Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174688 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Mardewi Soerono Akbar
"

Sebelum berbicara tentang endodontologi, saya ingin mengajak saudara-saudara untuk mengetahui lingkup ilmu kedokteran gigi yang berkembang saat ini. Lingkup tersebut meliputi kesatuan organ yang mendukung fungsi pengunyahan, yang dikenal sebagai sistem stomatognatik. Definisi sistem stomatognatik tersebut adalah (Marzouk dan Simonton, 1985): The stomatognatic system is a conglomerate of organs which are functionally related to each other. These organs include the mandible, the maxilla, the temporo-mandibular joint, the teeth and their supporting structures, muscles of mastication, muscles of the face, muscles of the neck, muscles of the head, and to some extent muscles of the back. Meskipun sebagian besar organ tersebut tidak secara langsung terkait dalam kegiatan di sekitar mulut dan di dalam mulut, akan tetapi secara timbal balik mendukung dan memperkuat partisipasi kegiatan sistem pengunyahan, yang dikendalikan oleh sistem persarafannya (Boucher,1974).

Fungsi utama sistem stomatognatik adalah oklusi (Shillingburg, 1981). Arti oklusi yang dirnaksud adalah berkontaknya permukaan dataran kunyah gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah (Boucher,1974). Oklusi akan berjalan normal apabila didukung oleh gigi-gigi yang berfungsi normal. Oklusi menjadi tidak normal apabila gigi-gigi tersebut dalam keadaan tidak sehat, atau disebabkan posisi dan relasi antar gigi dan rahang yang tidak normal. Penyebab sakit gigi yang paling banyak dan klasik adalah radang pulpa gigi. Hal ini mengakibatkan nyeri gigi, pembengkaan pada daerah gusi atau pipi dan sering diikuti dengan nyeri kepala.

Lingkup kedokteran gigi yang mempelajari tentang etiologi, diagnosis, pencegahan dan perawatan penyakit pulpa gigi dan periapikal disebut Endodontologi. Kecenderungan mempertahankan gigi agar dapat selama mungkin berfungsi, sudah mulai dirasakan sebagai kebutuhan dasar dalam mendukung kesehatan seutuhnya.

Sebelum ini tindakan pencabutan gigi masih merupakan tindakan utama dalam menanggulangi penyakit pulpa dan jaringan periapikal. Kemajuan endodontologi yang makin meningkat dapat dilihat melalui berbagai perkembangan yang terjadi, antara lain :

  1. Perkembangan etiologi penyakit pulpa dan periapikal yang memacu berbagai penelitian tentang struktur dan fungsi jaringan email, dentin, pulpa, cementum, periodontal, dan tulang alveol.
  2. Perkembangan Cara mendiagnosis penyakit endodontik secara klinis, roentgenologisdan mikroskopis yang dapat menentukan diagnosis akurat penyakit pulpa dan periapikal.
  3. Perkembangan metoda pencegahan, sistem perawatan dan evaluasi perawatan endodontik dengan teknologi maju.
  4. Perkembangan biomaterial dental ditinjau dari segibiologis, fisis dan kemis, yang disesuaikan dengan estetika restorasi gigi.
  5. Perkembangan pendidikan endodontologi di lingkungan lembaga pendidikan kedokteran gigi dalam mengantisipasi perkembangan llmu Pengetahuan dan Teknologi.
  6. Perkembangan masalah pelayanan endodontik di pusat pelayanan kesehatan di Indonesia baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Perawatan endodontik ialah perawatan bagian dalam gigi. Nama yang sehari-hari dikenal adalah perawatan syaraf gigi atau perawatan pulpa gigi atau perawatan saluran altar gigi atau 'zenuw behandeling'. Istilah endodontik diambil dari bahasa Yunani : 'endon' yang berarti dalam dan 'ho dontas' yang berarti gigi (Milas,198O; Bellizzi dan Cruse, 1980). Atau dari kata 'endodontium' yang sama artinya dengan 'pulpo dentinal organ, yaitu lapisan dalam gigi yang terdiri dari sel-sel odontoblast dan dentin (Baum, 1980).

Penyakit endodontik meliputi penyakit jaringan pulpa dan jaringan periapikal gigi. Penyakit ini banyak diakibatkan oleh karies gigi. Data yang terbaru dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa penyakit tersebut menempati 37% dari semua jenis penyakit gigi dan mulut. Namun penanggulangan yang dilakukan baru mencapai 11% (Wibowo, 1984). Penyakit klasik tersebut dapat menyerang gigi pada semua lapisan masyarakat, dari zaman dahulu sampai sekarang, baikpada masyarakat yang tergolong daya emban rendah maupun daya emban tinggi.

Berbagai laporan menunjukan bahwa jumlah penyakit tersebut makin meningkat terutama di kota-kota besar. Hal ini karena pengaruh modernisasi mengubah gaya hidup masyrakat, yang mengakibatkan pergeseran pola makan serta pola penyiapan makanan. Sistem kehidupan modern yang serba praktus menuntut cara makan yang mudah, dan cepat, yaitu dengan mengunyah jenis makanan yang lunak. Akibatnya penggunaan komponen sistem stomatognatik menurun, sehingga produksi sekresi ludah berkurang. Dengan demikian daya kerja sistem kebersihan mulut ikut menurun. Rangkaian proses tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan email dan dentin, di samping berbagai penyebab lain seperti trauma, zat kimia, dan radiasi.

Gigi karies merupakan salah satu penyebab terjadinya radang pulpa dan periapikal yang paling banyak. Biasanya saseorang baru menyadari adanya kerusakan gigi apabila sudah timbul rasa nyeri. Nyeri akan timbul bila rangsang dapat mencapai ujung sel odontoblast yang ada di batas dentin dengan email (Sigal dick., 1984). Lapisan selsel odontoblast yang paling tepi menjorok masuk ke jaringan dentin, daerah tersebut disebut 'komplex pulpa dentin'.Daerah ini merupakan daerah pertahanan pulpa gigi yang paling depan.

Berbagai teori terjadinya nyeri dentin yang masih dikenal sampai saat ini adalah 'teori direct inervation', 'teori odontoblastic receptor' dan 'teori hydrodinamic' (Torabinejad, 1989). Apabila rangsangan sudah mencapai pulpa, nyeri dentin dapat berlanjut menjadi nyeri pulpa. Kemudian terjadi reaksi pada sistem aliran darah mikro, sistem persarafan mikro dan sistem seluler jaringan pulpa. Proses ini menyebabkan udema pada pulpa karena terganggunya keseimbangan antara aliran darah yang masuk dengan yang keluar. Faktor penyebabnya adalah dinding pulpa yang keras dan kaku. Peristiwa ini mengakibatkan sistem persarafan pulpa terjepit, dan menimbulkan rasa nyeri hebat, yang dapat mengganggu aktifitas seseorang. Meskipun pusat gangguan tersebut sangat kecil dan bila diukur hanya mempunyai berat kira-kira 0.006 gram (Avery,1981).

"
Jakarta: UI-Press, 1991
PGB 0449
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Bence, Richard
Jakarta: UI-Press, 1990
617.634 BEN h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mathur, Pramod Bansi
New Delhi: Jaypee Brothers medical publisher, 2008
617.634 MAT h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Mandalika
"Perawatan saluran akar gigi (endodontik) merupakan salah satu jenis perawatan dalam bidang kedokteran gigi. Jenis perawatan ini memerlukan beberapa kali kunjungan untuk menuntaskan rasa sakit dan keluhan yang dialami seorang pasien, agar gigi dapat berfungsi kembali. Kemauan pasien untuk menjalani tahapan terapi saluran akar gigi hingga tuntas merupakan hal yang sering menjadi kendala.
Tesis ini membahas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku menuntaskan perawatan akar gigi pada pasien dewasa di Lakesgilut TNI AU, yang meliputi gambaran perilaku menuntaskan, gambaran faktor pemudah, pemampu dan penguat, hubungan ketiga faktor tersebut dengan perilaku menuntaskan serta faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku menuntaskan perawatan saluran akar gigi. Penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif.
Hasil penelitian univariat menunjukkan bahwa sebagian besar pasien menuntaskan perawatan saluran akar gigi, yang kebanyakan terdiri dari pasien wanita, berusia > 48,5 tahun, berpendidikan tinggi, dengan pekerjaan ibu rumah tangga atau tidak bekerja, memiliki pengetahuan tentang gigi yang tinggi serta sikap yang mendukung perawatan.
Pada analisis bivariat, hanya faktor sikap yang memiliki hubungan signifikan dengan perilaku menuntaskan perawatan saluran akar gigi, dengan nilai p sebesar 0,039, dengan OR 2,439 (95% CI: 1,114 ? 5,339) atau dengan kata lain pasien bersikap mendukung perawatan saluran akar gigi berpeluang menuntaskan perawatan sebesar 2,4 kali dibanding yang tidak bersikap mendukung.
Pada analisis multivariat, faktor yang berhubungan bermakna dengan perilaku menuntaskan perawatan saluran akar gigi adalah sikap pasien dan jumlah kunjungan yang diperlukan untuk perawatan saluran akar gigi. Sikap pasien memiliki nilai p 0,030 dengan OR = 2,543 dan jumlah kunjungan memiliki nilai p sebesar 0,010 dengan OR = 0,294.

Dental root canal treatment (endodontics) is the one of treatment in the field of dentistry. This type of treatment requires multiple visits to complete and complaints of pain experienced by a patient, so that the teeth can function again. Patient's willingness to undergo root canal treatment stages to completion is often a constraint.
This thesis explores the factors associated with behavioral treatment completed dental roots in adult patients in Lakesgilut Air Force, which includes the description of complete behavior, predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors, the relationship of these three factors with behavioral and completed the most dominant factor the complete behavior of root canal treated teeth. The research used in this thesis is a descriptive quantitative research design.
The results of univariate showed that most patients complete dental root canal treatment, which consisted mostly of female patients, aged> 48.5 years old, highly educated, with housewives work or do not work, have a high knowledge of dental and supportive attitude treatment.
In the bivariate analysis, only attitudinal factors that have a significant relationship with behavioral completed root canal treatment, with a p value of 0.039, with OR of 2.439 (95% CI: 1.114 to 5.339) or in other words being supportive patient care likely to complete the root canal care by 2.4 times compared to that not being supportive.
In the multivariate analysis, the factors significantly associated with behavioral completed root canal treatment is the attitude of the patient and the number of visits required for dental root canal treatment. Attitude has a p-value of 0.030 patients with OR = 2.543 and the number of visits has a p value of 0.010 with OR = 0,294.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Walton, Richard E.
Jakarta: EGC, 2008
617.634 2 WAL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Widurini Djohari
"BASTRAK
Kerusakan gigi molar satu rahang atas frekuensinya Cukup tinggi dan sering disertai kelainan pulpa. Perawatan saluran akar pada gigi ini memerlukan keterampilan yang ditunjang oleh pengetahuan anatomi dan morfologi a.l. panjang gigi, bentuk penampang saluran akar, jumlah akar, jumlah saluran akar, dan letak orifis. Dalam perawatannya sering dijumpai kesulitan menentukan letak apeks, karena pedoman ukuran yang ada berdasarkan ukuran gigi orang Amerika atau Eropa. Belum ada pedoman yang berdasarkan ukuran gigi orang Indonesia.
Dari sampel 50 gigi molar satu atas yang dicabut dari klinik gigi di Jakarta, diukur panjang gigi dari masing-masing apeks akar Palatal, Mesio Bukal, Disto Pukal ke bidang oklusal dengan mikrometer. Dihitung jumlah akar, jumlah saluran akar, dan dicatat bentuk penampang saluran akar 5 mm dari apeks, dan konfigurasi letak oriifis.
Dari hasil pengukuran diperoleh panjang gigi rata-rata dari apeks akar palatal 19,47 mm, dari apeks akar mesio bukal 19,14 mm dari apeks akar disto bukal 18,41 mm. Dari hasil pengamatan, semua gigi mempunyai tiga akar, dan diperoleh lebih banyak gigi dengan tiga saluran akar (98 %). Dari gambaran konfigurasi letak orifis diperoleh bentuk "7" (60 %),lebih banyak dibanding bentuk "Y" (16 %) dan bentuk "T" (18 7.). Dari pengamatan bentuk penampang saluran akar, terbanyak diperoleh bentuk bulat pada akar disto bukal (82 7.), dan bentuk Blips pada akar palatal (36 %). Selain itu diperoleh pula bentuk ginjal pada akar disto bukal (4%), dan bentuk pipih pada akar mesio bukal (14 %).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricucci, Domenico
London: Quintessence, 2013
617.634 2 RIC e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York, NY: Springer Science+Business Media, 2016
617.634 2 PED
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sarworini Bagio Budiardjo
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
PGB 0577
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Ratna Karaton
"Pada mukosa mulut dapat ditemukan lebih kurang 200 macam penyakit yang secara klinik memberikan gambaran yang hampir serupa satu sama lain, sehingga para klinisi memerlukan suatu informasi yang rasional untuk menetapkan diagnosisnya. Salah satu alternatif ialah dengan menggunakan teknik sitologi eksfoliatif. Penelitian ini bertujuan mempelajari berbagai gambaran sitologik dari lesi erosif/ulseratif mukosa mulut dengan harapan dapat menunjang diagnosis klinik. Bahan pemeriksaan berupa komponen epitel yang berasal dari kerokan mukosa mulut yang terlihat sebagai mukosa erosif/ulseratif yang diambil dari pasien-pasien yang datang ke klinik penyakit mulut.
RSCM/FKGUI dan prosedur laboratorik dilakukan di laboratorium sitologi RSCM/FKUI yaitu mewarnai sediaan dengan pewarnaan Papanicolaou. Sediaan yang diperiksa serta dipelajari adalah berbagai gambaran sitologik lesi erasif/ulseratif dengan menggunakan mikroskop cahaya. Dari 30 penderita dengan lesi erosif/ulseratif pada mukosa mulutnya di diagnosis sebagai stomatitis aftosa rekuren 9 kasus, 4 infeksi Herpes simplek, l infeksi Herpes zoster, 2 ulkus traumatika, 5 lichen planus erosif, 1 eritroplakia, 1 benign mucous membrane pemphigoid, 5 kandidiasis dan 2 karsinoma sel skwamosa .Pemeriksaan sitologik yang dilakukan pada lesi-lesi tersebut dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis klinik menemukan penyakit yang tidak terdiagnosis secara klinik, dapat memperkirakan faktor predisposisi timbulnya suatu penyakit dan berguna sebagai alat observasi lesi-lesi praganas. Pada infeksi virus Herpes, gambaran sitologik berupa marginasi kromatin, ballooning degeneration` dan sel raksasa berinti banyak dapat membantu menegakkan diagnosis penyakit, disamping adanya badan inklusi intranuklear yang kadang-kadang ditemukan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>