Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139993 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kusmardi
"Menurut beberapa peneliti salah satu faktor penyebab timbulnya kanker, adalah terapi dengan betaestradiol dosis tinggi, atau dosis adekuat yang tidak terkontrol. Terapi ini telah digunakan selama 30 tahun terakhir terutama kaitannya dengan menopause prematur, hysterektomi total, salpingo-ooforektomi, kontrasepsi, dll. Namun demikian tidak mudah melakukan penilaian keuntungan yang diperoleh serta efek sampingnya. Terlebih lagi bila pemanfaatan estradiol dilakukan pada penderita kanker payudara. Sehingga perlu dicari dosis yang masih aman pada keadaan tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah implantasi estradiol sekali selama penelitian dengan dosis 7 mg berpengaruh terhadap perangai pertumbuhan sel tumor transpiantabel kelenjar susu mencit GR, serta terhadap imunitas humoral mencit tersebut. Mencit yang digunakan adalah mencit betina yang pada awal penelitian berumur 6 bulan dan ditumbuhi (diinokulasi) sel tumor kelenjar susu.
Mencit dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok kelola yang terdiri atas mencit bertumor kelenjar susu tidak diimplantasi estradiol dan kelompok perlakuan yang diimplantasi estradiol. Dengan menganalisa data volume tumor pada saat tumor berumur 1 minggu dan 2 minggu, diketahui bahwa implantasi estradiol tidak meningkatkan pertumbuhan tumor. Sedangkan dari analisa kadar imunoglobulin diketahui bahwa tidak ada pengaruh implantasi estradiol terhadap kadar Ig G dalam serum mencit. Sebaliknya transplantasi tumor ada pengaruhnya terhadap kadar Ig G serum mencit.
Pengaruh implantasi estradiol terhadap kadar Ig A pada serum mencit juga tidak bermakna. Tetapi transplantasi sel tumor justru menurunkan kadar Ig A dalam serum mencit. Kadar Ig M serum tidak dipengaruhi baik oleh implantasi estradiol maupun transplantasi sel tumor."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Eka Wuyung
"Di Indonesia kenaikan angka kematian karena kanker mencapai 4,3% pada tahun 1986. Dari studi prospektif dan retrospektif diketahui bahwa karotenoid mengurangi risiko timbulnya kanker payudara. Beta-karoten adalah salah satu karotenoid yang dikandung oleh minyak kelapa sawit (600.000 ug/kg) karena cara pengobatan kanker payudara yang berlaku selama ini (dengan pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi) cukup mahal, dan acapkali tidak terjangkau oleh sebagian golongan masyarakat, maka perlu dicari cara lain, di antaranya memanfaatkan beta-karoten yang ada dalam minyak kelapa sawit, namun perlu diteliti dosis ekstrak minyak kelapa sawit yang tepat.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak minyak kelapa sawit sebesar 120 ug/0,1 ml dan 500 ug/0,1 ml per hari terhadap pertumbuhan sel tumor transplantabel kelenjar susu mencit C3. Penelitian ini menggunakan 42 ekor mencit C3H, dengan berat badan berkisar antara 18 - 20 gram. Mencit tersebut dibagi menjadi 7 kelompok dengan masing-masing 6 ulangan yang terdiri atas 3 kelompok kontrol dan 4 kelompok uji. Dua kelompok uji masing-masing dicekok dengan dosis 1.20 ug dan 500 ug ekstrak per hari selama penelitian, sedangkan kepada 2 kelompok uji lainnya pemberian ekstrak hanya sampai pada hari ke-14. Facia hari ke 14 semua mencit diinokulasi dengan bubur tumor yang diambil dari mencit donor dengan menggunakan trokar secara subkutis di aksila kanan sebanyak 0,2 ml/ekor.
Dengan melakukan analisis varian diketahui hasil pada ketujuh kelompok tidak berbeda bermakna secara statistik, baik pengaruhnya terhadap volume tumor, berat akhir tumor maupun lama bertahan hidup mencit. Namun demikian hasil pengamatan sediaan mikroskopis menuniukkan adanya pengaruh pemberian ekstrak walaupun tidak terlalu menyolok, berupa penambahan fibrosis/kepadatan jaringan stromanya. Ketiadaan pangaruh pemberian ekstrak minyak kelapa sawit mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu masih kurang tingginya dosis yang diberikan, tingkat oksidasi menjadi asam retinoat cukup tinggi, terjadinya autooksidasi nonbiologik betakaroten sebelum digunakan dan kekurang cukupan Zn sebagai pembentuk REP."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Utami B. Roeslan
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Pengobatan kanker payudara sudah
banyak diupayakan, melalui tindakan bedah, radioterapi, kemoterapi
dan terapi hormonal, namun hasilnya kurang memuaskan. Yang sangat
didambakan dan ideal ialah cara pencegahan timbulnya kanker atau
setidaknya upaya menekan perkembangan kanker. Beberapa jenis
bahan makanan telah dilap orkan mempuny ai kh asiat mencegah
timbulnya keganasan . Vitamin A alami maupun sintetik dilaporkan
dapat mempengaruhi pertumbuhan sel, sehingga \litamin A dosis tinggi
diperkirakan dapat mencegah atau menghambat pertumbunan tumor.
Dilakukan penelitian eksperimental untuk menilai daya hambat retinil
asetat terhadap pertumbuhan tumor transplantabel kele njar susu
mencit. Tiga kelompok mencit ja tan strain GR, umur ± 2 bulan dan
berat badan 18 - 23 g, masing-masing 12 ekor, diinokulasi secara subkutan
dengan 0,2 ml suspensi tumor kelenjar susu yang diperoleh dari
mencit GR donor. Tiga jam kemudian kelompok perlakuan RA dicekok
dengan sonde lambung 0,2 ml larutan retinil asetat 1500 IU, dan
dila njutkan se tiap li ari selama 14 h a ri. Kelompok kontro l KP
mempero leh 0,2 ml akuades sebagai ganti retinil asetat, sedangkan
kelompok K tidak dibeliikan apa-apa. Daerah inokulasi diraba setiap
hari untuk mengetahui pertumbuhan tumor. Volume tumor dan berat
badan mencit diukur setiap 3 haui, dan pada hari ke-15 semua mencit
dimatikan dengan cara dislokasi servikal. Tumor diangkat dan diukur
volumenya, lalu dibuat sediaan mikroskopik dengan pewarnaan HE.
Hasil dan Kesimpulan: Volume tumor pada mencit kelomQok RA ternyata
Jebih kecil daripada elompok KP dan K (p < 0,01). Tumor pada
kedua kelompok kontrol maupun perlakuan RA menunjukkan gambaran
adenokarsinoma, namun indeks mitosis pada kelompok RA lebih kecil
daripada kedua kelompok kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pemberian retinil asetat 1500 IU setiap hari selama 14 hari
dengan dicekokkan dapat menghambat pertumbuhan tumor transplantabel
kelenjar susu mencit GR.
Scope and Method of Study: Breast cancer has been treated by various
means of surgery, radiotherapy, chemotherapy and hormonal therapy,
however, the outcome are still unsatisfactory. The ideal approach
should be through prevention, or at least the development and progress
of cancer inhibited. Different kinds of foodstuffs have been reported
to be useful in the protection against malignancy. Vitamin A, either
natural or synthetic, has been reported to affect cell growth, and a
high dose was considered to be protective and inhibit tumor growth.
An experiment was carried out on male GR mice, approximately 2
months old and weighing 18 - 23 g, to evaluate the inhibitory action
of retinyl acetate on the growth of transplantable mammary tumor.
Thirty six mice were divided into 3 groups of 12. They were all inoculated
subcutaneously with a porridge of tumor cells (0.2 ml) prepared
from a donor mouse. Three hours following inoculation, each of the
treatment group (RA) was given through a gastric tube 1500 IU of
retinyl acetate in 0.2 ml of distilled water, and the treatment continued
daily for 14 days. The control group KP received daily 0.2 ml of distilled
water, and group K was without any treatment. The mice were
observed daily for tumor growth, and tumor volume and body weight
were measured every three days starting from day 3. At the end of the
experiment (day 15), the mice were sacrificed by cervical dislocation.
The tumor was excised from each mouse and the volume measured,
and further processed for microscopic examination by HE stain.
Findings and Conclusions: The volume of the tumor of the mice receiving
retinyl acetate was significantly smaller than those of the control
groups K and KP (p < 0.01). Tumors from the treatment group as well
as both control groups showed the characteristics of adenocarcinoma,
but the mitotic index was significantly smaller in the treatment group.
It is concluded that treatment with retinyl acetate, 1500 IU daily for
14 days, could inhibit the growth of transplantable mammary tumor in
GR mice.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Gandasentana
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Frekuensi kanker payudara dipengaruhi oleh diit, yang mungkin mengandung karsinogen; kokarsinogen ataupun promotor pembentuk kanker. Frekuensi kanker payudara pada golongan masyarakat yang banyak memakan daging sapi dan babi lebih tinggi daripada golongan vegetarian.
Penelitian ini untuk melihat pengaruh protein hewani dan nabati pada pertumbuhan tumor transplantabel kelenjar susu mencit. Digunakan 54 ekor mencit betina hibrid Fl (CRS x C3H;, umur 5 - 10 minggu, yang sebagian diberi diit protein hewani 30%, sebagian lagi diberi diit protein nabati 30%, dan sebagian lagi dengan diit protein campuran 15% (protein hewani 1% dan protein nabati 14%) sebagai kelola. Diinokulasi dengan bubur tumor 0,2 cc subkutan pada daerah aksila kanan, Pertumbuhan tumor diukur dengan" kaliper 3 kali setiap minggu sampai mencit mati atau dimatikan; setelah mencit mati massa tumor diukur volumenya dengan gelas ukur dan beratnya dengan timbangan gram.
Hasil dan-Kesimpulan: Semua tumor transplantabel pada ketiga kelompok mencit tumbuh. Pertumbuhan tumor pada ketiga kelompok diit sejak awal transplantasi sampai minggu ketiga masih sama, tetapi mulai minggu ketiga pada kelompok diit nabati pertumbuhannya menjadi lebih lambat dibandingkan dengan kelompok mencit lainnya. Ternyata tidak terdapat perbedaan bermakna di antara ketiga kelompok tersebut (uji anova: p =0,05). Hal ini mungkin disebabkan karena konsentrasi protein nabati sebesar 30% belum cukup menghambat pertumbuhan tumor. Oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut dengan melakukan inokulasi sel tumor hidup dalam jumlah yang sama dan meneliti peran metionin pada pertumbuhan tumor.

ABSTRACT
Scope and Method of Study: The frequency of mammary cancer is influenced by the diet, which may contain carcinogen, cocarcinogen or cancer promotor. The frequency of mammary cancer in a community, which consumes a lot of beef and pork, is higher than those in vegetarian group.
This study is conducted to look at the role of animal and plant protein in the growth of mammary transplantable tumor in mice. Fifty-four female mice of F1 hybrid (GRS x C3H), age 8 - 10 weeks, were used in this study. The mice were divided into 3 groups, the first and second group was given 30% animal and plant protein, respectively, while the third as control group was given mixed protein diet (animal protein 1% and plant protein 14%). The mice were inoculated with 0,2 cc mashed tumor subcutaneous at the right axilla. The growth of tumor was measured with acaliper, 3 times a week, till the mice died or terminated. The volume of the tumor mass was measured using a measuring glass and weighted on a- balance.
Findings and Conclusions: The tumor transplantation in the three groups of mice showed the same rate of growth from the first week of inoculation up to the third week. After the third week, however, the tumor in the group with plant protein diet grew slower compared to the other two groups. But there was no significant difference among the three groups (anova test, p? > 0.05). This may be due to the fact that the 30% concentration of plant protein was not sufficient to inhibit the tumor growth. A further study is suggested, using the same number of live tumor cells for inoculation and the role of methionine on tumor growth.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lies K. Wibisono
"Kalanon merupakan derivat kumarin yang diisolasi dari kulit batang Caliphyllum biflorum. Untuk mengetahui pengaruh kalanon terhadap pertumbuhan in vivo tumor transplantabel kelenjar susu, telah dilakukan penelitian dengan menggunakan mencit C3H. Mencit dibagi dalam enam kelompok yaitu kelompok kontrol tanpa perlakukan, kelompok kontrol pelarut yang disuntik 0.1 mL pelaurt PEG 400 dan 4 kelompok perlakukan masing-masing disuntik 0.1 mL larutan kalanon dalam PEG 400 dengan dosis 1 mg/mL, 2 mg/mL, 4 mg/mL dan 8 mg/mL. Penyunrikan secara subkutis di sekitar tumor dilakukan tiga kali seminggu selama 4 minggu. Dari hasil uji statistik non parametrik menurut metode Friedman terhadap besar tumor, terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok dosis 4 mg/mL dibandingkan dengan kedua kelompok kontrol dan kelompok dosis lainnya.
The effect of coumarin derivate from the stem bark of Calophyllum biflorum on the in vivo growth of transplantable C3H
mammary tumor cells. Calanone, is a coumarin derivate which was isolated from the stem bark of Calophyllum biflorum.To
know the effect of calanone on the in vivo growth of transplantable C3H mammary tumor cells, C3H mice were used which
were divided into : one group of untreated control, one group of solvent control (injected with 0,1 mL PEG 400) and four
treated groups, each of which were injected subcutaneously near the tumor with 0,1 mL of 1 mg/mL, 2 mg/mL, 4 mg/mL, and
8 mg/mL of calanone in PEG 400 solvent respectively. The injections were given three times a week, for four weeks. By
using Friedman test, for non parametric statistical analysis of the weekly observed tumor volume, it was shown that there
was a significant decrease in the tumor growth of the group treated with calanone solution of 4 mg/mL dosage, compared
to the control or other groups."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kusmardi
"ABSTRAK
Ruang lingkup dan Cara penelitian :
Pemberian interleukin-2 (IL-2) pada sel killer tidak selalu menghasilkan peningkatan daya sitotoksiknya terhadap sel tumor. Keberhasilan aktivasi IL-2 in vitro sangat dipengaruhi oleh sifat intrinsik balk sel killer sebagai sel efektor imunologik maupun sel tumor sebagai sel sasaran. Untuk melihat pengaruh beberapa faktor seperti pengayaan limfosit T, asal sel efektor dan perbedaan sifat genetik yang terkait pada sal killer akibat pemberian IL-2, pada penelitian ini digunakan 2 strain mencit yaitu C3H dan GR sebagai sumber limfosit dan sel tumor kelenjar susu, baik dalam kombinasi sigenik maupun alogenik.
Efektor imun yang dipakai berasal dari limpa dan kelenjar getah bening (KGB) mencit normal dan bertumor baik terlebih dahulu mengalami pengayaan limfosit T dengan nylon-wool maupun tidak sebelum mengalami aktivasi dengan rIL-2. Aktivasi limfosit dengan IL-2 rekombinan (rIL-2) dilakukan dengan menambahkan 250 UI/ml, 1000 UI/ml, 1500 UI/ml rIL-2 pada kultur sel efektor dan diinkubasi dalam inkubator CO2 selama 72 jam.
Sedangkan sel sasaran yang dipakai dalam kombinasi singenik dan alogenik untuk menguji daya sitotoksik sel killer, berupa biakan in vitro sel tumor kelenjar susu. Pengukuran daya sitotoksik dilakukan dengan menghitung persentase sel hidup dari sekurang-kurangnya 200 sel menggunakan pewarna eksklusi trypan blue. Daya sitotoksik absolut merupakan perbandingan antara selisih persentase sel hidup dalam mikrowell kontrol dan mikrowell sampei dengan persentase sel hidup dalam mikrowell kontrol, sedangkan daya sitotoksik relatif merupakan perbandingan antara selisih persentase sel sasaran hidup pada efektor mencit normal dan bertumor dengan persentase sel sasaran hidup pada efektor mencit normal.
Hasil dan kesimpulan:
Daya sitotoksik sel killer teraktivasi rIL-2 berasal dari organ limpa berbeda bermakna dengan efektor berasal dari kelenjar getah bening. Dengan menggunakan sel sasaran singenik, daya sitotoksik efektor berasal dari kelenjar getah bening mencit C3H yang tidak mengalami pengayaan, lebih tinggi dibandingkan efektor berasal dari limpa. Pada mencit GR terjadi sebaliknya, dengan kondisi yang sama, efektor berasal dari KGB lebih rendah daya sitotoksiknya dibandingkan efektor berasal dari limpa. Sedangkan daya sitotoksik, efektor berasal dari KGB terhadap sel sasaran alogenik tetap lebih tinggi dibandingkan efektor berasal dari limpa pada mencit C3H, dan hampir sama pada mencit GR.
Pengayaan limfosit T, tidak menunjukkan pengaruh terhadap daya sitotoksik sel killer baik berasal dari limpa maupun KGB mencit C3H kecuali daya sitotoksik efektor berasal dari KGB terhadap sel sasaran alogenik. Sebaliknya pada efektor berasal dari mencit GR, pengayaan limfosit T berpengaruh baik terhadap sel sasaran singenik maupun alogenik.
Penelitian ini juga menunjukkan pengaruh rIL-2 terhadap daya sitotoksik sel killer yang tinggi, umumnya dicapai dengan dosis pemberian 1000 UI/ml dengan pengujian FJT 2511 dan 50/1. Pemberian rIL-2 dengan dosis 250 UI/ml dan 1500 UI/ml juga dapat meningkatkan daya sitotoksik sel killer baik efektor berasal dari limpa maupun KGB mencit C3H dan GR terhadap sel sasaran singenik dan alogenik.

ABSTRACT
Analysis Of Interleukin-2 Activated Killer Cells Cytotoxicity Of C3H And Gr Mice Against Syngenic and Allogenic Mice Mammary Tumor CellsScope and methods of study: Interleukin-2 (IL-2) treatment on killer cells has not always result in increased cytotoxicity against tumor cells. The result of IL-2 in vitro activation is influenced by an intrinsic factor, both the killer cells as immunological effector and the tumor cells as target cells. In order to analyze the effect of several factors namely T lymphocytes enrichment, the origin of effector cells and the major histocompatibility complex (MHC) restriction, in this study we use two strains of mice, C3H and GR as the source of effector cells and mammary tumor cells, both in syngenic and allogenic combination.
The immune effector used were both spleen cells and lymph node cells derived from normal and tumor-bearing mice, with or without T lymphocytes enrichment through nylon-wool column, prior activation by recombinant IL-2 (A-2). Lymphocytes were activated by 250, 1000 and 1500 IU/ml rIL-2 for 72 hours in CO2 incubator.
In vitro culture of mammary tumor cells were used as target cells for testing the killer cells cytotoxicity both in syngenic and allogenic combination. The cytotoxicity was assesed by counting the reduction of living cells enumerated from at least 200 cells using trypan blue exclusion method. The absolute cytotoxicity was determined by the ratio between the difference of the percentage of living target cells in control and sample with percentage of living target cells in control. While the relative cytotoxicity was determined by the ratio between the difference the percentage living target cells in normal and tumor-bearing mice effector cells with the percentage of living target cells in normal mice effector cells.
Result and conclusion: The cytotoxicity of IL-2 activated killer cells derived from spleen showed a significant difference from the killer cells derived from lymph node. The cytotoxicity against singenic target cells of C3H mice effector derived from lymph node without T lymphocytes enrichment was higher than the effector derived from the spleen. In contrast, the cytotoxicity of effector cells derived from GR mice lymph node showed a lower cytotoxicity than effector cells derived from the spleen. While the cytotoxicity against allogenic combinations, effector derived from the lymph node remained higher as compared to the effector derived from the spleen of C3H mice, almost similar with the GR mice.
T lymphocytes enrichment did not influence the cytotoxicity of killer cells both derived from spleen and lymph node against allogenic target cells. On the other hand, T lymphocytes enrichment of effector derived from GR mice caused elevation of the cytotoxicity both in syngenic or allogenic combination.
This study also showed the effect of IL-2 in increasing the cytotoxicity of killer cells, which was usually achieved by the 1000 IU/ml dosage in E/T 25/1 and 50/1 ratio. However the 250 and 1500 IU/ml dosage also showed the effect of IL-2 in increasing the cytotoxicity of killer cells derived from spleen or lymph node of C3H and GR mice against both syngenic and allogenic target cells.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Kanker payudara merupakan penyakit kanker kedua terbanyak dijumpai setelah kanker mulut rahim pada wanita Indonesia. Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etil asetat Ulva fasciata Delile dan Turbinaria decurrens Bory terhadap proliferasi sel tumor kelenjer susu pada mencit C3H. Tiga puluh ekor mencit dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan, yaitu: K-I, kontrol negatif; K-II, kontrol pelarut; K-III, diberi ekstrak etil asetat U. fasciata dosis 41,32 mg/20 9 BB (berat badan); K-IV, diberi ekstrak etil asetat U. fasciata dosis 82,64 mg/20 9 BB; K-V, diberi ekstrak etil asetat T. decurrens dosis 24,29 mg/20 9 BB; dan K-VI, diberi ekstrak etil asetat T. decurrens dosis 48,59 mg/20 9 BB. Semua perlakuan diberikan selama 21 hari. Berat badan mencit dan volume tumor diukur setiap 2 hari sekali. Doubling time tumor dihitung pada akhir pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penghambatan pertumbuhan tumor yang cukup besar pada K-IV, yang ditunjukkan dengan nilai doubling time tumor yang tinggi. Daya hambat pertumbuhan tumor menurun sesuai dengan urutan : K-IV (U. fasciata dosis 82,64 mg/20 9 BB), K-V (T. decurrens dosis 24,29 mg/20 9 BB), K-VI (T. decurrens dosis 48,59 mg/20 9 BB) yang sama dengan K-II (kontrol pelarut), K-III (U fasciata dosis 41,32 mg/20 9 BB), K-I (kontrol negatif)."
620 JPBK 6:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Puspita Eka Wuyung
"Dari studi Epidemiologi diketahui bahwa karotenoid cenderung mengurai risiko timbulnya kanker. Karena pengobatan kanker cukup mahal sehingga tidak terjangkau sebagian masyarakat, maka perlu dicari cara lain, di antaranya memanfaatkan β -karoten dalam EMKS, namun perlu dicari dosis yang tepat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pemberian EMKS dapat menghambat laju pertumbuhan sel tumor.
Penelitian ini menggunakan 24 ekor mencit yang telah diinokulasi dengan bubur tumor dibagi kedalam 2 kelompok kelola dan 2 kelompok perlakuan yang dicekok EMKS dengan dosis 1000 µg/0,1 ml dan 2000 µg/0,1 m1/hari selama 21 hari. Pengukuran volume tumor dilakukan satu minggu sekali . Setelah 21 hari semua mencit dimatikan, lalu diukur volume akhir tumor, berat tumor dan dibuat sediaan mikroskopik yang diwarnai secara imunoperoksidase dengan anti BUdR, lalu dihitung IL (sel yang berada pada fase S).
Hasil analisis varian tidak ada perbedaan baik pada volume akhir tumor minggu ke dua, ketiga, setelah mencit dimatikan, berat tumor maupun IL BUdR antara kelompok kelola dan perlakuan. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian β-karoten dalam EMKS dosis 1000 µg10,1 ml dan 2000 µg/0,1 m1/hari beium dapat menghambat laju pertumbuhan sel."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>