Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125988 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Nilai seni merupakan hakekat seni dan hakekat berkesenian bagi satu masyarakat berdasarkan budayanya. Dalam masyarakat suku-bangsa khususnya dan masyarakat lain pada umumnya, keseniannya dititipi muatan nilai-nilai, seperti nilai pengetahuan, nilai religi, nilai sosial, dan nilai seni. Biasanya, nilai-nilai itu saling terkait sehingga merupakan satu sistem, yaitu sistem nilai budaya. Nilai-nilai itu merupakan pesan budaya masyarakat yang amat hakiki, yang dipandang baik, tinggi, bahkan disebut luhur. Karena itu dijadikan acuan dalam bertingkah laku dalam kehidupan masyarakatnya.
Berdasarkan rumusan di atas, pemahaman yang cermat dan tepat terhadap sistem nilai budaya, khususnya nilai seni sangat diperlukan. Permasalahan operasional dalam penelitian ini adalah pemahaman nilai seni yang tersirat dalam jenis-jenis atau bentuk kesenian Sumba dan Benuaq.
Secara hipotetik, wujud nilai seni milik berbagai masyarakat itu mempunyai unsur-unsur yang bervariasi dan persamaan-persamaan. Persamaan-persamaan inilah yang kelak inenjadi salah satuacuan dalam rangka upaya mempererat integrasi nasional Indonesia."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
""Kesenian Nasi0nal? itu sendiri merupakan persoalan yang diperdebatkan:
apa batasannya, apa kriterianya. Maka masalah sistem kesenian nasional dengan
sendirinya tak dapat dibicarakan sebelum batasan dan kriteria mengenai apa yang
nasional dan apa yang kesenian itu ditetapkan. Kemudian daripada itu kesenian
nasional akan dilihat tidak semata-mata sebagai label, melainkan sebagai suatu
sistem. Sistem kesenian ini dipahami sebagai bagian dari sistem budaya; dan di
sisi lain, dalam kasus sistem kesenian nasional Indonesia ini, akan dilihat
kaitannya dengan sislem-sistem kesenian kebangsaan lama yang telah terbentuk
berabad-abad sebelum gerakan kebangkitan nasional Indonesia.
"
Jelajah, Vol. 3 (1992) : 1-20, 1992
JSPI-3-1992-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Depok : Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Lembaga Penelitian, Universitas Indonesia, 2003
709 WAR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Watie Moerany
"Kajian sejarah mengenai Soekarno telah banyak dilakukan oleh sejumlah peneliti, seperti Adams (1966), Dahm (1966), Legge (1972), Solichin Salam (1981), Giebels (1999), Ayub Ranoh (1999). Masing-masing kajian tersebut cenderung mengungkap dimensi kesejarahan Soekarno dari sisi politik, kepemimpinan kharismatik, kenegarawanan dan tokoh pergerakan nasionali. Sedangkan kajian yang mengarah ke dimensi lain, seperti dimensi kesenian belum banyak dilakukan. Padahal justru pada dimensi inilah sosok Soekarno menampakkan cita dan citranya sebagai manusia yang menyimpan aneka bakat, pengagum keindahan, pemerhati kesenian dan pencipta seni.
Keberbakatan dan keberminatannya pada dunia seni sudah menggejala sejak usia muda hingga akhir hayatnya. Kecintaannya pada karya seni (khususnya lukisan dan patung) semakin menemukan momentum yang tepat ketika diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia (1945) hingga kejatuhannya (1967). Selama masa kepresidenannya, telah tercatat hampir 3000 karya seni rupa, meliputi lukisan, patung, porselin dan kriya. Ribuan koleksi tersebut dibukukan dalam tiga jilid buku susunan Dullah, pelukis Istana Presiden (1950-1960), dan lima jilid buku, susunan Lee Man Fong, pelukis Islam Presiden (1961-1966). Ribuan koleksi yang bernilai historis itu keberadaannya tersebar di Istana Merdeka, Istana Negara, Istana Bogor, Istana Batu Tulis, Gedung Agung Jogjakarta, Istana Tampak Siring. Khusus di Istana Bogor, tercatat 479 lukisan dan 155 patung, terdiri dari 28 patung batu, 21 patung kayu, 75 patung perunggu, dan 31 patung marmer.
Keberadaan koleksi tersebut hingga kini masih dalam status kurang jelas, yaitu antara milik pribadi Soekarno atau sudah dihibahkan menjadi koleksi negara (state collection). Hal ini disebabkan antara lain situasi akhir pemerintahan Presiden Soekarno yang chaos, hingga akhirnya ia meninggalkan Istana tanpa membawa barang-barang milik pribadinya. Selain itu juga tidak ada wasiat dan Presiden Soekarno secara tertulis (eksplisit) tentang penghibahan karya seni yang telah dikoleksinya. Dan hingga kita juga belum ada payung hukum yang memberikan status jelas tentang koleksi tersebut.
Ribuan koleksi lukisan dan patung tersebut, diperoleh dart berbagai upaya Soekarno, karena dilandasi minat dan apresiasi Soekarno yang tinggi pada karya seni. Pengoleksian karya seni itu dilakukan dengan cara membeli langsung ke seniman pembuatnya, barter, atau merupakan hadiah dari sejumlah seniman maupun sahabat-sahabatnya dari luar negeri. Sebagian besar koleksi lukisannnya cenderung berkaitan dengan perasaan romantisnya pada alam, kecantikan wanita, kebudayaan dan kisah perjuangan bangsa Indonesia. Sedangkan koleksi patungnya paling banyak berupa wanita telanjang (mrde). Ia pada dasarnya memang pengagum visi keindahan Mooi Indie (Hindia Belanda Jelita), yaitu suatu faham keindahan atau seni yang cenderung mengekploitasi eksotika panorama alam dan kehidupan manusia di Hindia Belanda.
Koleksi Soekarno baik secara tekstual (estetis) maupun kontekstual menggambarkan perkembangan dunia seni rupa mulai abad ke-20 hingga era pemerintahan Soekarno. Dari koleksi tersebut terbaca bahwa sebelum era Soekarno, perkembangan seni rupa berkaitan dengan perkembangan sosial, politik dan kultural, baik pada zaman kolonial Belanda (1900-1942) dan Jepang (1942-1945). Pada zaman kemerdekaan dan sesudahnya, perkembangan seni rupa berkaitan dengan situasi perjuangan dan semakin gencarnya perdebatan wacana seni rupa, baik dalam tataran ideologis dan praksis. Di samping itu, berkat motivasi Soekarno sebagai seorang patron yang sangat berpengaruh, mulai tumbuh medan sosial seni rupa, yaitu pendidikan formal, sanggar, galeri dan kolektor.
Dilihat dari tujuan dan manfaatnya, secara praktis, penelitian ini memberikan kontribusi pada usaha pendokumentasian, pemeliharaan, penampilan, perlindungan dan penyelamatan benda-benda seni bernilai sejarah. Dari segi teoritis, kontribusinya terletak pada penelusuran sejarah pengoleksian lukisan dan patung yang dilakukan oleh Presiden Soekarno dan menempatkan koleksi tersebut dalam perspektif sejarah seni rupa Indonesia.
Penelitian ini didesain sebagai penelitian sejarah dengan menggunakan pendekatan deskriptif-analitik. Sumber primer diperoleh dari buku Koleksi Lukisan dan Patung Presiden Soekarno, buku inventaris lukisan dan patung di Istana Bogor, artefak (lukisan dan patung) di Istana Bogor. Sumber sekunder berupa sejumlah tulisan-tulisan pendek dan risalah seputar informasi Soekarno dan seni, yang dipublikasikan di berbagai media massa dan diterbitkan secara khusus. Sumber-sumber lain yang mendukung diperoleh dari buku sejarah seni rupa Indonesia dan diperkuat hasil wawancara dengan informan kunci yang dinilai mengetahui seputar sejarah seni rupa Indonesia dalam kaitannya dengan Soekarno sebagai patron, kolektor atau maesenas seni rupa Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11719
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
[Place of publication not identified]: Proyek Pembinaan Kesenian Departemen P dan K, [date of publication not identified]
759.989 5 SEN (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
[Place of publication not identified]: Proyek Pembinaan Kesenian Departemen P dan K, [date of publication not identified]
R 750.595 8 IND s
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Acep Iwan Saidi, 1969-
Yogyakarta: Isac Book , 2008
730.74 ACE n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Yayasan Cempaka Kencana, 1998
726.1 SEM c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Yoga Satyawan
"Skripsi ini membahas tentang perkembangan Perusahaan Rekaman Lokananta tahun 1961 ? 2001. Pesatnya perkembangan industri musik Barat pasca Perang Dunia Ke-2 membuat kesenian nasional kurang mendapat tempat di negeri sendiri. Oleh karena itu, didirikanlah Lokananta sebagai lembaga yang mampu mengembangkan kesenian nasional demi mendukung pembentukan identitas bangsa. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Lokananta benar-benar menjalankan tugasnya dalam melaksanakan pengumpulan lagu-lagu daerah dan kesenian nasional. Hal ini terlihat dari koleksi Lokananta yang mencakup sebagian besar lagu-lagu daerah dan kesenial tradisional di Indonesia. Penulisan skripsi ini menggunakan kaidah penulisan ilmiah dan empat tahapan dalam metode sejarah, yakni heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.

This thesis discusses the development of Lokananta Recording Company in 1961 - 2001. The rapid development of Western music industry after World War 2 make national art less a place in their own country. Therefore, Lokananta established as an institution capable of developing national arts to support the formation of national identity. Results from this study showed that Lokananta actually carry out their duties in implementing the collection of folk songs and national art. This is evident from Lokananta collection that covers most of the folk songs and traditional kesenial in Indonesia. This thesis uses the rules of scientific writing and the four stages in the historical method, which is a heuristic, criticism, interpretation, and historiography.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S65476
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>