Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103094 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Marhamah
"ABSTRAK
Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi, bakteri plak merupakan penyebab utama, selain itu faktor risiko dan faktor genetik dapat turut berperan sehingga timbul penyakit . Rapidly ProgressivePeriodontitis merupakan salah satu bentuk penyakit periodontal destruktif yang perkembangannya sangat cepat dan tidak sesuai dengan faktor lokal, pada usia pubertas atau dewasa. Salah satu bentuk perawatan penyakit periodontal yaitu operasi flep dan umumnya setelah operasi daerah luka ditutup dengan pek periodontal dan atau diberi obat kumur chlorhexidin 0,2 %.
Pada penelitian ini dilakukan evaluasi perbedaan kesembuhan gingiva secara klinis setelah operasi flep dengan menggunakan pek periodontal atau obat kumur chlorhexidin 0,2 % dengan indikator perubahan warna kemerahan dan derajat perdarahan gingiva. Penelitian ini dilakukan pada 9 orang penderita RPP tipe II yang terdiri dari 68 gigi dan berusia 22 - 30 tahun dengan tehnik split mouth di dinik periodontia FKG UI.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan obat kumur chlorhexidin 0,2 °/o selama 7 hari setelah operasi flep memberi respon kesembuhan gingiva secara klinis lebih baik di bandingkan penggunaan pek periodontal. Selain itu terdapat korelasi yang kuat antara penurunan indeks plak dengan perubahan warna dan derajat perdarahan gingiva pada penderita RPP tipe II.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmita Nuraini
"ABSTRAK
Status kesehatan gigi dan mulut seseorang sangat ditentukan oleh perilakunya dalam menjaga kesehatan. Pengaruh faktor lingkungan berupa interaksi dengan lingkup terkecil akan mempengaruhi terbentuknya perilaku. Orang tua terutama ibu memiliki peran yang sangat penting dalam mendidik anak dan menjadi contoh bagi pembentukan perilaku. Proses peradangan gingiva sebagai awal dari terjadinya penyakit periodontal dapat terjadi sejak gigi sulung erupsi dan pada anak usia prasekolah merupakan periode awal terjadinya gingivitis, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu dengan status gingiva ibu dan anak usia 3-5 tahun. Subjek pada penelitian ini adalah 60 anak berusia 3-5 tahun yang bersekolah di TK Cempaka Kelurahan Gondangdia Jakarta Pusat, TK YWPM Kelurahan Tanah Tinggi Jakarta Pusat, TK Mutiara Indonesia Bekasi beserta ibunya. Metode Penelitian ini menggunakan rancangan survei analitik potong lintang. Di dalam rancangan ini pada seluruh subyek dilakukan pengambilan data mengenai perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu menggunakan kuesioner HU-DBI dan pemeriksaan kesehatan gingiva pada ibu dan anak berdasarkan ORI, GI dan pemeriksaan derajat keasaman (pH) saliva. Distribusi frekuensi jawaban kuesioner menunjukkan bahwa perilaku ibu dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya adalah baik. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara perilaku ibu dengan ORI, GI ibu, pH saliva ibu serta ORI-C.

ABSTRACT
Oral health status is determined by health behavior. Environmental interactions in the family will affect behavioral shaping. Parents especially mothers have an important role on educating their children. Gingival inflammation indicates the process of periodontal disease and can begin as early as the first tooth erupts. Preschool children is a period when gingivitis can occur, therefore a research on relationship between mothers’ oral health behavior with gingival health status of herself and children needs to be done. Subject in this study are 60 pairs of mother
and their 3-to-5-year-old children from TK Cempaka Kelurahan Gondangdia Jakarta Pusat, TK YWPM Kelurahan Tanah Tinggi Jakarta Pusat, TK Mutiara Indonesia Bekasi. Research method is cross sectional analytical survey. Examination on mothers’ behavior using Hiroshima University Dental Behavioral Inventory (HUDBI)
questionnaire. The clinical parameter consist of mother-children’s gingival health status measured by ORI, GI and saliva acidity. Frequency distribution of the respondent shows that mothers’ oral health behavior are good. The result of this study shows that there is a significant relationship between mothers’ behavior with ORI,
mothers’ GI, mothers’ saliva acidity and child’s GI."
2013
T35002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuraida Fatma P. Irawan
"Selain memproduksi kayu, pohon pinus juga menghasilkan getah atau oleoresin. Bila terpentin dan air dari oleoresin ini diuapkan, akan dihasilkan rosin, yaitu suatu padatan yang bersifat resin. Rosin ini telah dimanfaatkan dalam keperluan industri yaitu industri kertas, sabun, batik, vernis, semen dan lain-lain. Pada industri kertas dan semen, rosin digunakan sebagai penolak air, sehingga tahan terhadap cairan seperti air, tinta dan minyak.
Pada penelitian ini telah dilakukan analisis komposisi asam-asam resin dari rosin jenis WW dan WG secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan kromatografi kertas gas.
Percobaan yang dilakukan didahului dengan memisahkan fraksi asam dan fraksi netralnya dengan cara mengekstraksi dengan larutan natrium hidroksida dengan konsentrasi to hingga 5%- dan natrium bikarbonat 5%. Fraksi asam yang terbesar diperoleh dari rosin WG Sapuran dengan menggunakan larutan natrium hidroksida 4%.
Analisis kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan waktu retensi metil ester resin dari contoh rosin dengan waktu retensi metil ester resin baku. Hasil analisis menunjukkan bahwa komposisi rosin terdiri dari asam sandarokopimarat, asam palustrat, asam isopimarat, asam abietat, asam dehidroabietat, asam merkusat, asam neoabietat dan komponenkomponen lain yang belum dapat ditetapkan.
Analisis kuantitatifnya dilakukan dengan menghitung masing-masing komposisi metil ester resin dengan menggunakan cara area kompensasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa komposisi asam-asam resin tidak ditentukan oleh banyaknya asam resin dan komposisi asam resin tidak banyak mengalami perubahan pada konsentrasi natrium hidroksida 31."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oceana Roswin
"ABSTRACT
Latar Belakang: Parafunctional habit (clenching dan bruxism) menurunkan kualitas hidup melalui atrisi, abfraksi, dan resesi gingiva. Penelitian mengenai hal tersebut belum pernah dilakukan di Indonesia. Tujuan: Untuk mengetahui distribusi atrisi, abfraksi, dan resesi gingiva pada pasien dengan parafunctional habit. Metode: Penelitian deskriptif menggunakan data sekunder dari 70 rekam medis periodonsia subjek parafunctional habit di RSKGM FKG UI periode 2013-2017. Hasil: Distribusi terbanyak ditemukan pada subjek parafunctional habit dengan atrisi (50%), dan diikuti atrisi dan abfraksi (32,86%). Distribusi atrisi tertinggi pada subjek clenching terlihat di gigi 31, 32, dan 42 (1,23%), dan pada subjek bruxism di gigi 42 (5,31%). Distribusi abfraksi tertinggi pada subjek clenching terlihat di gigi 14 dan 15 (1,04%), dan pada subjek bruxism di gigi 14 dan 24 (7,25%). Mayoritas subjek parafunctional habit mengalami resesi gingiva (87,14%). Resesi gingiva akibat clenching (42,55%) dan bruxism (30,47%) sering terjadi pada sisi bukal. Resesi gingiva tertinggi pada subjek clenching ditemukan pada gigi 42 (8,51%), sedangkan pada subjek bruxism ditemukan pada gigi 41 (5,5%). Kesimpulan: Subjek parafunctional habit yang mengalami atrisi sebanyak 50%, atrisi dan abfraksi sebanyak 32,86%, dan resesi gingiva sebanyak 87,14%.

ABSTRACT
Background: Parafunctional habit (clenching and bruxism) decreases quality of life through attrition, abfraction, and gingival recession. No study has evaluated about the problem in Indonesia. Objective: Evaluate distribution of attrition, abfraction, and gingival recession in subjects with parafunctional habit. Methods: A descriptive study using secondary data from 70 periodontal medical records of parafunctional habit subjects in RSKGM FKG UI 2013-2017. Result: Highest distribution was found in parafunctional habit subjects with attrition (50%), followed by attrition and abfraction (32.86%). Highest attrition distribution was seen in tooth 31, 32, and 42 (1.23%) of clenching subjects, and tooth 42 (5.31%) of bruxism subjects. Highest abfraction distribution was found in tooth 14 and 15 (1.04%) of clenching subjects, tooth 14 and 24 (7.25%) of bruxism subjects. Majority of parafunctional habit subjects got gingival recession (87.14%). Gingival recession from clenching (42.55%) and bruxism (30.47%) often occurred at buccal site of teeth. Highest gingival recession was found in tooth 42 (8,.51%) of clenching subjects, and tooth 41 (5.5%) of bruxism subjects. Conclusion: Parafunctional habit subjects experiencing attrition were about 50%, attrition and abfraction were about 32.86%, and gingival recession were about 87.14%."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Agzarine Deandra
"Latar Belakang: Connective Tissue Graft (CTG) yang menjadi standar baku emas perawatan resesi gingiva memiliki tingkat kesulitan perawatan yang cukup tinggi, serta menimbulkan rasa cemas dan ketidaknyamanan pada pasien. Hidrogel gelatin banyak dikembangkan dalam bidang tissue engineering karena memiliki sifat yang menyerupai matriks ekstraseluler jaringan tubuh. Hidrogel gelatin masih memiliki kekurangan dalam hal sifat mekanisnya, sehingga perlu dilakukan crosslinking secara kimia untuk meningkatkan potensinya sebagai scaffold regenerasi gingiva. Tujuan: Mengevaluasi efek agen crosslinker EDC pada hidrogel gelatin sebagai scaffold regenerasi gingiva. Metode: Pembuatan hidrogel gelatin dilakukan menggunakan bubuk gelatin bovine, sedangkan agen crosslinker yang digunakan adalah 1-(3-dimethylaminopropyl)-3’-ethylcarbodiimide hydrochloride (EDC) yang dikominasikan dengan N-hydroxysuccinimide (NHS). Uji porositas, swelling, dan biodegradasi dilakukan secara in-vitro dan ditriplikasi. Hasil: Penambahan agen crosslinker EDC menurunkan nilai porositas hidrogel gelatin menjadi 89,52%, menurunkan laju swelling, serta menahan biodegradasi hidrogel gelatin menjadi 92,43% pada hari ke-14. Kesimpulan: Agen crosslinker EDC memiliki efek yang dapat membuat struktur serta sifat mekanis scaffold menjadi lebih ideal untuk digunakan sebagai agen regenerasi gingiva.

Background: Connctive Tissue Graft (CTG), the gold standard treatment for gingival recession, often results in increased patient morbidity. Gelatin-based hydrogel has been extensively explored as a biomaterial for tissue engineering, mimicking the extracellular matrix of host tissue. However, the mechanical strength of this biomaterial requires enhancement to make it an ideal scaffold for gingival regeneration. Aim: Evaluate the effect of EDC as crosslinking agents on gelatin-based hydrogel as a scaffold for gingival regeneration. Methods: Gelatin hydrogels were prepared using bovine gelatin powder, and the crosslinker composed of a combination of 1-(3-dimethylaminopropyl)-3'-ethylcarbodiimide hydrochloride (EDC) and N-hydroxysuccinimide (NHS). In-vitro tests, such as porosity, swelling, and biodegradation, were conducted in triplicate for all samples. Results: Gelatin hydrogels with added EDC as crosslinking agents showed a reduction of porosity by 89.52% (p<0.05), decrease in swelling ratio (p<0.05), and retained hydrogel biodegradation rate to 92,43% (p<0.05) on day-14th. Conclusion: EDC demonstrated the ability to improve the structural and mechanical strength of the scaffold, making it more suitable as a gingival regenerative agent."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Salsabila
"Caffeic acid dapat dianggap sebagai natural anti-oxidant yang esensial Namun, rendahnya solubilitas dan stabilitas caffeic acid di berbagai macam pelarut membatasi applikasi pada industri. Sintesis dari alkyl ester caffeic acid sangat menguntungkan berdasarkan fungsi biologis maupun potensi aplikasinya. Salah satu turunan dari caffeic acid, caffeic acid phenethyl ester CAPE merupakan senyawa dengan banyak aktivitas biologis yang berguna. Metode untuk mensintesis CAPE adalah dengan esterifikasi menggunakan katalis ion exchange resin. Tahap pertama merupakan esterifikasi dari caffeic acid dengan metanol untuk memproduksi metil kafeat. Kondisi reaksi dan parameter kinetika untuk reaksi sintesis metil kafeat dengan methanol menggunakan cation-exchange resin sebagai katalis akan dianalisis dan produk metil kafeat dikonfirmasi menggunakan Ultra Peroformance Liquid Chromatography UPLC . Kondisi optimum dimana produk metil kafeat tertinggi dihasilkan adalah sebagi berikut: suhu reaksi 60 C dan waktu reaksi 4 jam. Kinetika reaksi diasumsikan menggunakan pseudo-homogenous first order model dan hubungan antara suhu dan forward rate constant menghasilkan energi aktivasi 51 kJ/mol. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa cation-exchange resin memiliki aktivitas katalisis yang tinggi.

Caffeic acid CA could be considered as an important natural anti oxidant. However, the low solubility and stability of CA in various solvent is limiting the application in industry. It is advantageous to synthesize alkyl ester of caffeic acid based on both their biological function and potential application. One of the caffeic acid derivatives called caffeic acid phenethyl ester CAPE is a compound with numerous important biological activities. To synthesize CAPE one of the method used is catalyzed esterification of caffeic acid and phenethyl alcohol using ion exchange resin catalyst. The first step of the process is to perform esterification of caffeic acid and methanol to produce methyl caffeate MC . MC would then be used to produce CAPE in the presence of phenethyl alcohol. Herein, the reaction condition and kinetic parameters for the synthesis of MC using cation exchange resin as a catalyst were investigated, and the product was confirmed by ultra performance liquid chromatography UPLC . The highest yield of MC catalyzed by cation exchange resin attained under the optimum condition as follows reaction temperature of 60 C and a reaction time of 4 h. The esterification kinetics of CA and methanol is described by the pseudo homogenous first order model. The relationship between temperature and the forward rate constant gives activation energy of 51 kJ mol. These results indicated that cation exchange resin possesses high catalytic activity in the synthesis of MC, which is an efficient catalyst suitable for MC production."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penggunaan agar-agar pada produk pangan cukup luas, namun demikian masih terdapat kelemahan sifat fungsionalnya. Peningkatan sifat fungsional agar-agar dilakukan dengan penambahan berbagai jenis gum karena gum memiliki efek sinergisme dengan fikokoloid. Pada penelitian ini dibuat formulasi agar-agar dengan berbagai jenis gum yaitu gum arabik, guar gum, locust bean gum (LBG), dan konjak. Variasi rasio formula agar-agar dengan berbagai jenis gum masing-masing adalah 1:3, 1:1, dan 3:1. Sebagai pembanding digunakan agar-agar kontrol tanpa penambahan gum. Sifat fungsional yang diamati meliputi kekuatan gel, elastisitas, sineresis, viskositas, titik leleh, dan titik gel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penambahan LBG dan konjak berpengaruh nyata terhadap peningkatan kekuatan gel agar-agar. LBG dan konjak memiliki efek sinergis dalam meningkatkan kekuatan gel. Kekuatan gel agar-agar meningkat dari 493 g/cm2 menjadi 2011 g/cm2 pada penambahan konjak rasio 1:1 dan menjadi 864 g/cm2 pada penambahan LBG ratio 1:1. Elastisitas gel agar-agar meningkat dari 45 mm menjadi 47,90 mm pada penambahan guar gum rasio 3:1. Penambahan guar gum, LBG, dan konjak berpengaruh nyata terhadap peningkatan viskositas agar-agar. Guar gum, LBG, dan konjak memiliki efek sinergis dalam meningkatkan viskositas. Viskositas agar-agar meningkat dari 101 cPs menjadi 1880 cPs pada penambahan guar gum rasio 1:3, menjadi 1610 cPs dengan LBG rasio 1:3 dan menjadi 5380 cPs dengan konjak rasio 1:3. Titik leleh menu run dari 56°C menjadi 48°C pada penambahan gum arabik rasio 1:3."
620 JPBK 6:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Waliy
"Resin alkid merupakan bahan polimer yang banyak dipakai dalam formulasi cat dan umumnya dibuat dari bahan baku minyak nabati seperti minyak biji bunga matahari. Pada penelitian ini resin alkid hendak dibuat dari minyak kulit biji mete (CNSL) untuk formulasi cat anti fouling yang akan diterapkan sebagai cat lambung kapal. Pemilihan CNSL sebagai bahan cat anti fouling didasarkan pada sifat licin dan kandungan senyawa fenol (asam anakardat) yang tinggi supaya biota laut tidak menempel erat pada permukaan badan kapal. Penelitian dilakukan menggunakan minyak biji mete (cashew nut shell liquid) yang direaksikan dengan gliserol untuk membentuk ester poliol, ester ini kemudian direaksikan dengan anhidrida ftalat untuk menghasilkan resin alkid. Esterifikasi CNSL dengan gliserol dilakukan menggunakan tiga katalis berbeda, yaitu asam sulfat, padatan SiO2-H2SO4 dan PbO dengan suhu yang divariasikan.
Ester yang terbentuk diharapkan merupakan monogliserida. Karakterisasi dilakukan menggunakan TLC, FTIR, HPLC, dan GC/MS. Reaksi yang menghasilkan ester adalah reaksi dengan katalis asam sulfat setelah bereaksi selama 24 jam pada suhu 110 oC. Ester tersebut digunakan membuat resin dengan anhidrida ftalat dengan katalis PbO. Resin tidak terbentuk dengan baik karena tidak terbentuknya monogliserida pada tahap esterifikasi.

Alkyd resin, a polymer product, which is mostly used in paint formulations and usually produced from vegetable oils, such as sunflower oil. In this research alkyd resin was prepared from cashew nut shell liquid (CNSL) for the formulation of anti fouling paint to be applied on the surface of ship’s body. The reason of selecting CNSL for anti fouling paint component based on the slippery property of CNSL and the high content of phenolic compound of anacardic acid, to prevent sea mollusca strongly attached on the surface of ship body. This research used cashew nut sell liquid (CNSL) as the raw material, which was reacted with glycerol to produced ester.
The ester was further reacted with phthalic anhydride to produce alkyd resin. Esterification of CNSL with glycerol used three different catalyst; sulfuric acid, the solid of SiO2-H2SO4 and lead (II) oxide. The reaction temperatures were varied in each reaction. The characteristics of products were evaluated by TLC, FTIR, HPLC and GC/MS analysis. The reaction of CNSL and glycerol was successfully catalysed by sulfuric acid for 24 h reaction under reflux at temperature of 110 oC. The ester product was used to make alkyd resin with phthalic anhydride and PbO catalyst. Unfortunately the resin was not formed properly due to the unproperly chemical structure of the ester product.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rigita Ayu Dyah Prawestiningrum
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman larutan nanas terhadap kekerasan permukaan resin komposit bulk-fill. Enam puluh spesimen resin komposit Tetric®N-Ceram Bulk-Fill shadeIVB berdiameter 6 mm dan tebal 3 mm dibagi menjadi dua kelompok perlakuan, yaitu perendaman dengan aquades sebagai kontrol dan larutan nanas pH: 3,8±0,1(n= 30). Sebelumnya seluruh kelompok direndam terlebih dahulu dalam aquades selama 24 jam dalam inkubator bersuhu 37oC sebagai baseline. Kemudian masing-masing kelompok tadi akan direndam kembali dalam larutan selama 1 hari, 3 hari dan 7 hari (n= 10). Kekerasan permukaan diukur menggunakan HMV-G SeriesVickers Micro Hardness Tester Shimadzu®dengan indenter Knoop. Setiap spesimen akan diindentasi dengan beban sebesar 50 gf, sebanyak 5 kali indentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna (p<0,05)antara perendaman 1 hari, 3 hari dan 7 hari pada kelompok perendaman larutan nanas dengan uji One-way ANOVA. Disimpulkan bahwa larutan nanas dapat menurunkan kekerasan permukaan resin komposit bulk-fill.

This study aims to determine effect of pineapple solution immersion on surface hardness of bulk-fill composite resin. Sixty specimens of Tetric®N-Ceram Bulk-Fill composite resin shade IVB, 6 mm in diameter and 3 mm thick were divided into two groups, with immersion in aquades as a control and pineapple solutionpH: 3,8±0,1 (n= 30). Before immersion, all specimens were immersed in aquades for 24 hours and were saved in incubator at 37oC as a baseline.Each group of immersions would be divided into three groups, with immersion for 1 day, 3 days and 7 days (n= 10). The surface hardness was measured using HMV-G Series Vickers Micro Hardness Tester Shimadzu®with Knoop Indenter. Each specimen was indented with load of 50 gf for 5 times. The results showed that there were statistically significant differences (p <0.05) between pineapple solution immersion for 1 day, 3 days and 7 days with One-way ANOVA test. It can be concluded that pineapple solution can reduce surface hardness of bulk-fill composite resin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aegerin Hafiz Sucipto
"Limbah dari distilasi vakum kilang minyak mentah di Indonesia masih belum dimanfaatkan sepenuhnya. Vacuum residue memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan mesophase pitch dengan menghilangkan kandungan asphaltene dengan heksana sebagai ekstraktan asphaltene, kemudian diikuti dengan metode polimerisasi termal dilakukan secara isotermal dalam waktu tertentu. Mesophase pitch dianggap sebagai prekursor yang sangat baik untuk membuat berbagai macam produk rekayasa karbon industri canggih seperti serat karbon, needle coke, dan anoda baterai Li-ion. Untuk meningkatkan tingkat polimerisasi senyawa aromatik, dalam penelitian ini, vacuum residue dihilangkan lalu dicampur dengan dengan gondorukem, residu dari distilasi getah pohon pinus yang mengandung cycloparaffin, conjugated double bond, dan karboksil, sebelum polimerisasi. Polimerisasi berlangsung pada reaktor tangki berpengaduk, dengan kondisi operasi 350oC, laju alir N2100 mL/menit, holding time 30 menit dan heating rate 5oC/menit. Jumlah gondorukem yang dicampur dengan deasphalted vacuum residue bervariasi pada 0 , 5 , 10 , 15 . Persentase aromatik dari mesophase pitch yang dihasilkan adalah 3,1-5,2 dengan ukuran krsitalin 39,2-44,4 dan interlayer distance 4,12 .

Waste from vacuum distillation of crude oil refineries in Indonesia is still not fully utilized. Vacuum residue has the potential to be used as a feedstock to produce mesophase pitch by removing its asphaltene content with n hexane as asphaltene extractant, then followed by thermal polymerization method performed isothermally for a certain time. Mesophase pitch is regarded as an excellent prekursor for making a wide variety of industrial and advanced engineering carbon products such as carbon fibers, needle coke, Li ion battery anodes and many more. In order to improve level of polymerization of aromatic compounds, in the current research, deasphalted vacuum residue was mixed first with gum rosin, a residue of pine trees containing conjugated double bonds, prior to polymerization. Polymerization occurs in a stirred tank reactor, with operation condition 350oC, N2 flowrate 100 mL min, holding time 30 minutes and heating rate 5oC min. The amount of gum rosin mixed with deasphalted vacuum residue was varied at 0 wt, 5 wt, 10 wt, 15 wt. The resulted mesophase pitch consist aromatic within the range of 3.1 5.2 with crystallite size between 39.2 44.4 and 4.12 interlayer distance. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>