Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166335 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zakianis
"Berdasarkan kajian dan analisis dari beberapa survei yang dilakukan, angka kesakitan diare pada semua golongan umur pada saat ini adalah 280/1000 penduduk. Pada golongan balita episode diare adalah 1,5 kali per tahun. (Depkes RI, 2000). Lebih dari 2.5 juta orang meninggal akibat penyakit diare ini dan tercatat sebagai salah satu gangguan dari lima penyebab utama kematian di dunia (Depkes RI, 1998).
Penelitian ini dilakukan di Kota Depok Kecamatan Pancoran Mas. Pada tahun 2000 di Kota Depok insiden diare pada golongan umur kurang dari 1 (satu tahun lebih tinggi (28%) dibandingkan dengan golongan umur 1-4 tahun (13%) (Zakianis, 2002). Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini adalah apakah kualitas bakteriologis air bersih sebagai faktor risiko terjadinya diare pada bayi di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2003? Selain kualitas bakteriologis air bersih, faktor lain yang harus mendapat perhatian adalah sarana sanitasi lingkungan, kondisi rumah, hygiene dan sanitasi makanan/minuman, perilaku cuci tangan ibu, karakteristik bayi dan karakteristik keluarga bayi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kualitas bakteriologis air bersih (total coliform, fecal coliform, dan E. coli), sarana sanitasi lingkungan (sarana air bersih, sarana pembuangan tinja dan sarana pembuangan sampah), kondisi rumah (jenis lantai rumah dan kebersihan lantai rumah), higiene dan sanitasi makanan/ minuman, perilaku cuci tangan ibu/pengasuh bayi, karakteristik bayi (status gizi, status imunisasi, penyakit lain, pemberian ASl) dan karakteristik keluaaga bayi (pendidikan ibu dan pendapatan keluarga) dengan kejadian diare pada bayi di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2003. Disain penelitian adalah kasus kontrol, dengan jumlah sampel pada kasus sebesar 150 responden dan kontrol 150 responden. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara jumlah total coliform yang tinggi dengan kejadian diare pada bayi, ada hubungan antara jumlah fecal coliform yang tinggi dengan kejadian diare pada bayi, ada hubungan antara jumlah E. Coli yang tinggi dengan kejadian diare pada bayi. Data yang dihasilkan dianalisa secara univariat, bivariat, uji interaksi dan multivariate.
Kualitas bakteriologis air bersih terdiri dari 3 variabel yaitu tingkat kualitas total coliform, tingkat kualitas fecal coliform dan tingkat kualitas E. coll. Secara statistik dari ketiga variabel tersebut hanya satu variabel yang berhubungan dengan terjadinya diare yaitu tingkat kualitas E. coli. Tingkat kualitas E. coli X01100 ml sampel air mempunyai risiko terjadi diare pada bayi sebesar 2,752 kali jika dibandingkan dengan tingkat kualitas E. coli N1100 ml sampel air. Selain kualitas E. coli, faktor berisiko yang menyebabkan terjadinya diare di Kota Depok adalah I). tingkat risiko sarana air bersih, 2). hygiene dan sanitasi makanan dan minuman, 3). perilaku cuci tangan ibu/pengasuh bayi, 4). status gizi, 5). penyakit lain dan 6). pendapatan keluarga.
Pada analisis multivariate faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian diare di Kota Depok tahun 2003 adalah sarana air bersih yang beresiko tinggi berinteraksi dengan perilaku cuci tangan ibu/pengasuh bayi yang buruk. Sedangkan model akhir teijadinya diare pada bayi di Kota Depok adalah 1). adanya penyakit lain, 2). status gizi bayi yang buruk, 3). hygiene dan sanitasi makanan dan minuman yang buruk, serta 4). risiko sarana air bersih yang tinggi yang berinteraksi dengan perilaku cuci tangan ibu yang buruk, dengan OR masing-masing sebesar 1). 3,181, 2). 2,996, 3). 2,543, dan 4). 3,368.

Bacteriological Water Quality as Baby Diarrhea Risk Factor at Pancoran Mas Depok 2003Referring to analysis and study from some conducted survey, morbidity of diarrhea is 280/1000 population. For baby, diarrhea episode is 1,5 times per year. (Depkes RI, 2000). More than 2.5 million people die caused by this diarrhea and note as one of the major dead causes in world (Depkes RI, 1998). This research is conducted in Pancoran Mas-Depok. Based on 2000 data, diarrhea incident in Depok at the age of less than 1 year is 28% which is higher than the one at 1-4 year (13%) (Zakianis, 2002). Therefore, this research internal issue is addressed to find how is the quality of bacteriological water as baby diarrhea risk factor at Pancoran Mas-Depok in 2003'? In addition to quality of bacteriological water, other factor that should be considered is the environmental sanitation, housing condition, and food hygiene and sanitation, hand cleansing habit, and baby/his family eleteris Lies.
The objective of this research to study the link among the bacteriological water quality (total coliform, fecal coliform, and E. colr), environmental sanitation (sanitary, toiletries, and disposal), house condition (type of house dance and its hygiene), food hygiene and sanitation, hand cleansing habit, baby characteristics (nutrition and immunization status, other disease, breast feeding) and baby family characteristic (mother's education and family income) with occurrence of baby diarrhea at Pancoran Mas-Depok in 2003. Research design is case control with 150 sample respondents and 150 control respondents. Hypothesis in this research is:
- There is relation between high number of total coliform and occurrence of baby diarrhea.
- There is relation between high number of fecal coliform and occurrence of baby diarrhea.
- There is relation between high number of E. coli with occurrence of baby diarrhea.
Data taken from observation is analyzed using univariate, bivariate, interaction test and of multivariate.
Bacteriological water quality consist of 3 variables, namely quality of total coliform, level of fecal coliform and level of E. Coll. Statistically from those three variable, there is only one variable related to the happening of diarrhea. i.e. level of E. coli.
Level of E. call > 01100 ml water sample is subject to baby diarrhea 2,752 times in comparison with level of E. coil < 01100 ml water sample. In addition to quality of E.coli, bellows are factors of diarrhea incident in Depok: 1) Sanitary risk level, 2) Food hygiene and sanitation,3) Hand cleansing habit of mother or babysitter,4) Nutrition status, 5) Other disease, and 6) Family Income.
Using multivariate analysis, it is found the most dominant factor related to occurrence of diarrhea in Depok in 2003 is that high risk sanitary has interaction with poor hand cleansing habit of mother and babysitter. While final model of baby diarrhea incident in Depok is:
1) Existence of other disease,
2) Under Nutrition
3) Poor food hygiene and sanitation
4) High risk sanitary interacted with poor hand cleansing habit of mother and babysitter, OR of each models is 1) 3,181, 2) 2,996, 3) 2,543, and 4) 3,368.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13036
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imron Cahyono
"Penyakit diare disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit. Sedangkan yang menjadi faktor risiko antara lain kualitas air bersih, kondisi jamban, kepadatan hunian, status gizi, pemberian ASI eksklusif, imunisasi, pendidikan ibu, pengetahuan ibu dan status ekonomi keluarga. Insiden diare di daerah Pondok Gede jika dibandingkan dengan daerah lainnya di Kota Bekasi masih yang tertinggi yaitu 26,6 per 1000 penduduk (1998), 29,9 per 1000 penduduk (1999), dan 30,2 per 1000 penduduk (2000). Penyebab tingginya insiden tersebut belum diketahui secara pasti, sehingga perlu dilakukan kajian atau penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan diare.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan (kualitas air bersih, kondisi jamban dan kepadatan hunian) dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pondok Gede Kota Bekasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain kasus kontrol. Kasus adalah balita yang menderita diare yang datang berobat ke puskesmas, sedangkan kontrol adalah balita yang tidak menderita diare yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pondok Gede. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi kondisi lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kualitas air bersih, kondisi jamban, status gizi balita, ASI eksklusif, imunisasi campak, pengetahuan ibu dan status ekonomi keluarga dengan kejadian diare pada balita. Sedangkan untuk kepadatan hunian dan pendidikan ibu tidak ada hubungan bermakna dengan kejadian diare pada balita. Untuk uji interaksi didapat adanya interaksi antara variabel kondisi jamban dengan status ekonomi keluarga dan status gizi keluarga dengan kepadatan hunian. Pada analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda, setelah dikontrol oleh faktor status gizi, pemberian ASI eksklusif, imunisasi campak, pendidikan, pengetahuan dan status ekonomi keluarga ternyata faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian diare adalah kondisi jamban.
Dari hasil penelitian menunjukan perlunya meningkatkan perhatian masyarakat terhadap status gizi balita, pemberian ASI eksklusif, imunisasi campak, sarana penyediaan air bersih dan kondisi jamban keluarga dalam upaya penurunan insiden diare. Sedangkan kepada Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan Puskesmas Pondok Gede disarankan meningkatkan pemberian penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tidak hanya melalui puskesmas dan posyandu tetapi juga melalui pengajian ibu-ibu dan arisan dengan topik penyakit diare, persyaratan kesehatan lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat, imunisasi dan status gizi balita serta pengetahuan tentang penyakit diare guna pencegahan penyakit diare. Kepada Pemerintah Kota Bekasi disarankan agar dapat menyediakan dana untuk pemberian stimulan pembangunan sarana air bersih dan jamban keluarga percontohan atau pembangunan sarana air bersih dan jamban keluarga bagi keluarga yang tidak mampu.

Relationship between Environment Factors with Diarrhea Incidence among Under-fives in Coverage Area of Pondok Gede Health Center, Bekasi City 2003Diarrhea could be caused by bacteria, viruses, or parasites and the risk factors are water quality, water closet condition, resident density, exclusive breast feeding, immunization, mother education, mother knowledge, and economic status of family. Diarrhea incidence in Pondok Gede compared to other area in Bekasi City has a highest rate that is 26,6 per 1000 residents (1998), 29,9 per 1000 residents (1999), and 30,2 per 1000 residents (2000). It is no clear the cause of high incidents rate, this need to be studied about factors that related to.
Objective of this study is to find out relationship between environment factors such as quality of clean water, water closet condition and residents density with diarrhea incidence among under-fives in coverage area by Pondok Gede health center, city of Bekasi. This study used case control design. Case is under-five suffer to diarrhea which came to health center, and control is under-five not suffered to diarrhea which living in covered area of Pondok Gede health center. Data collected by interview and environment observation.
The results of this study shows that there is relation between quality of clean water, water closet condition, under five nutrition status, exclusive breast feeding, immunization, mother knowledge, and economic status of family with diarrhea incidence. While with resident density and mother education have no significant relation ship with diarrhea incidence. The interaction test has found that there is interaction between water closet condition variable with economic status and family nutrition status with resident density. In multivariate analysis by multi regression logistic, after controlled by nutrition status factor, exclusive breastfeeding, measles immunization, education, knowledge, and economic status of family, environment factor that appears influence diarrhea incidence is water closet condition.
From the results of this study showed that it is necessary to increase community awareness to under-five nutrition, exclusive breastfeeding, measles immunization, infrastructure of clean water provider, and water closet condition in efforts to decrease diarrhea incidence. While to Health Office of Bekasi City and Pondok Gede health center recommend conduct information dissemination to community to increase community's knowledge, not only by health centers or Posyandu, but through activities that gathered mothers such as pengajian (devotional) or arisan. Bekasi City government should be provide fund for stimulant to develop clean water infra structure, good family closet model and clean water infra structure and water closet for under class family.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiku Bakti Bawono Adisasmito
"Penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di RS merupakan topik yang sering diteliti secara akademik di bidang kesehatan masyarakat. Penelitian berupa systematic review terhadap 18 penelitian akademik FKM UI yang dilakukan pada tahun 2000-2005 dengan 3884 (kisaran 65-500) subyek penelitian bertujuan untuk melihat faktor risiko diare pada bayi dan balita di Indonesia. Data yang dikumpulkan dianalisis secara univariat dan bivariat. Sebagian besar penelitian menggunakan literatur diare lama berasal dari buku, bahan dari depkes dan penelitian sebelumnya berupa skripsi dan tesis. Semua alat ukur yang digunakan dalam 18 penelitian tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yaitu sarana air bersih dan jamban. Faktor risiko diare menurut faktor ibu yang bermakna adalah: pengetahuan, perilaku dan hygiene ibu. Faktor risiko diare menurut faktor anak: status gizi, dan pemberian ASI eksklusif. Faktor lingkungan berdasarkan sarana air bersih (SAB), yang lebih banyak diteliti adalah jenis SAB (rerata OR=3,19), risiko pencemaran SAB (rerata OR=7,89), sarana jamban (rerata OR=17,25). Berdasarkan hasil uji t ada dua variabel yang menunjukkan perbedaan yang signifikan antara skripsi dan tesis yaitu jumlah variabel independen dan jumlah referensi yang digunakan. Kesimpulan penelitian ini: faktor risiko diare yang paling banyak diteliti adalah faktor lingkungan. Kualitas penulisan akademik yang direview belum memadai.

Diarrhea Risk Factors of Infant and Children Under Five Years in Indonesia: A Systematic Review of Public Health Academic Studies. Diarrhea is one of the national public health problems most researched academically in the school of public health. This systematic review research aimed at exploring risk factors of diarrhea involved 18 academic products in the form of graduate thesis and undergraduate final academic paper of School of Public Health University of Indonesia in the year 2000-2005. The subjects (3884, ranging from 65 to 500) of these academic research products were mothers, infants, and children under age of 5. Data were analyzed univariate & bivariate. Most of the literatures used as reference in these research were old diarrhea reference books, publication from Ministry of Health and previous academic research results (i.e. thesis and final academic paper). None of the research instruments reviewed was tested its validity and its realibility. Risk factors most researched were related to environmental factor, i.e. clean water & toilet. The significant mother?s risk factors were knowledge, behaviour and hygiene. The significant children?s risk factors were nutritional status & brestfeeding. Environmental risk factors associated with access to clean water were source of clean water (average OR=3.19), risk of being contaminated (average OR=7.89), and ownership of the clean water source (average OR=17.25). By t-test, the differences between thesis and undergraduate final academic paper were number of independent variables & literature references used. Overall, the quality of academic research products is not sufficiently qualified."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mimi Karminingsih
"Di Indonesia, diare penyebab kematian balita kedua terbesar (SKRT, 2007). Rata-rata prevalensi diare di Provinsi DKI Jakarta 8%. Jakarta Utara prevalensi diare 10,2% (Riskesdas, 2007). Studi kasus kontrol diare balita berumur 2-59 bulan di Kecamatan Cilincing tujuh faktor risiko dapat dibuktikan berpengaruh: kualitas bakteriologis air minum, kualitas bakteriologis makanan balita, kualitas bakteriologis tangan ibu/pengasuh balita, kondisi higiene sanitasi makanan, kondisi jamban keluarga, perilaku cuci tangan ibu/pengasuh balita, penyakit penyerta dan satu faktor risiko tidak dapat dibuktikan: status ekonomi keluarga. Faktor risiko paling berpengaruh: kualitas bakteriologis makanan balita OR 4,945(95% CI 2,014-12,141), perilaku cuci tangan ibu/pengasuh balita OR 5,155 (95% CI 2,974-8,936) dan kondisi higiene sanitasi makanan OR 2,643 (95% CI 1,514-4,615). Upaya penanggulangan diare antara lain dengan pengelolaan makanan yang sehat dan aman melalui praktek higiene sanitasi makanan di rumah, membudayakan cuci tangan pakai sabun di masyarakat.

Diarrhea is one of the second biggest cause of deaths in Indonesia (SKRT,2007). The average prevalence of diarrhea in DKI Jakarta Province is 8%. Prevalence of diarrhea in North Jakarta is 10,2% (Riskesdas, 2007). Study of Case Control of diarrhea on children under the age of five 2-59 months in District Area of Cilincing, show that seven risk factors that can be proved. They are bacteriological quality of drinking water, food, hand quality of Mother/Caretaker, food hygiene and sanitation condition, sanitation conditions (Latrine), hand washing behaviour of Mother/Caretaker, involved diseases, one of risk factor which is unproved is family economic status. The most risk factor that influencing the diseases are bacteriological quality of food under the age of five OR 4,945 (95% CI 2,01-12,141), hand washing behavior of mother/caretaker OR 5,155 (95% CI 2,974-8,936) and food hygiene sanitation condition OR 2,643 (95% CI 1,514-4,615). Prevention of diarrhea can be done by controlling hygienic and safe food through food hygiene sanitation pactice in household, and habit of hand washing by soap in community."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T30835
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Ginanjar
"Dalam GBHN 1993 disebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas hidupnya. Pada Repelita VI tercantum bahwa tujuan pokok dari pembangunan kesehatan antara lain pengurangan angka kesakitan, kecacatan dan kematian serta peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, terjangkau dan dapat diterima masyarakat. Salah satu target yang ingin dicapai dengan pembangunan kesehatan adalah penurunan angka kesakitan dan kematian pada kelompok rentan, salah satunya pada kelompok anak-anak di bawah lima tahun. Berdasarkan kajian dan analisis dari beberapa survey yang dilakukan, angka kesakitan diare pada sumua golongan umur adalah 280/1000 penduduk dan pada golongan balita adalah 1,5 kali pertahun (Depkes RI. 2000). Secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita yaitu 55%. Berdasarkan kajian dan analisis dari beberapa survey yang dilakukan, angka kesakitan diare pada semua golongan umur pada tahun 2000 adalah 301/1000 atau 3,01%, cenderung meningkat dibanding angka kesakitan diare pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk (Depkes RI, 2002).
Berdasarkan Profil Kesehatan kasus diare di Puskesmas Sukmajaya pada golongan semua umur sebanyak 3.265 kasus dengan jumlah prevalensi sebesar 5,36%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis sumber air bersih dan kondisi fisik air bersih dengan kejadian diare. Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Sumber data adalah data primer yang didapatkan dengan cara observasi langsung dan wawacara menggunakan kuesioner dan data sekunder berasal dari laporan tahunan program kesehatan lingkungan Puskesmas Sukmajaya. Populasi penelitian adalah warga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sukmajaya dan sampel yang dianalisis adalah 90 ibu rumah tangga (responden) dengan menggunakan cara simple random sempling dan menggunakan analisis statistik untuk mengetahui frekuensi dan kebermaknaan hubungan.
Hasil penelitian menunujukkan bahwa kejadian diare 51,1%, Jenis sumber air bersih 88,9% yang menggunakan sumber air bersih dari air tanah, Kondisi fisik air bersih 88,9% yang kondisi fisik air bersihnya tidak baik, sedangkan untuk analisis bivariat didapat hubungan yang signifikan antara jenis sumber air bersih, kondisi fisik air bersih, jenis jamban, umur dan pendidikan dengan kejadian diare. Saran ditujukan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar Wilayah Kerja Puskesmas Sukmajaya agar selalu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), Dinas Kesehatan dan Puskesmas setempat untuk melakukan program intervensi dan implementasi penyuluhan tentang hidup sehat mencegah diare beserta penjelasan tentang diare dari etiologi, proses terjadi diare, tanda dan gejala,serta penanganannya dan perlu intervensi program untuk penyediaan fasilitas sumber air bersih, kondisi fisik sarana air bersih dan jamban yang baik."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Supono
"Diare pada anak di bawah lima tahun (balita) hingga saat ini masih menjadi masalah di negara-negara berkembang, demikian pula di Indonesia. Diare masih mempakan penyakit endemis yang terjadi secara tems-menenis di semua daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2002 - 2003 prevalensi diare mencapai 11%. Propinsi yang menduduki prevalensi tertinggi diare pada anak balita adaiah Sulawesi Sclatan (16%) dan Jawa Barat (15%), Meskipun intervensi perubahan pengetahuan pada ibu balira cukup berhasil namun diare pada balita tctap menjadi salah satu dan tiga penyebab mama kemalian bayi. Peningkalan pengetahuan akan oralit dan penggunaannya sebcsar 92%, namun hanya 36% yang konsisten dengan pcngetahuan ilu dalam pengobatan diare (SDKI 2002 - 2003).
Rendahnya persepsi akan keseriusan penyakit diare merupakan kendala dalam menckan angka kesakitan diare. Adanya toleransi yang tinggi terhadap diare disebabkan rcndahnya pcrsepsi kescriusan ibu akan diare balita_ Oleh sebab itu upaya pcrubahan persepsi ibu balita dalam meiihat penyakit diare pada anak balitanya merupakan salah satu kunci untuk mempcrbaiki intewensi. Perrnasalahannya adalah belum tereksplorasi socara intensif falctor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya persepsi ibu balita tentang kcscriusan penyakit diare pada balita tcrsebut.
Dengan desain cross sectional, penelitian ini menguji hubungan antara faktor, pengetahuan, pengalaman kontak, dan kepercayaan tentang diare pada balita dcngan persepsi ibu balita tentang keseriusan diare. Dengan desain cross sectional, penelitian ini menguji hubungan antara faktor, pengetahuan, pengalaman kontak, dan kepercayaan tentang diare pada balita dcngan persepsi ibu balita tentang keseriusan diare.
Populasi penclitian adalah ibu-ibu balita di Kecamatan Bekasi Utara dan diambil sampel secara random sebanyak 175 orang yang tersebar di 6 kelurahan. Penclitian berhasil membuktikan bahwa faktor pengetahuan, pengalaman kontak, dan kepercayaan berhubungan secara bermakna dengan persepsi kcseriusan akan penyakit diare pada balita.
Dalam analisis multivariat (logistik ganda model faktor risiko) diketahui hubungan variabel pengetahuan dan kepercayaan dengan persepsi keseriusan tidak berinteraksi dengan variabel lain. Sedangkan pengalaman kontak berimeraksi dengan variabel pendidikan.
Besaran hubungan variabel independen dengan dependen setelah dilakukan analisis regresi logistik model faktor risiko diperoleh hasil signifikan. Ibu balita berpengetahuan rendah memiliki peluang 2,5 kali untuk berpersepéi diare sebagai penyakit biasa dibandingkan ibu berpengetahuan tinggi (OR: 2,535; 95%CI: 1,321 - 4.866) setelah variabel pendidikan dikendalikan. Ibu balita. yang tidak pernah mcmiliki pengalaman kontak memiliki peluang hampir S kali untuk berpersepsi diare sebagai penyakit biasa dibandingkan ibu balita yang pernah kontak (OR: 4,76l; 95%CI: l,853 - l2,235). Ibu balita dengan kepercayaan rcndah memiiiki peluang hampir 0,5 kali umuk mempersepsikan diare sebagai pcnyakit biasa dibandingkan dengan ibu dengan kepercayaan tinggi setelah variabel jumlah balita dikendalikan (OR: 0392; 95%C1: 0,195 - O,76S).
Upaya memperbaiki persepsi ibu balita tentang penyakit diare dapat dilakukan dengan meningkatkan program promosi kesehatan baik melalui peningkatan pengetahuan, menciptakan pengalaman dengan model simulasi, serta merasionalkan kepercayaan-kepercayaan tentang diare pada balita di masyarakat.

Diarrhea on toddlers under 5 years old currently is still a major problem in developing countries such as Indonesia. Diarrhea is still endemic in all areas, including both municipal and rural regions. Indonesian Health Demographic Survey at 2002-2003 showed that prevalence of diarrhea reached up to 11%. Provinces with the highest prevalence were South Sulawesi (I 6%) and West Java (15%).
Although intervention to improve the awareness of mothers with toddler under 5 years old was quite successful, diarrhea was still one of the three major causes of infant death. Even though the improvement ofthe awareness of oralit and its usage was 92%, only 36% was consistent with that knowledge in diarrhea recovery (SDK1 2002-2003). The low perception to the seriousness of diarrhea, which leads to high tolerance of mothers towards diarrhea, is one ofthe obstacles in decreasing the diarrhea frequency.
Hence, the effort to change the perception of mothers with toddlers under S years old towards diarrhea is one of the key to improve the intervention. However, factors that influence the perception of mothers towards the seriousness of diarrhea have never been exploited intensively.
Using cross sectional design, this research aims to ind the relation between knowledge, contact experience, and belief about diarrhea on toddler under 5 years old with the perception of mothers towards the seriousness of diarrhea.
The research population is mothers with toddlers under 5 years old in the district of Bekasi Utara, and |75 subjects are selected randomly across 6 regions (kelurahan). The research population is mothers with toddlers under 5 years old in the district of Bekasi Utara, and 175 subjects are selected randomly across 6 regions (kelurahan). This research showed that knowledge, contact experience and belief have signiticant relation with the perception towards the seriousness of diarrhea on toddler under 5 years old.
Multivariate analysis (logistic regression multivariate with risk factor model) showed that relation between knowledge and belief variables to the perception do not interact with other variables, while contact experience interacts with education variable.
After conducted risk factor model logistic regression analysis, the relation between independent variable and dependent variable showed significant result. Mothers with toddler under 5 years old who had limited knowledge had chance 2,5 times to percept that diarrhea was not serious more than mothers who had wide knowledge (OR: 2,535; 95%CI: 1,32I) after education variable was controlled.
Mothers with toddler under 5 years old who had experience with diarrhea had chance almost 5 times to percept that diarrhea was not serious more than mothers who had experience (OR: 4_76l; 95%CI: 1.853 - l2.235)- Mothers with toddler under 5 years old who had low belief had chance 0.5 times to percept that diarrhea was not serious more than mothers who had high belief (OR: 0392; 95%Cl: 0.195 - 0_765) after the number of toddler under 5 years old was controlled.
The effort to improve the perception of mothers with toddlers under 5 years old towards diarrhea can be conducted by improving the program to promote the health, such as enhancing the knowledge/awareness, creating contact experience by simulation model, and by rationalize belief about diarrhea within the people.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ace Yati Hayati
"Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat yang kurang menguntungkan maka penyakit menular masih merupakan masalah dari kesehatan masyarakat. Penyakit yang mendapat prioritas untuk diadakan upaya pemberantasan adalah penyakit yang memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi, terutama yang menyerang golongan anak-anak dan golongan usia produktif yang diantaranya adalah penyakit diare. Oleh karena itu dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui faktor - faktor air bersih dan jamban yang berpengaruh terhadap kesakitan diare pada balita.
Penelitian ini menggunakan analisis data sekunder dengan pengumpulan data secara "cross-sectional" di Kabupaten Belu Prop. NTT. Desain penelitiannya adalah "case-control".
Kasus adalah rumah tangga yang ada balita sakit diare, sedangkan kontrol adalah rumah tangga yang ada balita tidak sakit diare di daerah yang sama.
Penelitian ini dilakukan pada 49 kasus dan 260 kontrol, dengan 11 variabel independen dan 1 variabel dependen, yaitu diare balita. Dari analisis regresi logistik multivariat diketahui besarnya pengaruh setiap faktor yang diteliti dengan mengendalikan semua faktor lain yang ikut mempengaruhi asosiasi tersebut.
Telah dibuktikan dengan analisis bivariat adanya faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko diare pada balita, yaitu, kuantitas air, kondisi jamban dan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi yaitu jumlah anggota rumah tangga dan kekayaan yang dimiliki.
Penelitian ini berrnaksud untuk mempelajari dampak penyediaan air bersih dan jamban terhadap diare balita daiam Skala terbatas di daerah pedesaan. Dari penelitian ini dapat diungkapkan bahwa hubungan antara air bersih dan kejadian diare balita merupakan "Water Washed Mechanism" disamping itu, ada kemungkinan lain yang dapat diungkapkan yaitu "Water Borne Mechanism", namun hal ini masih perlu ditegaskan dengan pemeriksaan bakteriologis air.
Dengan demikian disarankan kepada masyarakat setempat untuk mengupayakan dalam pengadaan air bersih yang mencukupi dan kualitas yang memenuhi syarat kesehatan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari disamping memiliki serta memelihara sarana jamban.

Diseases which require the greatest attention are those that lead to high rates of morbidity and mortality, especially among children and people at productive age. A typical example is diarrhea.
Research is therefore needed to identify factors which influence diarrhea in children under five years of age such as water supply and excreta disposal.
This research uses secondary data from Puslitbang, Ministry of Health, and "cross sectional" data collected in Kabupaten Belu, NTT Province. It is designed as a "case control" study.
The case study involves households where child diarrhea is present and the control group consists of households in the same area where child diarrhea is not present.
The data analysis involved 49 eases of child diarrhea and 260 control samples. There were 11 independent variables and 1 dependent variable that was child diarrhea.
Logistic regression multivariate analysis was used to determine the magnitude of influence the risk factor variables on the dependent variable.
Using bivariate analysis it is shown that there are factors which can increase the diarrheal risk in children. These factors include water quality, the condition of latrines and indirect factors such as the number of household members and the level of household prosperity.
This research intends to investigate the impact of water supply and excreta disposal on child diarrhea on a village scale. From this research, it can be shown that the connection between water supply and child diarrhea is "water washed mechanism" as well. However, the latter needs to be proven by water bacteriological analysis.
It is therefore suggested that the local community provide a potable water storage capacity sufficient to meet their daily needs and that latrines are properly maintained.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim
"Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang masih menjadi penyebab utama kematian, terutama bagi bayi dan anak balita. Tahun 1999 angka insidens nasional mencapai 26,13 per 1000 penduduk dengan laju kematian kasar (CFR) 0,006%, sementara di Kota Solok, Sumatera Barat, insidens dan CFR-nya 22,4 per 1000 penduduk dan 0,012%. Seperti teridentifikasi sebelumnya bahwa diare berhubungan dengan sanitasi dasar yang tidak memadai, status sosio-ekonomi penduduk dan perilaku yang tidak sehat, suatu studi epidemiologi kesehatan lingkungan dilakukan untuk meneliti apakah diare berhubungan dengan kondisi air bersih, sarana pembuangan limbah dan karakteristik balita dan ibu balita.
Suatu studi kasus-kontrol tidak berpadanan dilakukan di Kota Solok, Sumatera Barat dengan 120 orang kasus dan 120 orang kontrol. Kasus adalah bayi dan anak balita dengan gejala diare yang datang berobat ke Puskesmas atau dokter/bidan praktek sedangkan kontrol adalah balita yang bertempat tinggal terdekat/tetangga dengan kasus dan tidak sedang menderita diare selama 2 minggu terakhir. Kondisi sarana air bersih dan pembuangan limbah diamati langsung, sedangkan data karakteristik individu dikumpulkan dengan melakukan wawancara pada Ibu balita dari kasus dan kontrol dengan menggunakan kuesioner. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan kualitas bakteriologis air bersih dilakukan berdasarkan tingkat resiko pencemaran sesuai hasil pemeriksaan inspeksi sanitasi. Selanjutnya hasil yang didapat dianalisa dengan uji kai kuadrat dan regresi logistik.
Hasil analisis Bivariat dengan uji Chi-square memperlihatkan dari kondisi sarana air bersih ada 7 variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian diare pada balita yaitu : Jenis Sarana Air Bersih (p = 0,00 ; OR = 3,25 ; 95% CI = 1,79 - 5,90), Kepemilikan SAB (p = 0,00; OR = 3,69 ; 95% CI = 2,07 - 6,58), Tingkat Resiko Pencemaran SAB (p = 0,00 ; OR = 3,81 ; 95% CI = 1,91 - 7,62), Kualitas Bakteriologis SAB (p = 0,00 ; OR = 6,03 ; 95% CI = 3,35 - 10,84), Keberadaan Jamban (p = 0,00 ; OR = 3,91 ; 95% CI = 2,03 - 7,54), Kepemilikan Jamban (p = 0,00 ; OR = 2,93 ; 95% CI = 1,61 - 5,33), Jenis Jamban (p = 0,00 ; OR = 4,88 ; 95% CI = 2,22 - 10,71). Juga ada 2 variabel Sarana Pembuangan air Limbah (SPAL) yang berhubungan bermakna dengan kejadian diare pada balita yaitu : Keberadaan SPAL (p = 0,00 ; OR = 4,35 ; 95% CI = 2,26 - 8,37) dan Kondisi SPAL (p = 0,00 ; OR = 4,97 ; 95% CI = 2,81 - 8,78), Dari karakteristik individu yang diamati ada 5 variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian diare pada balita yaitu: Pendidikan Ibu (p = 0,00 ; OR = 4,33 ; 95% CI = 2,31 - 8,11), Status pekerjaan Ibu (p = 0,01 ; OR = 2,57 ; 95% CI = 1,33 - 4,97), Pengetahuan Ibu tentang diare (p = 0,00 ; OR = 4,48 ; 95% CI = 2,42 -- 8,31), Sikap Ibu dalam usaha pencegahan diare (p = 0,00 ; OR = 4,48 ; 95% CI = 2,39 - 8,39), Usia bayi dan anak Balita (p = 0,00; OR = 5,50 ; 95% CI = 2,52 - 12,02), dan ASI Esklusif (p = 0,00 ; OR = 4,12 95% CI = 2,28-7,46). Adapun variabel Umur Ibu dan Jenis kelamin Balita tidak berhubungan dengan kejadian diare.
Hasil analisis multivariat (uji regresi logistik) diketahui bahwa Kepemilikan SAB, Usia Balita, Status Pekerjaan Ibu, Jenis SAB, Kualitas Bakteriologis SAB, Sikap Ibu dalam upaya pencegahan diare, Pengetahuan Ibu tentang diare dan ASI Eksklusif merupakan faktor-faktor risiko dominan yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Kota Solok. Tidak ditemukan adanya interaksi antara variabel.

Association of Clean Water Conditions, Wastewater Disposals, and Individual Characteristics with Diarrhea of Babies and Children under Five Year Old at City of Solok, West Sumatra, 2003Diarrhea is an environmentally based disease and still a major cause of death, particularly of babies and children under five years old. In 1999 the national incidence was 26.13 per 1000 population with CFR 0.006%, whereas at City of Solok, West Sumatra Province, the 2002 incidence and CFR were 22.24 per 1000 population and 0,012%, respectively. As identified previously that diarrhea is associated with inadequate basic environmental sanitation, socio-economic status, and unhealthy behavior, an environmental health epidemiology study has been conducted to investigate whether diarrhea is associated with clean water conditions, wastewater disposals, and individual characteristics of babies, children under five years old, and their mothers.
An unmatched case-control study has been carried out at City of Solok, West Sumatra involving 120 cases and 120 controls. Cases were babies and children under five years old that suffering diarrhea in the last two weeks as treated by doctors or midwives at Puskesmas or private general practices, while controls were the nearest neighbors of the cases with no diarrhea. Clean water conditions and wastewater disposals were observed directly, while individual characteristics data were collected by interviewing mothers of the cases and the controls. Meanwhile, bacteriological quality of clean waters of low and medium risks, as identified by sanitation inspection, was also determined. Further, chi-square and logistic regression were employed to test the association of diarrhea with clean water conditions, wastewater disposals, and individual characteristics.
Chi-square tests show that of the clean: water condition seven variables are associated significantly with diarrhea, i.e. type (p = 0.00; OR = 3.25 ; 95% CI = 1.79 - 5.90), ownership (p = 0.00; OR = 3.69 ; 95% CI = 2.07 - 6.58), pollution risk level (p = 0.00 ; OR = 3.81; 95% CI = 1.91 - 7.62), bacteriological quality (p = 0.00 ; OR = 6.03 ; 95% CI = 3.35 - 10.84), latrine availability (p = 0.00 ; OR = 3.91 ; 95% CI = 2.03 - 7.54), latrine ownership (p = 0.00 ; OR = 2.93 ; 95% Cl = 1.61 -- 5.33), latrine type (p = 0.00 ; OR = 4.88 ; 95% CI = 2.22 --- 10.71). Yet, only two wastewater disposal variables are significantly associated with diarrhea, i.e. disposal availability (p = 0.00 ; OR = 4.35 ; 95% CI = 2.26 - 8.37) and condition (p = 0.00 ; OR = 4.97 ; 95% CI = 2.8I - 8.78). However, five individual characteristic variables are significant, i.e. mother education (p = 0.00 ; OR = 4.33 ; 95% CI = 2.31 - 8.11), status mother occupation (p = 0.01., OR = 2.57 ; 95% CI = 1.33 - 4.97), mother knowledge about diarrhea (p = 0.00 ; OR = 4.48 ; 95% CI = 2.42 - 8.31), mother attitude toward diarrhea prevention (p = 0.00 ; OR = 4.48 ; 95% CI = 2.39 - 839), age of babies and children (p = 0.00; OR = 5.50 ; 95% Cl = 2.52 - 12.02), and exclusive breastfeeding (p = 0.00 ; OR = 4.12 ; 95% CI=2.28 - 7.46). On the other hand, age of mother and babies and children' sexes are not associated significantly with diarrhea.
Further, logistic regression tests indicate that clean water facility ownership, age of babies and children, mother occupation, latrine type, bacteriological quality, mother attitude toward diarrhea prevention, mother knowledge about diarrhea, and exclusives breastfeeding are the dominant risk factors of the diarrhea. These variables are statistically not interacted each other.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Hidayanti
"Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius di Kabupaten Bogor. Angka kejadian diare tinggi dalam 5 tahun terakhir dan menimbulkan KLB. Pada tahun 2009 terjadi KLB diare di kecamatan Cigudeg, Cisarua, dan Megamendung dengan CFR 0,78% serta tahun 2010 terjadi lagi di Sukamanah, angka kematian diare 1,82%.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko diare di Kecamatan Cisarua, Cigudeg dan Megamendung Kabupaten Bogor. Disain penelitian adalah kasus kontrol, kasus adalah penderita diare yang tercatat dalam register puskesmas selama 14 hari terakhir waktu penelitian berlangsung dan kontrol adalah penduduk yang tidak menderita diare, tetangga kasus. Jumlah sampel kasus 110 responden dan kontrol 110 responden.
Pengumpulan data dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Kuesioner berisikan pertanyaan tentang karateristik responden (jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan), perilaku cuci tangan, higiene sanitasi makanan, serta faktor lingkungan (jenis lantai, sumber air bersih, penanganan sampah dan pembuangan tinja) dan kualitas bakteriologis air bersih.
Hasil analisis multivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara higiene sanitasi makanan dengan kejadian diare (nilai p<0,004) dan Odds Ratio2,222 pada 95% interval kepercayaan 1,284-3,485.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor risiko yang paling dominan adalah higiene sanitasi makanan minuman.

Diarrhea disease remains serious public health problems in Bogor Regency. Diarrhea morbidity is higher for the last 5 years and occurrence of outbreaks. In 2009, outbreaks of diarrhea in the Cisarua, Cigudeg and Megamendung district with Case Fatality Rate 0,78%, also in 2010 outbreak of diarrhea occurred again in Sukamanah with diarrhea mortality rates by 1,82%.
This study aims to analyze the risk factor diarrhea in Cisarua, Cigudeg dan Megamendung sub district, Bogor regency. This study has a case-control design, samples are suffer diarrhoea and registered health center for 14 days research and the controls are not person who were not suffer of diarrhoea, neighbour of case. There were 110 cases and 110 controls.
The information were collected by interviews using a structured questionnaire. These included demographic characteristic respondents (gender, education and employment), the behavior of hand washing, food hygiene and sanitation, environmental factor (clean water, waste handling, disposal of feces and type of floor), and the bacteriological quality of water.
The results of the multivariate analysis showed factors associated with occorence of diarrhea is food hygiene and sanitation (p value =0,004) and odds ratio (OR) 2,222 at confidence interval 1,284-3,845.
The conclusion risk factor dominant association with diarrhoea is food hygiene and sanitation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Naufal Azhari
"Setiap tahun penularan penyakit melalui jalur fecal-oral, termasuk diare telah menyebabkan banyak kematian, khususnya pada anak-anak di dunia. Pemeriksaan kualitas mikroba air dirasa tidak cukup untuk menggambarkan secara akurat tingkat risiko diare. Hal ini dikarenakan faktor sanitasi dan perilaku higiene juga berperan penting dalam rantai penularan penyakit diare. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran atau potret ketersediaan sarana sanitasi dan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) pada masyarakat serta hubungannya dengan kejadian diare. Disain studi yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional).
Peneliti melakukan penilaian terhadap kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat dengan menggunakan data Environmental Health Risk Assessment (EHRA) di 9 kelurahan di Kota Depok. Pada setiap kelurahan diambil 60 rumah tangga sebagai sampel sehingga jumlah responden yang digunakan adalah 540 rumah tangga. Kuesioner dan lembar observasi digunakan untuk mengetahui kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat serta kejadian diare.
Ditemukan hubungan bermakna antara pengolahan sampah rumah tangga [OR = 0,42 (95% confidence interval (CI), 0,23-0,76)], perilaku cuci tangan pakai sabun [OR = 4,93 (3,11-7,82)], dan perilaku buang air besar sembarangan [OR = 6,61 (2,03-21,58)] dengan kejadian diare. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah kondisi fasilitas sanitasi (pengolahan sampah rumah tangga) dan kebiasaan higiene (cuci tangan pakai sabun dan buang air besar sembarangan) masyarakat memiliki hubungan dengan kejadian diare pada masyarakat.

Each year the transmission of disease through fecal-oral route, including diarrhea has caused many deaths, especially among children in the world. Examination of the microbial quality of water is not sufficient to accurately describe the level of risk of diarrhea . This is because the factors of sanitation and hygiene behavior also play an important role in the transmission of diarrheal diseases. Therefore it is necessary to do research on a picture or portrait of availability of sanitation facilities and hygienic behavior of healthy in society and its relationship with the incidence of diarrhea. We used cross-sectional study design.
We conducted an assessment of the condition of sanitation facilities and people's behavior by using Environmental Health Risk Assessment (EHRA) data in 9 villages in Depok. In each village 60 households taken as a sample so that the number of respondents used was 540 households. Questionnaires and observation sheets are used to determine the condition of sanitation facilities and people's behavior and the incidence of diarrhea.
We found a significant relationship between household sewage treatment [ OR = 0.42 (95 % confidence interval ( CI ), 0.23-0.76) ], the behavior of handwashing with soap [ OR = 4.93 (3.11 -7.82) ], and defecation behavior [ OR = 6.61 (2.03 to 21.58) ] with the incidence of diarrhea. From the result we can conclude that the condition of sanitation facilities ( household waste ) and hygiene habits (washing hands with soap and defecation ) people have a relationship with the incidence of diarrhea in the community .
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T38920
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>