Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124274 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jayatin
"ABSTRAK
Pati adalah polimer alam yang memiliki sifat sebagai termoplastik. Kekurangan dari pati sebagai bahan plastik yaitu getas dan menyerap air. Guna meningkatkan sifat pati, dalam penelitian ini dilakukan proses grafting pati dengan methylacrylat, dengan inisiator ceric ammonium nitrat. Proses grafting dalam penelitian ini dilakukan pada konsentrasi inisiator 1x10-3, 3x10-3, 4x 10-3, dan 6x10-3, mol/L. Ekstraksi dan hidrolisa asam dilakukan pada hasil grafting untuk mengetahui prosentase polimethylacrylat homopolimer dan polimethylacrylat yang tergrafting.
Untuk mengukur berat molekul polimethylacrylat yang tergrafting digunakan GPC. Untuk menganalisa kualitas dari hasil grafting maka dilakukan beberapa pengujian antara lain spectra mapping dengan FTIR microspectroscopy, Uji tarik dengan alat uji tarik instron, dan sifat ketahanan terhadap air dengan uji sudut kontak. Proses grafting dilakukan dalam sebuah labu dengan 5 leher. Pati sebanyak 20 gram direaksikan pada temperatur kamar dengan 40 gram methylacrylat dalam 500 ml air dengan dialiri nitrogen dan digunakan ceric ammonium nitrat sebagai inisiator. Hasil grafting setelah dilakukan ekstraksi dan hidrolisa asam menunjukkan bahwa pada konsentrasi ceric ammonium nitrat yang meningkat menghasilkan meningkatnya persentase PMA homopolirner, sedangkan persentase PMA tergrafting, dan berat molekul dari PMA tergrafting menurun. Hasil ini berpengaruh terhadap sifat mekanik produk S-g-PMA, dimana untuk S-g-PMA yang dihasilkan dengan konsentrasi ceric ion 4x 10-3 mol/L memiliki sifat mekanik yang mirip elastomer. S-g-PMA yang dihasilkan pada konsentrasi ceric ion yang lain polimer yang dihasilkan merupakan plastik yang kuat dan ulet. Proses grafting jugs meningkatkan kwalitas pati dalam ketahanannya terhadap air, dari hasil uji sudut kontak menunjukkan bahwa pati setelah grafting pada kontak dengan air tidak mengalami penggelembungan (swelling).
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunung Pambudi
"Kopolimerisasi propena/1-butena dan propena/1-heksena dilakukan pada reaktor autoclave skala laboratorium 4 liter, dengan variasi kadar komonomer yang dimasukkan antara 0.5 – 10 %, dengan menggunakan sistem katalis Zigler-Natta MgCl2/TiCl4/DIBP, donor eksternal CHMMS dan kokatalis TEA pada suhu 70°C dan tekanan 30 bar selama 2 jam. Kenaikkan kadar komonomer 1-butena dari 0,6 % ke 6 % mol dalam umpan tidak mempengaruhi produktifitas polimerisasi. Sebaliknya, terlihat terjadi penurunan produktifitas oleh efek dari kenaikkan kadar komonomer 1-heksena dari 0,9 % ke 9,9 % mol dalam umpan. Diperoleh kadar komonomer dalam kopolimer sebesar 0,9 % sampai 3,2 % mol untuk propena/1-butena dan 0,6 % sampai 2,3 % mol untuk propena/1-heksena. Densitas, kristalinitas, titik leleh, xylene insoluble, tensile strength, flexural modulus dan sifat optik haze menurun sejalan dengan meningkatnya kadar komonomer (1-butena dan 1-heksena) dalam kopolimer. Meningkatnya kadar komonomer dalam kopolimer tidak berpengaruh terhadap melt flow index. Scanning electron microscopy (SEM) digunakan untuk karaterisasi morfologi permukaan cuplikan kopolimer pada kadar komonomer yang berbeda. Ditemukan bahwa kekasaran permukaan dan pori-pori kopolimer dipengaruhi oleh kadar komonomer.

Copolymerization of propene/1-butene and propene/1-hexene was carried out in 4 liters laboratory bench-scale autoclave reactor with various concentrations of comonomer between 0.5 and 10 % mol in the feed using Ziegler-Natta catalyst system of MgCl2/TiCl4/DIBP, external donor CHMMS and TEA as cocatalyst at polymerization temperature 70°C and pressure 30 bar for 2 hours. A increase 1-butene comonomer from 0.6 % to 6 % mol in the feed had no effect on the polymerization productivity. On the other hand, the drop in productivity could be seen to be an effect of the increase in concentration of the 1-hexene comonomer.from 0.9 % to 9.9 % mol. Comonomer incorporation from 0.9 to 3.2 % mol for propene/1-butene and 0.6 to 2.3 % mol for propene/1-hexene copolymer were obtained. As the content of comonomer (1-butene and 1-hexene) increased in the copolymer, the density, crystallinity, melting temperature, xylene insoluble, tensile strength, flexural modulus and optical properties haze decreased linearly. A increase comonomer content (1-butene and 1-hexene) in the copolymer had no effect on the melt flow index. Scanning electron microscopy (SEM) has been used to characterize the surface morphology of copolymer particles at different comonomer content. It is found that a coarse and pores of copolymer particles is influenced by comonomer content."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20620
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rida Hasna Fadhilah
"Kopolimer blok responsif pH dan temperatur poli(N-isopropilakrilamida)-blok-poli(2- (dimetilamino)etil metakrilat) (PNIPAM-b-PDMAEMA) disintesis menggunakan polimerisasi reversible addition-fragmentation chain transfer (RAFT) dengan variasi panjang rantai blok PDMAEMA, untuk mengetahui pengaruhnya terhadap temperatur transisi fasa (Tc). Karakterisasi menggunakan instrumen proton nuclear magnetic resonance (1H-NMR) dan fourier transform infrared (FTIR) menandakan produk berhasil terbentuk, didapatkan kopolimer blok PNIPAM21-b-PDMAEMA2 dan PNIPAM21-b-PDMAEMA7. Analisis makro-CTA PNIPAM menggunakan instrumen gel permeation chromatography (GPC) menunjukkan Mn dan PDI sebesar 3475 g/mol dan 1,15 serta dihasilkan distribusi berat molekul yang sempit. Perilaku responsif pH dan temperatur kopolimer blok diamati dalam larutan buffer fosfat pada variasi pH dan temperatur menggunakan instrumen spektrofotometer UV-Visible, hasil menunjukkan gugus ujung karboksil yang bersifat hidrofilik dan gugus ujung dodesil yang bersifat hidrofobik turut serta memberikan pengaruh terhadap Tc yang dihasilkan. Terjadi tren peningkatan Tc saat pH meningkat dari pH 5 ke pH 7,4 sementara dihasilkan Tc yang konstan pada pH 7,4 dan 9 akibat pengaruh blok PNIPAM dan PDMAEMA yang responsif pH. Pengujian menggunakan particle size analyzer (PSA) pada kopolimer blok PNIPAM21-b-PDMAEMA2 pH 5 dan 9 menunjukkan terjadi peningkatan diameter partikel seiring meningkatnya suhu. Kopolimer blok PNIPAM21-b-PDMAEMA7 menunjukkan responsivitas terbaik pada pH 5 dengan Tc 42 °C berpotensi untuk dimanfaatkan dalam bidang pengobatan penyakit kanker.

Stimuli responsive block copolymers of poly(N-isopropylacrylamide)-block-poly(2- dimethylamino)ethyl methacrylate) (PNIPAM-b-PDMAEMA) were successfully synthesized using reversible addition-fragmentation chain transfer (RAFT) polymerization by varying the chain length of the second block (PDMAEMA), and studied its effect on the phase transition temperature (Tc) as well as pH- and thermo- responsive behavior. Characterization using proton nuclear magnetic resonance (1H- NMR) and fourier transform infrared (FTIR) instruments indicate the product of block copolymers PNIPAM21-b-PDMAEMA2 and PNIPAM21-b-PDMAEMA7 were successfully formed. Analysis using gel permeation chromatography (GPC) showed Mn 3475 g/mol and PDI 1.15 corresponding to PNIPAM macro-CTA with narrow molecular weight distribution. Thermo- and pH-responsive behavior of block copolymers was investigated in phosphate buffer of varying pH and temperature using UV-Visible spectrophotometer. The results showed that the hydrophilic carboxyl end group and the hydrophobic dodecyl end group had an effect on the resulting Tc. There was an increasing trend of Tc when pH increased from pH 5 to pH 7.4 while Tc was constant at pH 7.4 and 9 due to the effect of pH-dependent PNIPAM and PDMAEMA blocks. Diameter particle of block copolymers PNIPAM21-b-PDMAEMA2 in pH 5 and 9 increased along with heating based on particle size analyzer (PSA) results. Moreover, block copolymers PNIPAM21-b-PDMAEMA7 with Tc 42 °C at pH 5, has the potential to be used in cancer treatment."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dua macam kopolimer yaitu : Kopolimer latek karet alam-normal butyl akrilat (NR-g-nBA atau KOLAB 3) dengan kadar 3 psk (per-satuan berat karet) dan dosis iradiasi 25 kGy, serta kopolimer lateks karet alam metal metakrilat (NR-g-MMMA atau KOLAM 75) dengan kadar monometer 75 psk dan dosis iradiasi 10 kGy yang keduanya diproduksi dengan teknik kopolimerisasi radiasi gamma dalam skala pilot (400 kg/batch) telah dikerjakan. Untuk memproduksi perekat pengalengan dan sepatu kanvas, kedua macam kopolimer tersebut ditambah sodium akrilat sebanyak 0,1% berat sampai dengan 2% berat tergantung dari jenis perekat yang diinginkan. Kemudian kedua perekat tersebut digunakan sebagai perekat di pabrik yang memproduksi kaleng dan sepatu kanvas, kemudian dievaluasi sifat perekat selama proses produksi. Ternyata perekat NR-g-nBA (KOLAB 3) dapat digunakan sebagai bahan perekat kaleng dan NR-g-MMA (KOLAM 75) sebagai perikat sepatu kanvas dengan daya rekat ke dua perekat tersebut memenuhi standar pemakaian dan aspek ekonomi juga dibahas dalam makalah ini."
MPI 8:2 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Karet alam bersifat elastomer dan termoseting, sehingga sulit untuk dibentuk dan tidak dapat didaur ulang., Modifikasi karet alam menjadi bahan elastomer termoplastik dimaksudkan untuk memperoleh bahan yang mudah dicetak menjadi produk jadi dan dapat dapat didaur ulang sehingga tidak merusak lingkungan. Untuk mendapatkan teknologi pembuatan elastomer termoplastik dari karet alam telah dilakukan percobaan dengan metoda pencangkokan (grafting) secara polimerisasi emulsi antara karet alam lateks dengan monomer stirena dan metil metakrilat. Polimerisasi emulsi dilakukan pada suhu 65°C selama 6 jam. Perbandingan komposisi karet alam lateks dan monomer di variasi: 80:20; 70:30; 60:40; 50:50 (% berat) dengan komposisi monomer stirena dan metil metakrilat 1:1, menggunakan dua jenis inisiator yaitu potassium persulfat 2 % berat atau ammonium peroksodisulfat divariasi 2, 2,5, 5 % berat serta emulsifier sodium dodesil sulfat divariasi: 0, 1, 1,5, 2, 5 % berat. Dari hasil analisa 1H NMR dan FTIR terlihat bahwa proses cangkok monomer stirena dan metil metakrilat telah terjadi pad a tulang punggung karet alam. Puncak pada frekuensi 833 ern" menunjukkan pita R2C=CHR, frekuensi 1743 dan 1519 cmlrnenuruukkan pita C=O (gugus karbonil dari metil metakrilat) dan pita C=C (cincin benzena dari stirena). Efisiensi cangkok maksimum sebesar 97,60% diperoleh pada komposisi 70% karet alam lateks dan 30% monomer dimana komposisi monomer antara stirena dan metil metakrilat adalah 1: 1 menggunakan inisiator potasium persulfat 2% dan emulsifier sodium dodesil sulfat 1 %."
661 JRI 5:3 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Faridah Tulhotimah
"ABSTRAK
Sampah plastik menjadi masalah yang cukup rumit untuk diselesaikan, terutama di kota-kota besar yang padat penduduk. Kota Jakarta misalnya, produksi sampah plastic telah mencapai 1.870 m3/hari dan merupakan kandungan kedua terbesar setelah sampah kertas. Sedangkan plastik sulit didgradasi oleh mikroorganisme di dalam tanah.
Beberapa cara telah dilakukan untuk menangani limbah plastik, namun masih banyak menemui masalah. Akhirnya para ahli membuat plastik atau polimer yang dapat terdegradasi, dimana salah satunya adalah dengan memodifikasi pati. Penelitian ini bertujuan membuat kopolimensasi cangkok suatu polimer sintetik (metil akrilat) dengan polimer alam (pati singkong). Hasil kopolimerisasi tersebut diharapkan dapat menggantikan plastik petrokimia yang ramah Iingkungan..
Pembuatan kopolimerisasi cangkok dilakukan dengan cara inisiasi secara kirnia menggunakan inisiator ceric ammonium nitrat, dimana ion Cc akan mengoksidasi molekul pati melalui pembentukan kompleks yang stabil. Pada reaksi tahap lambat, kompleks tersebut akan membentuk radikal bebas pati. Radikal bebas molekul pati akan bereaksi dengan monomer metil akrilat membentuk kopolimer cangkok. .
Proses pembuatannya dilakukan dengan menggunakan dua metoda yang berbeda, yaitu pada penambahan inisiator. Untuk metoda A, inisiator ditambahkan sesudah monomer MA direaksikan dengan suspensi pati, sedangkan metoda B sebaliknya. Reaksi kopolimerisasi dengan metoda A berjalan sangat cepat, maka penambahan inisiator dilakukan secara bertahap. Untuk metoda B reaksinya lebih lambat dan menggunakan inisiator berlebih. Hasil kopolimerisasi dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif dengan mengidentifikasi menggunakan spektrofoto meter FT-1R serta pengujian sifat termal menggunakan DSC (Differential Sanning Calorimeter).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kopolimerisasi cangkok dengan metoda B menghasilkan persentase konversi metil krilat (MA) menjadi polimetil akrilat (PMA) lebih besar dari metoda A, yaitu di atas 70%, sedangkan untuk metoda A dibawahnya Begitu pula dengan persentase PMA yang tercangkok pada rantai molekul pati. Untuk homopolimer PMA yang tidak tercangkok, kedua memberikan perbedaan yang tidak berarti, yaitu sekitar 11% - 12%.
Pengukuran dengan Spektrofotometer FT-liR, kopolimer cangkok MA dan pati dan kedua metoda membenikan daerah serapan yang tidak berbeda. Daerah serapan yang muncul pada spektrum kopolimer menunjukkan perbedaan dengan daerah serapan spektrum pati awal clan PMA. Pengujian sifat termal menggunakan DSC, menunjukkan bahwa termogram dani hasil pengukuran tidak memberikan puncak. Hasil kopolimer baik dan metoda A maupun metoda B Iebih bersifat amorphous."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu cara penanganan limbah plastik adalah secara biodegradasi. Untuk mendapatkan polimer termoplastik yang dapat terbiodegradasi, telah dilakukan modifikasi dari pati yang hidrofil menjadi hidrofob, lewat kopolimerisasi cangkok dengan metilmetakrilat (s-g-PMMA). Sintesa dilakukan dengan inisiator garam Ce4+ dalam suasana N2. Data FITR, uji Benedict, dan analisa TGA menunjukkan terjadinya kopolimer dengan komposisi pati : PMMA = 35 : 65.
Kopolimer s-g-PMMA kemudian dibuat film dan dibiodegradasi sebagai fungsi waktu dengan jamur Aspergillus niger. Karakterisasi dilakukan secara FTIR, SEM, ESR, dan penentuan Mv. Data menunjukkan bahwa degradasi hanya membiodegradasi pati sebagai tulang punggung, sedangkan PMMA sebagai rantai samping tak terbiodegradasi."
MPI 2:2 (1999)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Redy Pelita
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39789
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Etil oleat diperoleh dengan mereaksikan asam oleat dan etanol pada kondisi tertentu selama 8 jam. Kopolimerisasi dilakukan dengan mereaksikan kembali etil oleat dengan etilen glikol secara batch menggunakan katalis zeolit ZSM-5. Hasil reaksi dipelajari dengan melihat pengaruh pada suhu (160oC sampai dengan 200 oC) dan rasio reaktan (1 : 3 dan 1 : 6 mol). Hasil reaksi dipelajari dengan melihat secara kualitatif (FT-IR) untuk mengetahui struktur yang diperoleh pada reaksi ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu, rasio reaktan, dan waktu reaksi mempengaruhi berat molekul dan restukturisasi dari molekul ester. Hasil terbaik diperoleh pada rasio reaktan 1 : 6 mol, suhu 200 oC waktu reaksi 5 jam. Semakin banyak monomer alkoholis ditambahkan pada suhu reaksi yang tinggi akan mempercepat reaksi kompolimerisasi dan memiliki berat molekul yang besar."
MPI 8:2 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhana Rafika Sari
"Pada penelitian ini dipelajari migrasi total bioplastik termoplastik pati (TPS) - selulosa bakteri (BC) – poli asam laktat (PLA) sebagai kemasan pangan. Bioplastik TPS – PLA (50:50) disintesis dengan penguat BC dalam konsentrasi 0%, 1%, 5%, dan 10%. Proses dilakukan dengan ekstrusi dua tahap dan compression moulding. Penambahan BC sebesar 1% memberikan sifat termal dan derajat kristalinitas yang optimal. Peningkatan konsentrasi BC menurunkan densitas, dimana bioplastik ringan akan menjadi poin yang baik untuk kemasan. Analisis water vapor transmission rate (WVTR) menunjukkan bahwa bioplastik dengan penambahan BC 10% dapat menahan uap air hingga 36% dibandingkan dengan bioplastik tanpa BC. Uji migrasi total dilakukan dengan waktu pengujian 24 jam, suhu pengujian yaitu 20 °C, 40 °C dan 60 °C, dan simulan pangan etanol 10%, 20%, 50%, 95%, dan asam asetat 3%. Migrasi total bioplastik TPS-BC-PLA berkisar antara 4,23 – 152,77 mg/dm2. Secara umum, nilai migrasi total semakin besar dengan penambahan konsentrasi BC, peningkatan suhu kontak, dan kepolaran simulan. Sesuai dengan ketentuan BPOM bahwa batas migrasi pada kemasan pangan maksimal 10 mg/dm2, maka bioplastik TPA-BC-PLA yang memenuhi adalah H1LA, H2LA, H3LA pada suhu 20 °C dengan simulan etanol 50% dan 95%, H2LA pada suhu 40 °C dengan simulan etanol 50%, H1LA dan H2LA pada suhu 40 °C dengan simulan etanol 95%. Etanol 50% dan 95% adalah simulan untuk pangan berlemak, seperti mentega, keju, dan daging

In this study, the total migration of thermoplastic bioplastic starch (TPS) - bacterial cellulose (BC) - poly lactic acid (PLA) as food packaging was studied. TPS – PLA (50:50) bioplastic was synthesized with BC reinforcement in concentrations of 0%, 1%, 5%, and 10%. The process was carried out by two-stage extrusion and compression molding. The addition of 1% BC provided optimal thermal properties and degree of crystallinity. Increasing the concentration of BC decreases the density, where lightweight bioplastics would be good points for packaging. Water vapor transmission rate (WVTR) analysis showed that bioplastics with 10% BC addition could hold up to 36% water vapor compared to bioplastics without BC. The total migration test was carried out with a testing time of 24 hours, the test temperatures were 20 °C, 40 °C and 60 °C, and food simulants were ethanol 10%, 20%, 50%, 95%, and 3% acetic acid. The total migration of TPS-BC-PLA bioplastics ranged from 4.23 – 152.77 mg/dm2. In general, the total migration value increases with the addition of BC concentration, increasing contact temperature, and simulant polarity. In accordance with the provisions of BPOM that the maximum migration limit on food packaging is 10 mg/dm2, the TPA-BC-PLA bioplastics that meet are H1LA, H2LA, H3LA at 20 °C with 50% and 95% ethanol simulants, H2LA at 40 °C with 50% ethanol simulant, H1LA and H2LA at 40 °C with 95% ethanol simulant. Ethanol 50% and 95% are simulants for fatty foods, such as butter, cheese, and meat"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>