Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96528 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erwin Nizar
"Kesejagatan ekonomi dunia yang menuntut keunggulan usaha dalam merebut pasar dunia, serta semakin ketatnya persyaratan berkaitan dengan issu lingkungan hidup dan hak-hak azasi manusia menyebabkan banyak faktor harus dipertimbangkan pada setiap produk yang dihasilkan. Sebagaimana diketahui bahwa industri kulit dan produk kulit (KPK) merupakan jenis industri dengan tingkat pencemaran sangat tinggi dan tersebar 70 % di Pulau Jawa menyatu dengan pemukiman penduduk, khususnya yang berskala kecil. Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan kawasan industri kulit terpadu untuk menyatukan berbagai industri kulit (hulu-hilir), adalah pemecahan terbaik dari tekanan masyarakat.
Pihak pemrakarsa KIKT-PT.Cahaya Timur Indah menangkap peluang bagi penyatuan unit usaha industri KPK dari hulu - ke hilir, dengan keseimbangan sistem produksi, pemasaran, dan penguasaan jaringan distribusi, serta produk yang memenuhi baku mutu lingkungan yang lestari sebagai syarat memasuki pasar global, yang mampu memenangkan keunggulan berkelanjutan ("Sustainable Competitive Advantage").
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji perihal yang terkait dengan daya tarik pengusaha industri KPK untuk masuk dalam kawasan, kinerja manajemen pemrakarsa, potensi pasar KPK, kebijakan pemerintah dalam investasi, serta strategi SCA yang diterapkan. Penelitian didukung datalinformasi primer dan sekunder, yang diolah secara analitis kualitatif dan kuantitatif, serta deskriptif dengan pendekatan deduktif dan induktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ; manajemen perusahaan belum mampu menarik minat investor untuk bergabung dalam kawasan ini. Peluang investasi yang perlu direbut adalah pada bidang pengadaan bahan baku, karena 80 % kulit mentah masih harus diimpor. Oleh karena itu pihak pengelola KIKT-PT. Cahaya Timur Indah harus mampu mengurangi kendala pengadaan bahan baku, dengan jalan meningkatkan pasok bahan baku dalam negeri, dan mampu memberi kemudahan bagi impor bahan baku yang belum dapat dilayani dari dalam , sehingga para pengusahalunit industri tertarik masuk ke dalam kawasan ini. Tantangan lain yang perlu diraih berupa kebutuhan KPK dunia terus meningkat (15,20 %/tahun).
Aliansi strategic sebagai pilihan utama dalam penerapan "SCA" bagi KIKT-PT. Cahaya Timur Indah dengan 40 negara mitra dagang yang telah ada. Ketidak sinkronan kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam perizinan dan pengadaan lahan perlu penyelesaian secara tuntas.
Berdasarkan kajian rantai nilai dan tinjauan kekuatan dan kelemahan pihak MKT- PT.Cahaya Timur Indah, maka dinilai kinerja pemrakarsa mutlak perlu ditingkatkan menyongsong pencerahan ekonomi Indonesia di suasana reformasi pembangunan ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Larasati
"Dalam rangka menaikkan daya saing ekspor produk kulit, Pemerintah memberikan kebijakan berupa kemudahan dalam mengimpor bahan baku untuk diproduksi menjadi barang dengan tujuan ekspor, yang disebut Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE). Kebijakan KITE yang diberikan pada Industri Kulit diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi pada Industri Kulit, yaitu mengenai kontinuitas bahan baku. Atas kemudahan yang diberikan dalam fasilitas ini, diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi pada Industri Kulit yang nantinya akan berpengaruh juga terhadap harga dari produk kulit yang tujuannya diekspor akan lebih bersaing. Penelitian ini akan membahas implementasi Kebijakan KITE atas Industri Kulit serta hambatan yang dihadapi dalam implementasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dan teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan dan studi lapangan yang dilakukan dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Kebijakan KITE atas Industri Kulit belum cukup efektif, karena terdapat hambatan-hambatan yang belum diselesaikan secara optimal. Akibatnya masih banyak perusahaan Industri Kulit yang belum menggunakan fasilitas ini.

In order to increase the competitiveness, the Government provided a policy in the form of easing importing raw materials to be produced into goods for export purposes, which is called “Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE)”. The KITE Policy given to the Leather Industry is expected to overcome the problems that occur in the Leather Industry, which is the continuity of raw materials. The convenience provided by this incentive is expected to be able to overcome the problems that occur in the Leather Industry, which will also affect the prices of leather products in which its purpose to be exported. This study will discuss the implementation of KITE Policy for the Leather Industry and the obstacles faced in its implementation. This study uses a qualitative approach with descriptive design dan data collection techniques such as library research and field studies which is conducted with interviews. The results show that the implementation of KITE Policy for the Leather Industry have not been really effective, because there are obstacles that have yet to be resolved optimally. As a result, there are still many companies in the Leather Industry that have not use this incentive."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ariningsih Boedhoyo
"Industri penyamakan kulit (tannery) cukup berkembang di Indonesia. Industri ini merupakan penghasil bahan baku bagi industri yang mengolah kulit menjadi barang jadi seperti koper, tas, sepatu, jaket, kerajinan tangan dll. Industri penyamakan kulit dalam prosus produksinya banyak memakai bahan baku air. Karena itu dalam perkembangannya industri ini harus diimbangi dengan perkembangan teknologi pengolahan limbah, terutama limbah cairnya. Industri penyamakan kulit yang ditinjau adalah daerah sentra industri kulit Sukaregang, Garut, Jawa Barat dengan pengambilan sampel dari unit produksi yang paling mewakili, yang menghasilkan limbah cair dengan kadar pencemar diantaranya 1,8 kg/ton BOD, 3,5 kg/ton COD, 0,56 kg/ton TSS, 0,04 kg/ton krom total, dan 0.03 kg/ton amoniak serta debit limbah cair rata-rata sebesar 30 m3/hari.
Unit pengolahan limbah yang ada sekarang secara umum meliputi pengolahan fisik-kimia-biologi dan telah disesuaikan dengan debit yang direncanakan. Sebagai sumber energi untuk menggerakkan pompa-pompa pada instalasi tersebut digunakan genertator dengan kapasitas 16 HP. Unit pengolahan limbah ini tidak difungsikan sebagaimana mestinya. Beberapa unit produksi hanya melakukan pengendapan awal sebagai proses pengolahannya.
Dari hasil pengamatan selama di lapangan, diketahui bahwa unit pengolahan yang ada saat ini belum memadai. Hal ini karena unit pengolahan awal yang merupakan bak pengendap awal maupun ekualisasi awal belum dimiliki oleh seluruh unit produksi. Dalam sistem pembuangannyapun tidak ada pemisahan saluran untuk limbah yang mengandung Krom dan Sulfida. Selain itu pula tidak terdapat satupun bak presipitasi Krom maupun oksidasi Sulfida pada unit pengolahan yang ada.
Tercemarnya air tanah yang menurut warga sekitar adalah akibat buangan limbah Krom seharusnya memacu keseriusan Pemda setempat akan penanganan masalah ini. Karena itu pada daerah sentra industri tersebut perlu dibangun suatu kesadaran dalam masyarakat akan pentingnya pengolahan limbah cair yang memadai, terutama limbah yang mengandung bahan beracun berbahaya, agar dapat dibuang ke badan air dengan aman dan tidak mencemari lingkungannya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34769
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaiful Harjanto
"Suhu pengkerutan kulit adalah suhu saat kulit mengkerut maksimum 0,3% dari panjang awal, jika kulit dipanaskan secara perlahan-lahan dalam media pemanas. Alat uji suhu pengkerutan kulit yang menggunakan pembacaan secara visual dengan termometer gelas dan pengamatan pergerakkan jarum mempunyai kelemahan pada akurasi mata penguji. Telah dilakukan Rekayasa Alat Uji Suhu Pengkerutan Kulit Tersamak dengan menggunakan sistem digital.
Bahan yang digunakan terdiri atas rotary encoder sebagai pendeteksi kerutan, sensor suhu RTD sebagai pembaca suhu media pemanas, character LCD 2 baris sebagai penampil, dan modul mikrokontroller berbasis ATMEL328 sebagai pemroses data. Rekayasa telah mengasilkan prototipe alat uji suhu pengkerutan kulit tersaak sistem digital dengan spesifikasi range pengukuraan (0-150)ºC, tingkat ketelitian 0,1ºC, dimensi panjang 30cm, lebar 20cm, dan tinggi 30cm. Alat uji suhu pengkerutan kulit tersamak hasil rekayasa dapat mendeteksi suu pada pengkerutan 0,3% dari panjang semula, suhu, dan pengkerutan kulit ditampilkan secara real time. Alat uji yang dihasilkan telah sesuai dengan SNI 06-7127-2005 Cara Uji Suhi Pengkerutan Kulit Tersamak."
Yogyakarta: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fuadi
"PT. SHS adalah perusahaan BUMN yang didirikan pada tahun 1971. Pada awal berdirinya, PT. SHS hanya bergerak pada produk benih padi, yang selanjutnya terus berkembang hingga bergerak pada 4 komoditi utama saat ini, yaitu padi, kedelai, jagung dan sayuran; yang selanjutnya 4 komoditi tersebut merupakan Strategic Business Unit (SBU) dari PT. SHS.
Sebagai perusahaan pertama yang bergerak di bidang perbenihan dengan total pengalaman 28 tahun disertai dukungan dari pemerintah berupa subsidi harga untuk benih padi dan kedelai, maka sejak berdirinya sampai saat ini, PT. SHS telah menempatkan dirinya pada posisi market leader dan mampu menunjukkan keunggulannya dalam usaha industri perbenihan di Indonesia.
Seiring dengan berkembangnya pendatang baru sebagai pesaing yang berpengaruh terhadap tendensi menurunnya pangsa pasar dari SBU utama dan sehubungan dengan rencana pemerintah untuk mencabut subsidi harga untuk benih padi dan kedelai, maka keunggulan dan posisi market leader yang dimiliki PT. SHS tnenjadi terancam. Untuk itu perlu diformulasikan suatu strategi bisnis agar PT. SHS tetap bisa mempertahankan keunggulan bersaingnya.
Untuk mcnyusun formulasi strategi bisnis di PT. SHS adalah dengan mengkaji pada 4 SBU yang diduga faktor internal maupun eksternal dari masing-masing SBU tersebut berbeda-beda, baik daya tarik industri, daur hidup maupun kekuatan bisnis serta peran dari tiap SBU dalam aliran kas masuk/keluar-nya.
Untuk itu, alat analisa matriks BCG, GE dan ADL dipergunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan pilihan strategi yang tepat dan komprehensif agar PT. SHS yang menghadapi ancaman dapat mempertahankan keunggulan bersaingnya.
Hasil analisis berdasarkan 3 alat analisa di atas menunjukkan bahwa 4 SBU yang dimiliki PT. SHS posisi bisnisnya adalah : SBU padi posisinya perlu dipertahankan karena telah menguasai pangsa pasar yang cukup besar pada saat yang sama tingkat pertumbuhan pasarnya rendah atau melambat sehingga SBU padi menghasilkan aliran kas masuk yang besar sementara tidak banyak memerlukan kas keluar sehingga surplus kas-nya bisa untuk subsidi silang pada SBU lain yang memerlukan. Untuk SBU kedelai dan sayuran direkomendasikan untuk membangun karena dalam proses pertumbuhan alami dengan kekuatan bisnis yang cukup kuat sementara tingkat pertumbuhan pasarnya cukup tinggi sehingga memerlukan dana investasi yang cukup besar. Walaupun saat ini SBU kedelai dan sayuran memerlukan investasi, namun dua SBU tersebut disarapkan dapat menjadi sumber aliran kas masuk yang besar di kemudian hari. Adapun untuk SBU jagung direkomendasikan agar dalam pengembangannya dilakukan investasi selektif. Dari 4 SBU yang ada di PT. SHS tidak ada yang direkomendasikan untuk keluar dari pasar.
Dari hasil penelitian ini disarankan agar PT. SHS melakukan efisiensi terutama untuk SBU padi dalam rangka keunggulan biaya menyeluruh untuk mempertahankan pangsa pasar yang dikuasai dan melakukan investasi untuk SBU kedelai dan sayuran dan disarankan agar PT. SHS melakukan aliansi untuk SBU jagung."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T1793
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wasiyanto
"Industri kulit berperanan penting dalam perekonomian Indonesia. Industri ini memberikan kontribusi untuk peningkatan kegiatan ekonomi domestik seperti penerimaan devisa dan penyerapan tenaga kerja. Terdapatnya kebijakan pajak ekspor kulit mentah menjadi isu sentral dalam konteks ekonomi politik internasional. Hal ini cukup menarik untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor industri kulit dan produk kulit Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ekspor industri kulit dan produk kulit, serta untuk mengidentifikasi implikasi dari implementasi peraturan pemerintah terutama pajak ekspor kulit mentah terhadap kinerja ekspor industri kulit dan produk kulit. Faktor-faktor yang akan dianalisis adalah variabel Produk Domestik Bruto riil (sebagai proxy produksi), harga relatif ekspor, nilai tukar nominal, dummy kebijakan pajak ekspor kulit mentah dan dummy krisis ekonomi. Penelitian meliputi periode 1980 - 2008 dan menggunakan Ordinary Least Square (OLS) regresi ganda.
Hasil uji validitas ekonometrik dalam penelitian ini adalah ketiadaan multicollinearity, heteroscedasticity, dan otokorelasi. Dari hasil regresi, koefisien determinasi (adjusted R Squared) adalah 0,85 yang menunjukkan bahwa sekitar 85 persen variasi penawaran ekspor industri kulit dan produk kulit dijelaskan oleh semua variabel independen dalam model. Di sisi lain sekitar 15 persen variasi variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh semua variabel independen dalam model regresi. Variabel seperti harga relatif ekspor, nilai tukar nominal, dan dummy pajak ekspor kulit mentah secara statistik berpengaruh signifikan terhadap kinerja ekspor industri kulit dan produk kulit. Sementara itu, produk domestik bruto riil sebagai pengganti produksi dan dummy krisis tidak berpengaruh signifikan terhadap penawaran ekspor.
Studi ini menemukan bahwa selama periode penelitian kinerja ekspor (penawaran ekspor) industri kulit dan produk kulit lebih dipengaruhi oleh harga relatif eskpor, nilai tukar nominal dan adanya kebijakan pajak ekspor pada kulit mentah. Dengan demikian kebijakan pajak ekspor pada kulit mentah ini dapat mendorong peningkatan ekspor industri kulit dan produk kulit dengan ketersediaan bahan baku di dalam negeri.

Leather industry plays important roles in Indonesian economy. The industries contribute to increase domestic economic activities such as foreign exchange earnings and labor intensive industry. There is export tax policy on raw leather become central issues in the context of international political economy. It is interesting enough to find the determinant factors that affect on export supply of Indonesian leather and leather products industry.
The objective of this research is to identify and analyze determinant factors of export performance of leather and leather products Industry, and also to identify the impact of the implementation of government regulations mainly export tax on raw leather to export performance of leather and leather products industry. The factors that will be analyzed are variables of real Gross Domestic Product (as proxy of output), relative price of export, nominal exchange rate, dummy export tax policy on raw leather and dummy economic crisis. The research covers period of the study during 1980 - 2008 and uses Ordinary Least Square (OLS) multiple regression.
Econometric validity test in this research is absence of multicollinearity, heteroscedasticity, and autocorrelation. From the regression result, the adjusted R Squared coefficient of determination is 0.85 which indicates that about 85 percent variation of export supply of leather and leather products explained by all independent variables in the model, which means that this form is a good fit for the data. On the other hand, around 15 percent variation of dependent variable cannot be explained by all independent variables in the regression model. Variables such as relative price of export, nominal exchange rate, and dummy export tax on raw leather had a statistically significant influence on export supply of leather and leather products industry. Meanwhile, real gross domestic product as proxy output and dummy economic crisis had not a significant influence on export supply.
This research found that over the period of the study, the export performance (export supply) of leather and leather products industry is more influenced by relative price of export, nominal exchange rate and the policy of export tax on raw leather. Thus, the export tax policy on raw leather may encourage the increased export of leather and leather products industry with the availability of raw materials in the country."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28779
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Murtiwi Widyastuti
"Kemajuan teknologi dalam industri otomotif dan kebutuhan pasar otomotif yang potensial, memaksa para ATPM untuk mengembangkan produknya. Namun pasar potensial tersebut berubah cepat, sebagai akibat adanya krisis ekonomi. Situasi pasar otomotif semakin tidak pasti dan sulit untuk diprediksi. Biaya produksi naik tiga kali lipat dari kondisi sebelumnya, ditandai dengan nilai dollar terhadap nilai rupiah sebelumnya Rp 2.400,- per dollar, kini Rp 8.400,- per dollar.
Keadaan ini memaksa para pemegang ATPM untuk mengembangkan strategi bersaing agar unggul dibanding pemegang ATPM lainnya, paling tidak dapat bertahan hidup di masa krisis ini. Untuk mengetahui upaya pemegang ATPM dalam menanggapi krisis ekonomi, penulis mengadakan penelitian dengan metode diskripsi analistik dan bersifat studi kasus pada PT Indomobil Suzuki Internasional, yaitu untuk mengetahui strategi bersaing dan strategi pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan ini hingga mengantarkannya masuk ke papan atas dalam industri otomotif Indonesia.
Perusahaan ini dapat unggul bersaing dibanding pemegang ATPM lain di Indonesia ternyata dengan menerapkan strategi bersaing berdasarkan pendekatan "Market Based". Hal ini sesuai dengan latar belakang PT Indomobil Suzuki Internasional yang semula sebagai agen penjualan produk otomotif. Disamping itu perusahaan ini dapat pula mengatasi permasalahan sumber daya manusianya, dengan tidak mem-PHK secara besar-besaran, meskipun biaya gaji terus meningkat.
Perusahaan ini dapat menekan biaya produksinya melalui pengawasan pada setiap tahap proses produksi. Strategi keunggulan bersaing dengan pendekatan market based, didukung penerapan strategi pemasaran dengan istilah Pull and Push Strategy. Selain itu juga melakukan pelayanan terpadu, dan layanan purna jual, yang menyediakan kesempatan bagi pemilik produk Indomobil lama sebagai uang muka bagi pembelian produk baru. Namun dalam perencanaan produksi perusahaan ini kurang sensitif terhadap kehendak pasar, sehingga dalam produk mobil niaga tidak dapat menduduki peringkat satu di pasar otomotif Indonesia.
Rekomendasi yang penulis ajukan adalah mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif untuk mempengaruhi opini masyarakat terhadap produk-produknya, dan untuk mempersiapkan diri memasuki era globalisasi dan tetap bertahan di kelas sedan 1600 cc yang telah terbukti merupakan keunggulan PT Indomobil Suzuki Internasional."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T9927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dian Ayu Yustina
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S19407
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>