Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180843 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Magdalena T.
"ABSTRAK
Infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Angka prevalensi nasional untuk cacing gelang (askariasis) 70 - 90 %, cacing cambuk (trikuriasis) 80 - 95 % dan cacing tambang (ankilostomiasis) 30 - 59 %. Program pemberantasan kecacingan di Indonesia terdiri dari pengobatan, pemeriksaan tinja secara reguler dan penyuluhan. Fokus penelitian ini adalah penyuluhan dengan jenis penelitan praeksperimen, dengan kategori static group comparison, yang bertujuan membandingkan dua kelompok.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara penyuluhan yang telah diberikan dan pengetahuan, sikap & praktek tentang kecacingan ibu-ibu murid SD kelas VI. Penyuluhan pemberantasan kecacingan telah diberikan sejak anaknya di kelas III.
Pengumpulan data primer pada bulan Agustus 1996 dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen. Responden penelitian ini adalah kelompok ibu-ibu murid kelas VI dan kelompok ibu-ibu murid kelas I, Daerah penelitian di SDN Cilandak Barat 03 Pagi, SDI Asaadah dan SDI Alhuriah di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Sampel diambil secara purposif.
Sebagai kesimpulan dari penelitian ini, pengetahuan, sikap & praktek ibu ibu murid kelas VI menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dengan pengetahuan, sikap dan praktek ibu-ibu murid kelas I.
Daftar Kepustakaan 54 (1974 - 1996)

ABSTRACT
The Relationship Between Health Education on Soil Transmitted Helminth Control Program and Knowledge, Attitude & Practice among Mothers of School age Children at Three Primary School in Cilandak Subdistrict, South Jakarta, 1996.Soil transmitted helminth infection is a public health problem in Indonesia. The National prevalence for Ascariasis is 70 - 90 %, Trichuriasis 80 - 90 % and Ancytostomiasis 30 - 59 %. Soil transmitted helminth control program in Indonesia consist of treatment, regular examination and health education. The focus of this study in on health education and the design was pre-experimental in static group comparison.
The objectives of this study is to know the relationship between health education and knowledge, attitude and practice about soil transmitted helminth among mothers of school age grade VI. Health education was given since their children at grade III.
The primary data was collected in August 1996 by using questioner as instrument. The respondent in this study was a group mothers of school age grade 6 and a group mothers of schoolage grade I. The study area was located in SDN Cilandak Barat 03 Pagi, SDI Asaadah and SDI Alhuriah in Cilandak Subdistrict, South Jakarta. The sampling method was purposively.
The result of this study shown that knowledge, attitude and practice were significantly different between mothers of school age grade VI and mothers of school age grade I.
Bibliography : 54 (1974 - 1996)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Widyasari
"ABSTRAK
Infeksi yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminthes (STH) yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, dan Trichuris trichiura, saat ini cenderung meningkat dan menjadi masalah di masyarakat. Khususnya pada usia anak sekolah, prevalensi infeksi STH cukup tinggi salah satunya di daerah kumuh kota Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan infeksi kecacingan yang ditransmisikan melalui tanah dengan jumlah anggota keluarga pada siswa SDN 09 Pagi Paseban tahun 2010. Penelitian ini menggunakan metode Cross-Sectional. Data dikumpulkan melalui pemeriksaan feses terhadap 93 siswa dan kuesioner yang diisioleh orang tua siswa yang diambil pada tanggal 8-9 Desember 2010. Hasil penelitian ditemukan prevalensi infeksi kecacingan pada siswa SDN 09 Pagi Paseban sebesar 11,8%, dengan infeksi Ascaris lumbricoides terbanyak yaitu 8,6%. Sebaran responden terbanyak berasal dari jumlah anggota keluarga kecil yaitu kurang dari empat orang sebesar 45,2%. Hasil uji Chi-Square diperoleh hubungan bermakna antara infeksi cacing usus STH dengan kelas (p=0,015), namun tidak terdapat hubungan bermakna antara infeksi cacing usus STH dengan jenis kelamin (p=0,439). Pada uji Fisher, tidak terdapat hubungan bermakna antara jumlah anggota keluarga dengan status infeksi kecacingan (p=0,536). Disimpulkan, bahwa jumlah anggota keluarga tidak berhubungan dengan infeksi kecacingan yang ditransmisikan melalui tanah pada siswa SDN 09 Pagi Paseban tahun 2010.

ABSTRAK
Soil Transmitted Helminthes (STH) infection, such as Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, and Trichuris trichiura, has become a major problem in the society. These diseases prevalence is high among school aged children in the rural area at Jakarta. This study aim is to know the relationship between soil helminthes transmitted infection and the amount of family member among school aged children in the SDN 09 Pagi Paseban in the year 2010. This study uses Cross-Sectional method. We get the data from stool specimens from 93 students and filled questionnaire by their parents on 8-9th December 2010. The result is the number of STH infection prevalence among the students is 11,8%, with the highest prevalence on Ascaris lumbricoides infection, 8,6%. Almost our subjects are from small family (≤ 4 members), 45,2%. In the Chi Square test, we got a significant relationship between STH infection and the class of students (p=0,015), but doesn?t have a significant relationship between STH infection and the gender (p=0,439). In the Fisher Exact test, there was no significant relationship between the number STH infection among students and the number of family member (p=0,536). We concluded that there is no significant relationship between the number of family member and the STH infection among students in SDN 09 Pagi Paseban in the year 2010.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Ghassani
"Penyakit Kecacingan menjadi masalah kesehatan bagi Indonesia, terutama pada anak sekolah SDN 09 Pagi Paseban , kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Penyakit kecacingan merupakan penyakit yang berbasis lingkungan terutama kebiasaan perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan infeksi cacing usus STH dengan kebiasaan bermain tanah pada SDN 09 Pagi Paseban. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data diambil pada tanggal 8-10 Desember 2010 dengan cara mengumpulkan 114 feses siswa dan dan membagikan kuesioner yang diisi oleh orang tua.
Hasil menunjukkan terdapat 13 siswa (11,4%) terinfeksi cacing usus STH sedangkan 101 lainnya (88,6%) tidak terinfeksi, dengan jumlah infeksi Ascaris terbanyak yaitu 10 siswa (8,8%). Responden yang terbanyak adalah bermain tanah tidak sambil makan (87,7 %) daripada pemakaian alas kaki (78,9%) dan bermain tanah (54,4%). Angka infeksi cacing usus terbanyak adalah siswa yang memiliki kebiasaan bermain tanah sebanyak 7 orang.
Pada uji Fisher, tidak terdapat perbedaan makna antara infeksi cacing usus STH dengan kebiasaan bermain tanah (p=1), bermain tanah sambil makan (p=0,199) dan pemakaian alas kaki (p=0,295). Disimpulkan status infeksi kecacingan pada siswa SDN 09 Pagi Paseban tidak berhubungan dengan kebiasaan bermain tanah.

Soil-transmitted helminthes disease has become a health problem for Indonesia. Mainly schoolchild SDN 09 Pagi Paseban, Paseban village, Centre of Jakarta. STH disease is a disease based on environment especially behavior habits. This research aims to determine relationship between STH infection and the habitude playground of students of SDN 09 Pagi Paseban. Data were collected on 8-10th December 2010, and 114 stool specimens and filled questionaires by their parents.
The result was that there was 13 (11,4 %) infected students and the less were not infected (88,6%), with the highest number of infection is Ascaris (8,8%). The number of habit playground while eating (87,7%) than use of footwear (87,7%) and play ground (54,4%). The highest infection rate is students has habit of playground 7 people.
In the fisher test, there was no significant relationship between STH infection and the habit of playground ( p=0,199), playgorund while eating (p=0,199) and use of footwear (p=0,295). We concluded that there is no a significant relationship between the number of helminthes infection among students in SDN 09 Pagi Paseban and habitude of playground.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Putriheryanti
"Infeksi cacing usus yang ditransmisikan melalui tanah (Soil-transmitted helminthes, STH) menyebar luas pada daerah tropis, dan paling banyak ditemukan pada anak balita dan anak usia sekolah dasar. Angka infeksi ini berhubungan dengan kondisi ekonomi keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan angka kejadian infeksi cacing usus STH di SDN 09 Pagi Paseban. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data diambil pada 8-10 Desember 2010 dengan meneliti sampel feses 93 siswa SDN 09 Pagi Paseban yang telah mengisi kuesioner.
Hasil menunjukkan 11 orang (11,8%) siswa terinfeksi dan 82 orang (88,2%) siswa tidak terinfeksi. Responden perempuan lebih banyak (52,7%) daripada laki-laki (47,3%). Siswa dengan keluarga berpendapatan kecil berjumlah 27 orang (29%), berpendapatan sedang 51 orang (54,9%), dan berpendapatan besar 15 orang (16,1%). Responden terbanyak berasal dari kelas 3 SD (22,6%), dan hanya 7 responden (7,5%) yang berasal dari kelas 1 SD. Pada uji chi-square terdapat perbedaaan bermakna antara infeksi kecacingan dengan kelas responden (p=0,015), namun tidak terdapat perbedaan bermakna antara infeksi kecacingan dengan jenis kelamin (p=0,439).
Uji Fisher menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara infeksi kecacingan dengan pendapatan keluarga (p=0,724). Disimpulkan status infeksi kecacingan pada siswa SDN 09 Pagi Paseban tergolong rendah dan tidak berhubungan dengan tingkat pendapatan keluarga mereka.

Soil-transmitted helminthes infection spreads widely in tropic area, and most found in toddlers and elementary school children. The number of infection is related to the socioeconomic status. The objective of this study was to identify the association between soil-transmitted helminthes (STH) infection and family income in students of elementary school 09 Pagi Paseban. This cross sectional study was performed on December 8-11, 2011 by taking questionnaire and identifying stool sample from 93 students.
The results shows 11 students (11,8%) were infected and 82 students (88,2%) were not infected. The number of female students (52,7%) were more than male students (47,3%). Most students come with mild family income (54,9%). The most respondents were in the third grade (22,6%), and only 7,5% were in the first grade. The chi-square test showed significant difference between STH infections and the students? grade (p=0,015), but not with the students? gender (p=0,439).
The Fisher test showed no significant difference between STH infections and family income (p=0724). The conclusion of this study was the number of STH infections in students of elementary school 09 Pagi Paseban was low and had no association with their family income.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Lastaria
"Infeksi cacing usus Soil-Transmitted Helminthes (STH), yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang masih menjadi salah satu masalah di dunia terutama pada anak-anak di negara berkembang, termasuk Indonesia. Banyak faktor yang berperan terhadap tingginya prevalensi infeksi cacing usus STH, salah satunya adalah gaya hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan infeksi cacing usus STH dengan tingkat pendidikan ayah dan ibu pada siswa SDN 09 Pagi Paseban. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data diambil pada tanggal 8-9 Desember 2010 dengan cara mengumpulkan 93 feses siswa dan dan membagikan kuesioner yang diisi oleh orang tua.
Hasil menunjukkan terdapat 11 siswa (11,8%) terinfeksi cacing usus STH sedangkan 82 lainnya (88,2%) tidak terinfeksi, dengan jumlah infeksi Ascaris terbanyak yaitu 8 siswa (8,6%). Responden perempuan lebih banyak (52,7%) daripada laki-laki (47,3%). Tingkat pendidikan ayah terbanyak adalah kategori tingat pendidikan sedang (61,3%) yaitu SMA, dan tingat pendidkan ibu terbanyak juga pada tingkat pendidikan sedang (55,9%). Pada uji Chi-square, tidak terdapat perbedaan bermakna antara infeksi cacing usus STH dengan jenis kelamin (p=0,439), tetapi terdapat perbedaan bermakna dengan kelas responden (p=0,015). Sementara, pada uji Fisher, tidak terdapat perbedaan makna antara infeksi cacing usus STH dengan tingkat pendidikan baik ayah (p=0,940) maupun ibu (p=0,350). Disimpulkan status infeksi kecacingan pada siswa SDN 09 Pagi Paseban tidak berhubungan dengan tingkat tingkat pendidikan orang tua.

Nowadays Intestinal Soil Transmitted Helminthes infection, such as Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, and hookworm has become the one of a major problem among school aged children in Indonesia. Many factors affect the prevalence of STH infection, such as lifestyle. This study is aim to know the relationship between STH infection and the parents education level among students in SDN 09 Pagi Paseban. The method of this study is Cross sectional. Data were collected on 8-9th December 2010, and 93 stool specimens and filled questionaires by their parents.
The result was that there was 11 infected students and the less were not nfected, with the highest number of infection is Ascaris (8,6%). The number of girl repondents (52,7%)are lareger than the boy (47,3%). The most father?s education level is medium (61,3%), senior high school graduated and the mother?s education level is also medium (55,9%). In the Chi Square test, we got that there was no significant relationship between STH infection and the gender ( p=0,439), but there was significant relationship between STH infection and the students? class level (p=0,015). Meanwhile, in the Fisher Exact test, we got that there was no significant relationship between STH infection and fathers education level (p=0,940) and mothers education level (p=0,350). We concluded that there is no a significant relationship between the number of helminthes infection among students in SDN 09 Pagi Paseban and their parents education level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Antarini B. Antojo
"Di Indonesia, prevalensi penyakit kecacingan perut cukup tinggi, yaitu berkisar antara 80 - 90%. Meskipun tidak langsung menyebabkan kematian, akibat dari penyakit kecacingan perut ini sangat merugikan, terutama apabila terjadi pada anak-anak. Masalah yang timbul didalam menanggulangi penyakit kecacingan perut ini adalah terjadinya reinfeksi sesudah dilakukan pengobatan, yang ternyata cukup tinggi, sehingga selain upaya pengobatan, juga perlu ditekankan pada upaya pendidikan kesehatan dengan maksud untuk meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku terhadap penyakit kecacingan perut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan yang diberikan terhadap Pengetahuan, Sikap dan Perilaku murid SD tentang penyakit kecacingan perut. Jenis penelitian yang dilakukan adalah quasi eksperiman dengna mengambil sampel dari murid-murid SD yang memperoleh Program Pemberantasan Penyakit Kecacingan Perut yang dilaksanakan oleh Forum Koordinasi Integrasi Pelayanan Kesehatan Keluarga dan Keluarga Berencana.
Dari hasil analisa diperoleh bahwa pendidikan kesehatan tentang pemberantasan penyakit kecacingan perut berpengaruh dalam meningkatkan Pengetahuan total murid-murid yang meliputi Pengetahuan tingkat I, Pengetahuan tingkat II dan Pengetahuan Tingkat III, yang berarti murid-murid telah mempunyai pengetahuan tentang jenis cacing yang dapat menimbulkan penyakit, tanda-tandanya, akibatnya dan upaya pencegahan serta pengobatannya.
Untuk Sikap total, ternyata tidak ada perbedaan antara Sikap kelompok eksperimen dan kontrol, yang mungkin disebabkan oleh karena pembentukan Sikap memerlukan waktu yang cukup lama, yang belum terlihat dari hasil penelitian ini. Akan tetapi berdasarkan tingkatan Sikap, terlihat adanya perbedaan untuk Sikap tingkat III tidak menunjujjab adanya perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok, yang berarti bahwa Sikap Total ditentukan oleh Sikap tingkat III. Demikian pula perilaku pada kedua kelompok menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna, dan hal ini mungkin disebabkan karena penentuan alat ukur perilaku yang kurang tepat."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rawina Winita
"Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit kecacingan di Indonesia secara nasional dimulai tahun 1975 dan prevalensinya tahun 2003 turun sampai 8,9%. Namun dekade terakhir terjadi peningkatan prevalensi termasuk di Jakarta. Salah satu upaya pemberantasan kecacingan adalah dengan memberikan edukasi kecacingan untuk meningkatkan perilaku kebersihan diri sehingga dapat mencegah penyakit kecacingan. Penelitian ini bertujuan mengetahui angka kecacingan siswa SDN Pagi Paseban Jakarta Pusat setelah dilakukan edukasi kecacingan. Penelitian dilakukan secara analitik observasional dari bulan Desember 2010 sampai Juni 2011 terhadap 113 siswa melalui pemeriksaan feses dan kuesioner mengenai data perilaku kebersihan diri. Angka infeksi sebelum edukasi adalah 11,5% dengan spesies Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura serta infeksi campur A. lumbricoides dan Trichuris trichiura. Enam bulan setelah edukasi angka infeksi turun bermakna menjadi 0,9% (p=0,002) dengan jenis infeksi campur A. lumbricoides dan T. trichiura.

Intestinal Worm Eradication Efforts on Primary School Students. Intestinal infection caused by Soil Transmitted Helminths (STH) is a public health problem of Indonesia. Eradication efforts and disease prevention in Indonesia started in 1975 and its coverage can reduce the prevalence to 8.9% in 2003. But in Jakarta, the last decade prevalence of worm infection increased. Factors influence of high worm infection is a clean healthy behaviors. One effort to combat STH infection to do provision to improve personal hygiene behavior which can prevent the infection. This study aims to determine rates of STH worm to 113 students of SDN Paseban Central Jakarta after counseling about Soil Transmitted Helminths infection. The study was conducted from December 2010 to June 2011 by analytic observational through stool examination and questionnaire about personal hygiene. Rate of infection before counseling was 11.5% with species are Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura and mixed infection A. lumbricoides and Trichuris trichiura. Six month later after counseling infection rate decline signifacantly to 0.9% (p = 0.002) with a double infection type A. lumbricoides and T. trichiura."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lieska Prasetya S.D
"Infeksi cacing perut (soil transmitted helminthiasis ) merupakan masalah yang endemik di Indonesia. Survey oleh Depkes dan berbagai Fakultas Kedokteran di Indonesia menemukan prevalensi asksriasis 70% -- 90%, t ri khuriesis 80 - 95% dan cacing tambang 30% -59%. Pemeriksaan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1986 di sebuah sekolah di Jakarta Timur menemukan prevalensi 82.5%.
Melihat keadaan tersebut di atas, maka sejak tahun 1987 Forum Koordinasi Program Integrasi Pelayanan Kesehatan Keluarga dan Keluarga Berencana mulai melaksanakan Program Pemberantasan Cacingan di sekolah-sekolah dasar DKI Jakarta. Melalui program ini dilakukan berbagai bentuk penyuluhan kepada murid, guru dan orangtua murid, pemeriksaan laboratorium dua kali setahun dan pengobatan secara selektif.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya perbedaan perilaku orangtua murid, dalam hal ini menyangkut pengetahuan, sikap, dan praktek antara orangtua murid yang mendapat program dengan yang tidak mendapat program dalam pemberantasan cacingan, di kelurahan Pisangan Baru Jakarta Timur.
Untuk mengetahui hal tersebut, maka responden penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapat program (Perlakuan) di Kelurahan Pisangan Baru dan kelompok yang tidak mendapat program (Kontrol) di Kelurahan Jatinegara Kaum. Mereka adalah orang tua murid kelas VI. Murid kelas VI diambil .karena mereka telah mengikuti program sejak kelas I.
Jenis penelitian ini adalah pra eksperimen, dengan kategori static group comparison, yang bertujuan membandingkan dua kelompok subjek seperti yang telah disebutkan di atas. Sampel diambil secara random sampling.
Sumber data pada penelitian ini adalah data primer, dengan menggunakan instrumen kuesioner. Pengambilan data oleh peneliti dibantu 8 orang mahasiswa Keperawatan Depkes R.I.
Ketiga variabel yang diteliti ( Pengetahuan, Sikap, Praktek) diuji dengan menggunakan uji X2 dan uji-T. Hasilnya memperlihatkan variabel pengetahuan dan variabel praktek menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kontrol dalam pemberantasan cacingan (P{0.05). Artinya ada pengaruh program terhadap pengetahuan dan praktek responder. Responden perlakuan pengetahuannya lebih baik daripada responden kontrol. Sedangkan variabel sikap menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara perlakuan dengan kontrol (p>0.05). Artinya responden perlakuan tidak lebih baik sikapnya daripada responden kontrol.
Pengetahuan dengan sikap dan pengetahuan dengan praktek pada masing-masing kelompok ternyata berhubungan secara bermakna (p<0.05). Akan tetapi antara sikap dengan praktek pada kedua kelompok tereebut tidak mempunyai hubungan yang bermakna ( p>P.05).
Disimpulkan, bahwa secara keseluruhan terbukti ada perbedaan bermakna pada pengetahuan dan praktek responden yang mendapat program dengan yang tidak mendapat program dalam pemberantasan cacingan. Hal tersebut menunjukkan suatu keberhasilan pengelola program. Namun tentang sikap, kedua responden menunjukkan sikap yang sama. Hal ini tampaknya disebabkan oleh instrumen pengukuran sikap yang kurang tajam dan memerlukan penyempurnaan lebih lanjut.
Akhirnya, disarankan agar program pemberantasan cacingan terns diperluas, karena ternyata cukup berhasil dalam meningkatkan pengetahuan dan praktek responden, namun penyelenggara perlu meningkatkan pula beberapa aspek penyelenggaraannya guna lebih menunjang kelancaran penyelenggaraan program tersebut. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idah Rifdah
"Kecacingan merupakan salah satu penyakit infeksi berbasis lingkungan, meskipen tidak menjadi masalah kesehatan masymkat ditinjau dari tingkat penyebab kematian di halonesio, namun ditinjau dati tingginya prevalensi merupakan masalah besar.Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain iklim tropis, sarana air bemih dlU1 jamhan keluarga yang belum memadai, perllaku masyarakat yang bebun menempkan norma perilaku hidup bersih dan sehat serta kondisi sosial ekonomi yang belum mapan(Depkes, 2006).
Penelitian menggunakan disain Cross sectional yang betinjuan untuk memperoleh infonnasi tentang kejadian kecacingan pada murid sekolah dasar negeri di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor dengan jumlah responden 297 murid kelas satu sampai dengan kelas lima di enam sekolah dasar negeri. Variabel independen dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan kepada responden dengan menggunakan kuisioner dan pemeriksaan tinja untuk menegakkan diagnosis ada tidaknya satu atau lebih telur cacing. Selanjutnya hasil yang didapat dianalisa dengan uji Chi Square dan regresi logistik ganda.
Dari 15 variabel independen ada 9 variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian kecacingan pada murid sekolah dasar negeri yaitu: Jenis SPAL (P=0,024; OR=1,738; 95%CI=1,04-2,90), Kebiasaan BAB (P=0,024; OR=6,88; 95%CI=0,892-5,318), Kebiasaan mencuci tangan (P=0,003l OR=3,378; 95%CI=1,375-8,300); Kebiasaan Bermain kontak tanah (P=0,022; OR=2,857; 95%CI=1,141-7,152), Kebiasaan menggunakan sandal (p=001; OR=2,857; 95%CI=1,700-4,945, Kebiasaan menghisap/menggigit jari (P=0,042; OR l,768; (P=0,03l; OR I,647; 95%Cl$l,006-2,694), Pengetahuan orangtua (P=O,Ol8; OR &I4; 95%CI=l,l74-3,413).
Faktor risiko yang paling dominan terhadap kejadian kecacingan pada murid sekolah dasar negeri di Kecamatan Cibinong Kahupaten Bogor adalah kebiasaan mencuci tangan (P=O,OOO; OR=3,3; 95%CI=I,858-S,817). Tidak ditemukan adanya interaksi antara variabel.
Program Pengendalian kecacingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan melalui pemberdayaan masyarakat dan peran serta swasta sehingga masyarakst mampu dan mandiri dalam meleksanukan pcnanggulangan kecacingan, berperilaku bidup bersih dan serta meningkalkan kesehatan perorangan, dan lingkungan. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Handini
"ABSTRAK
Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih di Departemen Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pengamanan kualitas air bagi berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia untuk seluruh penduduk, baik berada di perdesaan maupun di perkotaan. Salah satu kebijakan yang telah ditetapkan adalah Penyuluhan Penyehatan Air.
Untuk mengukur tingkat keberhasilan penyuluhan penyehatan air yang telah dilakukan pada pemakai sarana air bersih dan tercapai sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap pengetahuan, sikap dan prakteknya.
Fokus penelitian ini adalah penyuluhan dengan jenis peneiitian pra eksperimen, dengan kategori Static Group Comparison, yang bertujuan untuk membandingkan dua kelompok.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara penyuluhan penyehatan air yang telah diberikan oleh petugas sanitasi puskesmas dengan pengetahuan, sikap dan praktek tentang air bersih penjaja air keliling di Kecamatan Cilincing. Penyuluhan diberikan tahun 1996.
Pengumpulan data primer dilakukan pada bulan Mei 1999 dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen. Responden penelitian ini adalah kelompok penjaja air keliling yang telah mendapat penyuluhan dan penjaja air keliling yang tidak mendapat penyuluhan. Daerah penelitian di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Sampel diambil secara purposif.
Sebagai kesimpulan dari hasil penelitian adalah pengetahuan, sikap dan praktek penjaja air keliling yang telah mendapat penyuluhan penyehatan air menunjukkan hasil yang berbeda dengan pengetahuan, sikap dan praktek penjaja air keliling yang tidak mendapat penyuluhan.
Disarankan pada petugas sanitasi puskesmas agar meningkatkan kegiatan penyuluhan secara berkesinambungan dengan memperhatikan media dan metode yang digunakan di lapangan.

ABSTRACT
Correlation between the Water Sanitation Education and Knowledge, Attitude & Practice of Traditional Water Seller's (so Called "Tukang Gerobak Air") in Subdistrict Cilincing, North Jakarta, 1999.Department of Health's water supply and water management program aims to enhance water quality assurance for all kind of human needs in life and for all people, for urban as well as rural communities. One of the programmed policy is water health education.
In order to measure the level of success of the health education on water sanitation given to the users of clean water facilities, evaluations on the user's knowledge, attitude and practices were conducted. The focus of this study is health education and its methodology uses pre-experiment design in static group comparison.
The objectives of this study is to know the correlation between the water sanitation education and knowledge, attitude and practice of traditional water sellers (so called "tukang gerobak air") in Subdistric Cilincing, North Jakarta 1999.
The primary data were collected in May 1999 by using questioner as an instrumentation. The respondent in the study was one group of traditional water seller have received the health education program and one group of traditional water seller have not yet received the education. Area of study was taken in Subdistrict Cilincing, North Jakarta. The sampling method was purposive.
The result of this study shown that knowledge, attitude, and practice are significantly different between traditional water seller have received health education on water sanitation and those who have not yet received. It is advised that supervisors of clean water program should improve education activities periodically with improvement on facilities and methods used at site.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>