Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55022 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mades Fifendy
"DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi DBD di Indonesia, diantaranya adalah dengan program Pemberantasan Sarang Nyamuk. dan penggunaan insektisida seperti malation dan temefos. Namun cara tersebut belum memberikan basil yang memadai, sehingga diperlukan bahan lain untuk menunjang pengendalian DBD, seperti penggunaan insektisida alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Insektisida yang berasal dari tumbuhan dalam waktu relatif singkat, setelah digunakan akan terurai menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Untuk mengetahui golongan senyawa yang berperan sebagai insektisida dalam daun Helianthus annuus dan pengaruh ekstraknya terhadap kematian Aedes aegypti. Penelitian dilakukan di laboratorium Entomologi bagian Parasitologi, laboratorium Kimia bagian Kimia FKUI, dan bagian PTM Depkes selama 8 bulan. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 0,050 % ; 0,075 % ; 0,100 % ; 0,125 % ; 0,150 % ; dan 0,175 % untuk larvisida, dan konsentrasi 0,5% ; 1,0% ; 1,5% dan 2,0% untuk insektisida dan repelen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa golongan senyawa yang diduga bersifat insektisida dalam daun Helianthus annuus adalah golongan alkaloid, saponin, twain, steroid, terpenoid, dan minyak atsiri. Kematian larva tertinggi adalah pada konsentrasi 0,175 % yaitu 92,8 % dan terendah adalah pada konsentrasi 0,050 % yaitu 16,0 %. Konsentrasi letal untuk kematian 50% adalah 0,097 % dan kematian 90% adalah 0,195%. Rata-rata kematian nyarnuk dewasa adalah 90,8 % pada konsentrasi 2,0% dan 20,0 % pada konsentrasi 0,5 %. Daya proteksi berkisar antara 65,58 % - 86,10 %, dengan daya proteksi maksimal ketika jam ke-2, pada konsentrasi 2,0%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfah S. Nurusman
"Pengaruh eksudat akar dan ekstrak daun Helianthus animus serta Ipomoea batatas terhadap pertumbuhan rumput gajah Penniseturn polystachyon telah dilakukan; diamati pula pertumbuhannya bila ditanam di dalam 1 pot bersama H. annuus atau I batatas.
Pada penelitian ini, eksudat akar H. anrnrus mampu menurunkan persentase perkecambahan biji dan panjang kecambah rumput gajah sampai 23,87 dan 47 % terhadap kontrol dalam 90 jam; sementara eksudat akar I. batatas menunjukkan penurunan 22,37 % dan 23,83 %.
Eksudat akar dari tanaman bunga matahari yang disiramkan selama 5 minggu pada rumput gajah umur 10 hari menekan tinggi gulma itu 13,62%; berat segar dan berat kering 39,56 dan 51,24 %. Eksudat akar tanaman ubi jalar hanya berpengaruh menekan berat segar dan berat kering gulma itu sampai 18,58 dan 18,40 %.
Ekstrak daun H. annuus serta Ibatatas 4 % b.k. mampu menghambat persentase perkecambahan dan tinggi kecambah rumput gajah dalam 90 jam berturut-turut sebesar 38,45 dan 15,28 % serta 30,79 dan 19,45 %.
Ekstrak daun H. annuus serta I. batatas 2 % b.k.yang disiramkan sekali seminggu tidak berpengaruh terhadap tinggi dan berat segar rumput gajah. Ekstrak daun H. annuus meredusir berat kering rumput gajah 19,15 %; sementara ekstrak dawn I. batatas menekan berat segar dan berat kering rumput gajah 9,6 dan 31,01 %.
Rumput gajah yang ditanam dalam 1 pot bersama H. anmuus atau I batalas tidak menunjukkan perbedaan nyata dalam tinggi dan berat segar rumput gajah; namun berat kering menunjukkan penurunan 33,44 dan 39,63 % terhadap kontrol.

Pennisetum polystachyon is native of Tropical Africa. It tins a high reproductive capacity and rapid seed germination; it becomes a troublesome weed when it takes over waste- and cultivated lands. It is now also found along the road sides and highways in Indonesia. The seeds are wind dispersed and have a resilient ability to survive drought and certain cultural and chemical control methods.
The concept that some crop plants may be allelopathic to certain weeds is receiving increased attention in the search for alternative weed control strategies. Helianthus anmrus and Ipomoea aquatica are amongst the crop plants that may have the allelopathic effect to some weeds.
This research aims to study the inhibiting potential of H. anmrus and I. batatas on the growth of P. polystachyon. This study observed the effects of root exudates and leaf extracts of H. annuus and I. batatas on the germination and growth of P. polystachyon; and also on the growth of this weed grown together with H. annuus or I. batatas.
Root exudates taken from the sand planted with H. annuus or I. batatas for 4 weeks diluted 1-- 4 times (5 replications each) inhibited the percentage of germination and the length of germination seeds in 90 hours. Root exudates of H. annuus reduced the percentage of germination up to 23.87 % and the length of the germination seeds up to 19.46 % of control; while root exudates off. batatas reduced both parameters 22.37 % and 23.83 % respectively.
Root exudates, liquid comes out from watering H. annuus or I. batatas (0, 1, 2, 3 and 4 plants/pot), poured over a 10-days seedling of P. polystachyantwice a day during 5 weeks (5 replications each) reduced the height, fresh and dry weight of the weed. The height reduced up to 13.62 %; fresh and dry weight up to 39.56 % and 51.24 % by the root exudate of H. annuus; while those of I. batatas had no effect to the height of P. polystachyon but did reduce the fresh and dry weight up to18.58 and 18.40 %.
Leaf extracts of H. anmrus or I. batatas (0--4 % dry weight), with 5 replications each, reduced also the percentage of germination and length of the germination of seed of P. polystachyan. During 90 hours, leaf extracts of H. anmrus reduced the percentage of germination of the weed species up to 38.45 % and length of the germination of seeds up to 15.28 %; while those of I. batatas up to 30.79 % and 19.45 % respectively.
The 10 days-old seedling of P. polystachyan with 50 ml leaf extracts of H. annuus or I. batatas (0; 0.5; 1.0; 1.5; and 2 % dry weight) once a week, showed a little difference effect on those weed growth a week after the third treatment. Leaf extract of H. annuus almost had no effect on the weed growth both in height, fresh and dry weight except the leaf extract of 2 % dry weight gave a very significant difference with those of control, it reduced up to 19.15 % of the control. Leaf extract off batatas did reduce the fresh and dry weight of the weed species. Tukey's test showed that it reduced significantly the fresh weight to 9.6 % and reduced very significantly the dry weight up to 31.01 %.
H. anmsus -- P. polystachyon and I batatas - P.polyslachyon grown together in a pot (0-5; 1-4; 2-3; 3-2; 4-1; and 5-0) for 5 weeks; 4 replications each, gave another result; both had no effect on height and fresh weight of P. polyslachyon. H. anmrus - P. polyslachyon and I. batatas - P. polystachyon 4-1 reduced the dry weight significantly up to 33.44 and 39.63 %.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Eka Susilarini
"Dalam penelitian ini, dilakukan sintesis minyak terozonasi (Oleozon®) dari minyak zaitun dan minyak bunga matahari dengan cara ozonasi secara semi kontinu selama 42-84 jam. Ozonasi dilakukan pada suhu 15 - 22°C menggunakan ozonator rancangan sendiri yang dapat beroperasi ±13 jam. Kedua jenis Oleozon® tersebut dianggap memiliki efikasi sebagai disinfektan untuk bakteri Staphylococcus aureus. Ozonasi akan dilakukan pada minyak zaitun, bunga matahari, dan campurannya yang ekivolum yang bertujuan untuk memecah ikatan rangkap C=C dan menghasilkan ozonida yang bertindak sebagai disinfektan. Kualitas Oleozon® ditentukan dengan sejumlah analisis seperti uji bilangan iod, bilangan asam, dan pengukuran pH produk samping (air). Analisis FT-IR juga digunakan untuk melihat perubahan konsentrasi ikatan-ikatan yang berhubungan dengan pembentukan ozonida. Secara sederhana, efikasi Oleozon® diujikan pada bakteri Staphylococcus aureus. Hasil yang didapat adalah minyak zaitun dan campuran minyak zaitun-matahari terozonasi memiliki efek antiseptik yang sebanding.

In this study, synthesis of ozonized oil (Oleozon®) from olive oil and sunflower oil is carried out by means of semi-continuous ozonation for 42-84 hours. Ozonation is performed at 15-22 ° C using own design ozonator that can operate ± 13 hours. Both types of oil are considered have efficacy as an antiseptic for bacteria Staphylococcus aureus. Ozonation of olive oil, sunflower, and mixtures olive-sunflower will break the C = C double bond and produce ozonide which acts as an antiseptic. Oleozon® quality is determined by numbers of analysis such as iodine number, acid number, and pH measurements of byproducts (water). FT-IR analysis was also used to look at changes in the concentration of bonds associated with the formation of ozonida. In short, the efficacy Oleozon® tested to grampositive bacteria Staphylococcus aureus. The result is mixed olive-sunflower oil and olive oil have a comparable disinfection effect.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sungkar, Saleha
"ABSTRAK
DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi DBD di Indonesia, diantaranya adalah dengan program Pemberantasan Sarang Nyamuk dan penggunaan insektisida seperti malation dan temefos. Namun cara tersebut belum memberikan hasil yang memadai, sehingga diperlukan bahan lain untuk menunjang pengendalian DBD, seperti penggunaan insektisida alami yang berasal dari turnbuh-tumbuhan. Insektisida yang berasal dari tumbuhan dalam waktu relatif singkat, setelah digunakan akan terurai menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Untuk mengetahui golongan senyawa yang berperan sebagai insektisida dalam daun Helianthus au ours dan pengaruh ekstraknya terhadap kematian Aedes aegypti. Penelitian dilakukan di laboratorium Entomologi bagian Parasitologi, laboratorium Kimia bagian Kimia FKUI, dan bagian PTM Depkes selama 8 bulan.
Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 0,050 % ; 0,075 % ; 0,100 % ; 0,125 % ; 0,150 % ; dan 0,175 % untuk larvisida, dan konsentrasi 0,5% ; 1,0% ; 1,5% dan 2,0% untuk insektisida dan repelen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa golongan senyawa yang diduga bersifat insektisida dalam daun Helianthus animus adalah golongan alkaloid, saponin, tanin, steroid, terpenoid, dan minyak atsiri. Kematian larva tertinggi adalah pada konsentrasi 0,175 % yaitu 92,8 % dan terendah adalah pada konsentrasi 0,050 % yaitu 16,0 %. Konsentrasi letal untuk kematian 50% adalah 0,097 % dan kematian 90% adalah 0,195%. Rata-rata kematian nyamuk dewasa adalah 90,8 % pada konsentrasi 2,0% dan 20,0 % pada konsentrasi 0,5 %. Daya proteksi berkisar antara 65,58 % - 86,10 %, dengan daya proteksi maksimal ketika jam ke-2, pada konsentrasi 2,0%."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zahrotul Karimah
"Sistem intercropping merupakan sistem budidaya tanaman yang dilakukan dengan menanam
lebih dari satu jenis tanaman secara bersamaan pada areal lahan yang sama. Sistem
intercropping dinilai mampu meningkatkan hasil pendapatan dan mengurangi resiko
kerugian akibat gagal panen pada salah satu tanaman produksi. Penanaman bersama tanaman
bunga matahari dan tomat merupakan salah satu contoh sistem budidaya tanaman
menggunakan sistem intercropping. Namun, penelitian yang mengkaji tentang sistem
intercropping tanaman bunga matahari dan tomat dalam upaya meningkatkan hasil panen
masih sangat terbatas. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi
efektivitas sistem intercropping bunga matahari dan tomat terhadap pengendalian gulma,
produktivitas dan pertumbuhan tanaman produksi. Tanaman bunga matahari dan tanaman
tomat ditanam dalam waktu yang bersamaan dengan pola yang berselang seling selama 13
pekan dengan rasio 1:1 sebanyak dua kali pengulangan. Berdasarkan evaluasi hasil panen,
sistem intercropping bunga matahari dan tomat menyebabkan hasil panen buah tomat dan
yield bunga matahari menurun (LER= 0,652<1). Hal tersebut disebabkan oleh persaingan
interspesifik yang didominasi oleh tanaman tomat (A= +0,165, CR=1,677). Berdasarkan uji
Mann Whitney, berat yield bunga matahari/individu tanaman pada sistem intercroppping
lebih rendah dibandingkan dengan sistem monocropping sehingga memiliki perbedaan yang
signifikan (P<0,05). Oleh karena itu, penggunaan tanaman bunga matahari sebagai tanaman
pendamping pada sistem intercropping tomat dinilai kurang tepat apabila transplantasi
dilakukan secara bersamaan. Meskipun demikian, sistem intercropping bunga matahari dan
tomat memiliki efektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan sistem monocropping dalam
menghambat pertumbuhan gulma dan infeksi hama serta menurunkan peristiwa retak buah
tomat. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi terkait waktu dan rasio yang
tepat dalam pengaplikasian tanaman bunga matahari sebagai tanaman pendamping pada
sistem intercropping tomat.

The intercropping system was a plant cultivation system that was carried out by planting
more than one type of plant simultaneously on the same land area. The intercropping system
had been considered to be able to increase income yield and reduce the risk of loss due to
crop failure in one of the production plants. The co-planting of sunflower and tomato plants
was an example of a crop cultivation system using an intercropping system. However,
research that examines the intercropping system of sunflower and tomato plants in an effort
to increase yields was still very limited. Therefore, the aim of this study was to evaluate the
effectiveness of sunflower and tomato intercropping systems on plant productivity and weed
control. Sunflower and tomato plants were transplanted at the same time and planted in a
pattern that was alternated for 13 weeks at a 1:1 ratio of two times. Based on the evaluation
results, the sunflower and tomato intercropping system caused the tomato fruit yield and
sunflower yield to decrease (LER = 0.652 <1). This was caused by interspecific competition
which was dominated by tomato plants (A = +0.165, CR = 1.677). Based on the Mann
Whitney test, the yield weight of sunflower / individual plants in the intercroppping system
had a lower weight than the monocropping system so that it had a significant difference (P
<0.05). Therefore, the use of sunflower plants as companion plants in the tomato
intercropping system was considered inappropriate if the transplants were carried out
simultaneously. However, the sunflower and tomato intercropping system had better
effectiveness than the monocropping system in inhibiting weed growth and pest infection
and reducing the incidence of tomato fruit cracking. This research was expected to provide
appropriate considerations regarding the use of sunflowers as a companion plant in the
tomato intercropping system in an effort to increase plant productivity and weed control.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Immareta Christabel Asandi
"Pada penelitian, ini dilakukan sintesis nanopartikel ZnO, nanopartikel CeCuO3, dan nanokomposit ZnO/CeCuO3 secara green synthesis menggunakan ekstrak daun bunga matahari (Helianthus annuus L.). Daun bunga matahari mengandung alkaloid yang dapat berperan sebagai basa lemah (ditandai dengan adanya reaksi positif terhadap reagen Wagner) dan mengandung saponin (ditandai dengan adanya reaksi positif terhadap akuades) yang berperan sebagai capping agent pada sintesis nanopartikel dan nanokomposit. Keberhasilan sintesis nanopartikel ZnO, nanopartikel CeCuO3, dan nanokomposit ZnO/CeCuO3 dibuktikan dengan identifikasi struktur yang bersesuaian dengan referensi pada pengujian FTIR dan diperkuat dengan adanya kesesuaian nanopartikel dan nanokomposit yang disintesis dengan database pada karakterisasi menggunakan XRD. Pengkompositan ZnO dengan CeCuO3 dilakukan untuk meningkatkan aktivitas fotokatalitik ZnO di bawah iradiasi sinar tampak dengan menurunkan energi celah pita ZnO. Hal ini dinyatakan pada karakterisasi menggunakan UV-Vis DRS bahwa energi celah pita ZnO, CeCuO3, dan ZnO/CeCuO3 secara berturut - turut sebesar 3,17 eV; 2,60 eV; dan 2,96 eV. Kemudian menghasilkan persentase fotodegradasi yang dihasilkan ZnO/CeCuO sebesar 91% lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas ZnO, yaitu sebesar 56% dan CeCuO3 sebesar 76%. Serta kinetika reaksi fotokatalisis nanokomposit ZnO/CeCuO3 terhadap malasit hijau mengikuti model pseudo orde satu dengan konstanta laju reaksi (k) sebesar 1,85 x 10-2 m-1.

In this research, synthesis of ZnO nanoparticles, CeCuO3 nanoparticles, and ZnO/CeCuO3 nanocomposites was carried out by means of green synthesis using sunflower (Helianthus annuus L.) leaf extract. Sunflower leaves contain alkaloids which can act as weak bases (indicated by a positive reaction to Wagner's reagent) and contain saponins (indicated by a positive reaction to aquades) which act as capping agents in the synthesis of nanoparticles and nanocomposites. The successful synthesis of ZnO nanoparticles, CeCuO3 nanoparticles, and ZnO/CeCuO3 nanocomposites was proven by the identification of structures that matched the references in FTIR characterization and was strengthened by the suitability of the synthesized nanoparticles and nanocomposites with the database on characterization using XRD. Compositing of ZnO with CeCuO3 was carried out to increase the photocatalytic activity of ZnO under visible light irradiation by reducing the band gap of ZnO. This was stated in the characterization using UV-Vis DRS that the band gaps of ZnO, CeCuO3, and ZnO/CeCuO3 were respectively 3.17 eV; 2.60 eV; and 2.96 eV. Then the photodegradation percentage produced by ZnO/CeCuO3 was 91%, higher than the ZnO activity, which was 56% and CeCuO3, which was 76%. Also, the reaction kinetics of the ZnO/CeCuO3 nanocomposite photocatalyst for green malachite follows a pseudo-first-order model with a reaction rate constant (k) of 1.85 x 10-2 m-1.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hera Andrayani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S31254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Eva Yismairai
"Aedes aegypti merupakan salah satu nyamuk yang berperan sebagai vektor bagi virus Dengue dalam mentransmisikan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Salah satu strategi yang dapat memutus rantai penyakit DBD yaitu dengan penggunaan larvasida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas larvasida pada batang dan daun D. pentandra terhadap larva instar IV Ae. aegypti. Pengujian larvasida dilakukan menggunakan konsentrasi 1.000; 2.500; 5.000; 7.500; dan 10.000 ppm, serta menggunakan 3 ulangan pada masing-masing larutan perlakuan ekstrak batang dan daun D. pentandra. Mortalitas pada pengamatan 48 jam dilakukan analisis probit menggunakan aplikasi Statistic Product and Service Solution (SPSS) 24.0 untuk mengetahui nilai LC₅₀ pada kedua ekstrak. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak batang dan daun D. pentandra memiliki aktivitas larvasida dengan nilai LC₅₀ yang berbeda. Ekstrak batang memiliki nilai LC₅₀ = 1.183,23 ppm dan ekstrak daun memiliki nilai LC₅₀ = 6.013,63 ppm. Analisis HPLC juga dilakukan untuk mengetahui profil kromatogram pada kedua ekstrak. Hasil HPLC menunjukkan bahwa terdapat tiga senyawa pada puncak dengan retensi waktu 7,7; 8,6; dan 13,8 menit, yang diduga berperan dalam aktivitas larvasida pada kedua ekstrak D. pentandra. Namun demikian, perlu dilakukan isolasi dan identifikasi lebih lanjut terhadap senyawa yang diduga berperan dalam aktivitas larvasida pada kedua ekstrak D. pentandra.

Aedes aegypti is a mosquito that acts as vector of Dengue virus in transmitting dengue haemorrhagic fever (DHF) disease. Strategy that can break the chain of dengue fever is using larvicide. This study aims to know the potential of larvicidal activity in the stem and leaves of D. pentandra against fourth instar larvae of Ae. aegypti. Larvicidal testing was carried out using concentration series at 1.000; 2.500; 5.000; 7.500; and 10.000 ppm with 3 replications for each extract of D. pentandra. Data of mortality at the 48 hours observation was analyzed using probit in Statistic Product and Service Solution (SPSS) 24.0 application to determine the LC₅₀ value in both extracts. The test results showed that both extracts have a different LC₅₀ value, where stem extract has LC₅₀ = 1,183.23 ppm and leaves extract has LC₅₀ = 6,013.63 ppm. HPLC analysis was carried out to determine the chromatogram profile in each extract of D. pentandra. HPLC results showed three peaks at 7,7; 8,6; and 13,8 minutes indicated have a role in larvicidal activity in stem and leaves extracts. Further, it is needed to isolate and identification three compounds that indicated to have a role in larvicidal activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>