is to know the effect of adding carbon black in epoxy, and to make it complete SEM is occurred to see the surface of the sample."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41662
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>