Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85341 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahadin Abubakar Rahman
"Rumah sakit melaksanakan berbagai kegiatan yang multi kompleks juga memproduksi berbagai jenis limbah. Salah satu jenis limbah yang diproduksinya adalah limbah klinis yang mengandung bahan-bahan infeksius, beracun dan radioaktif. Bahan-bahan ini mempunyai risiko bagi kesehatan manusia di sekitarnya serta sumber pencemaran bagi lingkungannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen limbah cair di Pavilyun Kartika RSPAD Gatot Soebroto. Penelitian ini lebih difokuskan pada kualitas limbah cair sebelum dan setelah pengolahan untuk dibandingkan dengan baku mutu limbah cair yang berlaku.
Hasil analisis efluen air buangan bila dibandingkan baku mutu hanya untuk parameter pH dan suhu menunjukkan kadar di bawah baku mutu. Sedangkan untuk BOD, COD, TSS, NH3 babas, P04, E.coli dan Coliform di atas baku mutu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 tahun 1995 yang akan dibertakukan mulai tahun 2000.
Hipotesis yang diuji adalah bahwa kualitas limbah cair akan menjadi lebih baik setelah diolah oleh IPAL. Uji t terhadap kadar limbah cair sebelum dan sesudah pengolahan menunjukkan penurunan yang bermakna (p < 0,05) untuk parameter BOD, COD, pH dan E.coli. Sedangkan untuk parameter TSS, NH3, P04 dan suhu secara statistik tidak menunjukkan perbedaan bermakna.
Pengawasan terhadap kualitas efluen berjalan baik yaitu dilakukan analisis kadar efluen secara teratur setiap tiga bulan. Kinerja IPAL juga masih baik yaitu mampu menurunkan kadar BOD, COD, E.coli pada kisaran 70% - 98 %. Manajemen pengolahan limbah cair di Pavilyun Kartika RSPAD Gatot Soebroto masih belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari : peralatan IPAL seperti sump pit pump, collection pump, comminutor, air blower dan chlorine pump yang telah mengalami kerusakan lebih dari 6 bulan. Tenaga operator dan pemeliharaan mempunyai tugas pokok pada bagian teknik dan belum pemah mendapat pelatihan khusus di bidang pengolahan limbah cair.
Untuk itu maka perlu dilakukan suatu terobosan yaitu dengan menyusun suatu perencanaan yang baik untuk menerapkan sistem manajemen lingkungan rumah sakit (SMLRS) dan program pencegahan pencemaran rumah sakit (P2RS) di Pavilyun Kartika RSPAD Gatot Soebroto.

Wastewater Treatment Management in Kartika Pavilion of RSPAD Gatot SoebrotoHospital runs various multicomplex activities and also products various sewage things. One of them which was producted by Hospital is clinical sewage which contain infected, poisonous and radioactive materials. These materials have a big risk for human healthy and also as pollution sources for its environment.
This research has a purpose for knowing wastewater management in Pavilyun Kartika RSPAD Gatot Soebroto. More focused on quality of wastewater before and after treatment, this research compare with regulated quality standard of wastewater.
Analitical results of wastewater, compared with quality standard of wastewater only on parameters pH and temperature show a value under quality standard value.
Meanwhile for free of BOD, COD, TSS, NH3, P041 E.coli and Coliform above quality standard which has been stated by Environment Govenrmental Minister jugdment No. 58 year 1995 attachment B which will be regulated on 2000. Tested Hyphotism is wastewater quality will became better after treated by IPAL (Sewage Treatment Plant) Test t on wastewater portion before and after treatment show significant decrement (p < 0.05) on parameters : BOD, COD, pH and E.coli. But for TSS, NH3, PO4 and temperature statistically not show significant differences.
Supervising on effluent quality run well, at least once in three months effluent portion analitic is done. IPAL performance also still in prime condition, has ability to decrease BOD, COD, E.coli portion on the range 70% - 98 %.
Wastewater treatment Management in Pavilyun Kartika RSPAD Gatot Soebroto hasnot been optimized yet. This mater can show on IPAL installation such as Sump pit pump, collection pump, comminutor, air blower and chlorine pump which has been gotten break more than 6 months. Operator and maintenance power has main duty on technical section and hasnot ever gotten special training on wastewater treatment. It is important to be done an intervention with arrange good plan to implement Hospital Environment Management System (SMLRS) and Prevention of Pollution of Hospital (P2RS) in Pavilyun Kartika RSPAD Gatot Soebroto.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochani Nani Rahayu
"ABSTRAK
Industri mempunyai pengaruh terhadap lingkungan, karena mengubah sumber alam menjadi produk baru, sekaligus menghasilkan limbah, yang apabila limbah tersebut dibiarkan dapat mencemari lingkungan.
Industri tahu merupakan industri kecil, yang jarang dilengkapi dengan unit pengolah limbah. Limbah cair yang dihasilkan oleh industri ini berjumlah cukup besar, dan berpotensi untuk mencemari lingkungan. Hal ini disebabkan karakteristik limbah mempunyai kadar tinggi, misalnya COD 4000 - 8000 mg/l, BOD 2000-4000 mg/1, padatan tersuspensi 500-2000 mg/l. Di samping itu, mempunyai pFi rendah, yaitu 3-5. Pada umumnya limbah cair ini langsung dibuang ke badan air penerima, misalnya empang, atau sungai, akibatnya kualitas badan air tersebut menurun.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengatasi hal tersebut. Salah satunya adalah melalui penelitian pengolahan limbah, guna memperoleh inbrmasi yang dapat dimanfaatkan dalam upaya mengatasi masalah tersebut.
Penelitian yang telah dilakukan ialah mengenai pengolahan limbah cair pabrik tahu secara anaerob menggunakan reaktor UASB berbentuk tabung dengan masukan influen dari bawah, dan keluaran efluen dari bagian alas.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat efisiensi reaktor, melalui penganekaragaman waktu tinggal dalam reaktor (Hydraulic Retention Time =HRT), yaitu berturut 12, 6, dan 4 jam.
Efisiensi reaktor diamati melalui tingkat penurunan COD, padatan tersuspensi, padatan volatil, dan BOD. Selain itu diamati pula perilaku pH, suhu, dan alkalinitas selama proses. Kondisi operasi yang diberlakukan pada proses ini ialah pada pH 7-7,5; suhu kamar, dan alkalinitas 2000 - 3000 mg CaCO311.
Percobaan dilakukan di dalam reaktor UASB yang terbuat dari gelas, dengan ukuran volume 13,51 diameter 10 cm, dan tinggi 150 cm. Reaktor dilengkapi dengan pampa yang mempunyai head 6m guna memasukkan umpan ke dalamnya. Percobaan secara sinambung, sampai diperoleh keadaan stabil, yaitu tercapainya tingkat penyisihan COD yang relatif tetap.
Hasil dan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Pengamatan perilaku COD, pH, alkalinitas, padatan tersuspensi, dan padatan volatil, menunjukkan pola yang sama, yaitu bentuk logaritmik Y= k+abX, sedangkan perilaku suhu Y= a+bX.
2. Hasil yang dicapai pada pengolahan dengan HRT 12, 6, dan 4 jam berturutturut adalah penurunan COD = 60%, 51%, dan 30%; BOD = 59%, 48%, dan 29%; padatan tersuspensi = 30%, 29%, dan 26%; padatanvolatil = 50%, 46%, dan 28%; sehingga dapat disimpulkan bahwa efisiensi tertinggi dicapai pada pengolahan dengan HRT 12 jam, jadi semakin kecil HRT, efisiensi yang diperoleh semakin rendah.
3. Dan hasil efisiensi tersebut disimpulkan bahwa efluen yang diperoleh belum memenuhi syarat baku mutu limbah cair sesuai dengan SKGub.KDKI 5821 1995. Oleh karena itu, reaktor UASB yang diteliti tidak dapat digunakan sebagai unit tunggal pengolah limbah cair pabrik tahu, melainkan hams dilengkapi dengan unit pendukung seperti unit fsika kimia atau menggunakan reaktor UASB lebih dari satu.;Tofu Wastewater Treatment Using Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB) ReactorIndustries influence our environment by converting natural resources, and at the same time creating wastes as its by product. These wastes when left without proper treatment may damage our environment.

ABSTRACT
This is because of the characteristic of' the waste stream that contain high COD level 4000-8000 mg/1,BOD level 2000-4000 mg/I, Suspended Solid 500- mg 1, as well as pH level 3-5. Frequently, this waste stream flow to receiving water without proper treatment, thus lowering water quality in our river. Control measures to overcome this problem is therefore necessary. One way to provide rim with good control measure is research in wastewater treatment technology.
This research is concerned with the treatment of wastewater from tofu industry in UASB reactor (column reactor in which the wastewater enters the reactor at the bottom and then flows in upward direction to the effluent). The overall aim is to investigate removal efficiency in various HRT (Hydraulic Retention Time), namely 12, 6, and 4 hours.
Removal efficiency is measured in terms of COD removal, Suspended Solid removal, Volatile Solid removal, and BOD removal. In addition, observation on the fluctuation of pH level, temperature, and alkalinity are also carried out during the process. Operating condition is set in pH level 7-7.5; normal room temperature; and alkalinity in the range of 2000-3000 mg CaCOil. Wastewater is taken from tofu factory in Kukusan Village (Depok). Paunch manure taken from Cakung Slaugther House is used as bacterial seed. UASB reactor used in this test is made of glass with 13.5 1 in volume, 10 cm in diameter, 150 cm in height. The handy pump with 6 m head are employed to feed the reactor. The reactor operates continuosly until it reaches steady state condition that characterized by constant COD removal.
The results are follow:
1. The behaviour of COD, pH, Alkalinity, Suspended Solid, and Volatil Solid can express as Y = k+abX. Temperature behaviour can express as Y = a+bX.
2. Removal efficiency for each HRT can reported as the following:
a. 12 hours retention time result in 60% COD , 59% BOD reduction, 30% Suspended Solid reduction, and 49% Volatil Solid reduction.
b. 6 hours retention time result in 51% COD reduction, 48% BOD reduction, 29% Suspended Solid reduction 46%, and Volatil Solid re
duction.
c. 4 hours retention time result in 30% COD reduction, 29%BOD reduction, 26% Suspended Solid reduction, and 28% Volatil Solid reduction. The highest removal efficiency reached by 12 hours HRT
3. From those result, it was concluded that the UASB effluent still above threshold
limit level indicated in SKGUB.KDKI NO:582/1995. For that reason additional physical and chemical treatment units are required, or using more than one reactor.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Angelin
"FOG deposit (FD) adalah kumpulan minyak dan lemak di saluran pembuangan air limbah yang dapat menyebabkan penyumbatan dan akumulasi gas yang dapat mengakibatkan ledakan di jaringan tertutup. FD membawa tantangan serius bagi pemeliharaan dan pengoperasian sistem pembuangan limbah karena dampak negatifnya. Dengan mempertimbangkan karakteristik air limbah, penelitian ini berupaya menganalisis laju pembentukan FD pada jaringan air limbah di Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel dari dua lokasi berbeda untuk membandingkan kondisi saluran air limbah yang tidak memiliki FD dan memiliki FD (A dan B secara berurutan). Hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa rumah makan dan catering Padang merupakan sumber utama pencemar yang mempengaruhi pembentukan. Konsentrasi FOG pada sampel B 2 x 107 kali lebih besar dibandingkan sampel A, sedangkan konsentrasi TSS 1,8 x 104 kali lebih besar. Eksperimen reaktor selama 8 jam dilakukan dengan menggunakan toples dan balok beton sebagai media pengendapan untuk melihat proses pembentukannya. Sampel B menghasilkan akumulasi yang signifikan (0,72% minyak mengendap setelah 8 jam), sementara reaktor sampel A gagal menunjukkan tanda-tanda pembentukan. Asam lemak bebas (FFA) yang dominan adalah asam palmitat (51%) yang menyebabkan endapan relatif lebih padat. Software pemodelan OriginLab digunakan untuk menganalisis perhitungan laju agregasi dan menghasilkan nilai k = 0,41/jam untuk reaktor B. Rata-rata error dengan model yang diperoleh sebesar 6,17%, sehingga model dapat dikatakan memiliki prediksi yang baik.

FOG deposits (FD) are significant aggregation of fat, oil, and grease in sewerage that can cause blockages and gas accumulation that may result in explosions in closed networks. FD carries serious challenges for the maintenance and operation of sewerage systems because of its negative impacts. By considering the characteristics of the wastewater, this study seeks to analyze the formation rate of FD South Jakarta's sewerage system. This study has been conducted using samples from two different locations to compare the condition of sewerage that doesn't have FD and has FD (A and B, respectively). The results of both interviews and observations indicate that rumah makan padang and catering are the primary sources of contaminants that influence the formation. The FOG concentrations in sample B were 2 x 107 times greater than those in sample A, while the TSS concentrations were 1.8 x 104 times greater. An 8-hour reactor experiment was conducted using a jar and concrete blocks as settling media to see the formation process. While sample B produced significant accumulation (0.72% oil precipitated after 8 hours), sample A's reactor failed to display any signs of formation. The dominant free fatty acid (FFA) is palmitic acid (51%), which causes the deposit to be relatively denser. OriginLab modeling software was used to analyze the calculation of the aggregation rate, resulting in k = 0.41/hour for reactor B. The average error with the model obtained is 6.17%, so the model can be said to have good predictions. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haniena Divi
"ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut serta pada SDGs dimana salah satu sasarannya adalah peningkatan pelayanan air bersih dan sanitasi yang diiringi dengan meningkatnya kebutuhan PVC. Industri soda kostik / klor menghasilkan air limbah mengandung merkuri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu kontak optimum penyisihan konsentrasi merkuri dengan bakteri Pseudomonas aeruginosa menggunakan Trickling Filter (TF) dengan nutrisi dari air limbah domestik. TF merupakan unit pengolahan biologis dengan biomassa terlekat. Kinerja TF diketahui melalui eksperimental menggunakan sistem batch dengan waktu kontak 2, 4, 6, dan 8 jam. Air limbah yang digunakan merupakan buatan dengan konsentrasi merkuri 4,3 mg/L yang melebihi baku mutu PerMen LH No 5 Tahun 2014 sehingga perlu diolah. Sedangkan air limbah domestik pada penelitian memiliki konsentrasi COD berkisar 302 ? 375 mg/L, BOD 194,3 mg/L, N 89 mg/L, dan P 2,96 mg/L yang memenuhi rasio BOD/COD (≥ 0,5) dan nutrisi untuk bakteri (BOD:N:P = 60:30:1) sehingga berpotensi dijadikan nutrisi bakteri. Waktu kontak optimum agar memenuhi PerMen LH No 5 Tahun 2014 tidak didapatkan tetapi efisiensi penyisihan merkuri berkisar 96,4 ? 97,8 %. TF dirancang menjadi two-stage dengan waktu kontak 2 jam dan memiliki diameter 8 m dan tinggi 5 m.

ABSTRACT
Indonesia is one of the participant countries in the SDGs where aimed at improvement of clean water access and sanitation services which are accompanied with the increasing the need of PVC. Chlor-alkali industry produce wastewater containing mercury. This study aims to determine optimum contact time of mercury concentrations that wiil be used as a design criteria of Trickling Filter (TF) unit. TF is an attached biological treatment unit. TF?s performance was knowledge through experimental process using batch system with 2, 4, 6, and 8 hours contact time. The chlor-alkali industry wastewater is artificial with mercury concentrations 4.3 mg/L which exceeded the quality standard of PerMen LH No. 5 of 2014 so the wastewater needs to be treated. While municipal wastewater in the study had a COD concentration ranges from 302-375 mg / L, BOD 194.3 mg / L, N 89 mg / L, and P 2.96 mg / L which meets ratio BOD / COD (≥ 0.5) and nutrients for bacteria (BOD: N: P = 60: 30: 1) so the municipal wastewater potentially to be used as bacterial nutrients. The optimum contact time in order to meet the PerMen LH No. 5 of 2014 are not met but the mercury removal efficiency ranged from 96.4 to 97.8%. TF designed as a two-stage with a contact time of 2 hour and had a diameter of 8 m and height of 5 m."
2016
S64356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Hasyanah
"Degradasi air limbah deterjen telah dikembangkan dengan menggunakan berbagai metode. Teknik ozonasi dalam RHOP merupakan salah satu metode degradasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi operasi optimal dalam proses degradasi limbah deterjen menggunakan teknik ozonasi dalam RHOP. Variasi kondisi operasi dilakukan pada pH, senyawa limbah (LAS dan ABS), dan suhu air limbah.
Dari hasil penelitian diketahui kondisi operasi terbaik terjadi pada pH netral dan suhu ruang (27oC) dengan persen degradasi mencapai 91,79%. Selain itu, degradasi pada limbah LAS menujukkan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan pada limbah ABS. Kondisi terbaik ini juga didukung oleh nilai TOC limbah LAS dan ABS sebesar 14,8 mg/L dan 22,6 mg/L.

Degradation of detergent waste water is developed by various methods. Ozonation technique in RHOP is one kind of degradation method. The aim of this research is to find out optimum operation condition in detergent waste water degradation process by ozonation technique in RHOP. Variations of condition operation are pH, wastewater compound (LAS and ABS), and wastewater temperature.
These result demonstrate that the best operation condition occurs at neutral condition and room temperature (27oC) with degradation percentage 91.79% reached. Furthermore, degradation of LAS waste water is better than ABS waste water. These conditions are supported by TOC value which LAS and ABS are 14.8 mg/L and 22.6 mg/L.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhud Yudha Mahayana
"Air limbah pada suatu daerah kawasan industli merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan yang sangat potensial dan dapat menyebabkan turunnya kualitas air, sehingga dibutuhkan suatu sistem pengolahan yang sesuai dengan karateristik air limbah. Proses pengolahan limbah secara biologis yaitu dengan menggunakan Iumpur aktif merupakan salah satu altematif yang dapat digunakan dalam mengatasi pencemaran air limbah pada suatu kawasan industri.
Proses lumpur aktif ( activated sludge ) adalah proses penumbuhan mikroba dalam media tersuspensi. Proses ini pada dasamya merupakan proses pengolahan aerobik yang mengoksidasi material organik menjacli C02 dan HgO, NI-I4 dan sei biornassa baru. Proses ini menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower ( diifused ) sehingga sel miktroba membentuk flok yang akan mengendap ditangki penjernihan. Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan dalam keberhasilan pengolahan limbah secara biologis, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air limbah.
Karakteristik limbah cair pada Kawasan Industri PT. Surya Cipta Swadaya di daerah Teluk Jambe Kabupaten Karawang sesuai dengan Surat eputusan Gubemur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No 6 tanggal 13 Maret 1999, tergolong pada Golongan Baku Mum Limbah Cair Kelas [I (dna). Sistem pengolahan limbah cair dengan menggunakan sistem Lumpur aktif pada kawasan industri PT. Surya Cipta Swadaya ini mampu mengolah limbah cair sebesar 3.670 m 3 per hari. Proses pengelolahan limbah cair ini terbagi atas beberapa tahap, yaitu:
- Proses penyaringan kasar 0 Proses penyaringan halus dengan menggunakan Grit Chamber.
- Proses pencampuran limbah cair (penghomogenan) di Equalization Tank.
- Proses Penetralisasian limbah cair di Netralization Tank.
- Proses penguraian bahan organik yang terkandung didalam limbah denan sistem lumpur aktif di Aeration Tank.
- Proses pemisahan air yang telah bersih dengan lumpur aktif yang berasal dari Aeration Tank dan penambahan zat kimia pada proses desinfeksi.
- 0 Proses pengendapan lumpur alctif yang tidak digunakan lagi, yang kemudiaii dipress dengan flter press.
Unit pengolahan limbah cair ini di evaluasi dan rancang untuk mengatasi peningkatan debit limbah cair yang berada dikawasan industri PT. Surya Cipta Swadaya. Debit limbah cair ini meningkat dikarenakan bertambahnya pabrik-pabrik yang akan dibangun serta mengantisifikasi perluasan daerah kawsan industri.
Pengumpulan data-data meliputi data.-data primer, yaitu data-data yang berada dilapangan meliputi kunjungan kelokasi unit pengolahan limbah, penga.rnatan,, wawancara, pengambilan sample buangan air limbah dan pengambilan gambar-gambar yang diperlukan dan data-data sekunder yang dapat diperoleh dengan menanyakan langsung kepada karyawan yang bersangkutan Serta studi literatur-literatur yang berhubungan dengan masaiah yang akan dibahas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S35715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadyan Adli
"Sampel limbah cair laboratorium telah diturunkan kadar logam beratnya dengan metode presipitasi dan metode adsorpsi dengan menggunakan Natrium Sulfida, Natrium Karbonat, dan Natrium Hidroksida sebagai precipitating agent serta menggunakan variasi jenis karbon aktif dan zeolite sebagai adsoben. Jumlah precipitating agent yang ditambahkan divariasikan dan telah didapatkan nilai presipitasi yang maksimal dicapai dengan menggunakan penambahan Natrium Sulfida sebanyak 250 mg/ 100 mL limbah. Presipitasi ini mampu mengendapkan logam-logam berat dari sampel limbah yaitu: Cu terendapkan sebanyak 97,54%, Pb terendapkan sebanyak 90.90%, Cd terendapkan sebanyak 93.48%, Co terendapkan sebanyak 70,55%, dan Zn terendapkan sebanyak 91,58%. Adsorpsi dilakukan pada sampel yang telah dipresipitasi, dengan menvariasikan massa adsorben yang digunakan. Adsorpsi dengan karbon aktif B lebih baik dibandingkan dengan karbon aktif A dan mampu menyerap logam berat sebanyak 36,90% dari juga menjernihkan warna dan bau dari limbah. Sedangkan adsorpsi dengan zeolit sebagai adsorben mampu menyerap 40,57% logam berat yang terdapat pada sampel.

Abstract
Sample of laboratory waste water has been treated in order to reduce the heavy metal concentration with precipitation and adsorption method. In this research, Sodium Sulfide, Sodium Carbonate, and Sodium Hydroxide were used as the precipitating agent and actived carbon and Zeolite were used as the adsorbent. The amount of the precipitating agents and the adsorbents were variated and the maximum number of precipitaion is achived by using 250 mg Sodium Sulfide. This precipitation can reduce the concentration of heavy metals studied, such as: 97.54% for Cu, 90.90% for Pb, 93.48% for Cd, 70.55% for Co, and 91.58% for Zn. Adsorption were conducted using the wastewater treated by the optimum precipitation with different mass of actived carbon and zeolite as the variation. As the result, actived carbon B adsorbs heavy metals better than actived carbon A which reducing 36.90% of heavy metals and clearing the color and the odor from wastewater sample. Therefore, zeolite adsorbs 40.57% of heavy metals in the sample."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43704
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Juheini Amin
"To enforce the overall Layout Plan 1985 - 2005 DKl Jakarta, the Provincial Government has relocated dairy farm from several densely populated location to the suburban area, i. e. Pondok Ranggon District, Cipayung East Jakarta. At the time of research, there were 26 dairy farmers with a total of 726 cows. Waste produced by dairy farms consists of solid, liquid and gaseous wastes. One of the potential wastes of the dairy farms to cause problems is the wastewater. Releasing dairy wastewater directly to the recipient water body will make the high concentration of organic matter of the wastewater to decrease dissolved oxygen concentration in the water. This in turn could be followed by the formation of toxic compounds and unwanted odors. This could endanger aquatic life and humans. To lower the concentration of organic pollutants, physical treatment using sedimentation tanks were applied at BPLC to process dairy farm wastewater.
However, the output did not meet the wastewater quality standard. So, as to make the wastewater to meet above mentioned standard, this research was focused on the effort to improve BPLC of the Pondok Ranggon Dairy Farm.
The objective of this research is to elucidate the characteristics of the dairy farm wastewater, effectiveness of the existing BPLC and to obtain picture on how the processed wastewater affects the recipient water body (Jambore irrigation water), the effectiveness of the biological process of the Pondok Ranggon Dairy Farm was also studied at laboratory scale.
The hypotesis is proposed to meet the limit of wastewater standard quality, so the dairy farm wastewater treatment is more effective by using combination of physical and biological treatment (Activated Sludge) than using physical or biological treatment.
Ex Post Facto method was used to obtain an illustration concerning the characteristics of dairy farm wastewater, the effectiveness of dairy farm BPLC and the effect of the wastewater on the Jambore irrigation water. Samples were taken from BPLC inlet; BPLC inlet and outlet; BPLC outlet, specific outlet of dairy farm and from Jambore irrigation canals at three locations i. e. before, with and after entrance of the wastewater. Analysis of samples was conducted in the Laboratory of Sucofindo, the Health & Environmental Engineering Laboratory of the University of Indonesia and at the Laboratory of the Office of Urban & Environmental Studies. Data obtained were descriptively analyzed; i.e. compared to wastewater Quality Standard for Commercial installation DKI Jakarta. Descriptive analysis was also conducted for data obtained to elucidate the effects of wastewater to the Jambore irrigation water. Result obtained were compared to the C Class Quality Standard for River Water (fisheries and cattle breeding) and the C Class Quality Standard for River Water being Operational Targeted, to be achieved by the Year 2000. All Quality Standard applied are in accordance with the Decree of the Government of DKI Jakarta No. 582, 1995.
Experimental method is used to elucidate the performance of the Activated Sludge in the treatment of the dairy farm wastewater. Examinations of parameter values of suspended solids, color, COD, BOD5, ammonia and phosphates were conducted to samples taken at the influent, aeration tank and effluent of the Activated Sludge unit. The experimental result data were then analyzed statistically through ANOVA (Analysis of Variance) using the SPSS for MS Windows Release 6.0 Program, followed by Least Significance Difference Test (LSD).
Results obtained are as follows:
1. The characteristics of the dairy farm wastewater shows that the parameter values of the dissolved solids, suspended solids, ammonia, fluoride, sulfide, mangan, phenols, oils and fats, organic matters, BOD5, and COD have not met the limit of wastewater standard quality as stipulated in the Decree of the Government of DKI, Jakarta No. 582, 1995. The ratio value BODSICOD is ± 0,4. However based on the biodegradability of dairy farm wastewater, the biological treatment can be implemented on dairy farm wastewater before released to Jambore irrigation water.
2. The effectiveness of dairy farm BPLC in decreasing pollutant were 51,16% for suspended solids; 42,33% for ammonia; 43,69% for BOD5 and 45,23% COD. The effectiveness of dairy farm BPLC could be upgraded by implementing the biological treatment with the Activated Sludge process.
3. The quality of the Jambore irrigation water at the meeting point with the wastewater of the mentioned dairy farm showed that the parameter values of dissolved solid substance, DO, ammonia, sulfides, oils and fats have not met the limit of C Class Quality Standard for River Water (for fisheries and cattle breeding) as the values of parameters of suspended solids, phosphates, BOD5, COD and organic matters are far exceeding the limit of the C Class Quality Standard for River Water Targeted in the Year 2000, and it could therefore pollute fish ponds utilizing the water.
4. The results of the experiment using biological treatment with Activated Sludge process could decrease the burden of waste pollutants, and this was observed through the values of 76,59% for suspended solids; 79,92% for color, 83,25% for COD; 86,25% for BOD5; 61,32% ammonia and 51,65% for phosphates. Result shows a better effectiveness compared to treatment process using the existing dairy farm BPLC. Statistical test shows that the treatment (control, aeration and sedimentation) gave a significant effect to the parameter value of suspended solids, color, COD. BOD5, ammonia and phosphates with a 95% degree of confidence.
5. The plan to develop wastewater treatment used in the Pondok Ranggon dairy farm is a combination of physical and biological (Activated sludge) treatment. Treatment units should include screening, equalization basin, primary sedimentation tanks, extended aeration type, activated sludge that includes aeration tanks, secondary sedimentation tanks and the treatment of sludge The values of parameter obtained from the calculation result of the planned processing, could met the limit of wastewater quality standard as stipulated in the Decree of the Goverment of DKI Jakarta No.582, 1995.
It can be concluded that based on results obtained the upgrading of the dairy farm wastewater treatment at the Pondok Ranggon using the combination of physical and biological processing (Activated Sludge) could increase the physical processing performance of the existing BPLC.
The upgrading program of Pondok Ranggon dairy farm wastewater treatment by using the existing wastewater treatment plant, in cooperation with the DKI Jakarta Provincial Government should be conducted in order to prevent any negative impact on the environment.

Dalam rangka pelaksanaan Rencana Umum Tata Ruang Tahun 1985 - 2005 di DKI Jakarta, Pemerintah Daerah setempat telah melakukan relokasi usaha peternakan sapi perah dari beberapa lokasi padat di dalam kota ke daerah pinggiran kota, yaitu di Kelurahan Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Pada saat penelitian, peternak yang ada berjumlah 26 orang dengan 726 ekor sapi.
Limbah yang dihasilkan peternakan meliputi limbah padat, cair dan gas. Salah satu jenis limbah yang diperkirakan dapat menimbulkan masalah dan usaha peternakan, adalah limbah cair. Jika limbah cair peternakan tersebut langsung dibuang ke badan air penerima, maka kandungan zat organik yang tinggi di dalam limbah tersebut, dapat menurunkan kadar oksigen terlarut di dalam air, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya senyawa-senyawa toksis dan menimbulkan bau busuk. Hal ini akan membahayakan kehidupan biota perairan serta kehidupan manusia.
Dalam upaya menurunkan kadar pencemar organik tersebut, pengolahan fisik dengan menggunakan bak-bak sedimentasi pada BPLC ditetapkan untuk mengolah limbah cair petemakan sapi perah Pondok Ranggon, namun hasilnya belum dapat memenuhi Baku Mutu Limbah Cair. Agar kualitas Iimbah cair peternakan hasil pengolahan dapat memenuhi Baku Mutu tersebut. maka penelitian ini difokuskan pada upaya perbaikan BPLC peternakan sapi perah Pondok Ranggon.
Penelitian ini bertujuan, mengetahui karakteristik limbah cair pada usaha peternakan tersebut, efektivitas BPLC yang ada serta gambaran bagaimana pengaruh limbah cair hasil olahan tersebut pada badan air penerima (saluran air Jambore). Selain itu juga dilakukan penelitian tentang efektivitas proses biologis pada pengolahan limbah cair peternakan sapi perah Pondok Ranggon dalam skala laboratorium.
Hipotesis yang diajukan adalah untuk dapat memenuhi Baku Mutu yang ditetapkan, maka pengolahan limbah cair peternakan sapi perah akan lebih efektif jika diproses dengan kombinasi pengolahan fisik dan biologis (Lumpur Aktif) dibandingkan dengan pengolahan fisik atau pengolahan biologis saja.
Metode Ex Post Facto digunakan untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik limbah cair peternakan, efektivitas BPLC peternakan sapi perah dan pengaruh limbah cair tersebut pada saluran air Jambore. Pengambilan sampelnya, berturut-turut adalah pada tempat masukan (inlet) BPLC; inlet dan tempat keluaran (outlet) BPLC serta outlet BPLC, saluran khusus limbah cair peternakan sapi perah dan pada saluran air Jambore dengan tiga lokasi yaitu sebelum, pada dan sesudah dimasuki limbah cair tersebut. Pemeriksaan sampel dilakukan berturut-turut di laboratorium Sucofindo, Laboratorium Teknik Penyehatan dan Lingkungan, Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia serta di laboratorium Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan (KPPL) DKI, Jakarta. Hasil pemeriksaan untuk mengetahui karakteristik limbah cair dan efektivitas BPLC peternakan sapi dianalisis secara deskriptif, yaitu dibandingkan dengan Baku Mutu Limbah Cair Perusahaan/Badan di DKI Jakarta. Analisis deskriptif juga dilakukan pada hasil pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh limbah cair peternakan pada saluran air Jambore. Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan Baku Mutu Air Sungai, Golongan C (untuk perikanan dan peternakan) dan Baku Mutu Air Sungai Golongan C yang menjadi Target Operasional, yang harus dicapai pada Tahun 2000. Seluruh Baku Mutu yang digunakan, sesuai dengan SK. Gubernur Kepala DKI Jakarta No. 582 Tahun 1995.
Metode Eksperimental digunakan untuk mengetahui kinerja Lumpur Aktif dalam pengolahan limbah cair usaha peternakan tersebut. Pemeriksaan nilai parameter zat padat tersuspensi, kekeruhan, COD, BOD5, ammoniak dan fosfat dilakukan pada sampel yang diambil dari influen atau masukan, bak aerasi dan efluen atau keluaran dari unit Lumpur Aktif. Data hasil percobaan dianalisis dengan uji statistik ANOVA (Analysis of Variance) melalui penggunaan program SPSS for MS Windows release 6.0 dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) atau Least Significant Difference (LSD).
Hasil penelitian yang diperoleh, adalah:
1. Karakteristik limbah cair peternakan sapi perah yang dihasilkan, memberikan gambaran bahwa nilai-nilai parameter, yaitu zat padat terlarut, zat padat tersuspensi, ammoniak, fourida, sulfida, mangan, senyawa fenol, minyak dan lemak, zat organik, BOD5 dan COD belum memenuhi Baku Mutu Limbah Cair Perusahaan. Hasil perhitungan dari nilai kandungan BOD5 yang dibandingkan dengan COD, diperoleh ± 0,4. Namun berdasarkan sifat limbah cair peternakan sapi perah yang mudah diuraikan oleh biota, maka pengolahan biologis dapat diterapkan pada limbah cair peternakan, sebelum dibuang ke saluran air Jambore.
2. Efektivitas BPLC peternakan sapi perah dalam penurunan bahan pencemar, adalah zat padat tersuspensi 51,16%; ammoniak 42,33%; BOD5 43,69% dan COD 45,23%. Nilai-nilai parameter pada efluen (keluaran BPLC), juga belum memenuhi Baku Mutu Limbah Cair Perusahaan. Efektivitas BPLC ini dapat ditingkatkan dengan mempertimbangkan faktor tekonologi dan lingkungan, yaitu penerapan pengolahan biologis dengan proses Lumpur Aktif.
3. Hasil pemeriksaan kualitas saluran air Jambore pada lokasi pertemuan dengan limbah cair peternakan sapi perah, memperlihatkan, bahwa nilai-nilai parameter zat padat terlarut, DO, ammoniak, sulfida serta minyak dan lemak belum memenuhi Baku Mutu Air Sungai Golongan C, sedangkan parameter zat padat tersuspensi, BOD5 , COD dan zat organik jauh lebih tinggi dari Baku Mutu Air Sungai Golongan C yang ditargetkan pada Tahun 2000, sehingga dapat menimbulkan pencemaran pada kolam ikan yang menggunakan air tersebut.
4. Hasil percobaan laboratorium menggunakan sistem pengolahan biologis dengan proses Lumpur Aktif, dapat menurunkan beban pencemar limbah peternakan, meliputi nilai zat padat tersuspensi sebesar 76,59%; wama 79,92%; COD 83,25%; BOD5 86,25%; ammoniak 61,32%; dan fosfat 51,65%. Hasil ini memperlihatkan efektivitas yang lebih baik dibandingkan hasil pengolahan dengan BPLC peternakan sapi perah. Uji statistik memperlihatkan, bahwa perlakuan (kontrol, aerasi dan sedimentasi) memberikan pengaruh yang sangat bermakna pada nilai parameter zat padat tersuspensi, warna, ammoniak, BOD5 , COD dan fosfat dengan tingkat kepercayaan 95%.
5. Perencanaan pengembangan pengolahan limbah cair yang digunakan pada usaha peternakan sapi perah Pondok Ranggon ini, adalah kombinasi pengolahan fisik dan biologis (Lumpur Aktif), sehingga unit pengolahannya meliputi saringan, bak ekualisasi, bak sedimentasi awal, Lumpur Aktif tipe aerasi yang diperpanjang waktunya (extended aeration) terdiri dari bak aerasi dan bak sedimentasi akhir serta pengolahan lumpur. Nilai-nilai parameter yang dihasilkan dari hasil perhitungan dengan kombinasi pengolahan yang direncanakan, dapat memenuhi Baku Mutu Limbah Cair Perusahaan, sesuai dengan SK Gubernur KDKI, Jakarta No. 582 Tahun 1995.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa perbaikan pengolahan Limbah cair peternakan sapi perah Pondok Ranggon dengan kombinasi pengolahan fisik dari biologis (Lumpur Aktif) dapat meningkatkan kinerja pengolahan fisik BPLC yang ada.
Upaya perbaikan pengolahan Limbah cair peternakan sapi perah Pondok Ranggon dengan mengoptimalkan bangunan yang ada, bekerja sama dengan Pemda DKI, Jakarta perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya dampak yang tidak diinginkan."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Fathia
"Produksi tahu di Indonesia menghasilkan limbah cair membentuk emulsi dan lebih pekat dibanding limbah tempe karena adanya proses penggilingan kedelai menjadi bubur, bersifat asam akibat penambahan asam saat penggumpalan tahu, dan berbau. Limbah cair tahu dapat diuraikan oleh mikroorganisme air, namun hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air dan menimbulkan dampak terhadap ekosistem dan lingkungan sehingga masih membutuhkan metode pengolahan yang lebih efektif.
Penelitian ini mengombinasikan ultrafiltrasi membran polisulfon dan osmosis balik dengan pretreatment berupa proses koagulasi-flokulasi dengan koagulan tawas. Proses koagulasi-flokulasi dilakukan dengan variasi dosis koagulan 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm, 600 ppm, 700 ppm, dan 800 ppm, proses ultrafiltrasi dengan variasi tekanan umpan 0,5 bar, 1 bar, 1,5 bar, dan 2 bar, sedangkan osmosis balik dilakukan dengan variasi tekanan umpan 4 bar, 5 bar, dan 6 bar. Limbah cair tahu memiliki karakteristik pH 3-5, TSS 600-1200 mg/L, kekeruhan 800-1400 FAU, TDS 1200-1600 mg/L, COD 5000-8000 mg/L, dan BOD 4600 mg/L.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa koagulasi-flokulasi yang optimal terjadi pada dosis tawas 300 ppm dengan hasil penyisihan TSS sebesar 82%, ultrafiltrasi optimal terjadi pada tekanan 0,5 bar dengan penyisihan TSS 93,6%, TDS 88%, kekeruhan 92,4%, dan COD 95,1%, serta osmosis balik optimal terjadi pada tekanan umpan dengan penyisihan TSS 100%, TDS 99%, kekeruhan 100%, dan COD 98,8%, di mana persentase penyisihan BOD total adalah 99,6%.

Tofu industry in Indonesia produces wastewater as its byproduct, which forms emulsion and more concentrated than tempeh wastewater as a result of soybean grinding process to form solid soy pulp, morevover it has acidic properties for its coagulation process with acid coagulant. Tofu wastewater can be degraded by water microorganism with reducing dissolved oxygen level in water as a drawback, and eventually impacts the environment.
This study aims to process tofu wastewater by combining ultrafiltration by polysulfone membrane and reverse osmosis with coagulation-flocculation by aluminum sulfate as pretreatment. Coagulation-flocculation was conducted with coagulant dose of 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm, 600 ppm, 700 ppm, and 800 ppm, while ultrafiltration was conducted with feed pressure variation of 0,5 bar, 1 bar, 1,5 bar, and 2 bars, and reverse osmosis was conducted with feed pressure variation of 4 bars, 5 bars, and 6 bars. Tofu wastewater feed has characteristics of pH value of 3-4, TSS 600-1200 mg/L, turbidity 800-1400 FAU, TDS 1200-1600 mg/L, COD 5000-8000 mg/L, and BOD 4600 mg/L.
Experimental result showed that optimum coagulation-flocculation occured at aluminum sulfate dose of 300 ppm with TSS rejection  of 82%, optimum ultrafiltration occured at 0,5 bar feed pressure with rejection value of TSS 93,6%, TDS 88%, turbidity 92,4%, and COD 95,1%, as well as optimum reverse osmosis occured at 6 bars feed pressure with rejection value of TSS 100%, TDS 99%, turbidity 100%, and COD 98,8%, where overall BOD rejection was 99,6%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremia Aledakruistan Japp
"Metode degradasi limbah cair menggunakan reaktor ozonasi injeksi berganda microbubble dan nanobubble adalah teknik pengolahan limbah tekstil yang berpotensi besar untuk dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja reaktor ozonasi injeksi berganda microbubble dan nanobubble dalam mengolah limbah cair Remazol biru dan memperoleh kondisi operasi optimum degradasi limbah. Degradasi limbah cair dilakukan dengan proses ozonasi, di mana limbah yang disirkulasikan ke dalam reaktor menggunakan pompa akan didegradasi oleh ozon yang diinjeksikan melalui nosel nanobubble dan microbubble. Variabel tetap dalam penelitian ini adalah volume limbah cair sebanyak 20 L, konsentrasi limbah cair sebesar 100 ppm, dan pH 5. Variabel bebas yang divariasikan adalah laju alir limbah cair, laju alir udara yang diinjeksikan, jenis fluida gas yang diumpankan, dan metode injeksi ozon yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa degradasi RBB-R optimum didapatkan pada kondisi tegangan pompa 10 V, laju alir gas 4 L/menit, jenis fluida gas oksigen, dan metode injeksi ozon ganda, yaitu sebesar 97,22%. Selain itu, total COD yang berhasil disisihkan menggunakan metode ini adalah sebesar 55,8 mg/L, kadar warna (Pt-Co) yang disisihkan sebesar 741,41 mg/L (89,26%), kandungan nitrat yang dihasilkan sebesar 88,55 mg/L, dan konsentrasi ozon terlarut dalam air mencapai 0,3896 mg/L.

Liquid waste degradation using ozone microbubble and nanobubble reactor with double injections is a method with great potential to be developed. This experiment aims to test the performance of ozone microbubble and nanobubble reactor with double injection system in treating Remazol Blue waste and obtain its optimum operating conditions. Degradation is carried out by ozonation, in which liquid waste circulated into the reactor using a pump is degraded by ozone injected through the nanobubble and microbubble nozzles. The controlled variables in this experiment are the liquid waste volume of 20 L, liquid waste concentration of 100 ppm, and a pH of 5. The independent variables manipulated in this experiment are the flow rate of liquid waste, flow rate of air injected, type of gas injected, and method of ozonation used. The results showed that the optimum degradation of RBB-R was obtained under conditions of 10 V pump voltage, 4 L/minute gas flow rate, oxygen gas, and double injection method, which was 97.22%. The total COD removed was 55.8 mg/L, the color (Pt-Co) removed was 741.41 mg/L (89.26%), the nitrate produced was 88.55 mg/L, and the concentration of dissolved ozone was 0.3896 mg/L."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>