Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188577 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suatma
"ABSTRAK
Ruang lingkup dan Cara penelitian : Kombinasi harmon steroid TE dan DMPA sedang dikembangkan untuk digunakan sebagai alat kontrasepsi bagi pria. Dari hasil penelitian, penggunaan hormon steroid khususnya progestogen pada wanita, dapat menyebabkan terjadinya peningkatan radikal bebas. Didasarkan pada hasil penelitian tersebut, maka diduga penyuntikan harmon steroid pada pria, juga akan meningkatkan radikal bebas. Kalau terjadi peningkatan radikal bebas, maka pemberian vitamin C dan Vitamin E sebagai antioksidan, diharapkan dapat mencegah peningkatan radikal bebas tersebut. Untuk membuktikan hat itu, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan tikus jantan sebagai model. Konsentrasi radikal bebas ditentukan dengan mengukur konsentrasi peroksida lipid dalam plasma darah, yang ditunjang dengan pengukuran konsentrasi GSH. Konsentrasi peroksida lipid diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm, sedangkan GSH pada panjang gelombang 412 nm, Data yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya, kemudian dilakukan uji sidik ragam dengan anova dua faktorial.
Hasil dan Kesimpulan : Dari penelitian diperoleh hasil sebagai berikut : Penyuntikan kombinasi hormon TE dan DMPA pada tikus jantan (1) tidak menyebabkan meningkatnya konsentrasi peroksida lipid dalam plasma (P > 0,05), (2) tidak menurunkan konsentrasi GSH dalam plasma darah (P > 0,05). Pemberian vitamin C dan vitamin E pada tikus jantan yang disuntik kombinasi hormon TE dan DMPA (1) tidak menurunkan konsentrasi peroksida lipid datam plasma darah (P > 0,05), (2) mempertahankan konsentrasi GSH dalam plasma darah (P > 0,05). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemberian vitamin C dan vitamin E pada tikus jantan yang disuntik kombinasi hormon TE dan DMPA tidak berpengaruh terhadap konsentrasi peroksida lipid dan glutation."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susbantarsih
"Ruang lingkup dan Cara penelitian : Hormon steroid telah lama digunakan sebagai alat kontrasepsi pada wanita. Didasarkan pada keberhasilan penggunaan hormon ini pada wanita, maka sekarang sedang dikembangkan untuk digunakan pada pria. Akan tetapi, dari hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan hormon steroid khususnya progestogen pada wanita dapat meningkatkan produksi radikal bebas di dalam tubuh. Diduga penggunaan hormon steroid pada pria, juga akan meningkatkan radikal bebas. Bila terjadi peningkatan radikal bebas, diharapkan pemberian vitamin E sebagai antioksidan dapat mencegah peningkatan radikal bebas tersebut. Untuk itu, dilakukan penelitian dengan menggunakan model hewan coba yaitu tikus jantan. Untuk penentuan radikal bebas, parameter yang diukur adalah kadar peroksida lipid secara spektrofotometris pada panjang gelombang 531 rim, dan kadar glutation pada panjang gelombang 412 am. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji sidik ragam anova dua faktorial, sebelumnya data diuji normalitasnya dan homogenitasnya.
Hasil dan kesimpulan : Penyuntikan kombinasi hormon TE & DMPA pada tikus jantan tidak meningkatkan kadar peroksida lipid plasma darah (P>0,05). Pemberian vitamin E pada tikus jantan yang disuntik kombinasi hormon TE & DMPA, tidak menurunkan kadar peroksida lipid plasma darah (P>0,05). Pemberian vitamin E pada tikus jantan yang disuntik kombinasi hormon TE & DMPA, dapat mempertahankan kadar GSH plasma darah (P>0,05). Dapat disimpulkan bahwa pemberian vitamin E pada tikus jantan yang disuntik dengan kombinasi hormon TE & DMPA, tidak berpengaruh terhadap kadar peroksida lipid tetapi dapat mempertahankan kadar glutation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviana Ingrid R.S.
"Ruang lingkup dan Cara penelitian: Pengembangan metoda kontrasepsi pria Cara medikamentosa yang aman, efektif clan reversibel sekarang ini adalah penyuntikan intramuskular kombinasi hormon. Penyuntikan ini dapat menekan sekresi testosteron melalui penekanan gonadotropin hipofisis. Penyuntikan ini diharapkan tidak mempengaruhi fungsi hematopoietik, fungsi ginjal dan antigen spesifik prostat relawan yang turut berpartisipasi pada penelitian ini. Kombinasi hormon yang dipergunakan adalah kombinasi dosis rendah 100 mg TE + 100 mg DMPA dan kombinasi dosis tinggi 250 mg TE + 200 mg DMPA, disuntikkan setiap bulan dalam jangka waktu 12 bulan dan pemeriksaan fungsi hematopoietik, fungsi ginjal dan antigen spesifik prostat setiap 3 bulan. Penelitian ini dibagi dalam 3 We, yaitu fase kontrol atau pra-perlakuan (1 bulan), face penekanan (6 bulan) dan fase pemeliharaan (6 bulan). Pada fase kontrol atau pra-perlakuan dipilih 20 pria sehat dan subur yang memenuhi syarat pemeriksaan fisik dan laboratorium darah sebanyak 2 kali pemeriksaan normal, kemudian dibagi secara acak ke dalam 2 kelompok (masing masing kelompok 10 orang). Kelompok pertama mendapat penyuntikan kombinasi hormon dosis rendah dan kelompok kedua penyuntikan hormon kombinasi dosis tinggi. Parameter yang diteliti adalah: (a) fungsi hematopoietik, meliputi hematokrit, hemoglobin, leukosit, trombosit; (b) fungsi ginjal, meliputi ureum dan kreatinin darah; (c) antigen spesifik prostat.
Hasil penelitian: Pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa hasil kedua kelompok berada diantara batas normal: Ht. 41.67 - 47.46 %; Hb. 14.5 - 15.58 gldl; leukosit 7.48 - 11.54 (103/ul); trombosit 234.78 - 300.11 (103/ul); ureum 21.6 -- 28 mg/dl; kreatinin 0.92 - 1.21 mg/dl dan PSA 0.32 - 0.71 mg/dl. Setara keseluruhan penyuntikan hormon kombinasi dosis rendah 100 mg TE + 100 mg DMPA dan kombinasi dosis tinggi 250 mg TE + 200 mg DMPA tidak mempengaruhi fungsi hematopoietik, fungsi ginjal dan antigen spesifik prostat.
Kesimpulan: Penyuntikan hormon kombinasi dosis rendah 100 mg TE + 100 mg DMPA dan kombinasi dosis tinggi 250 mg TE + 200 mg DMPA setiap bulan selama 12 bulan penelitian dan setiap 3 bulan pemeriksaan laboratorium tidak menimbulkan atau mengakibatkan perubahan bermakna pada fungsi hematopoietik, fungsi ginjal dan antigen spesifik prostat, sehingga kemungkinan aman sebagai slat kontrasepsi hormonal pria.

The Influence of Monthly Injection both a Low Dose and a High Dose Combination of TE + DMPA on the Hematopoietic and Kidney Functions and PSAScopes and methods of study: The medicinal approach to male contraception which is safe, effective and reversible is currently being investigated using a combination of hormones. The hormones, given by intramuscular injection, will suppress testosterone secretion through the suppression of gonadotropin release by the hypophysis. This study is carried out to investigate if there is any adverse effect on hematopoiesis (hematocrit, hemoglobin, leucocyte and thrombocyte as parameters), kidney functions (serum urea and creatinine), and prostate apecific antigen (serum) PSA during the use of this contraceptive means. Two hormonal combinations being evaluated are 1) a low dosage of 100 mg TE + 100 mg DMPA, and 2) a high dosage of 250 mg TE + 200 mg DMPA. The study is divided into 3 consecutive phases: control phase (1 month), suppression (6 months) and maintenance (6 months). The selected volunteers are twenty healthy and fertile males who show normal laboratory findings during the control period, which is carried out twice at a biweekly interval. They are then divided randomly into two groups of ten subjects each. Throughout the suppression and maintenance phases each member of the group receives a monthly injection of the low and high dosage hormonal combination, respectively. Venous blood samples are obtained every three months, the hematological and kidney parameters are examined at the Clinical Laboratory Department of the Cipto Mangunkusumo Hospital, and PSA measured by immunoassay (Abbott, IMx) at the Immunoendocrinology Laboratory of the Indonesia School of Medicine. The laboratory findings are analyzed by two-way anova, using a spreadsheet program (Lotus 123 or Exe1).
Fidings and Conclusion: The laboratory parameters of the two groups are within the normal ranges throught out the study period: Ht. 41.67 - 47.46 %, Hb. 14.5 - 15.58 gldl, leucocyte 7.48 - 11.54 x 103/ul, thrombocyte 234.78 - 300.11 x 103/ul, ureum 21.6 - 28 mg/dL, creatinine 0.92 - 121 mg/dL and PSA 0.32 - 0.71 mg/dL. It is there for concluded that the administration of the combination of TE and DMPA, at both low and high dosages, has no adverse effect on hematopoiesis, kidney function and the prostate, and could therefor be considered safe for use in male contraception.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
T11455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roselina Panghiyangani
"Ruang lingkup dan Cara penelitian : Kombinasi hormon steroid TE dan DMPA sedang dikembangkan untuk digunakan sebagai alat kontrasepsi bagi pria. Dari hasil penelitian dilaporkan penggunaan hormon steroid khususnya progestogen pada wanita dapat menyebabkan terjadinya peningkatan radikal bebas. Didasarkan pada penelitian tersebut, maka diduga penyuntikan hormon steroid pada pria, juga akan meningkatkan radikal bebas. Jika terjadi peningkatan radikal bebas, maka pemberian vitamin C sebagai antioksidan, diharapkan dapat mencegah peningkatan radikal bebas tersebut. Untuk membuktikan hal itu, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan tikus jantan strain SD sebagai hewan model. Konsentrasi radikal bebas ditentukan dengan mengukur konsentrasi peroksida lipid dalam plasma darah, yang ditunjang dengan pengukuran konsentrasi GSH. Konsentrasi peroksida lipid diukur dengan spektro-fotometer pada panjang gelombang 530 nm, GSH diukur pada panjang gelombang 412 nm. Data yang didapat, diuji norrnalitas dan homogenitasnya kemudian dilakukan uji sidik ragam dengan anova dua faktorial.
Hasil dan Kesimpulan : Dari penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: Penyuntikan kombinasi hormon TE dan DMPA pada tikus jantan strain SD (1) tidak menyebabkan peningkatan konsentrasi peroksida lipid dalam plasma darah (P>0,05). Pemberian vitamin C pada tikus jantan yang disuntik TE dan DMPA (1) tidak menurunkan konsentrasi peroksida lipid dalam plasma darah (P>0,05), (2) mempertahankan konsentrasi GSH dalam plasma darah (P>0,05). Dari basil ini dapat disimpulkan bahwa pemberian vitamin C pada tikus jantan strain SD yang disuntik kombinasi hormon TE dan DMPA tidak berpengaruh terhadap konsentrasi peroksida lipid dan glutation dalam plasma darah."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zanzibar
"Gerakan Keluarga Berencana Nasional bertujuan ganda yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Dalam mewujudkan tujuan tersebut, program Keluarga Berencana Nasional memakai beberapa metoda kontrasepsi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi fisik peserta KB itu sendiri menggunakan alat kontasepsi merupakan salah satu metoda KB yang terbaik untuk mengatur kelahiran anak, AKDR merupakan alternatif pilihan bagi pasangan muda yang ingin menunda kehamilannya. Dan merupakan alternatif kedua setelah kontap bagi pasangan tua yang ingin mengakhiri kehamilan.
AKDR untuk menjarangkan jumlah anak, secara langsung menurunkan laju pertumbuhan penduduk, mulai tahun 1997 krisis ekonomi berdampak menurunnya kemampuan daya beli AKDR (mandiri, ekonomi rendah) jumlah anak banyak dan pegetahuan rendah, didukung dengan karakteristik ibu (umur, pendidikan dan jumlah anak hidup, jumlah anak yang diinginkan lagi, umur perkawinan pertama, pekerjaan ibu, pekerjaan suami dan dukungan suami).
Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) masih rendah (9,3%) di kabupaten Ogan Komering Ulu dibandingkan dengan kabupaten yang ada di Sumatra Selatan antara lain Pangkal Pinang (11%), Bangka (15,89%) dan juga dibanding dengan cakupan nasional (17,5%). Di Kecamatan Baturaja Timur pemakaian AKDR (12,8%) lebih rendah dibandingkan dengan kontrasepsi lain seperti pil sebanyak (19,9%), suntikan (35,56%).
Penelitian ini untuk mengetahui status ekonomi, pengetahuan kontrasepsi pada Akseptor KB serta hubungannya dengan pemakaian AKDR di kecamatan Baturaja Timur, rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dengan responden 366 orang Akseptor KB. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, kemudian diolah dengan analisa univariat, bivariat dan multivariat dengan teknik analisis chi-square, menunjukkan ada hubungan antara status ekonomi dengan pemakian AKDR, ada hubungan antara pengetahuan kontrasepsi dengan pemakaian AKDR. Analisis Regresi Logistik diperoleh : Ada hubungan pekerjaan suami dengan pemakaian AKDR dan ada hubungan dukungan suami dengan pemakaian AKDR, variabel independen yang dominan adalah pengetahuan tinggi cenderung memakai AKDR.
Dalam rangka meningkatkan pemakaian AKDR di Kecamatan Baturaja Timur, perlu diberikan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) terutama ditujukan untuk yang belum menggunakan alat kontrasepsi.

Economic Status and Contraception Knowledge of Family Planning Acceptor and Relationship with AKDR Usage in Baturaja Sub district, District of Ogan Komering Ulu 2003Family Planning movement has two goals, first, to improve mother and child welfare and to establish a happy and welfare little family (NKKBS). To realize these goals, this program using some contraception method which appropriate with acceptor's situation and condition. AKDR is one of alternative for young couple to delay the pregnancy and second alternative AKDR settled contraception (kontap) for old couple to stop pregnancy.
Spacing out number of children directly decrease growth population, started from 1997 economic crisis give some impacts to ability to buy AKDR (autonomous, low economic level), have a lot of children and low knowledge, also mother characteristics (age, education, number of children, number of expecting children, age of first marriage, mother occupation, husband occupation and husband support).
Intra urine device usage in Ogan Komering Ulu (OKU) still low (9,3%) compared to other sub district such as Pangkal Pinang (11%), Bangka (15,89%) also if compared to national coverage (17,5%). In sub district of Baturaja Timur, AKDR usage (12,8%) lower than other contraception such as pill (19,9%), injection (25,56).
This study is to find out relation between economic status contraception knowledge of Family Planning acceptor with AKDR usage in sub district of Baturaja Timur, design of this study is cross sectional with 366 respondents. Data collected by questionnaire, processed by univariate, bivariate, and multivariate analysis using chi square analysis, result shows that there is relation between economic statuses with AKDR usage, contraception knowledge with AKDR usage. From regression logistic analysis resulted; there is significant relationship between husband's occupation with AKDR usage and husband's support with AKDR usage, dominant independent is high knowledge tend to use AKDR.
In order to increase AKDR usage in sub district of Baturaja Timur, it needs information and education communication (KIE) especially for those that not using contraception yet.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arleni
"ABSTRAK
Ruang lingkup dan Cara penelitian: Keikutsertaan pria/suami dalam program Keluarga Berencana (KB) masih rendah, hal ini karena masih terbatasnya pilihan metoda kontrasepsi pada pria. Kombinasi Depo medroksiprogesteron enantat (DMPA) dan Testosteron enantat (TE) memiliki potensi sebagai kontrasepsi hormon pria karena dapat menekan spermatogenesis melalui mekanisme kerjanya pada poros hipotalamus-hipofisis-testis. Beberapa peneliti melaporkan azoospermia belum dapat dicapai oleh seluruh subjek penelitian yang disuntik dengan kombinasi DMPA dan TE, dengan demikian masih ada kemungkinan terjadi fertilisasi. Fertilisasi dapat mengalami kegagalan bila fungsi integritas membran plasma spermatozoa buruk, karena itu pada penelitian ini dilakukan penilaian terhadap integritas membran spermatozoa. Kelenjar prostat dan vesika seminalis juga mempengaruhi kesuburan pada pria, karena itu ingin pula diketahui efek penyuntikan DMPA dan TE terhadap kedua kelenjar asesoris tersebut. Penelitian ini dilakukan pada 10 pria fertil yang disuntik dengan kombinasi DMPA 250 mg dan TE 200 mg. DMPA disuntikkan setiap 6 minggu, mulai dari minggu ke 0 s/d minggu ke 18. TE mula-mula disuntikkan setiap minggu, mulai minggu ke 0 s/d minggu ke 6, selanjutnya disuntikkan setiap 3 minggu, mulai minggu ke 9 sampai dengan minggu ke 24. Fungsi integritas membran spermatozoa dinilai dengan uji HOS (Hypo Osmotic Swelling Test), fungsi kelenjar prostat dinilai dengan mengukur kadar asam sitrat dalam semen, dan fungsi kelenjar vesika seminalis dinilai dengan mengukur kadar fruktosa dalam semen. Pemeriksaan semen dilakukan setiap 3 minggu, mulai dari minggu ke 3 s/d minggu ke 24. Hasil penilaian selama perlakuan dibandingkan dengan penilaian sebelum perlakuan (penyuntikan).
Hasil dan Kesimpulan : Penyuntikan kombinasi DMPA dan TE menurunkan fungsi integritas membran plasma spermatozoa dengan bermakna (p<0,05) pada minggu ketiga, dan sangat bermakna (p<0,01) pada minggu ke-6 dan ke-9. Fungsi normal kelenjar prostat dan vesika seminalis masih dapat dipertahankan sampai akhir perlakuan, hal ini ditunjukkan dengan masih normalnya kadar asam sitrat dan fruktosa dalam semen walaupun secara statxstik memperlihatkan penurunan yang sangat bermakna (p 0,01). Dengan demikian seluruh hipotesis pada penelitian ini diterima.

Scope and Methodology : The participation of men/husband in family planning program is still low due to limited number of male contraceptive method available. The combination of DMPA and TE have potential capability to be male hormonal contraceptive since they are able to suppress spermatogenesis by their hypothalamus - pituitary - testis axis mechanism. Some scientist reported that azoospermia could not be covered by all subject of experiment whose given injection of combination of DMPA and TE. Therefore the fertilization are still possibly occur. The experiment of evaluation of sperm membrane integrity has been conducted since fertilization will not be successful when the functional integrity of sperm membrane is poor. The prostate and seminal vesicles gland may also influence the male fertility, so that effects of DMPA and TE injection to the two these accessories gland should also be determined. In this experiment 10 fertile men were given injections of DMPA (250 mg each) and TE (200 mg each). DMPA was given every 6 weeks, from the week of zero to 18. In the week zero to 6, TE was given every week, and followed by injection TE every 3 weeks up to week 24. The functional integrity of sperm membrane was evaluated with HOS (hypo osmotic swelling) test. The function of prostate gland was evaluated by content of citric acid in semen. The function of seminal vesicles gland was evaluated by content of fructose in semen. The semen was observed every 3 weeks, starting with the week of 3 to 24. The result, of observation during the treatment was compared to the result before the injection given (2 weeks before the treatment).
Results and Conclusions: The injection of the combination of DMPA and TE will decrease the functional integrity of sperm membrane on the third week (p < 0,05) and will decrease it very significantly on the 6th and 9th week (p <0,01). The normal function of prostate and seminal vesicles could be retained until the end of the experiment. It could be determined by the normal content of citric acid and fructose in semen even though it was statistically shown a very significant decrease (p<0,01). Therefore the overall hypothesis on the experiment could be accepted.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nukman Helwi Moeloek
"ABSTRAK
Tersedianya berbagai macam kontrasepsi memungkinkan seseorang memakai kontrasepsi sesuai dengan keinginannya, sehingga semakin banyak macam kontrasepsi yang tersedia, semakin besar pula kemungkinan seorang akan memakai kontrasepsi.
Saat ini telah banyak dilakukan penelitian untuk mencari kontrasepsi medikamentosa untuk pria yang efektif dan aman, namun sampai sekarang kontrasepsi tersebut belum diperoleh, hal ini disebabkan pengembangan cara pengendalian kesuburan pria lebih sulit daripada wanita. Seorang pria setiap hari dapat memproduksi jutaan spermatozoa, sedangkan seorang wanita hanya melepaskan sebuah sel telur setiap bulan. Selain itu pil atau suntikan KB untuk pria harus tidak boleh menimbulkan efek samping yang membahayakan. Kontrasepsi medikamentosa yang telah banyak diteliti dan bersifat aman serta mempunyai efek paling besar dalam menekan produksi sperma adalah kombinasi androgen dengan progestin. Kombinasi androgen dengan progestin yang telah diteliti yaitu Testosteron enantat (TE) dengan Depo Medroksiprogesteron asetat (DMPA) dan 19 Nortestosteron heksil oksifenilpropionat (19NT) dengan DMPA, namun kedua kombinasi obat tersebut belum dapat menimbulkan azoospermia sampai atau mendekati 100%. Sebenarnya kontrasepsi pria yang efektif tidak perlu mencapai azoospermia, tetapi dapat pula dengan cara menimbulkan suatu keadaan ejakulat yang infertil. Sebaliknya walaupun masih ada beberapa spermatozoa tetapi bila fungsinya masih baik, ejakulat tersebut masih fertil. Untuk mengetahui kemampuan fertilitas spermatozoa yang masih ada di dalam ejakulat dapat dilakukan uji fungsi sperma.
Salah satu cara untuk menguji fungsi sperma ialah dengan uji penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks. Getah serviks merupakan barier pertama yang dihadapi oleh spermatozoa di traktus reproduksi wanita. Penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks secara in vitro di dalam pipa kapiler dikatakan cukup bila mencapai 3 cm atau lebih. Telah dibuktikan pula bahwa getah serviks sapi dapat dipakai sebagai pengganti getah serviks manusia di dalam menguji fungsi spermatozoa, karena getah serviks sapi mempunyai sifat yang sama dengan getah serviks manusia. Bila dilihat integritas membran spermatozoa (diperiksa dengan uji HOS = hypoosmotic swelling), maka integritas membran spermatozoa dikatakan buruk bila uji HOS t 50%.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut ingin diketahui apakah penyuntikan kedua kombinasi obat TE + DMPA dan 19NT + DMPA pada pria fertil dapat mengakibatkan penetrasi spermatozoa mereka ke dalam getah serviks sapi secara in vitro tidak bisa mencapai jarak 3 cm atau lebih dalam. Penelitian ini juga ingin mengetahui apakah penyuntikan kedua kombinasi obat tersebut akan menurunkan integritas membran spermatozoa serta menurunkan konsentrasi spermatozoa, morfologi normal spermatozoa dan motilitas spermatozoa.
Tujuan utama penelitian ini ialah untuk menurunkan kesuburan pria agar di masa yang akan datang dapat diperoleh kontrasepsi pria yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu diteliti pengaruh penyuntikan kombinasi TE + DMPA dan 19NT + DMPA pada pria fertil terhadap :
1. penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks sapi serta perbandingan pengaruh kedua kombinasi obat tersebut terhadap penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks sapi, dan
2. integritas membran spermatozoa.
Pada penelitian ini hipotesis yang akan diuji adalah:
Hipotesis utama, yaitu:
Kombinasi TE + DMPA dan 19NT + DMPA pada 12 minggu masa penyuntikan terhadap pria fertil akan menyebabkan tidak adanya spermatozoa yang dapat melakukan penetrasi ke dalam getah serviks sapi secara in vitro lebih dalam daripada jarak 3 cm.
Hipotesis kerja, ialah hipotesis yang mendukung hipotesis utama, yaitu:
Penyuntikan TE + DMPA dan 19NT + DMPA pada pria fertil akan menurunkan :
1. konsentrasi spermatozoa,
2. morfologi normal spermatozoa,
3. motilitas spermatozoa, dan
4. integritas membran spermatozoa.
Usulan penelitian ini telah diajukan dan diperoleh persetujuannya dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan Dekan FKUI. Pernyataan kesediaan dan persetujuan secara tertulis diperoleh dari setiap relawan. Empat puluh relawan pria sehat (umur antara 21-45 tahun) yang telah mempunyai anak sekurang-kurangnya satu orang dan telah diseleksi dengan pemeriksaan yang meliputi penilaian kesehatan umum, riwayat aktifitas seksual, analisis semen dan pemeriksaan darah normal (due Rail dalam interval 2 minggu) untuk diselidiki dalam penelitian ini. Penelitian ini dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
1. Fase kontrol sebelum perlakuan
2. Fase perlakuan.
Pada fase kontrol sebelum perlakuan, dilakukan anamnesis lengkap dan pemeriksaan fisik setiap relawan. Darah vena diambil untuk pemeriksaan hematologis dan kimia darah rutin. Kimia darah rutin meliputi pemeriksaan SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase), SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase), Gamma-GT (Gamma glutamyl transpeptidase), fosfatase alkali, ureum dan kreatinin. Dua contoh semen dianalisis dengan jarak 2 minggu. Kemudian relawan dibagi dalam 2 kelompok secara acak yaitu kelompok yang akan diberi TE 200 mg dan kelompok yang akan diberi 19NT 200 mg.
Pada fase perlakuan, TE 200 mg atau 19NT 200 mg disuntikkan intramuskular tiap minggu mulai minggu ke 0 sampai dengan minggu ke 5. Sesudah itu dilanjutkan setiap 3 minggu sekali sampai dengan minggu ke 24. DMPA 250 mg disuntikkan intramuskular pada tiap relawan mulai minggu ke 0 dilanjutkan tiap 6 minggu sekali sampai dengan minggu ke 18. Pemeriksaan analisis semen dilakukan tiap 3 minggu sekali. Pemeriksaan darah dilakukan tiap 6 minggu sekali.
Pada fase kontrol sebelum perlakuan dan fase perlakuan dari setiap semen yang diperoleh, dilakukan juga uji penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks sapi dan uji HOS.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu perlakuan penyuntikan TE + DMPA dan 19NT + DMPA pada pria fertil menyebabkan
a. mulai minggu ke 12 perlakuan tidak ada spermatozoa yang dapat melakukan penetrasi ke dalam getah serviks sapi secara in vitro pada jarak 2 cm dan 3 cm atau lebih dalam. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka hipotesis utama dapat diterima.
b, penurunan konsentrasi spermatozoa, morfologi normal spermatozoa, motilitas spermatozoa dan integritas membran spermatozoa. Dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan, bahwa hipotesis kerja dapat diterima.

ABSTRACT
The availability of various methods of contraception makes it possible for a person to use any method desired, so that we may say that the more methods available the more likely a person will make use of contraception.
Many researches are had been done to find contraceptive medicaments, which are both effective and safe. However, the development of methods to control male fertility is more complex than for women because the male can produce millions of sperm every day, while a woman only releases one ovum each month.
In addition, the pill or injection for the male, should not give raise any side effect of serious or dangerous nature?
Contraceptive medicaments that have already been widely investigated are of various combinations of androgens and progestins. Specific combinations of androgen and progestin that have been investigated are Testosterone enanthate (TE) together with Depo Medroxyprogesterone acetate (DMPA), and 19 Nortestosterone hexyloxyphenylpropionate (19NT) together with DMPA. Although neither of these combinations is as yet able to produce azoospermia up to or near 100%, an effective male contraceptive need not necessarily reach azoospermia and may be effective by producing a condition where the ejaculation is infertile. Conversely, if some sperms are still functioning well, the ejaculation is fertile.
One of the methods of testing sperm function is by testing sperm ability to penetrate the cervical mucus. Penetration of the sperm through cervical mucus is considered sufficient if it reaches 3 cm or more. It has also already been proved that bovine cervical mucus can be used instead of human cervical mucus in this test of sperm function, because bovine cervical mucus possesses similar characteristics as human cervical mucus. In addition, the sperm membrane integrity can be tested by the use of HOS test (hypoosmotic swelling test), the sperm membrane integrity is considered poor if the HOS test is t 50 %.
Thus it is desirable to know whether the injection of both combinations of TE + DMPA and 19NT + DMPA in fertile men can prevent sperms penetrating bovine cervical mucus for 3 cm or more. This research was also designed to know whether the injection of both combinations will reduce the sperm membrane integrity and sperm concentration, sperm morphology, and motility.
The main purpose of the present research is to study the effect on male fertility of injections consisting of combinations of TE + DMPA and 19NT + DMPA in fertile men relating to: Sperm penetration of bovine cervical mucus and at the same time to compare the effects of both combinations relating to sperm penetration of cervical mucus.
Sperm membrane integrity.
In this research the hypothesis to be tested is the main hypothesis, i.e.:
That combinations of TE + DMPA and I9NT + DMPA during a 12-week period of injections of fertile men will cause the absence of sperms able to penetrate bovine cervical mucus in vitro for more than a distance of 3 cm.
The working hypothesis, i.e. the hypothesis that support the main hypothesis, is:
That injections of TE + DMPA and 19NT + DMPA in fertile men will reduce:
1. Sperm concentration
2. Sperm morphology
3. Sperm motility
Sperm membrane integrity.
This research has been approved by the approval of the Research Ethics Commission, Faculty of Medicine, University of Indonesia and the Dean of Faculty of Medicine, University of Indonesia.
A declaration of approval and readiness has been, obtained in writing from each volunteer. Forty healthy male volunteers, aged between 21-45 years and who have at least one child, have been selected for this investigation. An evaluation encompassing general health, history of sexual activity, semen analysis and blood examination (twice at intervals of 2 weeks) were investigated for this research.
This research is divided into 2 stages, i.e.
1. The control phase prior to treatment.
2. Treatment phase.
In the control phase prior to treatment, a complete history was taken and physical examination was made of each volunteer. In addition venous blood is taken for hematological examination and routine blood chemistry. Two semen samples are taken 2 weeks apart for analysis. The volunteers are then divided into 2 groups, i.e. those receiving TE 200 mg and those receiving 19NT 200 mg.
In the treatment phase, TE 200 mg or 19NT 200 mg is injected intramuscularly each week starting at week zero up to the sixth week. The treatment is continued every 3 weeks after the sixth week up to the twenty-fourth week. DMPA 250 mg is injected intramuscularly at week zero, and continued every 6 weeks up to the 18th week. Examination of semen is made once every three weeks. Blood examination is made once every 6 weeks.
In the control phase prior to treatment, and in the treatment phase, every semen sample collected tested for penetration of bovine cervical mucus and for sperm membrane integrity by the HOS test.
Results obtained in the present research show that after injection of TE + DMPA and 19NT + DMPA in fertile men: Starting at the 12th week of treatment there is an absence of sperm able to penetrate the bovine cervical mucus in vitro at distances of 2 cm and 3 cm or more. Based on the results, the main hypothesis is accepted.
There is a reduction in sperm concentration, morphology, motility and sperm membrane integrity. The results obtained in the research indicate that the working hypothesis is accepted.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
D215
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutyarso
"Upaya menekan laju pertumbuhan penduduk sangat erat kaitannya dengan program keluarga berencana (KB). Salah satu sebab terjadinya penurunan angka kelahiran adalah berhasilnya pelaksanaan gerakan nasional KB, yang telah dimulai sejak tahun 70-an. Di Indonesia pelaksanaan KB dinilai cukup berhasil dan telah diakui oleh masyarakat dunia. Laporan Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 1993 (1), menyatakan bahwa dari populasi wanita berumur 15-49 tahun yang sedang ber-KB; sebanyak 33,05% menggunakan alat kontrasepsi pil, 29,21% dengan suntikan, dan 22,62% dengan cara menggunakan spiral. Dari laporan tersebut terungkap bahwa cara KB yang melibatkan partisipasi kaum pria masih sangat rendah, lagi pula terbatas hanya dengan menggunakan alat KB kondom 1,11% dan vasektomi 1,35%.
Salah satu penyebab rendahnya partisipasi pria dalam program KB, di antaranya disebabkan terbatasnya pilihan alat kontrasepsi pria Tersedianya berbagai macam cara kontrasepsi memungkinkan seseorang memakai kontrasepsi sesuai dengan keinginannya. Sehingga semakin banyak kontrasepsi yang tersedia, semakin besar pula kemungkinan seseorang untuk memakai kontrasepsi itu. Agar lebih mendorong kaum pria untuk berperan aktif dalam mengikuti program KB, maka sangatlah tepat untuk lebih banyak menyediakan jenis kontrasepsi untuk pria, sehingga kaum pria memiliki berbagai alternatif yang sesuai dengan pilihannya (2). Kontrasepsi pria dengan cara pemberian hormon, merupakan salah satu altematif yang banyak diteliti dengan sasaran utamanya adalah pengendalian proses spermatogenesis melalui poros hipotalamus-hipofisis-testis (3,4). Metoda pendekatan semacam ini, didasarkan pads pengetahuan bahwa spermatogenesis sangat tergantung pads sekresi gonadotropin yaitu LH (luteinizing hormone) dam FSH (follicle stimulating hormone) oleh kelenjar hipofisis.
Hormon LH bekerja menginduksi sel Leydig untuk memproduksi testostero sedangkan FSH diperlukan untuk mengontrol fungsi se! Sertoli guna memproduksi zat-zat makanan yang diperlukan untuk perkembangan normal sel-sel germinal selama proses spermatogenesis. Balk FSH, LH maupun testosteron, ketiganya diperlukan untuk mempertahankan dan memelihara proses spermatogenesis (3-5). Terhambatnya sekresi LH dan FSH, akan menyebabkan infertilitas sementara dalam bentuk oligozoospermia atau azoospermia (3-7).
Oleh karena testosteron mempunyai efek bifasik terhadap spermatogenesis, maka meningkatnya kadar testosteron plasma 40% di atas kadar fisiologis (6), atau menurunnya kadar testosteron di bawah normal dapat menimbulkan azoospermia (8). Keadaan ini disebabkan kadar testosteron yang tinggi di dalam plasma darah bersifat menghambat sekresi FSH dan LH, yang dalam keadaan normal kedua honnon tersebut diperlukan untuk mempertahankan spermatogenesis (5,8)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
D383
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Kusmana
"Pada saat ini alat kontrasepsi untuk wanita cukup tersedia dan bervariasi, sedangkan alat kontrasepsi bagi pria masih sangat terbatas jenisnya. Oleh karena itu perlu dipikirkan untuk mendapatkan metode kontrasepsi bagi pria lebih banyak lagi. Alat kontrasepsi tersebut sebaiknya mudah digunakan, efektif, aman, efek samping sangat minimal, tidak toksik, bersifat reversibel, dan tidak mengurangi kenyamanan saat melakukan senggama (Swerdloff, dkk, 1993). Metode kontrasepsi yang telah dilakukan untuk kaum pria antara lain secara mekanis melalui kondom, secara operatif melalui vasektomi, dan secara hormonal untuk menghambat produksi dan pematangan spermatozoa (Tadjudin, 1985; Swerdloff , dkk., 1993).
Penggunaan hormon pada kontrasepsi pria dimaksudkan untuk menghambat proses spermatogenesis melalui poros hipotalamus-hipofisis-testis (Bremner & De Kretser, 1976; Wu, 1988). Metode pendekatan semacam ini didasarkan pada pengetahuan, bahwa kelangsungan spermatogenesis sangat tergantung pada sekresi hormon gonadotropin, yaitu LH (Luteinizing Hormone) dan FSH (Follicle Stimulating Hormone) oleh kelenjar hipofisis (Sutyarso, 1997).
Harmon LH menginduksi sel Leydig untuk memproduksi testosteron, sedangkan FSH diperlukan untuk mengontrol fungsi sel Sertoli guna memproduksi zat-zat makanan yang diperlukan untuk perkembangan normal sel-sel germinal selama proses spermatogenesis dan menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) (Soeradi, 1987; Moeloek, 1991). Selama proses spermatogenesis, hormon FSH dan testosteron intratestikular yang bekerja secara sinergis diperlukan untuk proliferasi dan diferensiasi sel-sel germinal sampai terbentuk spermatozoa yang fungsional. Di samping itu, testosteron intratestikular, diperlukan untuk pembelahan reduksi serta proses pematangan spermatozoa baik selama berada di dalam tubulus seminiferus atau di dalam epididimis (Johnson & Everitt, 1980). Dengan demikian kontrasepsi hormonal bertujuan menghambat produksi hormon gonadotropin, dan diharapkan akan berpengaruh pula terhadap produksi dan kualitas spermatozoa.
Matsumoto (1988) melaporkan bahwa pemberian testosteron enantat (TE) dosis tinggi pada pria normal secara intra muskular dapat menimbulkan oligozoospermia. Penurunan jumlah sperma tersebut terjadi dari 78 + 15 x 106/m1 menjadi 2,0 + 8 x 106/ml. Temyata kualitas spermatozoa dari semen oligozoospermia tersebut mengalami penurunan, yaitu pada motilitas dan morfologi sperma bentuk ovalnya. Selanjutnya World Health Organization (WHO, 1990) mengkoordinasikan data dari 10 pusat studi yang ada di tujuh negara dengan hasil, bahwa pemberian hormon TE sebanyak 200 mg/minggu pada 271 pria sehat dan fertil menyebabkan 157 (65%) pria tersebut mengalami azoospermia setelah 6 bulan perlakuan?"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
D509
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Blangkon selama ini dikenal sebagai salah satu perlengkapan busana adat Jawa. Topi penutup kepala khas Jawa itu sellalu dikenakan oleh pris Jawa ketika tampil dalam upacara-upacara adat, seperti upacara pernikahan serta upacara-upacara adat lainnya yang berkaitan dengan acara yang di gelar oleh keraton, batik dari Keraton Yogyakarta maupun Keraton Surakarta..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>