Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216807 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oentarini Tjandra
"ABSTRAK
Ruang lingkup dan cara penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan adanya hubungan aktivitas dan struktur butirilkolinesterase varian C5+ dengan varianC5- pada 152 populasi suku Jawa yang tinggal di Jakarta. Penelitian dilakukan dalam 3 tahap. Tahap pertama, aktivitas butirilkolinesterase ditentukan dengan menggunakan substrat alfa natlil asetat dan benzoilkolin, sedangkan inhibitor yang digunakan adalah dibukain, natrium fluorida, Ro2-0683, dan propranolol. Tahap kedua, distribusi varian C5- ditentukan dengan pemeriksaan elektroforesis agar dan elektroforesis gel poliakrilamid Tahap ketiga, hubungan struktural antara pita C5- dan pita-pita butirilkolinesterase dianalisis dengan pemeriksaan imunologi dan pemetaan peptida.
Hasil dan kesimpulan : Dari 152 sampel yang diteliti, rata-rata ± SD aktivitas butirilkolinesterase dengan substrat alfa nand asetat adalah 0,671 ± 0,122 U/ml, dengan angka Ro 85 ± 2.6 dan angka propranolol 74 ± 4,5. Aktivitas butirilkolinesterase dengan substrat benzoilkolin adalah 1,08 ± 0,25 U/ml, dengan angka dibukain 79 ± 3,6 dan angka fluorida 67 ± 6. Sebanyak 141 individu (92,8%) menunjukkan aktivitas normal, sedangkan 7 individu (4,6%) di bawah normal (<0,690 U/ml) dan 4 ii'idividu (2.6%) dengan aktivitas > 1,560 U/ml. Dari 152 sainpel yang diteliti, ditemukan 1 individu dengan fenotip UA (aktivitas butirilkolinesterase 0,310 U/ml, DN ; 62, dan FN: 50). Frekuensi varian C5-yang dapat dideteksi dengan elektroforesis agar 25 individu (16,45%) dan elektroforesis gel poliakrilamid dapat mengidenlitikasi 28 individu (18,42%). Antibodi poliklonal yang dibangkitkan pada kelinci direaksikan dengan pita protein butirilkolinesterase dan pita C5+ menunjukkan reaksi yang sama. Pemetaan peptida dari tiap pita protein butirilkolinesterase dan pita C5+ menunjukkan pola yang sama. Hasil ini menunjukkan bahwa varian C5- secara fenotip berasal dari gen butirilkolinesterase yang sama.

ABSTRACT
Relationship Activity And Structure Of C5+ Variant With C5- Variant Butyrylcholinesterase Among a Javanese Population In JakartaScope and Method of study : The purpose of this study is to find out structural-functional relationship of C5- variant butyrylcholinesterase among one hundred and fifty two Javanese population residing in Jakarta. The study was done into 3 steps. In the first step, the activity of butyrylcholinesterase was determined using substrates alpha naphthyl acetate and benzoylcholine and the inhibitors Ro2-0683, propranolol, dibucaine and sodium fluoride. In the second step, the distribution of C5' variant was determined using agar and polyacylamide gel electrophoresis. Finally in the third step, the structural relationship between the C5- extraband and the protein bands of butyrylcholinesterase was analyzed using peptide mapping and immunological studies.
Results and Conclusions : The results show that from 152 sample studied the total activities of butyrylcholinesterase assayed using alpha naphthyl acetate as substrate are 0.671± 0.122 U/ml, the RoN 85± 2.6 and the PN 74 ± 4.5. The total activities of assayed using benzoylcholine as substrate are 1.08 ± 0.25 U/ml. As many as 141 individuals (92.8%)show normal activities, whereas 7 individuals (4.6%) are below normal (< 0.690 U/ml) and 4 subjects (2.6%) with activity of more than 1.560 U/ml.The mean ± SD of dibucaine number of the population is 79 ± 3.6 and the fluoride number is 67 ± 6. From this population we identify one individual of UA phenotypes (total activity of butyrylcholinesterase; 0.310 U/ml, DN: 62 and FN: 50),The frequency of C5+variant in the population as detected by agar electrophoresis is individuals (16.45%)and by polyacylamide gel electrophoresis is 28 individuals (18.42%). The activity of butyrylcholinesterase in the C5- is slightly higher than, but not statistically significant with that in C5- variant. Polyclonal antibodies raised in rabbits against each band of the protein band of butyrylcholinesterase and the extra band C5' cross react with protein bands of butyrylcholinesterase, from the C5- and the C5' variants. Peptide mapping analysis of each protein band of the butyrylcholinesterase and the extra band C5' variant show strict similarities. This data indicate that the extra band C5' variant is phenotypically expressed from the same butyryicholinesterase gene.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Bintang H.
"Ada beberapa fungsi dari pestisida yang memberikan andil dalam meningkatkan nilai produksi. Salah satunya dalam bidang pertanian pestisida digunakan untuk meningkatkan produksi pertanian. Tetapi tidak demikian halnya bagi kesehatan masyarakat karena pestisida mempunyai efek sampingan yang dapat menyebabkan terjadinya keracunan bagi masyarakat pada umumnya dan petani pada khususnya.
Angka keracunan pestisida pada petani penyemprot hama akibat penggunaan pestisida sangat tinggi (71%) sesuai dengan pemeriksaan pada sampel darah yang dilakukan oleh petugas kesehatan Dinas Kesehatan Tingkat II Kota Metro Propinsis Lampung Tahun 2003. Tetapi masih belum banyak diperoleh keterangan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penurunan kadar kolinestrase darah pada petani penyemprot hama tanaman.
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran kadar kolinestrase darah petani penyemprot hama tanaman dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penurunan kadar kolinestrase darah petani penyemprot hama tanaman di Kota Metro Propinsi Lampung Tahun 2004.
Penelitian ini menggunakan analisis data primer, bersifat potong lintang (cross sectional) dilaksanakan di lima kecamatan di wilayah Kota Metro yaitu Kecamatan Metro Pusat, Kecamatan Metro Selatan, Kecamatan Metro Utara, Kecamatan Metro Barat dan Kecamatan Metro Timur.
Penelitian ini dilakukan pada 127 responden, pada umumnya berjenis kelamin laki-laki, berusia antara 21 - 70 tahun yang pada umumnya terdiri dari petani penyemprot hama tanaman padi.
Jumlah variabel pada penelitian ini adalah sembilan variabel independent (umur, jenis kelamin, tingkatan pendidikan, jenis pestisida, kontak terakhir, lama pemaparan, pengetahuan, sikap dan tindakan) dan satu variabel dependen yaitu penurunan kadar kolinestrase. Dari analisis bivarat chi square diketahui besamya pengaruh dan setiap variabel yang diteliti, dan dari sembilan variabel yang dianalisis hanya ada lima variabel yang bermakna untuk dapat dijadikan model pada analisis multivariat yaitu : jenis kelamin, lama pemaparan, kontak terakhir, sikap dan tindakan.
Telah dibuktikan dengan analisis bivariat chi square yang mempunyai hubungan bermakna pada penurunan kadar kolinestrase darah petani, yaitu: lama pemaparan, kontak terakhir. Dari analisis multivariat diperoleh hasil bahwa variabel yang paling dominan pada penurunan kadar kolinestrase darah pada petani adalah kontak terakhir. Dengan demikian disarankan kepada petani penyemprot hama tanaman pengguna pestisida untuk melakukan penyemprotan dengan perilaku yang baik pada penggunaan pestisida terutama pada penggunaan pakaian pelindung kerja agar tidak terpajan pestisida pada waktu melakukan penyemprotan (kontak) dengan pestisida karena pada kontak terakhir dengan pestisida mempunyai hubungan bermakna dengan penurunan kadar kolinestrase yang juga berarti ada keterpaparan pestisida pada saat kontak (menyemprot) dengan pestisida sehingga perlu diperhatikan penggunaan alat pelindung diri (APD) yang baik dan benar.

Economical benefit from pesticide which giving part on improving prosperity in society. One of them is in the agriculture field, pesticide used to crease agro product. On the other hand public health because pesticide has side effect which caused poisoned for public in common and farmer which work with the pesticide especially,
Number of poisoned suffered because the effect of using pesticide is very high ( 71 %) as according to inspection of blood sample done by grade health worker of Lampung Metro Province Town in the Year 2003. But still there's not yet obtained boldness of concerning factors which deal with degradation of cholinesterase blood rate on this crop pest sprayer fanner.
Purpose of this research is the knowing of cholinesterase blood rate picture of crop pest sprayer fanner and factors which deal with degradation of cholinesterase blood rate on crop pest sprayer in Lampung Metro Province Town in the Year 2004.
This research use the primary analysis, having the character of vertical cut (cross sectional) executed in five sub district in Town Metro region which is Sub district of Metro Center, Sub district of Metro South, Sub district of Metro North, Sub district of Metro West and Sub district of Metro East.
This research was done with 127 responders, generally men: in the age of between 21 - 70 years which is generally consist of the paddy crop pest sprayer farmer.
The totals of variables in this research are nine independent variable (age, sex, education, knowledge, attitude, practice, kind of pesticide, clarification rate, last contact) and one dependent variable that is cholinesterase degradation rate. From bivariate chi square analysis known the level of influence from each checked variable, and from nine variables analyzed there's only five concerning variable (sex, clarification rate, last contact, attitude and practice) can be made to be model in double logistic multivariate regression analysis.
Have been proved with the bivariate analysis of chi square thing which having relation to the rate of fanner cholinesterase rase blood rate regression that is: clarification rate, last contact Thereby it is suggested to crop pest sprayer farmer that using pesticide to spray in good condition periodically and good attitude in using pesticide especially with working protector cloth.
Thereby, suggested to crop pest spread farmer that used pesticide to spread with good attitude and especially use working protector cloth so that they will not incurred by pesticide when spread (contact) with pesticide. Because in the last contact with pesticide occur a meaningful relation that is the degradation of blood cholinesterase rate which also means there has incurred pesticide when performed contact (spread) with pesticide. So that needs to be mentioned the using of good working protector cloth.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12808
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Nurfallah
"Hasil cholinesterase seita survey tentang persepsi, pengetahuan, personal hygiene, pcnggunaan APD yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Belmi tahun 2005 terhadap 200 petani didapatkan basil mia rata 40,50 % petani dengan keracunan berat, lata rata 75,50 % petani memiliki persepsi buruk, rata rata 76,00 % peta.ni` memiliki pengetahuan bumk, rata rata 83,00 % petani dengan personal hygiene buruk, rata rata 71,00 % petani berpcrilaku bnmik dalam menggunakan APD_Tesis ini bertujuan unmk mengelnhui korelasi anlara faktor - Ezktor yang mcmpengaruhi pcrsepsi risfko dalam mengelola pestisida denpn tingkat keracunan pestisida pada pctani sayuran yang meliputi : fhktor intemal (pengetahuan, perilaku penggunaan ala! pelindung diri, perilaku higiene perorangan, masa kegia ), faktor ekstemal (penyuluhan/pclatihan keselamatan dan kesehatn kerja, budaya keseiamatan dan keseharn kenja dan frekuensi komak dengan pestisida), tingkat keracunan pada petani dan persepsi xisiko.Jenis penelitian yang dilakukan adalah peneiitian deskriptif (descriptive research) adaiah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan seiclas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti dengan pendekatan cross-seclionul smdjul-lasil penelitian yang tclah dilakukan terhadap faktor intcmal dan ckstemal yang mempcngaruhi persepsi yaitu ; pengetabuan dalam mengelola pestisida; perilaku penggunaan APD ; perilaku persona! hygiene ; budaya keselamatan dan kesehatan kelja sedangkan yang tidak berkorelasi yaitu : rnasa kelja petani ; penyuluhan /peiatihan K3 dan frekuensi kontak. Disamping ilu faktor internal dan ekstemal yang mempengaruhi risiko yang diterima(tingkat keracunan pestisida) yaitu ; pcngetahuan mengclola pestisida ; pcriiaku penggunaan alat pclindung diri perilaku personal hygiene; iiekuensi kontak; budaya K3, scdangkan ynag tidak mempcngarusi risiko yang diterima yaitu : masa kerja petani ; peiatihan K3 serta tidak ada koreiasi antara persepsi petani dcngan tingkat kemcunan/risiko yang diterima petani. Kesimpulan : ada 3 variabel faktor internal yang berkorelasi dengan persepsi ( pengezahuan ,penlaku penggunaan APD , perilaku personal hygiene ), ada l variabei faktor ekstcmal yang berkorelasi dengan persepsi pelani yaitu : budaya K3 , ada 3 variabel faktor internal yang berkorelasi dengan risiko yang diterima (pengetahuan ,perilaku penggunaan APD , perilaku persona] hygiene ), ada 2 varibel faktor ekstemal yang berkoreiasi dengan tingkat keracunan/risiko (Erekuensi kontak dan budaya K3).

Result from previous study on conducted by Public health service Beltasi District year in 2005 among 200 farmers indicated that the majority ofthe farmers ( 40,50 %) had a severe pesticide poisoning level. Based on the study, the majority of the farmers have poor perception ( 75,50 %), low level of knowledge (76,00 %), poor personal hygiene ( 83,00 %) and poor safe belmvior towards the use of personal protective equipment (PPE) ( 71,00 %).The aim ofthe study is to evaluate correlation between factors that influencing the vegetable lamrer risk perception in pesticide handling whit the lcvci of pesticide poisoning. The factors that influencing the risk perception of the vegetable farmer including internal factors ( Knowledge, safe behavior towards the use of PPE, personal hygiene, work period) ; external factors (OHS training, safety culture and frequency of contact with pesticide), level of poisoning in the farmer and risk perception. The type of research design used in the study was a descriptive research which describing on a particular object or condition without any treatment manipulation. The approach used in the study was based on cross sectional. Resulth suggested that internal external factors which influencing risk perception including knowledge on pesticide handling, the use- of PPE , personal hygiene, OHS cuiture were not correlated with work period, OHS training and tiequency of contact. Furthcmtore internal and external factor which influencing the level of' risk accepted by the farmer (level of pesticide poisoning) were : knowledge on pesticide handling, safe belmvior towards the use of PPE, personal hygiene, frequency of contact, OHS culture. In addition, factors that were not influencing the level of risk were : work period and OHS training, There were also no correlation between farmers risk perception with the level of risk accepted (level of pesticide poisoning). In conclusion, there were 3 vanble derived from internal factors that correlated with risk perception( knowledge on pesticide handling, safe behavior on the use of PPE and personal hygiene). There was one variable derived from extemal factor which was correlated with farmers risk perception (safety culture). There 3 variable derived from intemal factors which was correlated with of risk accepted (knowledge on pesticide handling, safe behavior on the use of PPE and personal hygiene). There 3 variable derived from internal &ctors which was correlated with level of risk (level of pesticide poisoning): frequency of contact and OHS culture."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T34426
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Rasyidah
"Penggunaan pestisida selain bermanfaat bagi pertanian namun juga berpotensi menimbulkan efek toksisitas bagi manumur dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor risiko keracunan pestisida berdasarkan konsentrasi enzim cholinesterase pada petani holtikultura. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan sampel penelitian 92 petani holtikultura penyemprot pestisida yang berada di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara umur dengan keracunan pestisida p=0,036 . Sementara itu, uji statistik bivariat pada variabel lain menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara pemakaian APD p = 0,273 , masa kerja p = 0,392 , takaran pestisida p = 0,49 , metode penyemprotan p = 0,171 , pengetahuan petani p = 0,095 , dan kebersihan badan p = 0,947 terhadap keracunan pestisida pada petani. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor risiko umur petani berpengaruh terhadap kejadian keracunan pestisida. Pada penelitian selanjutnya diharapkan ada penelitian lebih lanjut yang mengaitkan antara konsentrasi pajanan di lingkungan dengan keracunan pestisida.

The use of pesticides not only give beneficial to agriculture but also potentially cause toxic effects for humans and the environment. The study design is cross sectional and the sample study is 92 holticultural farmers who are spraying pesticides in Cikajang District, Garut Regency, West Java. Bivariate analysis showed that there was relation between age to pesticide poisoning p 0,036 . Meanwhile, there were no significant relation between personal protective equipment PPE usage p 0,273 , working periode p 0,392 , pesticide dose p 0,49 , spray methode p 0,171 , farmer knowledge p 0,095 , and personal hygiene P 0,947 to pesticide poisoning on farmer. The conclusion of this research is behavioral risk factor has no association on the incidence of pesticide poisoning. In future studies, there is expected to be further research that analyse the association between the presence of exposure in the environment with pesticide poisoning."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69271
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Ruhendi
"Dalam meningkatkan upaya pencegahan keracunan pada petani penyemprot hama tanaman holtikultura di Kabupaten Majalengka, perlu diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan aktivitas kholinesterase darah. Salah satu indikator keracunan pestisida adalah dengan mengukur aktivitas kholinesterase darah. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas kholioesrerase darah pada petani penyemprot hama tanaman holtikultura. Penditian ini menggunakan desain potong Jintang, dengan memanfaatkan pemeriksaan aktivitas kholinesterase darah pada petani bersama dinas kesehatan Kabupaten Majalengka tahun 2007.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 208 responden yang diteliti sebanyak 26,9% kategori keracunan, karakteristik individu perempuan 6,3%, umur tua (> mean) 47,6%, status gizi kurus 12,5%,pendidikan rendah 76,9%, pernah mengikuti pelatihan/penyuluhan 43,3%, dapat penyuluhan petugas kesehatan 8,2%, perilaku membeli pestisida sendiri 94,2%, membeli dengan kemasan eceran 27,4%,perokok 76,4%,lama menyemprot > 3jam 56,7"/o, frek:uensi menyemprot > 2 kali seminggu 12,5%, Menyemprot siang & sore hari 4,3%,posisi menyemprot menghadap datangnya angin 43,2%,Tidak cuci tanga11 4,4%, merokok saat menyemprot 14,4o/v, Tidak cuci badan pada air mengalir 5,3%, terakhir menyemprot 10 hari 70,2%. Perilaku memakai APD, tidak memakai topi 9,6%, tidak memakai kaos/sarung tangan 84,1%, tidak memakai pelindung mata, 97,6%, tidak memakai masker 79,3%, tidak berlengan panjang 7,7%, tidak bercelana panjang 11,1% dan tidak memakai sepatu boot 54,8%.
Variabel dominant yang berhubungan dengim aktivitas kholinesterase menggunakan multivariat adalah Terakhir menyemprot (OR=9,613,95% CI=2,906-31,799), memakai APD baju lengan panjang (OR=8,872, 95% CI=2,006- 39,232), Mandi secara baik (OR=5,446, 95% CI=l,266-23,417), Merokok waktu menyemprot (OR=4,641, 95% CI=l,717-12,546), pemah pelatihan/penyuluhan (OR=3,217, 95% CI=1,466-7,059), posisi menyemprot terhadap arab datangnya angin (OR=2,550, 95% CI=1,169-5,564) dan umur responden ( OR=0,416, 95% CI=O,l90-0,911).
Dengan basil penelitian diatas, penulis menyarankan agar setiap petani melakukan penyemprotan hanya tiga minggu sekali. Meningkatkan frekucnsi pelatihanlpenyuluiian bagi para petani secara terpadu di wiiayah kerja puskesmas, dengan materi pokok peningkatan hidup bersih dan sehat, cara ekposur pestisida kedalam tubuh manusia, cara penanganan pestisida menggunakan Alat Pelindung Diri dan upaya pencegahan dan penanggulangan keracunan oleh pestisida.

It is important to find out which factors which related to cholinesterase activities m plasma in order to prevent contamination among farmers who spraying the horticulture crops in District of Majalengka. One of the indicators of pesticide poisoning is by measuring cholinesterase's activities in plasma. This research studying factors which influencing cholinesterase's activities in filnner's bloodstream, who spraying the horticulture crops. This study use cross sectional design, by utilize the data of plasma cholinesterase activities examination among farmers with Health Office of District of Majalengka year of 2007.
The results of univariate analysis shows that of 208 respondents, 26,9% categorized poisoned Individual characteristics: 6,3% female, 47,6% elderly (>mean), nutrition status is lean i2,5%, iow education 76,9%, never attended training 43,3%, has information from health officers 8,2%, self purchasing pesticides behaviour 94,2%, retail purchasing 27,4%, smoker 76,4%, spraying more than 3 hours 56,7%, spraying frequency more than twice a week 12,5%, spraying in the morning and afternoon 4,3%, spraying position facing the wind direction 43, 2 %, not to washing hands 4,4%, smoking while spraying 14,4%, do not taking bath in running water 5,3%, last time spraying :S 10 days 70,2%. Using the personal protective equipment (PPE) behaviour not wearing hat 9,6%, not wearing gloves &4,1%, not wearing eye protection 97,6%, not wearing masker 79,3%, not wearing shirt 7,7%, not wearing trouser:> 11,1% and not wearing boots 54,8%.
In multivariate analysis the dominant factors which related to cholinesterase area last time spraying (OR=9,613, 95%CI=2,906-31,799), wearing PPE shirt (OR8,872,95%CI=2,006-39,232), right bath (OR=5,446,95%Cll,266-23,417), smoking while spraying (OR=4,641,95%CI=1,717-l2,546, has attended training (OR=3,217,95%CI1,466-7,059), spraying position facing wind direction (OR=2,550,95%CI=l,I69-5,564) and respondent's age (OR=0,416,95o/oCI=O,I90-0,911).
Based on the result of this study, we recommend farmers to conduct spraying only three times a week. Also to increase integrated training and information frequency for farmers in working area of health centres, with main issues are to improve clean and healthy living, how pesticides exposed into human body, how to use protective equipment (PPE) for controlling pesticides and efforts to prevent and to control poisoning by pesticides.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T29169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reyna Rachmanniar
"Pestisida golongan organo fosfat dan karbamat adalah pestisida yang paling banyak digunakan petani dalam membasmi serangga dan merupakan golongan pestisida yang dapat menurunkan aktifitas enzim kolinesterase dalam darah manusia yang terpapar pestisida. Tinggi rendahnya aktivitas enzim kolinesterase menjadi indikator tinggi rendahnya tingkat keracunan dan dapat dijadikan indikasi keberadaan pestisida dalam darah. Populasi studi penelitian ini adalah seluruh petani holtikultura yang rentan terpajan pestisida di wilayah Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Penelitian menggunakan studi analitik observasional dengan desain cross-sectional, danjumlah sampel sebanyak 57 petani penyemprot. Pengumpulan data dengan cara wawancara dan pemeriksaan enzim kolinesterase pada darah petani di Balai Besar Laboratorium Kesehatan BBLK Jakarta dengan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukan 25,5 sampel darah tidak normal atau 14 orang dengankadar enzim kolinesterase dibawah 5,4 kU/L. Usia Petani penyemprot 50,9 masih berusia produktif yaitu antara 18 sampai 49 tahun. Berdasarkan statistik, faktor umur, status gizi, frekuensi pajanan, durasi kerja, penggunaan alatpelindung diri APD dan tingkat pengetahuan petani tentang pestisida tidak berhubungan dengan kadar enzim cholinesterase dalam darah petani sayuran.

Organophosphate and carbamate pesticides are the most widely used pesticides of farmers in eradicating insects and are a class of pesticides that can decrease Cholinesterase enzyme activity in human blood exposed to pesticides. The lowlevel of cholinesterase enzyme activity is an indicator of the high level ofpoisoning and can be an indication of the presence of pesticides in the blood. Thestudy population of this study is all horticultural farmers who are vulnerable toexposure to pesticides in the area of Desa Cibodas Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. The study used an observational analytical study with cross sectional design, and a sample size of 57 farmers. Data collectionby interviewing and examination of cholinesterase enzyme on farmer 39's blood at Balai Besar Laboratorium Kesehatan BBLK Jakarta by spectrophotometric method. The results showed 25.5 abnormal blood sample or 14 people with cholinesterase enzyme levels below 5.4 kU L. Age of sprayer Farmers 50.9 are still productive age between 18 to 49 years. Based on statistics, age factor, nutritional status, exposure frequency, duration of work, use of personal protective equipment PPE and the level of knowledge of farmers about pesticides are not related to cholinesterase enzyme levels in the blood of vegetable farmers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriel Soedarmini Boedi Andari
"ABSTRAK
Hidrokarbon berperan penting bagi timbulnya polusi udara sebagai precursor, yaitu membentuk senyawa turunan yang lebih reaktif dan toksik dibandingkan senyawa asal.
Salah satu efek yang ditimbulkan adalah membentuk Ozon. Kecepatan pembentukan ozon tergantung konsentrasi NO2 dan NO. Hidrokarbon akan membentuk NO2 lewat peristiwa oksidasi NO menjadi NO2. Reaksi oksidasi tersebut akan lebih cepat apabila tingkat reaktivitas hidrokarbon semakin tinggi.
Methana, Prothana, I-Butana, N-Butana, I-pentana dan N-Pentana merupakan hidrokarbon dengan tingkat reaktivitas yang rendah. Meskipun demikian, dalam selang waktu yang cukup lama ozon dapat pula terbentuk di daerah hilir pencemaran.
Untuk memperkirakan terjadinya efek yang ditimbulkan akibat kehadiran hidrokarbon diperlukan analisis cukup baik mengenai komposisi dan fraksi hidrokarbon di udara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Methana, Etana, protana, I-Butana, N-Butana, I-Pentana dan Pentana merupakan komposisi hidrokarbon yang dominan akibat emisi dan penguapan bahan bakar. Fraksi hidrokarbon NMHC tersebut sama untuk lokasi pengamatan di perkotaan, yaitu : N ? Pentana 33%, I ? Pentana 30%, N ? Butana 30%, I ? Butana 30% , I ? Butana 4% dan propana 3% . Pada lokasi pengamatan alamiah, komposisi hidrokarbon yang diperoleh terdiri diri N ? Pentana dan I ? Pentana dengan fraksi N ? Pentana 64% dan I ? Pentana 36%.
Fluktuasi konsentrasi hidrokarbon pada siang hari terutama dipengaruhi oleh faktor meteorologis dan fluktuasi kendaran bermotor. Pada hidrokarbon yang bersifat reaktif selain dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut, fluktuasi konsentrasi juga dipengaruhi oleh terjadinya reaksi foto kimia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Iqbal
"Banyak penelitian yang dilakukan untuk menguji karakteristik pasar BEJ. Utama (1992), meneliti efisiensi pasar dalam bentuk lemah di BEJ dengan menggunakan data harian dari Indeks Harga Saham Gabungan selama dua tahun. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Bursa Efek Jakarta tidak efisien dalam bentuk lemah karena temyata perubahan indeks harga saham tidak independen. Artinya, indeks harga saham masa lalu dapat digunakan untuk memprediksikan indeks harga masa depan.
Husnan (1993), melakukan penelitian tentang pengaruh pengumuman emisi saham baru oleh perusahaan terhadap perubahan harga sekuritas. Hasilnya menunjukkan bahwa harga sekuritas di BEJ belum bisa mencerminkan informasi tersebut. Husnan, Hanafi dan Wibowo (1996), melakukan penelitian tentang pengaruh pengumuman laporan keuangan terhadap kegiatan perdagangan dan variabilitas tingkat return. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa laporan keuangan memberikan sedikit dampak terhadap kegiatan perdagangan. Kegiatan perdagangan di BEJ sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sedangkan pengaruh pengumuman laporan keuangan terhadap variabilitas tingkat return ternyata tidak signifikan.
Suatu pasar didefinisikan tidak efisien karena asumsi-asumsi yang mendukung efisiensi pasar tidak terpenuhi. Reilly (1989), asumsi yang memungkinkan terj adinya pasar modal yang efisien adalah (1) terdapat banyak peserta dengan tujuan memaksimumkan laba dan (2) informasi baru diterima pasar secara random dan timbulnya informasi tersebut secara umum independen satu sama lain. Dari asumsi - asumsi tersebut dapat diimplikasikan bahwa pasar yang efisien memerlukan tingkat likuiditas yang dinyatakan dengan jumlah transaksi perdagangan yang cukup tinggi.
Semakin banyak transaksi perdagangan oleh banyak investor akan menyebabkan penyesuaian harga yang lebih cepat. Hal ini didukung oleh penelitian Lawrence Fisher yaitu terdapat korelasi positif antara perubahan harga saham dengan volume transaksi, dimana saham dengan volume transaksi rendah rnenyebabkan proses penyesuaian harga tidak berjalan dengan cepat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara varian return saham dengan tingkat likuiditas perdagangan di Bursa efek Jakarta selama periode Juli 1999- Juli 2002. Penelitian dilakukan pada semua saham yang beredar yang diwakili dengan IHSG (Indeks Harga saham Gabungan) dan berdasarkan sektornya masing-masing antara lain pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, industri barang konsumsi, proeprti dan real estate, infrastruktur dan keuangan.
Dengan menggunakan indeks harga saham /portfolio baik gabungan maupun setiap sektor akan ada kekurangan karena tidak semua saham yang beredar itu sering diperdagangkan. Oleh karena itu digunakan indeks LQ 45 sebagai tambahan perhitungan. Indeks LQ 45 ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan kapitalisasi pasar.
Adapun variabel yang digunakan antara lain return harga saham, varian return saham, volume dan frekwensi perdagangan, variabel dummy dan hi-low spread (perbedaan indeks harga tertinggi dan terendah pada suatu saham pada waktu t). Semua variabel menggunakan data harian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varian return saham memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap volume dan frekwensi perdagangan, hanya sektor pertanian dan sektor perdagangan yang tidak signifikan. Akan tetapi, jika volume dan frekwensi perdagangan diregresikan bersamaan estimasi koefisien regresinya tidak konsisten, hanya sektor property yang tetap konsisten. Frekwensi perdagangan memiliki pengaruh lebih besar dari volume perdagangan terhadap varian return saham.
Hasil penelitian ini menyarankan untuk penelitian mendatang antara lain yaitu: (1) volume dan frekwensi perdagangan sebagai variabel endogen, (2) perbedaan kwalitas informasi yang beredar dalam volume perdagangan maupun frekwensi perdagangan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yuliandini Pangestika
"Latar belakang: Mukopolisakaridosis (MPS) tipe II adalah kelainan genetik yang ditandai dengan gangguan metabolik berupa defisiensi enzim iduronat-2-sulfatase (I2S) karena adanya mutasi pada gen iduronat-2-sulfatase (IDS), sehingga heparan sulfat dan dermatan sulfat tidak terdegradasi dan terakumulasi pada jaringan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis aktivitas spesifik enzim I2S dan kaitannya dengan varian mutasi gen IDS pada pasien MPS II di Indonesia.
Metode: Data sekuen nukleotida gen IDS dari enam pasien MPS II dianalisis untuk melihat jenis mutasi serta dibuat model konformasi proteinnya. Sel peripheral blood mononuclear cell (PBMC) diisolasi menggunakan metode sentrifugasi bertingkat dan dikultur menggunakan medium RPMI. Nilai aktivitas spesifik I2S diperoleh dengan mengukur aktivitas I2S per miligram konsentrasi total protein. Aktivitas enzim I2S diukur menggunakan metode fluorometri, sementara konsentrasi total protein diukur menggunakan bicinchoninic acid (BCA) protein assay. 
Hasil: Tiga varian mutasi yang ditemukan pada pasien MPS tipe II adalah missense (3/6), delesi (2/6), dan nonsense (1/6). Aktivitas enzim spesifik I2S pada pasien menunjukkan angka yang bervariasi. Mutasi dengan rata-rata aktivitas spesifik I2S paling rendah sampai paling tinggi secara berurutan adalah mutasi delesi (0,026 nmol/min/mg), missense (0,052 nmol/min/mg), dan nonsense (0,052 nmol/min/mg). 
Kesimpulan: Aktivitas spesifik enzim I2S pada pasien MPS tipe II di Indonesia 0,044 nmol/min/mg, sedangkan pada kontrol adalah 0,172 nmol/min/mg. Nilai rata-rata aktivitas spesifik I2S pada pasien menurun empat kali lipat dibandingkan pada kontrol.

Background: Mucopolysaccharidosis type II (MPS II) is an inherited metabolic disorder that caused by iduronate-2-sulfatase (I2S) enzyme deficiency due to mutations in the iduronate-2-sulfatase (IDS) gene, so that heparan sulfate and dermatan sulfate do not be degrade and accumulate in tissues. This study was conducted to analyze the specific activity of I2S and its relationship to IDS variant mutation of MPS II patients in Indonesia.
Method: IDS gene nucleotide sequences from six MPS II patients were analyzed to see mutation type and protein conformation model was made. Peripheral blood mononuclear cell (PBMC) were isolated using a stratified centrifugation and cultured using the RPMI medium. I2S specific activity values are obtained by measuring I2S activity per milligram of total protein concentration. I2S enzyme activity was measured using fluorometry method, while total protein concentration was measured using bicinchoninic acid (BCA) protein assay.
Result: There were three variant mutation in MPS II patients, such as missense (3/6), deletion (2/6), and nonsense (1/6). I2S specific enzyme activity shows varying numbers. IDS mutation based on I2S specific activity from lowest to highest mean value are deletion (0.026 nmol/min/mg), missense (0.052 nmol/min/mg), and nonsense (0.052 nmol/min/mg).
Conclusion: I2S specific activity in MPS II patient is 0,044 nmol/min/mg, while the control is 0,172 nmol/min/mg based on the mean value. I2S specific activity in patients decreased four times compared to controls.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>