Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194607 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Renitha S. Tarbin
"Perkembangan Komite Medik rumah sakit di Indonesia didasarkan kepada Keputusan Menteri Kesehatan No.983/Menkes/SK/XI/92 yang bertujuan untuk mempertahankan profesioanalisme tenaga medic dan mengembangkan mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia. Konsep Komite Medik rumah sakit di Indonesia merupakan adopsi dari Medical Staff Organization rumah sakit di Amerika. Medical Staff Organization rumah sakit di Amerika adalah grup dokter yang berkaitan dengan struktur organisasi dan fungsi khusus organisasi, terbentuk dalam jalinan hubungan dokter dengan Governing Body. Komite Medik bertanggung lawab kepada Direktur rumah sakit dan mempunyai fungsi sebagai berikut : menyusun standar pelayanan dan memantau pelaksanaannya, membina etika profesi, mengatur kewenangan profesi anggota dan memantau pelaksanaannya, mengembangkan program pelayanan, mengembangkan program pendidikan dan latihan, mengembangkan penelitian dan pengembangan. Penelitian yang dilakukan di RSUD Serang untuk melakukan analisa terhadap fungsi Komite Medik melaiui pelaksanaan tugas Sub-Sub Komitenya. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tugas di Sub Sub Komite yang belum optimal. Penelitian ini dibatasi kepada 3 Sub Komite yaitu Sub Komite Audit Maternal dan Perinatal, Sub Komite Rekam Medik serta Sub Komite Farmasi dan Terapi, atas dasar adanya data yang tersedia di ke 3 Sub Komite tersebut, yang dapat mendukung penelitian ini, karena kegiatan Audit Maternal dan Perinatal, Rekam Medik maupun Farmasi dan Terapi memang sudah ada sebelum dibentuknya Sub-Sub Komite tersebut, meskipun belum tertata dengan baik. Metode penelitiannya adalah studi kasus dengan pendekatan sistim dan bertujuan menghasilkan suatu analisa kualitatif deskriptif mengenai fungsi Komite Medik di RSUD Serang. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor waktu merupakan kendala terbesar dalam pelaksanaan tugas, disusul faktor motivasi serta terakhir faktor biaya. Terhadap kendala-kendala tersebut dicarikan solusinya agar pelaksanaan operasional Komite Medik / Sub Komite dapat berjalan optimal."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Huda Marlina Wati
"ABSTRAK
Pendahuluan. Pendidikan dokter saat ini menekankan keterampilan mahasiswa dalam kerja tim dengan menerapkan berbagai metode pengajaran yang berbasis tim. Sistem pendidikan saat ini yang lebih berfokus pada keberhasilan individu berpotensi menghasilkan individu yang individual, kompetitif dan enggan bekerja dengan orang lain. Kepuasan kerja tim merupakan salah satu indikator yang menunjukkan sikap dan persepsi mahasiswa terhaadap kerja tim. Dari studi pendahuluan di Program Studi Kedokteran Universitas Abdurrab, terdapat berbagai keluhan yang disampaikna dosen terkait dengan sikap mahasiswa terhadap kerja tim saat pembelajaran dalam kelompok kecil. Perlu dieksplorasi lebih dalam mengenai kepuasan mahasiswa terhadap kerja tim. Metode: penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan fenomenologi. Penelitian dilakukan dengan melakukan survei untuk mengklasifikasikan mahasiswa berdasarkan tingkat kepuasan terhadap kerja tim dan menjadi acuan untuk menentukan partisipan Focus Group Discussion FGD . Selain itu juga dilakukan wawancara pada staf dosen dan studi dokumen sebagai bentuk triangulasi. Hasil: Nilai kepuasan mahasiswa terhadap kerja tim adalah 3,85-3,93 dalam skala 1-5 . Hasil FGD mahasiswa dan wawancara dosen menemukan beberapa faktor individu, faktor organisasi, faktor outcome yang mempengaruhi kepuasan kerja tim mahasiswa. Faktor individu meliputi aspek pengetahuan pengetahuan mengenai karakteristik rekan satu tim, pengetahuan spesifik terkait tugas dan pengetahuan mengenai model pengerjaan tugas , aspek sikap motivas, orientasi kerja, mutual trust, komitmen terhadap kerja tim, komitmen terhadap waktu, sikap proaktif, menghargai rekan lain dan karakteristik pembelajar dewasa , aspek keterampilan koordinasi, kekompakan, membina hubungan, manajemen konflik, merespon sikap negatif, peer assisted dan kepemimpinan . Diskusi: Meskipun mahasiswa lebih menyukai kerja tim dibandingkan kerja individu, namun proses kerja tim yang dijalani belum sepenuhnya menyenangkan. Ada beberapa faktor penghambat, baik yang muncul dari dalam tim sendiri nternal maupun karena pengaruh dari luar tim eksternal .

ABSTRACT
Introduction Nowadays medical education emphasize on teamwork 39 s skills of students by applying various small group based learning methods. Education system sthat focused on indivdual success, tend to produce competitive indivdual whose reluctant to work on a team and unwilling to work with other people. Teamwork satisfaction is frequently use as indicator to measure students perception and attitude towards teamwork. Pre research study in Abdurrab University of Medical Education Study Program shows that various complaints come from lecturers about students 39 attitude towards teamwork at small group learning activity. This situation needs deep explorations about teamwork satisfation on undergraduate medical students. Methods This research using qualitative methods with phenomenology design. Research begin with survey towards four batch undergraduate students about teamwork satisfaction to classified students based on satisfaction rate and to determine participan of facus group discussion FGD . Further information collected by FGD towards student, interview towards lecturers and documentary study to completed triangulation form of this study. Results Mean value of teamwork satisfaction is 3,85 3,93. Implying that overall students feel satisfied towards teamwork. From the FGD and interview results, there are individual factors, organizational factors and outcome factors that affecting students satisfaction towards teamwork. Individual factors include knowledge, attitude and skills. Knowledge factors include team partner characteristic, specific knowledge about assignment and knowledge about assignment work model. Attitude factors include motivation, work orientation, mutual trust, teamwork commitment, proactive attitude, respect for other partners and adult learning characteristics. Skills factors include coordination, cohesion, relationship building, conflict management, negative attitude respon, peer assisted and leadership. Discussion Although students prefer teamwork to individual, teamwork process is not fully enjoyable. There are several factors inhibit the process, which are factors that comes from within the team internal and from outside of the tim external ."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Haryono
"ABSTRAK
Komite Medik RS. Pertamina Jaya Jakarta Pusat yang telah berjalan selama satu tahun, merupakan wadah fungsional untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai peningkatan multi pelayanan medik di rumah sakit. Melalui pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja Komite Medik yang dilaksanakan selama 1 tahun dari periode 1 April 1997 s/d 31 Maret 1998 dibandingkan periode 1 April 1996 s/d 31 Maret 1997. Untuk mengetahui apakah masukan, proses, dan keluaran dari kegiatan Komite Medik berdasarkan SK Kepala RSPP/RSPJ dengan membandingkan pelayanan medik tindakan bedah RSPJ pada periode sebelum dan sesudah terbentuk Komite Medik.
Penelitian ini merupakan studi kualitatif, menggunakan pendekatan studi kasus pada Komite Medik RS. Pertamina Jaya dengan membandingkan sebelum dan sesudah terbentuk Komite Medik, menggunakan instrumen penelitian untuk pengumpulan data primer dari informasi, data sekunder dari dokumentasi serta penggunaan kuesioner untuk penilaian tingkat kepuasan pasien, dengan meneliti masukan, proses dan keluaran yang sudah memiliki bentuk, khususnya yang berhubungan dengan masukan, proses dan keluaran kegiatan Komite Medik pada tindakan bedah di RS. Pertamina Jaya.
Dari hasil penelitian, didapat suatu gambaran pengorganisasian Komite Medik berdampak positif terhadap masukan, proses, keluaran tindakan bedah sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan Komite Medik di RS.Pertamina Jaya.
Selanjutnya pada peningkatan multi pelayanan medik di RS. Pertamina Jaya, perlunya Komite Medik membantu dan bekerja sama dengan Kepala Rumah Sakit dalam mengawasi dan evaluasi masukan, proses, keluaran secara berkesinambungan.

ABSTRACT
The Medical Committee of Pertamina Jaya Hospital at Central Jakarta was a functional organization that had an obligation to implement progress on the quality of the medical service at the hospital. Through observations and evaluations, the performance of the two periods of Medical Committee, 1 April 1996 to 31 March 1997 and 1 April 1997 to 31 March 1998, were compared. To find out whether the input, the process, and the output of the Medical Committee activities were based on the decree of the Head of Pertamina Hospital Centre or Pertamina Jaya Hospital, the medical service of surgical action of the hospital on the periods before and after the Medical Committee formed was compared.
This research is a quality study using a case study approach on the Medical Committee of Pertamina Jaya Hospital. The research instruments were used to collect primary data from information, secondary data from documentation and questioner in evaluating the degree of patients satisfaction, and then used to examine the input, the process and the output that had a shaped, especially related to the input, the process and the output of the Medical Committee's activities on the surgical actions at the hospital.
In the findings, a description of the organizing of the Medical Committee was discovered that it had a positive impact onto the input, the process and the output of the surgical action. Thus the findings of this research can be used as a foundation to improve the performance of the Medical Committee of Pertamina Jaya Hospital in the future.
To increase the quality of the medical service of Pertamina Jaya Hospital, Medical Committee need to assist and cooperate with the Head of the Pertamina Jaya Hospital in observing and evaluating the input, the process, and the output continually.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazaruddin
"Pelaksanaan kegiatan TRIAS UKS yang meliputi Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan sekolah sehat di sekolah yang dibina oleh Tim Pembina UKS secara berjenjang mulai dari TP UKS Kecamatan, TP UKS Kabupaten/Kota, TP UKS Propinsi dan TP UKS Pusat, merupakan kegiatan lintas program dan lintas sektor yang harus dikoordinasikan secara baik.
Pada kenyataannya TP UKS Propinsi Sumatera Barat terdapat masalah dalam melaksanakan koordinasi TP UKS. Untuk itu penulis ingin mengetahui gambaran pelaksanaan koordinasi TP UKS Propinsi Sumatera Barat dalam pembinaan dan pengembangan program UKS tahun 2000.
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif, Data diperoleh melalui penelusuran data yang terdokumentasi, observasi dan wawancara mendalam terhadap 13 informan TP UKS dan Sekretariat TP UKS Propinsi Sumatera Barat. Informan ini adalah orang-orang yang masuk namanya dalam 5K No.441.5-119-1999 tentang Tim Pembina UKS Propinsi dan memahami serta mengetahui TP UKS dan Sekretariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan koordinasi TP UKS Propinsi Sumatera Barat dalam pembinaan dan pengembangan program UKS belum efektif. Mengingat koordinasi antar sektor terkait dalam wadah TP UKS Propinsi belum mencapai hasil yang efektif, maka untuk memperoleh daya guna dan hasil guna kegiatan TP UKS Propinsi yang maksimal, disarankan untuk dapat melakukan penyempurnaan SK TP UKS dan Sekretariat serta mengajak para ketua untuk selalu ikut berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan TP UKS Propinsi, karena disadari bahwa peran ketua merupakan salah satu kunci keberhasilan koordinasi. Dalam rangka otonomi daerah, tentu diperlukan tenaga profesional dari masing-masing instansi terkait untuk duduk di TP UKS Sekretariat.

Analysis Coordination of Health School Advisory Team Province in Health School Guidance and Improvement, West Sumatera Province, 2000School Health Program activities consist of health education, health services and healthy school environment. Hierarchical advisory teams supervise implementation of these activities according to level of administration, i.e. central, province, district and subdistrict. As an integrated activity, School Health Program needs a close of both inter-programs and inter-sectors coordination.
Implementation of School Health Program in West Sumatera province shows provincial advisory team's lack of coordination. The researcher intends to explore thoroughly coordination aspects of the School Health Program in West Sumatera province during the year 2000.
Design of this research is a case study by using qualitative approach. Data was collected from several sources such as documented reports, observations and in-depth interviews to thirteen informants who were member of advisory team and/or secretariate of the School Health Program of West Sumatera Province. Those informants are listed in governor decree as stated in SK. No. 441.5-119-1999 with regard to Advisory Team of the School Health Program of West Sumatera Province. They know very well the program activities as well team's performance.
This study reveals an ineffectiveness of implementation and development of the School Program in West Sumatera Province. Lack of inter-sectors coordination within West Sumatera Province School Health Program advisory team has been the major cause of this less optimum program effectiveness. To overcome the problem, it is recommended to revise the governor decree and to update the advisory team member. In addition, it is very important to motivate better involvement of the school head in the program. The school head play a major role in program success. Tn the day of a greater local autonomy, the School Health Program demands a lot of professionals staff of many relevant disciplines to organize Secretariate of West Sumatera Province School Health Program Advisory Team."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T5095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djuhari Suryasaputra
"Panitia Farmasi dan Terapi merupakan salah satu Panitia dan Komite Medik di RSU Tasikmalaya, yang fungsinya membantu Direktur rumah sakit dalam penggunaan obat dan kebijakan pengobatan di rumah sakit. Penampilan Panitia Farmasi dan Terapi di rumah sakit dirasakan masih belum optimal. Disamping itu, pimpinan rumah sakit merasakan bahwa hal ini berhubungan dengan salah satu fungsi manajemen yaitu fungsi penggerakan.
Penelitian ini mengidentifikasi proses penggerakan Panitia Farmasi dan Terapi periode April 1996 sampai dengan Maret 1997, dengan desain studi kasus retropektif pendekatan deskriptif analitik kualitatif Diidentifikasi pula faktor pendukung dan faktor penghambat. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan telaahan dokumen. Data proses adalah fakta yang digali melalui pengungkapan pendapat pelaku proses atas faktor-faktor.
Hasil yang didapat adalah sebagian besar proses penggerakan kurang berjalan sebagaimana mestinya, sementara sebagian kecil berjalan baik..Penelitian ini dengan mengukur dan menilai jawaban yang relevan, kelengkapan proses dan keadekuatannya. Kesimpulan pokok adalah proses penggerakan yang berkaitan dan berpengaruh terhadap komunikasi, kepemimpinan, pengarahan, motivasi dan kemudahan.
Saran yang diajukan berupa upaya yang ditujukan untuk memperkecil faktor penghambat, langsung atau tidak langsung, yaitu antara lain saran untuk Direktur rumah sakit : untuk penanggulangan sikap malas dan kurang motivasi kerja dengan diusahakan mendapatkan angka kredit fungsional bagi anggota Panitia Farmasi dan Terapi, dan mempergunakan sistim insentif serta pemberian penghargaan (reward) dan hukuman (punishment). Direktur agar berinisiatif menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis Komite Medik dan Panitia Farmasi dan Terapi, dengan demikian tidak usah menunggu petunjuk pelaksanaan begitu lama dari Depkes RI. Hasil penelitian ini merupakan masukan kepada manajemen rumah sakit, khususnya Panitia Farmasi dan Terapi dalam Komite Medik.

The Analysis of Actuating Management Function of the Pharmaceutical and Therapy Committee of Medical Committee in Tasikmalaya General HospitalThe Pharmaceutical and Therapy Committee as one of the Medical Committee in Tasikmalaya general hospital, its function is to assist hospital director in drug utilization and medical treatment policy in the hospital. Within the hospital, it is felt that performance of the committee was suboptimal. Furthermore, hospital managers felt that this is related to one management function, which is actuating.
This research identifies the actuating process of Pharmaceutical and Therapy Committee during the period of April 1996 till March 1997, designing the case study of retrospective approach and qualified analyze description. We also identify supported factors and handicaps factors. The collection of the data done by using depth interview and document study. The data process is the fact that profoundly exposures through the explained opinion of process worker on the factors.
The results which can be found is that most of the actuating process did not goes as we hope, while a small part of the process goes well. This research with measures and evaluates the relevancies answers. The principal conclusion is the actuating process dealing and influencing with communication, leadership, directing, motivation and facilities.
The suggestion that can be proposed is the will especially to minimize the handicaps factor, directly or indirectly, some of them namely : the suggestion for the Director of Public Hospital : to overcome the lazy attitude and less of the work motivation tried getting functional credit point for the members of Pharmaceutical and Therapy Committee, and use the incentive system and also give reward and punishment ; the Director have to own idea for arranging the technical work and technical guidance of Medical Committee and Pharmaceutical and Therapy Committee, so is not necessary waiting too long the technical work from the Central Health Department. The result of this research is the input to the management for hospital, especially for Pharmaceutical and Therapy Committee and Medical Committee."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Maksum
"ABSTRAK
Bila kita menyimak perjalanan prestasi olahraga Indonesia di tingkat regional maupun internasional, olahraga beregu kurang memiliki catatan yang menggembirakan dibandingkan dengan olahraga perorangan. Pertanyaan yang muncul adalah: apakah kita tidak mempunyai potensi di cabang olahraga beregu? Apakah pembinaan cabang olahraga beregu yang selama ini berjalan kurang efisien dan efektif? Apakah karena memang kita tidak mampu membentuk dan mengembangkan cabang olahraga beregu yang baik sehingga menjadi sebuah tim yang solid dan andal untuk berprestasi? Tujuan penelitian ini adalah ingin mengembangkan program intervensi psikologis yang terwujud dalam bentuk pelatihan yang efektif untuk meningkatkan kohesivitas tim pada cabang olahraga beregu.
Penelitian ini didesain menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah pengembangan program yang bertujuan untuk menyusun dan mengembangkan paket program pelatihan kohesivitas. Langkah ini dilakukan mengingat belum adanya paket pelatihan kohesivitas tim, terutama di Indonesia, yang secara khusus dikembangkan untuk tim olahraga. Dad studi literatur yang dilakukan ditemukan materi pelatihan yang terdiri dari: (1) kerjasama tim, (2) identitas dan kebanggaan tim, (3) hubungan interpersonal, (4) kepercayaan, (5) tujuan dan norms kelompok, (6) fungsi dan peran pemain dalam tim, dan (7) pengelolaan konflik. Ketujuh materi tersebut kemudian dikembangkan dalam bentuk paket/kurikulum pelatihan kohesivitas yang akan diterapkan pada penelitian tahap kedua selama dua bulan. Tahap ini bertujuan untuk melihat efektivitas program pelatihan yang telah dikembangkan kepada khalayak sasaran. Implementasi program dilakukan dengan pendekatan eksperimen. Sebagai kelompok eksperimen adalah SSB (Sekolah Sepak Bola) Indonesia Raya dan sebagai kelompok kontrolnya adalah SSB Putera Gelora Surabaya. Kedua SSB ini kondisinya relatif sama, baik dari karakteristik siswa maupun pelatihnya.
Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen GEQ (Group Environment Questionnaire) yang dikembangkan berdasarkan teori kohesivitas dari Carron (1982). Ujicoba instrumen yang bertujuan menguji validitas dan reliabilitasnya dilakukan terhadap 84 atlet cabang olahraga beregu. Uji validitas yang dilakukan dengan cara mengorelasikan skor setiap butir pernyataan dengan skor total (item-total correlations) menghasilkan
koefisien korelasi antara .41 sampai dengan .72, sementara uji reliabilitas yang dilakukan dengan metode Alpha Cronbach didapatkan koefisien antara .70 sampai dengan .82.
Pengolahan data dilakukan dengan teknik uji statistik Analisis Kovarian Multivariat (MANCOVA) dengan data prauji sebagai kovariat. Untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif terhadap penelitian yang dilakukan, juga dilakukan wawancara kepada peserta pelatihan dan pengamatan selama proses pelatihan berlangsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dimensi "ketertarikan sosial", peserta dari tim yang mengikuti program pelatihan kohesivitas memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta dari tim yang tidak mengikuti program pelatihan dengan nilai F = 26,577 pada p < .01. Pada dimensi "ketertarikan tugas" peserta dari tim yang mengikuti program pelatihan kohesivitas tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan peserta dari tim yang tidak mengikuti program pelatihan dengan nilai F = 1,734 pada p .196 atau lebih besar dari .05. Pada dimensi "keterpaduan sosial" peserta dari tim yang mengikuti program pelatihan kohesivitas memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta dari tim yang tidak mengikuti program pelatihan dengan nilai F = 18,255 pada p < .01. Pada dimensi "keterpaduan tugas" peserta dari tim yang mengikuti program pelatihan kohesivitas memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta dari tim yang tidak mengikuti program pelatihan dengan nilai F = 4,325 pada p < .05.
Sementara itu, hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pada semua dimensi GEQ terdapat perbedaan antar kelompok yang sangat bermakna dengan uji F (Wilks' Lambda) = 14,644 pada p < .01. Artinya, secara keseluruhan peserta dari tim yang mengikuti program pelatihan, kohesivitas tinmya lebih baik dibandingkan dengan peserta tim yang tidak mengikuti program pelatihan.
Dengan memperhatikan hasil penelitian tersebut, maka cukup beralasan jika pada cabang olahraga beregu, khususnya sepakbola, diberikan intervensi psikologis yang terwujud dalam bentuk pelatihan kohesivitas sebagai sarana meningkatkan tampilan (performance) tim. Pelatihan dilakukan dalam bentuk paket tersendiri maupun terpadu (integrated) dalam serangkaian program pelatihan yang telah tersusun. Secara khusus pelatihan diarahkan pada bagaimana pentingaya melakukan kerjasama dalam tim, perlunya pemahaman setiap pemain terhadap tugas dan fungsinya dalam tim, adanya komunikasi, sikap saling percaya di antara anggota tim, bangga terhadap tim, dan mengembangkan hubungan interpersonal di antara anggota tim.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwardi Astradipura
"ABSTRAK
Sistim Rujukan adalah suatu sistim dalam pelayanan kesehatan dimana terjadi pelimpahan ilmu pengetahuan dan keterampilan ataupun pasien dari unit yang berkemampuan kurang kepada yang lebih mampu baik secara vertikal ataupun horizontal.
Rumah Sakit Umum Indramayu merupakan Rumah Sakit Rujukan untuk Puskesmas -puskesmas di wilayah Indramayu dan fasilitas kesehatan lainnya.
Pada kenyataannya jumlah pasien rujukan dari Puskesmas dalam tahun 1994. Sampai dengan tahun 1996 mengalami penurunan, juga tidak ada kunjungan dokter Spesialis ke Puskesmas-Puskesmas untuk rujukan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan sistim rujukan Depkes.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu Model Rujukan Medik yang sesuai dengan sarana dan prasaranayang ada di RSUD Indramayu.
Jenis Penelitian adalah kualitatif deskriptip.
Dengan membuat analisa SWOT terhadap Sistim Rujukan di RSUD Indramayu sekarang FGD dengan dokter spesialis, direktur RSUD Indramayu dan wawancara mendalam dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu serta kuesioner kepada 49 dokter Puskesmas maka dibuatlah Suatu model Rujukan Medik yang disepakati dan dianggap cocok dengan kendaraan sarana dan prasarana yang ada di RSUD Indramayu.
Dari penelitian ini menyimpulkan bahwa model Rujukan Medik yang dipakai adalah dengan kunjungan dokter spesialis ke Puskesmas Kawedanaan/Puskesmas Perawatan untuk alih pengetahuan dan keterampilan kepada dokter Puskesmas di Wilayah Kawedanaan dalam satu bulan sekali dan mengunjungi forum pertemuan dokter poliklinik pabrik dan forum organisasi masyarakat serta organisasi profesi, juga dokter spesialis siap dihubungi selama 24 jam oleh dokter Puskesmas dalam kasus gawat darurat dan pasien dari Puskesmas bisa dirawat di Puskesmas Perawatan sebagai Sub Sentra Rujukan, Rumah Sakit Indramayu menjadi "RUMAH SAKIT TANPA DINDING".
Disarankan agar dibuat SK bersama antara Direktur RSUD Indramayu dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu dan SK Bupati untuk memperkuat SK diatas, serta adanya anggaran daerah untuk mendukung model rujukan Medik dimaksud.

ABSTRACT
The Development of Medical Refferal Model by Indamayu District General HospitalA Referral System is a system in the health administration where to occur of transfer a know ledge and skill or patient as well from the unit the has less ability to the unit that has more ability as well as vertical or horizontal.
Indramayu District general hospital is the referral hospital for the Puskesmas in the Indramayu area and the other health facility.
In the fact a large number of referral patient from the Puskesmas in 1995 until 1996, get down, Then is not visited specials doctor to Puskesmas for Referral a know ledge and skill agree with Referral system Health Department.
This research has purpose for make medical referral model agree with facility and infrastructure in the General Hospital District Indramayu.
Research classification is descriptive qualitative with to create FGD, The in depth interview and questioner.
With make analysis SWOT About Referral System PIN General Hospital District Indramayu Now, FGD With specialist doctor, director and the in depth interview with the head minister of health Department District Indramayu, with questioner to 49 doctor Puskesmas then to make as medical referral model that has agreed and consider with facility and infrastructure in the general hospital district Indramayu.
Form Research that has conclude about medical referral model as use is with visited specialist doctor to Puskesmas Kawedanaan/Puskesmas Perawatan form to occur of transfer a knowledge and skill to doctor Puskesmas in the Kawedanaan Area for in once month between specialist doctor according to rotation and to visitor from doctor forum factory, people organization forum and Professional Organization also is specialist doctor ready to contact for 24 Hours by doctor Puskesmas in emergency critical case and Patient
from Puskesmas can be care in Puskesmas Perawatan as Sub center referral, and Indramayu General Hospital can be , Hospital without wall.
To Propose that make together between director General Hospital District Indramayu with the headmaster of health Department district Indramayu and SK Bupati for to strength the SK Above, then to make regional budget to support medical referral model as meant.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfi Yennie
"ABSTRAK
Judul: Analisis Peran Komite Medik dalam Tata Kelola Klinis RumahSakit Era Jaminan Kesehatan Nasional: Studi Kasus pada RumahSakit Umum Daerah di Provinsi JambiPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran komite medik dalam tata kelolaklinis rumah sakit era Jaminan Kesehatan Nasional JKN pada Rumah SakitUmum Daerah RSUD di Provinsi Jambi pada tahun 2016. Penelitian dilakukanpada bulan Agustus sampai Desember 2016 di tiga RSUD kelas C denganpendekatan studi kualitatif. Teknik untuk memperoleh data adalah denganwawancara mendalam, telaah dokumen dan focused group discussion.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komite medik secara umum belumberperan optimal dalam tata kelola klinis rumah sakit era JKN pada RSUD KelasC Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi, baik dari sisi struktur, proses maupun outputmeskipun ada pula peran dan fungsi Komite Medik yang telah tertunaikan denganbaik. Kinerja Komite Medik sudah cukup optimal dilihat dari aspek sumber dayadan struktur organisasi. Komite Medik belum berperan optimal dalam proseskredensialing, pemeliharaan mutu profesi dan penjagaan disiplin/etika profesi.Sistem Jaminan Kesehatan Nasional memberi pengaruh baik terhadap perankomite medik dalam tata kelola klinis rumah sakit, karena terdapat beberaparegulasi atau peraturan pelaksana tentang JKN yang terintegrasi dengan perankomite medik, khususnya pada aspek kendali mutu kendali biaya. Peningkatankompetensi, etika dan disiplin profesi medik serta peningkatan kapasitas pengurusKomite Medik maupun Direktur Rumah Sakit merupakan upaya yang dapatmeningkatkan peran Komite Medik. Demikian juga halnya dengan pengelolaanorganisasi dan penyempurnaan regulasi terpadu terkait tata kelola klinis rumahsakit era JKN.Kata kunci: Komite Medik, tata kelola klinis, RSUD, Era JKN

ABSTRACT
Judul Analisis Peran Komite Medik dalam Tata Kelola Klinis RumahSakit Era Jaminan Kesehatan Nasional Studi Kasus pada RumahSakit Umum Daerah di Provinsi JambiPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran komite medik dalam tata kelolaklinis rumah sakit era Jaminan Kesehatan Nasional JKN pada Rumah SakitUmum Daerah RSUD di Provinsi Jambi pada tahun 2016. Penelitian dilakukanpada bulan Agustus sampai Desember 2016 di tiga RSUD kelas C denganpendekatan studi kualitatif. Teknik untuk memperoleh data adalah denganwawancara mendalam, telaah dokumen dan focused group discussion.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komite medik secara umum belumberperan optimal dalam tata kelola klinis rumah sakit era JKN pada RSUD KelasC Kabupaten Kota di Provinsi Jambi, baik dari sisi struktur, proses maupun outputmeskipun ada pula peran dan fungsi Komite Medik yang telah tertunaikan denganbaik. Kinerja Komite Medik sudah cukup optimal dilihat dari aspek sumber dayadan struktur organisasi. Komite Medik belum berperan optimal dalam proseskredensialing, pemeliharaan mutu profesi dan penjagaan disiplin etika profesi.Sistem Jaminan Kesehatan Nasional memberi pengaruh baik terhadap perankomite medik dalam tata kelola klinis rumah sakit, karena terdapat beberaparegulasi atau peraturan pelaksana tentang JKN yang terintegrasi dengan perankomite medik, khususnya pada aspek kendali mutu kendali biaya. Peningkatankompetensi, etika dan disiplin profesi medik serta peningkatan kapasitas pengurusKomite Medik maupun Direktur Rumah Sakit merupakan upaya yang dapatmeningkatkan peran Komite Medik. Demikian juga halnya dengan pengelolaanorganisasi dan penyempurnaan regulasi terpadu terkait tata kelola klinis rumahsakit era JKN.Kata kunci Komite Medik, tata kelola klinis, RSUD, Era JKN"
2017
T48632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaiman
"Menghadapi pasar global dimana persaingan menjadi sangat terbuka, maka rumah sakit harus mampu merubah paradigmanya sehingga berorientasi kepada pelanggan dan mutu pelayanan.
Diketahui mutu pelayanan adalah bersifat abstrak, banyak penelitian sudah memberi definisi mutu pelayanan rumah sakit termasuk asuhan keperawatan. Mutu asuhan keperawatan erat kaitannya dengan nilai-nilai yang dianut oleh perawat sebagai pemberi jasa yang, disediakan rumah sakit dan pasien pasien sebagai penerima jasa pelayanan.
Desain penelitian adalah cross sectional dan merupakan penelitian survey dengan penyebaran kuesioner terhadap 140 perawat yang bekerja pada Rumah Sakit Cut Mutia Lhokseumawe. Ada lima faktor yang dipakai untuk mengukur kepuasan kerja perawat, yaitu berdasarkan kepuasan penghasilan, peluang promosi, kondisi kerja, pengawasan, dan kerja tim. Dimensi tangible, reliability, responsiveness, assurance dan empathy digunakan untuk mengukur persepsi mutu asuhan keperawatan.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa ada hubungan yang berarti antara kepuasan kerja perawat dengan persepsi mutu asuhan keperawatan, dimana makin tidak puas seorang perawat dalam tugasnya menunjukkan makin tidak sesuai persepsi mutu asuhan keperawatan yang diberikan (p-value = 0,001). Hal ini juga erat kaitannya dengan karakteristik perawat itu sendiri. Keseluruhan faktor kepuasan 78.6% responden tidak puas dalam kerjanya dan 51.4% responden mempunyai persepsi mutu asuhan keperawatan yang diberikan tidak sesuai dengan keseluruhan dimensi mutu pelayanannya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh manajemen rumah sakit sebagai salah satu acuan untuk menyusun strategi perbaikan mutu pelayanan rumah sakit dan kepuasan kerja pegawainya.

Facing the global market, which open competition, the hospital need to change their paradigm to be quality service-centered and patient oriented.
Since quality is a relative term, many health service researchers have defined quality of hospital services including nursing health care. Nursing health care realized that quality is to a large extent is determine by the conditions and values of Nurses as the service provider of hospital as well as the patients as the recipient of the health care services.
The research design was cross sectional on a survey of 140 nurses at Lhokseumawe General Hospital. The questionnaire contains five dimension, which are tangible, reliability, responsiveness, assurance, and empathy that describe perception of nurses on quality of nursing health care who's provide the services in hospital. There are also contains five factor of nurses job satisfaction that are salary, promotion, work condition, control, and teamwork satisfaction. Both quality of nursing health care and nurses job satisfaction have scale that qualify or unqualified of nursing health care perception and satisfy or unsatisfied of nurses job on his/her work.
The investigation show that have had the significant association between nurses job satisfaction and quality of nursing health care perception where if a nurse was unsatisfied on his/her work job, then perception of nursing health care was also unqualified for nurse itself (p-value = 0.001). The overall satisfaction there are 78.6% of respondent were unsatisfied on his/her job work and 51.4% of respondent were unqualified on perception of nursing health care itself.
The results of this research is expected to provide the Lhokseumawe General Hospital with data and information in developing the hospital service quality improvement and job satisfaction in term of sustainable development.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13031
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pritchard, Peter.,
Oxford: Oxford University Press, 1994
610.69 PRI t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>