Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 236315 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devi Nuraini Santi
"Salah satu dampak penting yang diakibatkan pembangunan industri adalah perubahan kualitas udara yang disebabkan oleh pencemaran udara. Bahan pencemar yang telah bercampur dengan udara disebut ambien ini akan masuk ke dalam rumah, terutama rumah penduduk yang berada disekitar lokasi industri tersebut. Sebagai lingkungan mikro, rumah merupakan tempat yang berpotensi sebagai tempat pemajanan terhadap pencemaran udara, Hasil survey masyarakat Indonesia mendapatkan bahwa ISPA menduduki urutan pertama dari 10 penyakit terbesar. Masalah ISPA ini juga merupakan kontribusi dari beberapa faktor resiko, yaitu faktor kualitas udara dan faktor kondisi fisik rumah maka yang menjadi rumusan masalah adalah belum diketahuinya hubungan kualitas udara dalam rumah dan kondisi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita yang tinggal di pemukiman sekitar Kawasan Industri Medan Tahun 2003.
Tujuan dari studi ini untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kualitas udara dalam rumah dan kondisi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita yang tinggal dipemukiman sekitar Kawasan Industri Medan pada tahun 2003. Disain studi yang digunakan adalah Cross Sectional. Kualitas udara yang diukur pada penelitian ini adalah PMio, temperatur, dan kelembaban, dan parameter fisik rumah yang dilihat adalah bangunan rumah, ventilasi rumah, kepadatan hunian dan sumber pencemaran dalam rumah, sedangkan karakteristik individu sebagai faktor pengganggu.
Sebanyak 112 anak yang diteliti, 66,1% menderita ISPA dalam 2 minggu terakhir. PM10 dalam rumah, ventilasi rumah dan letak dapur mempunyai hubungan yang bermakna secara signifikan dengan kejadian ISPA pada balita yang tinggal di pemukiman tersebut Kadar PM10 dalam rumah yang lebih besar atau sarna dengan 90 µgram/m3 meningkatkan resiko balita terkena infeksi saluran pernapasan sebesar 9,1 kali dari pada balita yang tinggal dirumah dengan kadar PM10 dalam rumah lebih kecil dari 90 µgram/m3. Balita yang tinggal di rumah dengan ventilasi rurnah yang tidak memenuhi syarat mempunyai resiko terkena ISPA 13,2 kali daripada balita yang tinggal dirumah dengan ventilasi memenuhi syarat. Rumah dengan letak dapur yang tidak terpisah dengan ruangan lain mempunyai resiko untuk rnenyebabkan infeksi saluran pemapasan akut pada balita sebesar 8,2 kali dibanding dengan rumah yang letak dapurnya terpisah. Kualitas udara ambien dapat mempengaruhi kualitas udara dalam rumah dengan kekuatan hubungan sedang (r-0,288). Setelah dikontrol dengan PM10 dalam rumah dan letak dapur, ventilasi rumah merupakan variabel yang paling kuat hubungannya dengan kejadian ISPA pada balita.
Disimpulkan bahwa ada hubungan antara kualitas udara dalam rumah PM10 dan kondisi fisik rumah (ventilasi dan letak dapur terpisah) dengan kejadian ISPA pada balita. Meningkatnya kadar PM10 ambien akan meningkatkan kontribusi terhadap kadar PM1O dalam rumah, Perlu menjadi perhatian oleh pemerintah setempat untuk melakukan upaya-upaya yang lebih intensif dalam mengontrol seluruh kegiatan yang berpotensi menghasilkan polutan pencemar udara dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai kondisi lingkungan pemukiman.

Relationship between Indoor Air Quality and House Physical Condition and ARI Incidence among Infant and Under five in Residential Area Close to Medan Industrial Area Year 2003One important impact caused by industrial development is negative changes in air quality due to air pollution. Pollutant that mixed up with air called ambient will enter the house, particularly housing near by the industries location. There is an indication of potential health danger in not only ambient air quality but also indoor air quality. Health survey in Indonesia showed that ARI was in number one position of 10 major diseases. ARI also caused by several risk factors, like air quality and house parameter, the problem is the relationship between air quality and house parameter with ARI prevalence among infant and under five children lived in residential area close to Medan Industrial Area year 2003 is unknown.
This study aimed to investigate the relationship between indoor air quality and house physical condition and ARI prevalence among infants and under five children lived in residential area close to Medan Industrial Area in year 2003. The design of this study was cross sectional. Air Quality was measured by PM10, temperature, and humidity. While the house parameter included house building, house ventilation, house density, and contamination sources in house. Individual characteristics played role as confounders.
Out of 112 children, 66,1% suffered from ARI in the last two weeks. The study showed that indoor PM10, house ventilation, and kitchen location were significantly associated to ISPA prevalence. The level of indoor PM10 similar or higher than 90 µg/m3 would increase the risk of ARI 9,1 time higher compared to level of indoor PM10 less than 90 µg/m3. Infant and under five living in house with improper ventilation had risk of ARI 13,2 higher than those who living in house with improper ventilation. Those living in house kitchen inseparably located to other room had 8,2 times higher risk of ARI compared to those who living in house with separate kitchen location. Correlation analysis showed a moderate (r 0,288) correlation between ambient air quality and indoors air quality. After controlled by indoor PM 1 0 and kitchen location variables, house ventilation was the strongest variable related to ARI prevalence among infant and under five children.
The study concluded, indoor PM1O and house parameter (house ventilation and separated kitchen location) related to ARI prevalence among infant and under five children. Increased ambient PMIO can give a contribution to indoor PM10. The government must give an attention to control all the activities potential produces pollutant air pollution and give an education to community who live in that area about the house environmental condition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12939
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safwan
"Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) merupakan suatu penyakit yang sering terjadi pada bayi dan anak balita, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Kejadian ISPA di Kota Padang memberikan kontribusi jumlah kasus ISPA di Propinsi Sumatera Barat yaitu sebesar 11,15%, dengan kejadian sebesar 63,45%, sedangkan untuk wilayah puskesmas Alai didapatkan kejadian sebesar 51,39%. Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi terhadap timbulnya ISPA adalah umur < 2 tahun, laki-laki, gizi kurang, berat badan lahir rendah ( BBLR ), tidak mendapat ASI memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal dan defisiensi vitamin A.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor risiko lingkungan fisik rumah dan sumber pencemaran dalam rumah dengan kejadian ISPA pada balita. Disain studi yang digunakan adalah jenis rancangan kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang bertempat tinggal diwilayah Puskesmas Alai. Sampel adalah balita yang datang berobat ke puskemas dan balita yang tinggal dirumah terdekat dengan kasus. Jumlah sampel seluruhnya adalah sebanyak 318 responden (159 kasus dan 159 kontrol).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak balita yang tinggal di rumah dengan kondisi lingkungan fisik seperti ventilasi yang tidak memenuhi syarat, kepadatan hunian yang tinggi, kandungan particulate (PM10) yang tidak memenuhi syarat, ada sumber pencemaran seperti merokok dalam rumah serta penggunaan bahan bakar minyak tanah/kayu akan berpeluang untuk menderita ISPA. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah balita di Puskesmas Alai yang tinggal dirumah dengan ventilasi yang tidak memenuhi persyaratan berpeluang untuk menderita ISPA sebesar 5,67 kali lebih banyak dibanding dengan balita yang tinggal dengan ventilasi yang memenuhi syarat. Saran yang diberikan dari hasil penelitian ini adalah penyuluhan kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan perumahan sehat, dan memperbanyak ventilasi secara swadaya.

Physical Environment Health and Exposure Sources within Living House as Risk Factor of ISPA Incidence among Under Five (Case Control Study in Alai Health Center, Padang City 2003)Infant and under five often suffer from acute respiratory infection (ISPA), this became community health problem. In Padang city 63,0% ISPA incidence contribute 11,5% of ISPA incidence in West Sumatra, while in area covered by Alai health center incidence rate is 51,39%. Some of risk factor which influence ISPA age < 2 years, male, under nutrition, low birth weight (BBLR), not receiving adequate breastfeeding, air pollution, density of living house population, and A vitamin deficiency.
Objective of this study is to find out relation risk factors of physical environment and sources of exposure within living house with ISPA incidence among under-five. Design of this study is case control, population is under-five which living in covered area of Alai health center. Samples are under-fives who came to seek medication to health center and under-fives which living nearest to case. Total samples are 318 samples (159 cases and 154 controls).
Result of this study showed that under-five who lives in living house with physical environment condition which have inappropriate ventilation, high density of residence in living house, particulate (PM10) content higher than minimum level, sources of pollution such as cigarette smoke and fuel combustion in cooking would be have greater chance to suffer ISPA.
This study conclude that under-five in covered area by Alai health center which stay in living house with inappropriate ventilation could have chance to suffer ISPA 5,67 times than others who have good ventilation in their living house. It recommends conducting educational program about healthy environment, such as healthy house with good ventilation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T 11358
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Irianto
"Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang banyak menyerang masyarakat terutama anak-anak balita. Di Kota Cirebon penyakit ISPA selaiu menempati peringkat pertama dalam kejadian 10 penyakit terbesar, dan Kecamatan Lemahwungkuk merupakan kecamatan yang menempati peringkat pertama. Dari segi kesehatan lingkungan, Kecamatan Lemahwungkuk juga menempati peringkat pertarma dengan kondisi lingkungan rumah yang masih banyak tidak memenuhi syarat kesehatan. Dengan keadaan seperti ini, diduga ada hubungan antara kondisi lingungan rumah penduduk yang tidak memenuhi syarat dan karakteristik balita dengan kejadian penyakit ISPA pada balita.
Penelitian ini tentang hubungan faktor lingkungan rumah dan karakteristik balita yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional yang dilaksanakan dengan metode survei melalui wawancara dan pengukuran. Jumlah sampel sebanyak 224 sampel, sebagai unit analisis adalah balita umur 2 sld 59 bulan, sedangkan yang menjadi responder adalah ibu balita. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematis. Analisis data yang digunakan adalah analisis bivariat uji chi square dan uji t dan analisis multivariat regresi logistik ganda model prediksi.
Hasil penelitian diperoleh gambaran 54,9% balita menderita ISPA dan 45,1% balita tidak menderita ISPA. Hasil analisis bivariat didapatkan variabel yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian ISPA pada balita adalah status imunisasi, Janis lantai, ventilasi ruang keluarga, kepadatan hunian rumah, merokok di dalam rumah, suhu kamar balita dan suhu ruang keluarga.
Model akhir setelah uji interaksi didapatkan variabel yang paling berpengaruh atau berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita adalah variabel merokok di dalam rumah dengan OR = 58,682, artinya balita yang tinggal di rumah dan di dalamnya ada anggota keluarga yang merokok mempunyai risiko rnendcrita penyakit 1SPA 58,7 kali dibandingkan dengan balita yang tinggal dirumah tanpa ada yang merokok di dalamnya. Kemudian disusul kepadatan hunian rumah dengan OR = 25,59, artinya balita yang tinggal di rumah yang padat penghuninya mempunyai risiko menderita penyakit ISPA 25,6 kali dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah yang tidak padat penghuninya. Sedangkan va.-label yang berinteraksi yaitu variabel merokok di dalam rumah dengan kepadatan hunian rumah.
Saran bagi masyarakat agar selalu berusaha memperhatikan lingkungan rumah sehingga memenuhi syarat kesehatan. Sedangkan kepada Dinas Kesehatan Kota Cirebon, disarankan agar mengoptimalkan program penyuluhan tentang bahaya merokok dan rumah sehat, program peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan program perbaikan sarana sanitasi dasar perumahan.

Acute respiratory infection disease (ART) is the disease that attacks people, mainly children under the age of 5. In Cirebon ART disease is always on the first rank of the i d biggest diseases, and Lemahwungkuk is the first. From the environmental health side, Lemahwungkuk is also on the first rank for the environment of the house condition that does not fit to healthy requirements. Seeing that condition, assumed that there is connection between improper home environment and children under the age of 5 characteristic with the phenomena of ART disease on children under the age of 5.
This research about connection home environment factor and children under the age of 5 characteristic with the phenomena of ART disease on children under the age of 5. This research used cross sectional design implemented with survey method and measured. The sample amount 224, as the analyze unit is the children age 2 to 59 months, meanwhile the respondents are their mothers. Sampling was done systematically random sampling. The data analyzes that is used chi square test and l test bivariate analyzes and the prediction model double logistic regression multyvariate analyzes.
The result of this research described that 54,9 % of children under the age of 5 suffer from ART disease and 45,1 % of children under the age of 5 do not suffer from ARI disease. Bivariate analyzes result found some variables that clearly connected to ARI disease such as immunization status, the type of floor, the family room ventilation, the at home population, the at home smoking, the temperature of children's room and the temperature of family room.
The final model after interaction test got significant variable or related to ARI disease on children under the age of 5 is the at home smoking variable with OR 58,682. It means the children who live at home with the smoking family member tend to suffer ARl disease 58,7 times, compared to the children who live at home with no smoker in it. Then it is followed the at home population with OR = 25,59, it means that the children under the age of 5 who live at high population home tend to suffer ART disease 25,6 times, compared the children that live at low population home. We got variables interaction are the at home smoking interacted with the at home population.
The recommended for community is asked to pay attention on their house so that fulfill the health requirement. Whereas to the Cirebon City Health Department is suggested to optimize promotion program of the hazar smoke and healthy house extension, the healthy behavior improvement program and the house basic sanitary recovery program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20005
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustin
"Pencemaran udara merupakan masalah yang terjadi di kota besar seperti Jakarta, dimana hal ini dapat menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan pada manusia. Gangguan kesehatan berupa penyakit saluran pernafasan yang dapat terjadi antara lain adalah penyakit ISPA, Bronkitis dan Asma.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kecenderungan kejadian pencemaran udara dan kecenderungan penyakit pernafasan serta untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi pencemaran udara dengan kejadian penyakit saluran pernafasan di DKI Jakarta Tahun 2003-2004. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan disain studi ekologi.
Konsentrasi rata-rata tahunan zat pencemar udara adalah SO2 (4,9 ppb), NO2 (26,5 ppb), NO adalah (40,1ppb), NOx ( 64,8 ppb) dan partikulat (TSP) (92,79 ug/m3) . Rate penyakit saluran pernafasan per 100.000 penduduk memiliki rata-rata untuk ISPA adalah 1682,2, bronkitis 18,3 dan asma 56,3. Hubungan yang signifikan terjadi di beberapa kecamatan. Parameter yang signifikan di beberapa kecamatan adalah SO2 dengan ISPA, SO2 dengan bronkitis, NO dengan bronkitis, NO dengan asma, dan NOx dengan ISPA.
Kejadian penyakit saluran pernafasan kemungkinan disebabkan oleh pencemaran udara Penanggulangan dapat dilakukan dengan penyediaan transportasi umum yang nyaman dan substitusi bahan bakar kendaraan dengan bahan bakar yang ramah lingkungan serta pengaturan tata guna lahan dan tata ruang perkotaan.
Daftar Pustaka : 47 (1993-2004)

The Correlation Between Ambient Air Quality and Cases of Acute Respiratory Infection, Bronchitis, and Asthma in DKI Jakarta During 2003 ? 2004 (An Ecological Study in 15 Sub Districts)Air pollution is a problem commonly in large cities such as Jakarta and cause various respiratory problems such as acute respiratory infections (ARI), bronchitis, and asthma.
This study aims to determine the concentration of air pollution and the tendency of respiratory problems, as well as to determine the correlation between concentration of air pollution and incidence of respiratory infections in DKI Jakarta during 2003-2004. This study is descriptive in nature and is an ecological study in design.
The air pollutants annual are SO2 (concentration of 4.9 ppb), NO2 (26.5 ppb), NO (40,.ppb), NOx ( 64.8 ppb) and particulate matter (TSP) (92.79 uglm3) . The average rate of incidence per 100.000 people is 1682,2 for ART, 18,3 for bronchitis and 56,3 for asthma. Significant correlation of parameters in several districts are SO2 with ARI, SO2 with bronchitis, NO with bronchitis, NO with asthma, and NOx with ARI.
Respiratory problem are caused by air pollution. Means to minimize the number of cases include a better arrangement of land use, the available of pubic transport and substituting gasoline fuel with environment friendly fuel.
Bibliography: 47 (1993-2004)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13143
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Epi Ria Kristina
"Laporan WHO menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut (ISPA). Laporan WHO dan Depkes menyebutkan bahwa ISPA merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada balita. Bahkan, hingga saat ini, ISPA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan Kualitas Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Warakas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara Tahun 2011. Merupakan studi observasional dengan disain cross sectional. Jumlah sampel 150 balita diambil secara non probability sampling (bersifat accidental sampling). Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dan Regresi Logistik.
Hasil analisis univariat dari 150 balita yang dijadikan sampel penelitian diperoleh 112 kasus ISPA (74,7%). Kualitas Lingkungan Fisik Rumah yang tidak memenuhi syarat antara lain jenis lantai (14,7%), jenis dinding (58,7%), jenis atap (58%), ventilasi (6%), kepadatan hunian (62,7%), suhu (88,7%), kelembaban (68,7%), dan pencahayaan (79,3%). Karakteristik Keluarga yang tidak memenuhi syarat antara lain pengguna anti nyamuk (23,3%), berprilaku merokok (70%), pengguna bahan bakar memasak (15,3%), sosial ekonomi rendah (39,3%), dan pendidikan ibu rendah (60,7%). Sedangkan Karakteristik Responden yang tidak memenuhi syarat antara lain status imunisasi berisiko atau tidak lengkap (37,3%), dan status gizi berisiko atau tidak normal (27,3%).
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Kepadatan Hunian (p = 0,032; OR = 2,346) dan Status Gizi (p = 0,034; OR = 3,126) terhadap kejadian ISPA. Kualitas Lingkungan Fisik Rumah yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Warakas adalah Kepadatan Hunian. Karakteristik Keluarga di Kelurahan Warakas tidak memiliki hubungan terhadap kejadian ISPA pada Balita. Karakteristik Responden yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Warakas adalah Status Gizi, dengan status gizi sebagai faktor yang paling dominan dan anti nyamuk sebagai faktor perancu.

WHO report said that the highest death because of infection in the world is an acute respiratory infection (ARI). WHO and Depkes reported that the ARI is one of the highest death cause in infants. In fact, until recently, ARI is still a public health problem in Indonesia. The goal of research to determine the relationship of Quality house Physical Environment with ARI incidence in Toddlers at Work Area Health Center Village District Warakas North Jakarta Tanjung Priok in 2011. An observational study with cross sectional design. The number of samples taken in 150 infants of non probability sampling (sampling is accidental). Statistical tests used were Chi-Square and Logistic Regression.
The analysis report from 150 infants who obtained the study sampled 112 cases ISPA (74%). The quality of house environment physically that do not fulfil the requirement are: the type of floor (14,7%), type of wall (58%), tupe of roof (58%), ventilation (6%), density residential, (62,7%), temperature (88,7%), humidity (68,7%), exposure (79,3%). The characteristic of families that do not support are: the using of anti-mosquito (23,3%), smoking habit (70%), use cooking fluel (15,3%), low socio-economic conditions (39,3%),, and low mother education (60,7%). The Responden characteristics that do not support are: immunization at risk risk and do not complete (37,3%), and the nutrient at risk risk or do not normal (27,3%).
The result bivariate anylisis showed that there is the conection between density residential (p = 0,032; OR = 2,346) and nutrient statue (p = 0,034; OR = 3,126) for ISPA. Quality of House Physical Environmental who has a relationship with the incidence of ARI in Toddlers in Village Warakas is Density Residential. Characteristics of Families in the Village Warakas has no relationship to the incidence of ARI in Toddlers. Characteristics of Respondents who have a relationship with the incidence of ARI in the toddler in the Village is Warakas Nutritional Status, which the statue of nutrient is become the dominant factor and the using of anti-mosquito as a confounding factor.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Nurmy
"Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada balita. Di wilayah Puskesmas Telaga Murni yang berada di sekitar industri baja, ISPA menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius dan menduduki urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak. Jumlah kasus baru ISPA untuk umur 1-4 tahun yaitu 56,15 % dan umur 0-1 tahun mencapai 62,0 %. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan partikulat matter 10 mikron (PM10) udara dalam ruang rumah dengan ISPA pada balita di Kecamatan Cikarang Barat dan Kecamatan Sukatani. PM10 dalam rumah diukur di ruangan balita sering tidur dan dilakukan satu kali di setiap rumah responden. Rentang waktu penelitian antara bulan Maret-Mei 2015.
Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif. Populasi terpajan adalah balita bertempat tinggal di wilayah pemukiman yang berjarak 1 kilometer dan populasi tidak terpajan adalah balita yang berjarak lebih 10 kilometer dari industri baja. Jumlah sampel seluruhnya 80 balita terdiri dari 40 kelompok terpajan dan 40 kelompok tidak terpajan. Hasil analisis bivariat dengan derajat kepercayaan 95% menunjukkan 6 variabel yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita, yaitu PM10 dengan nilai p = 0,000, jarak rumah tinggal dengan industri dengan nilai p = 0,025, Vitamin A dengan nilai p = 0,023, ASI Eksklusif dengan nilai p=0,045, perokok dalam rumah dengan nilai p=0,040 dan penggunaan obat nyamuk bakar dengan nilai p = 0,009.
Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara PM10 udara ruangan dengan kejadian ISPA (p<0,05) pada balita yang dipengaruhi oleh jarak tempat tinggal dan vitamin A. Kadar PM10 yang tidak memenuhi syarat (>70 μg/m3) mempunyai peluang untuk menjadi penyebab ISPA pada balita sebesar 5,37 kali dibandingkan dengan PM10 dalam rumah yang memenuhi syarat (<70 μg/m3) setelah dikontrol jarak tempat tinggal dan vitamin A. Disarankan kepada masyarakat untuk tidak merokok dalam rumah dan teratur dalam pemberian vitamin A pada balita saat kegiatan posyandu.

ARI (Acute Respiratory Infections) is a disease that often occurs in infants. In the area of Telaga Murni Health Center around Steel Industry, ARI diseases has become a serious public health problem and ranked first of the ten most diseases in Cikarang Barat Sub-District, and Sukatani Sub-District. The number of new cases of ARI for ages 1-4 years is 56.15% and the age of 0-1 years to reach 62.0%. The purpose of this study was to determine the relationship of particulate matter (PM10) house air with a respiratory infection in infants in Bekasi. PM10 are measured in the room in the house sleeping toddlers and performed one time in each house of the respondents. The study period between March-May 2015.
This study was a retrospective cohort. Exposed population is children residing in residential areas within 1 kilometer and the population is not exposed infants within 10 kilometers of the steel industry. Total sample of 80 toddlers consists of 40 groups of exposed and 40 unexposed group. Bivariate analysis results with a 95% confidence level showed 6 variables associated with the incidence of acute respiratory infection in infant, namely PM10 with a value of p = 0.000, a distance of residences with the industry with a value of p = 0.025, Vitamin A with p = 0.023, with the value of exclusive breastfeeding p = 0.045, smoker in homes with a value of p = 0.040 and the use of mosquito coils with a value of p = 0.009.
Concluded that there is a relationship between particulate matter (PM10) air-conditioned room with ARI (p <0.05) in infants who are affected by distance and vitamin A. Levels of PM10 are not eligible (> 70 ug / m3) have the opportunity to be cause of ARI in infants by 5.37 times compared to PM10 in homes that qualify (<70 ug / m3) after controlled within the residence and vitamin A. It is recommended to the people not to smoke in the house and regularly in the provision of vitamin A in infants when Posyandu activities.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Aisyah
"Kondisi kamar asrama pesantren dapat memicu timbulnya berbagai penyebab penyakit ISPA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan gejala penyakit ISPA pada santri di Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang dan Rumah Tahfidz Siti Aminah yang berlokasi di Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian ini terdiri dari 90 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 64,4% santri di Yayasan Tunas Mulia dan Rumah Tahfidz Siti Aminah mengalami gejalaISPA, kepadatan hunian seluruh kamar dalam keadaan tidak memenuhi syarat, dan mayoritas santri telah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam pencegahan ISPA dengan baik. Secara statistik, ditemukan adanya hubungan bermakna antara variabel tingkat kelembaban (p=0,034), olahraga teratur (p=0,0001), kebiasaan membuka jendela (p=0,002), dan kepadatan hunian (p=0,000) dengan gejala ISPA. Sedangkan pada variabel mencuci tangan dengan air dan sabun, perilaku batuk, dan luas ventilasi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan risiko gejala ISPA. Pondok pesantren dapat membuat acara penyuluhan kesehatan bagi masyarakat pesantren mengenai penyebeb, faktor risiko, gejala, dan cara mencegah terjadinya ISPA serta melakukan penataan kembali pada pembagian kamar santri agar menghindari tingginya angka kepadatan hunian dan mendorong pengembangan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

The condition of Islamic boarding school dormitories can trigger the emergence of various causes of ISPA. This study aims to analyze environmental and behavioral factors associated with symptoms of ARI in students at the Tunas Mulia Bantar Gebang Foundation and Tahfidz Siti Aminah House located in West Java Province using a cross sectional study design. The research sample consisted of 90. The results showed that as many as 64.4% of students at the Tunas Mulia Foundation and Tahfidz Siti Aminah House experienced symptoms of ARI, the occupancy density of all rooms was in a state that did not meet the requirements, and the majority of students had implemented clean and healthy living behaviors in preventing ISPA well. Statistically, a significant relationship was found between the variable humidity level (p=0.034), regular exercise (p=0.0001), the habit of opening windows (p=0.002), and occupancy density (p=0.000) with symptoms of ARI. Meanwhile, the variable washing hands with soap and water, coughing behavior, and ventilation area did not have a significant relationship with the risk of ARI symptoms. Islamic boarding schools can hold health education events for the Islamic boarding school community regarding the causes, risk factors, symptoms, and ways to prevent ISPA and rearrange the distribution of student rooms to avoid high occupancy rates and encourage the development of a Clean and Healthy Behavior program."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Rosdiana
"Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. ISPA menduduki peringkat pertama dari 10 penyakit terbanyak di Indonesia selama lebih dari dua dasawarsa. Penelitian dilakukan untuk menilai hubungan antara kualitas mikrobiologi dalam rumah pada balita di wilayah kerja Puskesmas Leuwisadeng, Kabupaten Bogor tahun 2013. Penelitian ini menggunakan desain studi case control dengan analisis multivariat. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran kualitas mikrobiologi udara dalam rumah, wawancara kuesioner, dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan ISPA pada balita adalah total koloni bakteri dan total koloni kuman (p=0,025; OR=7,798), imunisasi (p=0,037; OR=3,845), dan penggunaan bahan bakar untuk memasak (p=0,038; OR= 4,312). Variabel rumah sehat (p=1), perokok dalam keluarga (p=0,526), kelembaban (p=0,088), kepadatan hunian (p=0,380), total koloni jamur (p=0,255), komponen rumah (p=0,066), dan sarana sanitasi (p=0,602) tidak berhubungan dengan kejadian ISPA.
Kesimpulannya bahwa ada hubungan yang signifikan antara total koloni bakteri dan kuman udara dalam rumah, imunisasi, dan penggunaan bahan bakar memasak dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Leuwisadeng. Faktor risiko yang paing dominan menyebabkan ISPA pada balita adalah total koloni bakteri dan kuman.

Acute respiratory infection (ARI) is a principal cause of mortality and morbidity infection diseases in the world. Acute respiratory infection is as first rank from ten diseases in Indonesia during more two decades. The objective of this study is to assess of associated between microbiological indoor air quality to under five children in region of Puskesmas Leuwisadeng, Bogor regency, 2013. This study used case control study and multivariate analysis. The information was collected by measurement of microbiological indoor air quality, interview, and observation.
The result indicated a significant association was found between acute respiratory infection to under five children were total colony bacteria and total colony microbe (p=0,025; OR=7,798), incomplete immunization (p=0,037; OR=3,845), and using biomass for cooking (p=0,038; OR=4,312). Healthy house (p=1), smoking by any family member (p=0,526), humidity (p=0,088), crowding (p=0,380), total colony fungi (p=0,255), component of house (p=0,066), and sanitation facility (p=0,602) insignificant with acute respiratory infection.
Conclusion, there was significant association between total colony bacteria, total colony microbe, incomplete immunization, and using biomass for cooking with ARI in region of Puskesmas Leuwisadeng. The main risk factors that causes under five years ARI is total colony bacteria and total colony microbe.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Fahmi Achmadi
"ABSTRAK
Angka kematian dan Kesakitan Balita (Bayi dan anak umur bawah 5 tahun) amat penting untuk dikaji, karena merupakan salah satu indikator kesehatan dan kesejahteraan rakyat. Salah satu penyakit penyebab kematian adalah ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan bagian Atas. Banyak penelitian dan teori yang hanya menitik beratkan hubungan timbulnya ISPA dengan faktor-faktor non lingkungan, seperti imunisasi, status gizi, pemberian ASI dan lain-lain. Penelitian ini mencoba menghubungkan antara kejadian ISPA sebagai dependen variabel, dengan faktor-faktor seperti, kualitas udara, sosial ekonomi, ventilasi rumah, kepadatan penghuni, imunisasi, status gizi, berat badan bayi dun pemberian AST. Penelitian dilakukan di lingkungan warga kelurahan Utan Kayu dan Malaka Jaya, Jakarta Timur antara bulan Oktober dan Desember 1990.
Penelitian dilakukan secara prospektif (cohort) selama 3 bulan, untuk memantau kejadian ISPA melalui Posyandu. Untuk mengukur variabel independen dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Dari analisis didapatkan bahwa, faktor kualitas udara rumah, memiliki hubungan erat dengan kejadian ISPA. Kemudian berturut-turut kejadian ISPA juga berhubungan dengan status sosial ekonomi, kepadatan hunian rumah, dan gizi balita serta imunisasi. Untuk itu faktor lingkungan terbukti memegang peran penting dalam kejadian timbulnya Infeksi Saluran Nafas bagian Atas pada Balita.

ABSTRACT
The infant mortality and morbidity rate are important to be assessed since they are good indicators reflecting the health and wealth status of the nation. Among underlying causes of death was the Upper Respiratory Tract Infection (URTI). Many studies have been done, yet they are mostly focuses on non-environmental factors, such as immunization, knowledge of the mothers etc.
Therefore study has been done in the urban area of Jakarta, which relates the URTI as dependent variable with other independent variables such as, nutritional status, knowledge of the mothers, history of immunization, history of birth weight, socio economic status, dwelling density; air quality, ventilation of the house; and history of breastfeeding. The design of the study was considered as cohort studies, for assessing the episode of URTI within 3 months. Other variables were measured by interviews and observation. The analyses indicated that, the air quality was the most factor having relationship with the episode of URTI, followed by other factors. They are dwelling density in the house, socio-economic status, nutritional status and history of immunization. Therefore the study concluded that the environmental factors should be considered most, when developing program such as minimizing the URTI program.
"
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Soenarjo Soejoso
"Kematian bayi umur kurang dari satu tahun 25,2 % disebabkan infeksi saluran napas. Kematian anak Balita umur 1-4 tahun 18,2 % disebabkan infeksi saluran napas. Analisis data sekunder Pneumonia pada Balita di Kodya Jakarta Timur tahun 1994 menyimpulkan angka Case Fatality Rate sebesar 3,3 %. Sedangkan perkiraan angka kematian Pneumonia dari Depkes RI untuk Indonesia tahun 1993 sebesar 6 permil.
Berkembangnya tingkat kesakitan dan kematian dari Pneumonia bisa dilihat dari kemampuan ibu memberi perawatan penunjang yang baku, kemampuan keluarga membedakan derajat ISPA Bukan Pneumonia dan Pneumonia, membawa anak mereka lebih awal bagi pengobatan khusus ke tempat pelayanan kesehatan. Apakah Balita yang menderita Pneumonia Berat dan' dirawat di rumah sakit tidak mendapatkan penanganan baku sejak dini sebelumnya di tingkat keluarga dan masyarakat?
Jenis penelitian adalah kasus kontrol. Penelitian ini mengambil sampel 45 penderita Pneumonia Berat pada Balita berdomisili di Kodya Jakarta Timur, yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan dan Rumah Sakit Islam Jakarta Timur sebagai kasus, dan 45 penderita Pneumonia yang dirawat jalan di kedua rumah sakit tersebut dan di Puskesmas, alamat Balita di kelurahan yang sama sebagai kontrol. Alpha 0,05; Power of the test 80 %; one sided test. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner mengunjungi alamat Balita. Entry data mengunakan Epi Info 6.0, analisis data menggunakan SPSS for Win.
Hasil penelitian adalah bermaknanya hubungan penanganan ISPA di tingkat keluarga dengan kejadian Pneumonia Berat (cOR 2,96; 95 % CI 1,10 r OR < 8,10; p 0,016). Setelah dikontrol dengan imunisasi DPT dan imunisasi Campak pada analisis multivariat, hubungan tersebut tidak bermakna dengan aOR 2,42; (95 % CI: 0,79-7,43; p 0,1237. Variabel konfounder yang dimasukkan dalam model akhir adalah imunisasi DPT dan imunisasi Campak dengan pertimbangan substantif amat diyakini dapat mengganggu hubungan penanganan ISPA terhadap kejadian penyakit Pneumonia Berat; tidak ada variabel interaksi yang memenuhi syarat statistik. Pengaruh variabel utama dan kovariate secara bersama-sama adalah Logit P(x) = - 0,9697 + 0,8821tangan + 0,2256imunDPT - 1,5075imunCPK.
Gizi Balita, umur Balita, pengeluaran kepala keluarga, pendidikan responden, pemberian ASI, pemberian vitamin A, riwayat berat lahir, rumah sehat tidak terbukti dapat mengganggu hubungan penanganan ISPA di tingkat keluarga dengan perjalanan penyakit Pneumonia Berat pada Balita di Kodya Jakarta Timur, Januari 1995 - Mei 1996.
Saran operasional mengupayakan penurunan kejadian penyakit Pneumonia Berat dengan upaya supervisi pelaksanaan manajemen ISPA oleh petugas di Puskesmas secara teratur dan berkesinambungan, serentak dengan intervensi peningkatan pengetahuan ibu di masyarakat mengenal dan menanganai kasus Pneumonia dengan tepat.
Saran penelitian adalah penelitian dengan disain serupa secara incidence cases, namun klasifikasi ditetapkan peneliti, di rumah sakit yang sama, wawancara dengan responden dilakukan saat Balitanya menderita Pneumonia dan Pneumonia Berat. Pembuatan kuesioner didasarkan atas studi ethnografi terlebih dahulu di Kodya Jakarta Timur.

The infant mortality rate which is less than one year is 25,2 % caused by the respiratory tract infection. The mortality of the children of 1-4 years old 18,2 % is due to respiratory tract infection. The secondary data analysis of pneumonia in the Municipality of East Jakarta in 1994 concluded that the case fatality rate is 3.3 %. While the estimate of the pneumonia mortality rate by the Department of Health of the Republic of Indonesia in Indonesia is 0,6 % in 1993.
The development of the pneumonia morbidity and mortality can be seen from the mother ability to provide a standardized supporting maintenance, the family ability to differentiate the non pneumonia and the pneumonia of ARI, be motivated to bring their children early for treatment, especially to the health care centre. Do the children that suffered from severe pneumonia and treated in the hospital not received standardize handling early in the family and in the community?
This research is a case control. This research sampled 45 severe pneumonia patients among the children under five years old domiciled in the Municipality of East Jakarta, which are in-house nursing in the Persahabatan Public General Hospital and the Islamic Hospital of East Jakarta as the cases, and 45 pneumonia patients which are on out-going nursing in both hospitals and in the community health centre, with children address in the same village as a control. The a = 0.05; power of the test 80 %; one sided test. The data collection is by questionnaire by visiting the children address. The data entry is using Epi Info 6.0, and the data analysis is done by using the SPSS for Win soft-ware.
The research proceeding is that there is a significant relationship between the ARI handling in the family level and the incidence of severe pneumonia (cOR 2,96; 95 % CI 1,10 < OR < 8,10; p = 0.016). After controlled with the DPT and measles immunization in the multivariate analysis, the relationship is not significant with aOR 2,42; 95 % CI 0,79 < OR < 7,43; p = 0,1237. The confounder variable included in the final model is the DPT and measles immunization with a substantive consideration, is able to confound the relation-ship of ARI toward the incidence of severe pneumonia; there is no interaction variable which fulfill the statistic criteria. The main variable influence and the covariate collectively is Logit P(x) = - 0.9697 + 0.8821 family care + 0.2256 imunDPT - 1.5075 immun MSL.
The children nutrition, the children' age, expenditure of the family, respondent education, breast feeding, vitamin A supplementation, the birth weight record, healthy housing turned out can not confound the ARI handling the family level with the disease history of pneumonia in the children under five years old in the Municipality of East Jakarta, January 1995 - May 1996.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>