Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179925 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Woro Retno Mastuti
"Penelitian ini adalah salah satu bentuk tanggung-jawab kami sebagai peneliti muda atas naskah-naskah nusantara yang ribuan jumlahnya. Memang, dari segi kuantitas, belum banyak yang kami lakukan untuk menyelamatkan naskah-naskah nusantara tersebut. Namun demikian, laporan penelitian ini semakin memacu kami untuk berbuat lebih banyak lagi. Penggarapan naskah yang kami lakukan ini juga merupakan tugas seorang filolog, yaitu orang yang mencintai naskah-naskah lama. Tujuan kerja filologi adalah mengungkapkan produk masa lampau melalui peninggalan tulisan, mengungkapkan budaya lalu, menyajikan teks yang terbaca oleh masyarakat masa kini dalam bentuk suntingan. Sebetulnya, masih banyak naskah yang harus digarap. Dari 109 peti naskah Surat-Surat Tanah koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, kami hanya sanggup mengerjakan 2 peti saja. Hal yang tidak dapat dihindari dari penggarapan naskah tersebut adalah kesulitan dalam membaca naskah dalam aksara Bali. Hal ini disebabkan kondisi naskah yang usianya cukup lama, aksara yang sudah tidak jelas lagi untuk dibaca, keterbatasan waktu, dana, dan tenaga. Namun demikian, dari 2 peti naskah yang berhasil digarap dapat diungkapkan berbagai aspek yang terkandung di dalam naskah ini. Yaitu, bahasa Bali Kuno, sistem penanggalan, pola penulisan catatan peristiwa hukum, sejarah sosial-politik di Bali pada abad ke-19, dan fungsi naskah bagi masyarakat. Naskah Surat-Surat Tanah ini ditulis di lontar, berbahasa dan beraksara Bali. Tidak diketahui siapa penyalinnya. Hampir pada setiap naskah terdapat catatan penanggalan. Nampaknya, catatan penanggalan ini bukan penanggalan yang berkaitan dengan penyalinan atau penulisan naskah, tetapi penanggalan dari berlangsungnya peristiwa hukum tersebut. Bahasa Bali yang digunakan termasuk bahasa Bali Kuno. Berdasarkan klasifikasi bahasa Bali, maka bahasa yang digunakan dalam teks naskah Surat-surat tanah ini adalah Rasa Alus Hider. Naskah Surat-Surat Tanah tidak lagi disimpan oleh masyarakat Bali, karena bukan termasuk naskah yang berisi teks-teks ajaran moral. Naskah Surat Tanah dimusnahkan dengan cara dibakar atas perintah pemerintah Jepang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mujizah
Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia, 2009
091 MUJ i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mustika Ayu Rakhadiyanti
"Tesis ini membahas naskah sarakata, yakni surat pengangkatan uleebalang oleh sultan di Kesultanan Aceh. Sarakata yang menjadi objek penelitian adalah sarakata yang berjudul "Surat-Surat dari Aceh" koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan kode ML 447. Sarakata ini ditulis pada abad ke-19 dengan aksara Jawi dan bahasa Melayu, Aceh, serta Arab. Terdapat pula bahasa Belanda sebagai adisi. Sarakata dalam SSA ML 447 terdiri atas sembilan surat, namun pada penelitian ini hanya empat sarakata yang dikaji, yakni sarakata 3, 5, 6, dan 7 karena keempat sarakata ini mengandung aspek sejarah, ekonomi, politik, sosial, dan hukum Islam. Metode yang digunakan dalam mentransliterasi sarakata adalah metode edisi kritis. Setelah ditransliterasi dan disunting, struktur teks sarakata dikaji dengan berpedoman kepada aturan berkorespondensi rajaraja pada zaman dahulu, yaitu Kitab Tarasul. Dalam Kitab Tarasul, terdapat 10 unsur yang membentuk sebuah struktur yang utuh. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan Kitab Tarasul, sarakata hanya memiliki 5 unsur, yaitu (1) kop surat, (2) cap, (3) pujipujian, (4) isi dan kolofon, serta (5) penutup. Meskipun demikian, sarakata memiliki sebuah unsur yang tidak termaktub dalam Kitab Tarasul, yakni sumpahan. Perbedaan format berkorespondensi ini terjadi karena Aceh memiliki adatnya sendiri yang berkelindan dengan ajaran Islam. Selain kajian struktur sarakata, cap dalam sarakata (cap sikureueng) juga dikaji dengan ilmu bantu sigilografi. Berdasarkan kajian sigilografi, cap sikureueng adalah "cap yang digunakan oleh Raja Aceh dalam pembubuhan surat-surat penting kerajaan yang berisi nama sultan yang sedang memerintah‟. Cap ini dapat terdiri atas sembilan lingkaran, sesuai makna harfiah sikureueng, tetapi dapat juga terdiri atas satu lingkaran. Posisi cap menandakan pengirim surat lebih superior daripada penerima surat. Desain dan hiasan cap yang berbeda-beda menggambarkan kesenian dan tujuan tertentu tiap-tiap raja. Pemaknaan ini dikaji dengan proses semiosis Pierce. Hasilnya adalah cap sikureueng dihiasi dengan bentuk-bentuk alam dan geometris, seperti lengkungan menyerupai payung, bunga trilium, tiga daun, bunga tulip, bunga matahari, dan pohon cemara. Tanda-tanda tersebut (representamen) merupakan ikon yang memiliki kandungan makna tersendiri, seperti harapan pertumbuhan, kedamaian, kesejahteraan hidup, dan kekuasaan yang panjang umur.

This thesis discusses the sarakata manuscript, which is a letter of appointment of uleebalang by the Sultan in the Sultanate of Aceh. Sarakata as the object on this research is sarakata entitled "Surat-Surat dari Aceh" with the code ML 447, a collection from the National Library of Indonesia. This sarakata was written in the 19th century using the Arabic's letter and Malay language (mentioned as Jawi's letter), also Aceh and Arabic languages. There is also Dutch language as an addition. Sarakata in SSA ML 447 consists of nine letters, but in this study, only four sarakata were analyzed, those are sarakata 3, 5, 6, and 7 because these sarakatas contains the historical, economic, political, social, and Islamic law‟s aspects. The method used in the transliteration of sarakata is a critical edition. After being transliterated and edited, the structure of the text is examined by guidance of correspondence in the past time on the Kitab Tarasul. In Kitab Tarasul, there are 10 elements that form a whole structure. However, when compared with Kitab Tarasul, sarakata SSA has only 5 elements, namely (1) letterhead, (2) seal, (3) praises, (4) contents and colophon, and (5) concluding. However, sarakata SSA had an element that was not contained in the Kitab Tarasul, that is pledge. The different correspondence formats occur because Aceh has its own Islamic-proprietarycustom. Besides the study of the sarakata structure, the seal in sarakata (sikureueng's seal) is also examined using sigillography. Based on a sigillography study, the sikureueng's seal is "the seal used by the Aceh's sultans in the establishment of important royal letters containing the name of the ruling sultan". This seal can consist of nine circles, according to the literal meaning of the sikureueng, but it can also consist of one circle. The position of the seal signifies the mail sender superior to the mail recipient. The different design and decoration of the stamp depict the art and specific objectives of each king. This usage is examined by the semiosis process by Pierce. The result is the sikureueng‟s seal adorned with natural and geometric forms, such as archs resembling umbrella, trilium flower, three leaves, tulips, sunflowers, and evergreen trees. The signs (representament) are icons that have their own meaning content, such as the hope of growth, peace, welfare, life, and longevity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T54528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Woro Retno Mastuti
"Penelitian ini adalah salah satu bentuk tanggung-jawab kami sebagai peneliti muda atas naskah-naskah nusantara yang ribuan jumlahnya. Memang, dari segi kuantitas, belum banyak yang kami lakukan untuk menyelamatkan naskah-naskah nusantara tersebut. Namun demikian, laporan penelitiari ini semakin memacu kami untuk berbuat lebih banyak lagi.
Penggarapan naskah yang kami lakukan ini juga merupakan tugas seorang filolog, yaitu orang yang menyintai naskah-naskah lama. Tujuan kerja filologi adalah mengungkapkan produk masa lampau melalui peninggalan tulisan, mengungkapkan budaya lalu, menyajikan teks yang terbaca oleh masyarakat.masa kini dalam bentuk suntingan.
Sebetulnya, masih .banyak naskah yang harus digarap. Dari 109 peti naskah Surat-surat Tanah koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, kami hanya sanggup mengerjakan 2 peti saja. Hal yang tidak dapat dihindari dari penggarapan naskah tersebut adalah kesulitan dalam membaca naskah dalam aksara Bali. Hal ini disebabkan kondisi naskah yang usianya cukup lama, aksara yang sudah tidak jelas lagi untuk dibaca, keterbatasan waktu, dana, dan tenaga.
Namun demikian, dari 2 peti naskah yang berhasil digarap dapat diungkapkan berbagai aspek yang terkandung di dalam naskah ini. Yaitu. Bahasa Bali Kuno, system penanggalan, pola penulisan catatan peristiwa hukum, sejarah sosial-politik di Bali pada abad ke--19, dan fungsi naskah bagi masyarakat. Naskah Surat-surat Tanah ini ditulis di lontar, berbahasa dan beraksara Bali. Tidak diketahui siapa penyalinnya. Hampir pada setiap naskah terdapat catatan penanggalan. Nampaknya, catatan penanggalan ini bukan penanggalan yang berkaitan dengan penyalinan atau penulisan naskah, tetapi penanggalan dari berlangsungnya peristiwa hukum tersebut.
Bahasa Bali yang digunakan termasuk bahasa Bali Kuno. Berdasarkan klasifikasi bahasa Bali, maka bahasa yang digunakan dalam teks naskah Surat-surat tanah ini adalah Basa Alus Hider.
Naskah Surat-surat Tanah tidak lagi disimpan oleh masyarakat Bali, karena bukan termasuk naskah yang berisi teks-teks ajaran moral. Naskah Surat Tanah dimusnahkan dengan cara dibakar atas perintah pemerintah Jepang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP 1994 13
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mu`jizah
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2009
899.26 MUJ i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Indra Rukmi
"Seperti yang diketahui pada abad XIX kegiatan penyalinan naskah Melayu tumbuh subur. Di antara tempat penyalinan yang pernah ada, Jakarta atau Batavia dulu tercatat sebagai kota yang banyak melahirkan penyalin naskah. Bukan tidak beralasan bila di kota tersebut kreativitas para penyalin atau pengarang dapat berkembang. Pada waktu itu Algemeene Secretarie (selanjutnya disingkat AS), yaitu kantor pemerintah Belanda yang didirikan pada tahun 1819, memprakarsai penyalinan naskah Melayu. Para juru tulis yang bekerja di tempat tersebut dapat diketahui namanya dari halaman awal naskah atau tertera pada kolofon; sebagai oontoh untuk ini terlihat dalam Hikayat Putri Johar Manikam, LOr.3315. Demikian bunyinya: "Ini Hikayat Putri Johar Manikam oleh yang menulis juru tulis Melayu di Kantor Sekretari Gupernemen, Muhamad CingSaidullah".
Adanya skriptorium Melayu di Batavia pada abad XIX telah dibicarakan oleh Voorhoeve (1964:255--258). Badan pemerintah Belanda itu mengusahakan penyalinan naskah untuk kebutuhan para pejabat Belanda yang mempelajari bahasa Melayu. Voorhoeve menggunakan kata skriptorium untuk tempat penyalinan naskah Melayu; kata tersebut semula mengacu ke ruangan tempat menulis buku-buku dan dokumen-dokumen, khususnya di biara-biara pada abad pertengahan (Folsom, 1990:110). Agaknya kesamaan kegiatan dalam hal penyalinan itulah yang menyebabkan istilah ini juga dipakai untuk tempat penyalinan naskah Melayu di Batavia.
Selain AS, para kolektor pribadi, yaitu mereka yang memiliki naskah dan mungkin menyewakannya, juga merupakan pemrakarsa penyalinan. Tujuan penyalinan di sini, untuk melayani kebutuhan para pembaca yang ingin menikmati bacaan yang bersifat hiburan. Beberapa naskah berikut ini memberikan informasi tentang adanya persewaan itu. Sebagai contoh, sesudah teks Hikayat Syahrul Indra VIII, PH. HL.600 (C.St.146B) berakhir, ada catatan tambahan yang menyebutkan bahwa pemiliknya bernama Muhamad Hamzah Abdullah Baju, seorang pembantu distrik yang tinggal di kampung Muka Jembatan. Naskahnya disewakan 10 sen semalam.
Bahwa khalayak pembaca terdiri dari penduduk pribumi, keturunan Cina, maupun keturunan Indo, tercermin dari sebutan Saudara, Tuan, Baba, Datuk, dan Nyonya yang ditujukan kepada pembaca naskahnya oleh pemilik naskah Hikayat Cindabaya, PN.ML.604 (Br. 206)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mu`jizah
Depok : Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
091 MUJ p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Titik Pudjiastuti
Jakarta: UI-Press, 2010
PGB 0253
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Perpustakaan Nasional , 2013
091 SEM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Permata Sari Kusuma Dewi Wulandari
"Penelitian ini membahas tentang pemeliharaan kondisi ruang naskah kuno dan kondisinaskah kuno dengan menggunakan metode studi kasus di Perpustakaan Sasana Pustaka, Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai pemeliharaan naskah kuno dan peran pengelola dalam pelestarian naskah kuno di Perpustakaan Sasana Pustaka. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi.
Hasil penelitian menunjukan pemeliharaan naskah kuno melakukan aktifitas kebersihan pada ruang koleksi naskah kuno dua hari satu kali, dan pengelola menggunakan alat sederhana seperti sapu lidi, pembersih serangga dan kapur barus untuk memelihara ruang koleksi naskah kuno.

This study discusses the maintenance condition and the condition of the room codex manuscript using the case study method in Sasana Library Library, Surakarta. The purpose of this study was to gain insight about ancient manuscripts maintenance and management role in the preservation of ancient manuscripts in the Library Library Sasana. The approach used in this study is a qualitative approach to the case study method. Method data collection with in-depth interviews and observation.
The results showed codex perform maintenance activities on the cleanliness of the manuscript collection chamber two days one time, and managers using a simple tool such as a broom stick, insect cleaner and mothballs to maintain a collection of ancient manuscripts.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53378
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>