Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73976 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Mujiati
"Penelitian fotodegradasi pada polipropilen dilakukan pada sampel polipropilen tape yang dikenai radiasi UV dari sinar matahari dan dari alat xenotest. Penelitian dilakukan di Pulogadung pada Nopember 1996 hingga pertengahan Juni 1997. Xenotest 450 dioperasikan pada suhu 55 ± 2° C, relatif humidity 55 ± 5 %, hujan 18 menit, kering 102 menit. Variasi penambahan penstabil UV adalah 0 %, 0,05 %, 0,075 %. Sampel yang telah mengalami radiasi UV kemudian dianalisa tenacity, breaking elongation, spektrum ultra violet dan spektrum infra merahnya.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa radiasi UV menyebabkan penurunan tenacity dan breaking elongation. Tenacity dan breaking elongation menurun sebanding dengan bertambahnya waktu radiasi. Penurunan tenacity dan breaking elongation ini dihambat dengan penambahan penstabil UV ke dalam polipropilen. Dengan semakin besarnya kandungan penstabil UV dalam polipropilen maka penurunan tenacity dan breaking elongation semakin dihambat. Dari spektrum infra merah pada polipropilen yang mengalami degradasi terjadi peningkatan serapan gugus karbonil pada bilangan gelombang 1825-1675 cm-1. Dari hasil spektrum ultra violet dapat dikatakan bahwa penstabil UV berfungsi sebagai penangkap radikal bebas yaitu radikal nitroksil menangkap radikal alkil membentuk hidroksilamin ether."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernawati
"Penelitian mengenai nanokomposit polimer telah menjadi penelitian yang banyak dilakukan dalam ilmu kimia polimer dan material selama belakangan ini. Telah berhasil dilakukan fabrikasi nanokomposit dengan matriks polipropilen dan lempung Pacitan sebagai nanofiller dengan menggunakan metode melt intercalation. Campuran terdiri dari polipropilen (PP), organoclay dari Pacitan (OCP), maleicanhydride (MA) dan diphenylamine (DPA). Struktur nanokomposit dikarakterisasi menggunakan X-ray diffractometer (XRD) dan transmission electron microscopy (TEM). Hasilnya menunjukkan terjadinya interkalasi clay Pacitan yang menyebabkan pelebaran jarak galeri lapisan silikat. Uji mekanik menunjukkan nanokomposit memiliki modulus tarik dan lentur lebih tinggi, tapi kekuatan tarik dan lentur lebih rendah dibandingkan PP-OCP0 dan harga literatur PP murni. Modulus tarik yang paling tinggi dimiliki oleh nanokomposit dengan kandungan organoclay sebanyak 7 wt%. Sifat termal PP-OCP0 dan PP-OCP7 diuji menggunakan alat Heat deflection temperature (HDT). Hasilnya menujukkan bahwa nilai HDT PP-OCP7 lebih rendah dari nilai HDT PP-OCP0.

The study of polymer nanocomposites has been an active research field in polymer chemistry and materials science for the past decade. Nanocomposites which consist of polypropylene as matrix and Pacitan clay nanofiller have been successfully prepared by a melt intercalation method. The compound consisted of polypropylene (PP), Pacitan organoclay (OCP), maleicanhydride (MA), and diphenylamine (DPA). The structure of nanocomposites was investigated using an X-ray diffractometer (XRD) and transmission electron microscopy (TEM). The results show that an intercalation of silicate layers was occurred. The intercalation caused the silicate layer distance expansed and PP was able to move into the gallery. The results of mechanical test show that the nanocomposites have higher tensile and flexural moduli, but lower tensile and flexural strengths compared to PP-OCP0 and theoretical value of pristine PP. The PP-OCP7 sample has best mechanical properties. Sample of PP-OCP0 and PP-OCP7 were thermal tested by using a heat deflection temperature (HDT) machine. The HDT results show that PP-OCP7 has a lower HDT value than the PP-OCP0."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S28956
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Tatiana
"Membran polipropilen adalah membran mikrofiltrasi dengan sifat hidrofobik yaitu takut dengan air. Untuk menghasilkan kinerja yang baik maka membran ini harus diubah menjadi hidrofilik dengan merendamnya dalam propan. Selain itu untuk mendapatkan kinerja membran yang optimum maka dibutuhkan kondisi operasi yang optimum. Dengan tekanan yang tinggi akan dihasilkan fluks atau jumlah penneat yang tinggi namun kemumian yang rendah karena menurunnya selektivitas membran.
Untuk mengatasi masalah utama dalam proses yaitu laju fouling dan polarisasi konsentrasi sorta tluks yang rendah perlu ditentukan desain alat pross mikrofiltrasi yang tepat Serta tekanan dan waktu perendaman yang optimum untuk digunakan dalam proses pemurnian air danau dengan teknologi membran menggunakan membran polipropilen hollow fiber sehingga diharapkan fluks membran dan faktor separasi bemilai tinggi.
Sistem proses mikrofiltrasi yang dipilih adalah Sistem resirkulasi untuk mengurangi efek laju fouling dan polarisasi konsentrasi yang tinggi, modul ho/low fiber untuk meningkatkan fluks pemmeat dengan luas permukaan uang besar dan aliran cross flow untuk penyapuan akumulasi zat terlarut pada permukaan membran dan mencegah fouling serta polarisasi konsentrasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu perendaman maka semakin turun fluks permeat namun persen rejksi semakin meningkat. Semakin tinggi tekanan maka Huks permeat bertambah narnun person rejeksi menurun. Waktu perendaman membran dalam propanol yang optimum adalah I0 menit. Sedangkan tekanan optimum yang dipilih yaitu 0.1316 bar untuk menghasilkan fluks yang tinggi namun persen rejeksi yang cukup baik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Aryanti
"Telah dilakukan modifikasi serat polipropilen dengan asam akrilat supaya dapat dipergunakan untuk penukar kation. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan serat yang dapat menukar ion logam dalam larutan ;dengan kapasitas tinggi.
Kopolimerisasi cangkok asam akrilat pada serat polipropilen dilakukan dengan metode peroksidasi menggunakan sinar dari sumber Co-60. Pengaruh beberapa faktor terhadap kadar pencangkokan dipelajari dengan memvariasikan dosis total iradiasil, temperatur dan waktu pencangkokan serta konsentrasi monomer. Variasi laju dosis dilakukan untuk mengetahui kecepatan pencangkokan. Terjadinya pencangkokan asam akrilat pada serat polipropilen diamati pada spektrum infra merah, dan kestabilan termal serat polipropilen sebelum dan sesudah pencangkokan (PP-g-AAc) diamati dengan Thermogravimetric Analysis (TGA). Rapasitas penukaran serat PP-g-AAc terhadap ion logam dalam larutan diperiksa dengan Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS).
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa makin tinggi dosis total dan konsentrasi monomer makin tinggi kadar pencangkokan. Dari variasi temperatur dan waktu pencangkokan diperoleh energi pengaktivan pencangkokan asam akrilat pada serat polipropilen sebesar 5,031 kcal/mol. Pengamatan terhadap hubungan laju dosis dengan kecepatan pencangkokan diperoleh persamaan RP = C I0,8 yang berarti pada reaksi pencangkokan di samping terjadi kopolimer cangkok terjadi pula homopolimer asampoll akrilat. Pengamatan pada spektra infra merah membuktikan terjadinya pencangkokan pada bagian amorf serat. Serat PP-g-AAc yang dihasilkan mempunyai kapasitas penukaran untuk ion Cu2+ adalah sebesar 3,14 mek/g.

Graft copolymerization of acrylic acid onto polypropylene fiber (PP) has been studied by preirradiation technique using co" gamma rays source. The preirradiated PP was treated with acrylic acid solution and heated at various temperature and period under nitrogen atmosphere. The percentage of grafting was determined and evaluated as function of total dose, reaction time, temperature and monomer concentration. The rate of grafting was studied as the function of dose rate. The grafted PP was characterized by IR spectroscopy TGA (Thermogravimetry Analysis) and the exchange capacity towards Cu(II).
From the results the activation energy calculated is 5,031 kcal/mol. The rate of grafting follow the equation of Rp = CI0'8 which is indicate that the grafting mechanism should through bimolecular mechanism. IR spectra shows that the monomer grafted on the amorf part of PP. The exchange capacity of PP-g-AAc prepared for Cu(II) is 3,14 meq/g.;Graft copolymerization of acrylic acid onto polypropylene fiber (PP) has been studied by preirradiation technique using co" gamma rays source. The preirradiated PP was treated with acrylic acid solution and heated at various temperature and period under nitrogen atmosphere. The percentage of grafting was determined and evaluated as function of total dose, reaction time, temperature and monomer concentration. The rate of grafting was studied as the function of dose rate. The grafted PP was characterized by IR spectroscopy TGA (Thermogravimetry Analysis) and the exchange capacity towards Cu(II).
From the results the activation energy calculated is 5,031 kcal/mol. The rate of grafting follow the equation of Rp = CI0'8 which is indicate that the grafting mechanism should through bimolecular mechanism. IR spectra shows that the monomer grafted on the amorf part of PP. The exchange capacity of PP-g-AAc prepared for Cu(II) is 3,14 meq/g.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Baskoro
"Penelitian ini menyajikan model tegangan dan regangan dalam tekan pada spesimen beton terkekang dan tidak terkekang di dalam tekan yang menggunakan plastik Polypropilene sebagai pengganti agregat kasar. Hasil test tekan pada berbagai spesimen kolom pendek akan dikaji dan di analisa pada karakteristik tegangan-regangan, efek dari penulangan kekangan, dan peningkatan kemampuan gaya tekannya. Berdasarkan hasil test, tulangan kekang meningkatkan kuat tekan, serta daktilitas penampang. Identifikasi parametrik terhadap berbagai persamaan umum dari beton normal yang sudah ada digunakan terhadap hasil eksperimen untuk mendapatkan nilai parameter baru koefisien kekangan  k1 dan k2 yang sesuai untuk beton ringan. Diagram tegangan-regangan untuk spesimen beton ringan kolom lingkaran dan persegi dari hasil eksperimen dibandingkan dengan diagram tegangan-regangan untuk beton normal yang umum dipakai, hasilnya menunjukkan kesesuaian yang baik.

Plastic production in the world ramped up to 322 million tons annual in 2015 with growth rate of 8.4% annually resulting large amount of plastic waste in nature. These plastic wastes are almost non-degradable in nature and polluting the environment in land and the sea. The use of recycled plastic aggregate for coarse aggregate in concrete is part of efforts to reduce environmental pollution by processing plastic grain in to coarse aggregate to substitute nature aggregate for light concrete. This study presents the analysis of concrete stress and strain model under compression of unconfined and confined concrete using Polypropilene plastic as substitution for coarse aggregate. To improve bonding between plastic aggregate and cement paste, this plastic aggregate is then coated with sands by placing and mixing the plastic aggregate with sands into a heater rotating cylinder. Test results of various specimens of short column will be reviewed and analysed in the stress and strain characteristics, effect of steel confinement, and performance improvement in compression. Based on experiment results, steel confinement increases compressive strength and ductility of the section. Parametric identification on established stress-strain model for normal concrete is used on the experimental results to obtain the new parameter values for confinement coefficient k1 and k2 that are suitable for this lightweight concrete. The stress-strain diagram for lightweight concrete of cylinder and square column specimen as resulted from experiment compared to the established stress-strain diagram used for normal concrete, the result indicates good agreement."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53101
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hidayat
"Tesis ini membahas kemampuan mahasiswa magister Fakultas Teknik UI angkatan 2010 dalam mencari dan menggunakan software Abaqus secara efektif dalam konteks Simulasi Ikatan antar Material Polimer pada Proses Bi-Injection. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan simulasi software. Hasil penelitian menyarankan bahwa dalam proses bi-injection molding dengan material polypropylene perlu diperhatikan setting parameter temperature dalam proses bi-injection molding untuk mendukung keberhasilan ikatan antar material.

The focus of this study is analysis bonding material polymer of bi-injection molding process. This research using Abaqus software for analysis the case and modeling it. The result of research give advices to setting temperature parameter to get better bonding of polypropylene in bi-injection molding process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T33191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johannes Chandra
"Beton sebagai material konstruksi dikenal getas (brittle) dan lemah terhadap tarik dibandingkan dengan material baja. Penelitian para ahli menunjukkan peningkatan daktilitas beton melalui penambahan serat pada material beton. Salah satu jenis serat yang sering digunakan adalah serat Polypropylene (PP), yang juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan gelas kemasan air mineral. Berangkat dari peningkatan jumlah limbah gelas plastik, maka penggunaannya sebagai material tambahan pada beton diharapkan dapat mengatasi permasalahan sampah perkotaan, dan dalam jangka panjang diharapkan dapat mengurangi biaya pembangunan rumah tinggal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari efektifitas penggunaan cacahan limbah plastik PP terhadap peningkatan kuat tarik dan kuat lentur beton normal (fc' = 25 MPa). Kadar cacahan PP yang ditambahkan pada beton normal adalah 0,90; 1,35; 1,80; 2,25; 2,70; 4,50; 6,30; 9,00; 18,00 dan 27,00 kg/m3 atau dalam volume fraksi adalah 0,10; 0,15 0,20 ; 0,25; 0.30; 0,50; 0,70; 1,00; 2,00 dan 3,00% untuk pengujian kuat tarik yang dilakukan pada benda uji umur 7 dan 28 hari, serta 0,90; 1,35; 1,80; 2,25; 2,70; 4,50; 6,30; dan 9,00 kg/m3 atau dalam volume fraksi adalah 0,10; 0,15 0,20 ; 0,25; 0.30; 0,50; 0,70 dan 1,00% untuk pengujian kuat lentur yang dilakukan pada benda uji umur 28 hari.
Percobaan pembebanan yang dilakukan meliputi pembebanan tarik belah, pembebanan lentur dan modulus elastisitas. Benda uji untuk pengujian tarikbelah dan modulus elastisitas adalah silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, sedangkan benda uji percobaan pembebanan lentur adalah balok 10x10x55 cm3.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental, dimana percobaan dilakukan untuk mendapatkan kumpulan data, yang kemudian akan dianalisa secara statistik kuantitatif dan kualitatif.. Metode Analisis Rancang Campur yang digunakan adalah Metode US. Bureau. Benda Uji dibuat di Laboratorium Bahan Departemen Sipil FTUI. Standar Uji yang digunakan baik untuk pengujian material dasar, beton muda dan beton yang sudah mengeras
mengacu pada Standar ASTM.
Penambahan jumlah cacahan plastik polypropylene pada kadar tertentu akan menurunkan workabilitas dari beton, hal ini ditunjukkan dengan penurunan slump beton seiring dengan peningkatan kadar cacahan.
Dari Hasil Pengujian didapat, penambahan cacahan plastik polypropylene secara umum tidak memiliki pengaruh yang berarti pada tegangan tarik beton normal. Peningkatan paling besar terjadi pada benda uji kadar 0,3% umur 7 hari, yaitu sebesar 10,989%; dengan tegangan tarik berkisar antara 0,456 - 0,648 √ ? ' c. Hal ini secara umum diakibatkan karena ikatan atau gaya adhesi antara cacahan dengan matriks beton lebih lemah dari gaya kohesi antara matriks beton itu sendiri. Hal ini dibuktikan dengan uji tarik belah, dimana cacahan plastik pada benda uji yang terbelah tidak putus akibat pembebanan, melainkan masih tersambung, sedangkan material.
Sedangkan Penambahan cacahan plastik polypropylene secara umum meningkatkan tegangan tarik lentur beton normal. Peningkatan paling besar terjadi pada benda uji kadar 0,7% umur 28 hari, yaitu sebesar 17,098%; dengan tegangan tarik lentur berkisar antara 0,853 - 1,056 √ ? & c.

Concrete as construction material is known brittle and possess relatively weak tensile strength, compared to steel material. Experiments done by the experts shows an improvement in ductility of concrete by adding fiber to concrete material. One of the fibers that often used is Polypropylene (PP) fiber, which also used as a raw material in mineral water plastic glass manufacture. The increase of
amount of plastic glass waste, gives an idea to use it as an addition material in concrete. It expects decrease the urban waste problem, and in long term, to reduce the cost to build a house.
The purpose of this experiment is to study the effect of usage of PP plastic waste in tensile and flexural strength of normal concrete with fc? 25 MPa. The amount of crushed PP added to normal concrete are 0,90; 1,35; 1,80; 2,25; 2,70; 4,50; 6,30; 9,00; 18,00 and 27,00 kg/m3 or in fraction volume are 0,10; 0,15 0,20 ; 0,25; 0.30; 0,50; 0,70; 1,00; 2,00 and 3,00% for tensile strentgh test which done in age 7 and 28 days, also 0,90; 1,35; 1,80; 2,25; 2,70; 4,50; 6,30; and 9,00 kg/m3 or in fraction volume are 0,10; 0,15 0,20 ; 0,25; 0.30; 0,50; 0,70 and 1,00% for flexural strentgh test which done in age 28 days.
The test is consist of splitting tensile test, flexural test and modulus elasticity test. The sample for tensile and modulus elasticity test is cylinder with 15 cm diameter and 30 cm height, as for the flexural test is beam with size 10x10x55 cm3.
In this experiment the experimental method will be used, where the experiment done to collect data, and the data will be analyzed quantitative and qualitative statistically. The Mix Design Method used is US. Bureau Method. The sample will be made in Material Laboratory, Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, University of Indonesia. The Standard to test the constituent materials, fresh concrete and hard concrete is based on ASTM Method.
The addition of crushed polypropylene plastic in specific amount will decrease the workability of concrete, shown by the decrease of concrete?s slump as the increase of crushed plastic amount.
The Test shows that the addition of crushed polypropylene plastic will not influence the tensile stress of normal concrete, generally. The highest increase happened in volume fraction 0.3% age 7 days, with 10.989%; and the tensile strengths have range from 0.456 - 0.648 √ ? & c. . This is generally because the bond or adhesion between the plastic and matrix is weaker then the cohesion of the matrix itself. It is proved by the splitting tensile test, where the plastics are do not yield by the loading, as for the aggregates are crushed by the loading.
As for the flexural tensile stress, it tends to increase. The highest increase, happened in volume fraction 0.7% age 28 days, with 17.098%; and the flexural strengths have range from 0.853 - 1.056 √ ? & c."
2008
S35339
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Mansur
"Polipropilena (PP) adalah polimer termoplastik yang digunakan dalam berbagai aplikasi. Proses kristalisasi adalah proses yang memiliki peranan penting dalam produksi PP. Penambahan nucleating agent yang berfungsi mempersingkat waktu induksi kristalisasi polimer tertentu, termasuk PP. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh penambahan microcrystalline cellulose (MCC) dan microfibrillated cellulose (MFC) sebagai aditif nucleating agent pada proses kristalisasi PP dan memperoleh persentase optimum yang dibandingkan terhadap Hyperform HPN-20E (HPN) sebagai nucleating agent komersial dan PP murni. MFC dibuat dengan alkalisasi, bleaching dan hidrolisis. MFC dan MCC dikarakterisasi dengan SEM dan XRD. Masing-masing dari MFC, MCC dan HPN dilakukan internal mixing dengan PP pwd dengan konsentrasi 0,10; 0,20; 0,40; 1,00 dan 2,00 phr untuk selanjutnya diwakili dengan penomoran 1, 2, 3, 4 dan 5 dan PP pwd untuk blangko. Sampel masterbatch MFC, MCC, HPN dan PP dilakukan karakterisasi dengan uji FTIR, XRD, DSC dan Tarik. Hasilnya menunjukkan bahwa MCC dan MFC dapat meningkat derajat kristalinitas, suhu leleh, suhu kristalisasi dan kekuatan tarik polimer PP walaupun belum menyamai kinerja dari HPN. Persentase optimum masterbatch PP+MFC5 dan PP+MCC4 dengan peningkatan derajat kristalinitas masing-masing sebesar 19,96% dan 18,24% terhadap PP murni. Namun, belum dapat menyamai kinerja HPN pada kondisi optimum masterbatch PP+HPN5 dengan peningkatan derajat kristalinitas sebesar 54,80%. Persentase optimum masterbatch PP+MFC5 dan PP+MCC5 pada peningkatan suhu leleh masing-masing sebesar 2,8°C dan 3,3°C terhadap PP murni. Namun, belum dapat menyamai kinerja HPN pada kondisi optimum masterbatch PP+HPN2 dan masterbatch PP+HPN3 dengan peningkatan suhu leleh yang sama yaitu sebesar 4,4°C. Persentase optimum masterbatch PP+MFC4, PP+MFC5 dan PP+MCC5 pada peningkatan suhu kristalisasi masing-masing sebesar 5,0°C, 5,0°C dan 5,7°C terhadap PP murni. Namun, belum dapat menyamai kinerja HPN pada kondisi optimum masterbatch PP+HPN5 dengan peningkatan suhu kristalisasi sebesar 19,0°C.

Polypropylene (PP) is a thermoplastic polymer used in a variety of applications. Crystallization process is a process that has an important role in PP production. The addition of a nucleating agent that serves to shorten the crystallization induction time of certain polymers, including PP. The purpose of this study was to analyze the effect of adding microcrystalline cellulose (MCC) and microfibrillated cellulose (MFC) as nucleating agent additives to the PP crystallization process and to obtain the optimum percentage compared to Hyperform HPN-20E (HPN) as commercial nucleating agent and Pure PP. MFC is made by alkalization, bleaching and hydrolysis. MFC and MCC were characterized by SEM and XRD. Each of the MFC, MCC and HPN were internally mixed with PP pwd with a concentration of 0.10; 0.20; 0.40; 1.00 and 2.00 phr are then represented by numbering 1, 2, 3, 4 and 5 and PP pwd for blanks. The MFC, MCC, HPN and PP masterbatch samples were characterized by FTIR, XRD, DSC and Tensile tests. The results show that MCC and MFC can increase the degree of crystallinity, melting temperature, crystallization temperature and tensile strength of PP polymer although they cannot match the performance of HPN. The optimum percentages of PP+MFC5 and PP+MCC4 masterbatches with increasing degree of crystallinity were 19.96% and 18.24%, respectively, compared to pure PP. However, it has not been able to match the performance of HPN under the optimum conditions of the PP+HPN5 masterbatch with an increase in the degree of crystallinity of 54.80%. The optimum percentages of PP+MFC5 and PP+MCC5 masterbatches at increasing melting temperatures were 2.8°C and 3.3°C, respectively, for pure PP. However, it has not been able to match the performance of HPN under the optimum conditions of the PP+HPN2 masterbatch and PP+HPN3 masterbatch with the same increase in melting temperature of 4.4°C. The optimum percentages of PP+MFC4, PP+MFC5 and PP+MCC5 masterbatches at increasing crystallization temperature were 5.0°C, 5.0°C and 5.7°C for pure PP, respectively. However, it has not been able to match the performance of HPN under the optimum conditions of the PP+HPN5 masterbatch with an increase in crystallization temperature of 19.0°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Untuk mendapatkan kemasan makanan dengan sifat yang superior, trend saat ini ialah pengembangan teknologi komposit nano. Salah satu permasalahan yang ada ialah pembuatan komposit nano ini terbilang rumit dan mahal. Tujuan jangka panjang dari riset ini adalah membuat polipropilena (PP) clay komposit nano (PPCN) yang berbiaya
rendah dengan menerapkan prinsip pembuatan singkat cascade engineering. Prinsip cascade engineering pada pembuatan PPCN ini, dilakukan dengan pembuatan pengkompatibel (compatibilizer) dalam hal ini PP-g-maleik anhidrida (maleic anhydride/MA) (untuk memungkinkan pencampuran PP dengan clay), masterbatch, dan PPCN secara berkelanjutan dalam satu alat melt mixing. Hasil penelitian yang disajikan pada tulisan ini difokuskan pada stabilitas termal PPCN yang dibuat dengan prosedur ?cascade engineering? yang disimulasikan dengan perlakuan anil (pemanasan), yang diamati dengan teknik difraksi sinar x (XRD) small angle pada morfologi sampel PPCN. Dari hasil
XRD yang dilakukan, terlihat bahwa morfologi yang dihasilkan sistem ini ialah berupa interkelasi. Dan secara umum, terlihat tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel waktu pembuatan masterbatch yang digunakan (1, 3, dan 6 menit). Setelah dilakukan pengujian XRD pasca anil, terlihat bahwa stabilitas termal sistem yang dihasilkan kurang baik. Hal ini terlihat dari adanya penurunan ukuran galeri montmorillonit (deinterkelasi). Diperkirakan hal ini disebabkan
oleh kurang kuatnya ikatan yang terbentuk antara pengkompatibel PP-g-MA dengan clay dan juga kurang baiknya kompatibilitas PP-g-MA.

Abstract
Superior properties of food packaging can be achieved using nanocomposite technology. However, fabrication of this materials are complex and expensive. Long term objectives of this research is
the synthesis of low cost polypropylene clay nanocomposites (PPCN) via a short-cut method known as ?cascade engineering?. Cascade engineering principle in PPCN fabrication is performed by using compatibilizer (to enable the mixing of PP and clay) masterbatch, and PPCN in one pot process using melt mixer. This paper present the
experimental results using small-angle x-ray diffraction (XRD) on the thermal stability of the PPCN. Results from the XRD analysis showed that the clay was intercalated, however no significant changes were observed as a result of variation in mixing time. XRD patterns of the annealed PPCN showed reduction of MMT?s gallery (deintercalation)
These phenomenon was probably caused by insufficient bonding and lack of compatibility between PP-g-MA and MMT."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ihsan Budi R
"Polipropilen merupakan polimer hidrokarbon linier yang dibuat dengan cara melakukan polimerisasi adisi pada gas propilen. PP terdiri atas rantai-rantai molekul dari sejumlah propilen. Polipropilen merupakan salah satu polimer yang paling banyak digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dari pengujian ini akan dipelajari kondisi proses pembuatan plastic film polipropilen dan sifat mekanis PP yang penting terkait dengan aplikasinya sebagai kemasan. Pengujian sifat mekanis terhadap PP, yaitu kekuatan tarik, sobek dan impak terhadap PP A, B dan C dilakukan untuk membandingkan karakteristik mekanis ketiga PP ini. Penelitian yang dilakukan akan memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanis polipropilen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain viskositas, kristalinitas, berat molekul PP. Kondisi operasi permesinan plastic film yang diterapkan adalah kondisi standar operasi permesinan PP A. Kondisi operasi yang diterapkan pada PP sangat berpengaruh terhadap kinerja PP. MFR yang terendah adalah PP C sebesar 6.7 + 0.38 gram/10 menit. PP C her ada pada kondisi operasi yang tidak tepat karena saat permesinan plastic filmnya menggunakan kondisi operasi standar PP A yang mempunyai MFR 9.97+0.05 gram/10 menit.
Dari pengujian mekanis, PP B memiliki kuat tarik 240+20 kg/cm_ saat yield dan 544+45kg/cm_ saatputus dan kuat sobek 53.50 _ 5.12 gram/mil yang tertinggi dibandingkan PP A dan C. Kekuatan impak yang tinggi tidak selalu berkaitan dengan kristalinitasnya yang rendah tapi juga elongasi. PP B mempunyai kristalinitas yang tinggi tapi juga mempunyai kuat impak tinggi karena ketangguhannya yang disebabkan oleh elongasinya lebih dari 600 %. Nilai impak yang tinggi dari PP C dengan impact failure weight 35 gram disebabkan karena kristalinitas yang rendah. Aditifantiblocking danfriksi hanya mempengaruhi sifat lekatan lapisan film pada PP A, B dan C dan tidak berpengaruh terhadap sifat mekanis PP."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>