Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179714 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sigit Purwantomo
"ABSTRAK
Pentingnya penyimpanan biji telah dikenal manusia semenjak manusia mulai mendomestikasi tumbuhan. Telah diketahui bentuk hubungan antara kadar air dan viabilitas pada biji utuh dan potongan biji yang mengandung embrio Artocarpus heterophyllus Lam. Viabilitas diukur dengan nilai daya hantar listrik (DHL atau konduktivitas). Setiap 1,5 jam sekali dilakukan pengamatan terhadap kadar air biji dan nilai DHL yang dilakukan sampai waktu pengeringan 6 jam melalui 3 macam metode pengeringan (silica gel, matahari, dan oven suhu 40°C).
Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara kadar air awal biji utuh dan kadar air awal dan potongan biji yang mengandung embrio. Dari ketiga metode pengeringan, silica gel mengeringkan material paling cepat, diikuti pengeringan dengan matahari, dan oven. Bentuk potongan biji yang mengandung embrio lebih cepat mengering daripada biji utuh. Kerentanan biji Artocarpus heterophyllus Lam. terhadap pengeringan memperlihatkan bentuk model regresi yang berbeda antara biji utuh dan potongan biji yang mengandung embrio. Kadar air diduga melalui perhitungan berat kering. Diperoleh hasil bahwa bentuk hubungan yang terjadi pads biji utuh adalah sesuai dengan model Y = 1339,544 - 22,1332X dengan koefisien determinasi sebesar 0,978, sedangkan pada potongan biji yang mengandung embrio adalah mengikuti model Y=965,575 - 14,772X dengan koefisien determinasi sebesar 0,948. Ada pun X adalah peubah kadar air (peubah bebas) dengan Y sebagai peubah viabilitas dengan nilai DHL (peubah).
Biji nangka mampu bertahan pada suhu 14°C dengan viabilitas 100% dalam kondisi kadar air tanpa pengeringan dan kadar air 50% selama dua bulan atau lebih. Walau pun demikian kadar air kondisi tanpa pengeringan masih tetap mampu bertahan pada suhu 26°C selama dua bulan. Kadar air awal biji berpengaruh nyata dalam menentukan viabilitas biji selama disimpan.

ABSTRACT
Seed is the most convenient part of the plant to store and have been known to survive for many weeks. The basic principles of a seed bank are to collect, conserve and provide or exchange germplasm. Seed can be deposited for different periods - short, mid, and long term for different purposes. The longevity of seed is considerable.
Seed can be classified into two groups, orthodox and recalcitrant. Many of seed of tropical tree is recalcitrant. Because many tree species in tropic have the economic value, so study of recalcitrant seed is needed. The aim of this study was to find out the relationship between the seed moisture content decreased with the viability decreased. Therefore, the results can be used as a basic information for the further research.
The research was conducted on two kind of material, the excised embryo and whole seed. Each of those materials was desiccated with three kind of desiccation methods - silica gel, sun, and oven_ The viability is known by a conductivity value.
The effect of desiccation on storability of recalcitrant seed of Artocarpus heterophyllus was studied. As the seed moisture of A. heterophyllus decreased, viability decreased while conductivity value increased. The excised embryo could be desiccated more rapidly rather than whole seed. The silica gel seem to be efective method for seed drying than that of the sun and the oven.
Whole seeds were stored in sealed thin plastic container. Seed with seed coat could germinate on 26°C in one month. In sealed container there were no significantly different of moisture content during eight weeks storage or more. Seed without desiccation is best for maintaining their viability especially at 14°C in sealed container.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafidz Makarim Ilmi
"Inflamasi memiliki reaksi lokal pada jaringan terhadap cedera yang salah satu mediatornya adalah leukotrien. Leukrotrien dihasilkan dari metabolisme asam arakidonat oleh lipoksigenase dan dapat meningkatkan permeabilitas kapiler dan meningkatkan adhesi leukosit. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh fraksi teraktif dalam menghambat lipoksigenase, mengetahui kadar fenol dan flavonoid total dari ekstrak kulit batang dan daun Artocarpus Heterophyllus. Pada penelitian ini, kulit batang dan daun Artocarpus Heterophyllus diekstraksi dengan cara refluks bertingkat. Dilakukan uji penghambatan lipoksigenase secara in vitro, pengukuran kadar fenol dan flavonoid total terhadap masing-masing fraksi. Ekstrak etanol merupakan ekstrak teraktif pada masing-masing fraksi.
Nilai IC50 yang didapatkan pada kedua fraksi teraktif adalah 31,82 g/mL pada fraksi etil asetat kulit batang dan 46,61 g/mL pada fraksi etil asetat daun. Nilai ini lebih rendah dari standar apigenin yang memiliki nilai IC50 2,08 g/mL. Kadar fenol tertinggi adalah ekstrak etanol daun dengan nilai 404,903 mg GAE/g ekstrak. Sementara itu kadar flavonoid adalah pada ekstrak etil asetat kulit batang, dengan nilai kadar 372,362 mg QE/g ekstrak. Kesimpulan dari pengujian ekstrak daun dan kulit batang nangka Artocarpus Heterophyllus ini adalah kenaikan kandungan fenol ataupun flavonoid total berpengaruh terhadap kenaikan aktivitas penghambatan enzim.

Inflammation is a local reaction at the cascular tissue to injury that mediated by leukotriens. Leukotriens produced by arachidonic acid metabolism, those can increase tha permeability of capillaries and improves the adhesion of leukocytes. The aim of this study was to obtain the most active extracts in inhibiting Lypoxygenase find out the phenol and flavonoid content of Artocarpus heterophyllus stem bark and leaf extracts. The Artocarpus heterophyllus stem bark and leaf were extracted by multistage reflux. Ethanol extract is the most active extract in this study.
The IC50 values of two most active extracts are 31,82 g mL on stem bark ethyl acetate extract and 46,61 g mL on leaf ethyl acetate extract. This value is lower than the standard apigenin which has IC50 value 2,08 g mL. The highest phenol content in leaf extract was ethanol extract, which value is 404,903 mg GAE g extract. Meanwhile, the highest flavonoid content of leaf extract was on ethyl acetate leaf extract which value is 372,362 mg QE g extract.The conclusion of nangka leaf and stem bark Artocarpus heterophyllus extract test is the increase of phenol or flavonoids content to increase of enzyme inhibition activity is comparable.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abi Fauzan Akbar
"Hipertensi merupakan suatu penyakit vaskular yang memiliki prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia, yaitu sebesar 6,8% menurut sumber Riskesdas tahun 2007. Pencarian obat-obatan dari produk alami untuk penatalaksanaan hipertensi modern terus dikembangkan hingga saat ini. Salah satu produk alami yang diduga memiliki khasiat antihipertensi adalah kulit batang nangka (Artocarpus heterophyllus) yang bekerja dengan menghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE). Penghambat ACE merupakan salah satu metode obat pilihan untuk penatalaksanaan hipertensi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh fraksi teraktif dari ekstrak kulit batang nangka serta mengetahui golongan senyawa kimia dari fraksi teraktif tersebut. Uji penghambatan aktivitas ACE dilakukan secara in-vitro dengan substrat HHL (Hippuryl-L-histidyl-L-leucine).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi diklorometan dari ekstrak etanol kulit batang nangka merupakan fraksi teraktif dalam menghambat aktivitas ACE dengan nilai IC50 sebesar 0,76 μg/mL. Adapun golongan-golongan senyawa kimia yang terdapat pada fraksi diklorometan ekstrak etanol kulit batang nangka adalah flavonoid, tannin, alkaloid, terpenoid dan saponin. Hasil ini menunjukkan bahwa kulit batang nangka memiliki potensi untuk diteliti lebih lanjut kandungan senyawa yang terdapat didalamnya yang berperan dalam penghambatan ACE tersebut.

Hypertension is a vascular disease that has a high prevalence in Indonesia, reaching 6.8 % in 2007 according to Riskesdas. Search for medicines from natural products for management of hypertension continues to be developed to date. One of the natural products that suspected to have antihypertensive effects is stem bark of jackfruit (Artocarpus heterophyllus Lam), which works by inhibiting the Angiotensin Converting Enzyme (ACE). ACE inhibitor is one method of choice for the management of hypertension.
The purpose of this study is to obtain the most active fraction from the extract of jackfruit stem bark and to determine the chemical compounds of the most active fraction. ACE activity inhibition test were tested using in vitro method with HHL (Hippuryl-L-histidyl-L-leucine) as a substrate.
Results showed that the dichloromethane fraction from ethanol extract of jackfruit stem bark is the most active fractions in inhibiting ACE activity with IC50 value of 0,76 μg / mL. The constituents of chemical compounds contained in the dichloromethane fraction from ethanol extract of jackfruit stem bark are flavonoids, tannins, alkaloids, terpenoids and saponins. These results suggest that the stem bark of jackfruit has the potential to be further investigated by future studies to determine the compounds that plays a role in the inhibition of ACE."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyah Ayu Rosalinda
"Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Salah satu bakteri penyebab infeksi yang perlu mendapatkan perhatian adalah Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus MRSA karena sifat resistensinya terhadap berbagai antibiotik golongan beta laktam. Hingga saat ini vankomisin masih menjadi antibiotik pilihan untuk infeksi MRSA namun telah berkembang galur MRSA yang mengalami penurunan sensitivitas terhadap vankomisin, sehingga perlu dicari antibiotik alternatif untuk pengobatan infeksi MRSA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun nangka Artocarpus heterophyllus Lam. terhadap bakteri MRSA dengan melihat konsentrasi hambat minimum KHM dan konsentrasi bunuh minimum KBM. Penelitian dilakukan menggunakan uji in-vitro dengan cara makrodilusi tabung. Ekstrak daun nangka digunakan dengan variasi konsentrasi 1280 ?g/mL, 640 ?g/mL, 320 ?g/mL, hingga 0,625 ?g/mL. KHM ekstrak daun nangka terhadap MRSA ditemukan pada konsentrasi 320 ?g/mL ditandai dengan larutan yang bening pada tabung dengan konsentrasi ekstrak sebesar 320 ?g/mL, 640 ?g/mL, dan 1280 ?g/mL. KBM ekstrak daun nangka ditemukan pada konsentrasi 1280 ?g/mL ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan koloni bakteri pada agar Mueller-Hinton. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun nangka berpotensi sebagai antibakteri untuk melawan MRSA.

Infectious diseases are still a public health problem in Indonesia. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus MRSA is one of bacteria causing infections that is a concern because of the nature of resistance to various beta lactam class of antibiotics. Vancomycin is still the drug of choice for MRSA infections but in recent years research shows that it has been found strains of MRSA that decreased sensitivity to vancomycin. Therefore, it is necessary to find an alternative antibiotic for the treatment of MRSA infections. This study aims to determine the antibacterial activity of jackfruit Artocarpus heterophyllus Lam. leaf extract against MRSA by the minimum inhibitory concentration MIC and the minimum bactericidal concentration MBC . The study was conducted using in vitro test with broth macrodilution method. Jackfruit leaf extract were used in various concentration of 1280 g mL, 640 g mL, 320 g mL, until 0,625 g mL. MIC of jackfruit leaf extract against MRSA was found at a concentration of 320 g mL showed by a clear solution in the tube with extract concentration of 320 g mL, 640 g mL, and 1280 g mL. MBC of jackfruit leaf extract against MRSA was found at a concentration of 1280 g mL because there was no growth of MRSA colonies on Mueller Hinton agar. Therefore, it can be concluded that jackfruit leaf extract is potential as antibacteria against MRSA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusniar Yusuf
"Untuk mengetahui pengaruh kolkisin terhadap hasil tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merrill) varietas Orba, biji-biji kedelai direndam dalam berbagai konsentrasi kolkisin, masing-masing selama 3, 6, dan 9 jam. Konsentrasi kolkisin yang dimaksud adalah 0, 100, 200, 300, dan 400 ppm. Selanjutnya biji tersebut ditanam dalam kantung polietilen hitam. Metode penelitian adalah rancangan acak lengkap. Analisis variansi 2 faktor pada a = 0,05 menunjukan bahwa lama perendaman biji berpengaruh terhadap jumlah polong dan biji, nilai tertinggi berturut-turut dihasilkan 22,87 polong dan 42,20 biji, yaitu pada perendaman 3 jam. Tingkat konsentrasi kolkisin berpengaruh terhadap jumlah polong, jumlah biji, dan ukuran biji. Ukuran biji tertinggi dihasilkan pada konsentrasi kolkisin 400 ppm, yaitu seberat 16,19 g/100 biji. Jumlah polong dan biji tertinggi dihasilkan pada konsentrasi kolkisin 0 ppm, masing-masing dengan nilai 34,56 polong dan 62,22 biji. Interaksi lama perendaman biji dan tingkat konsentrasi kolkisin hanya berpengaruh terhadap ukuran biji. Ukuran biji tertinggi dihasilkan pada lama perendaman 9 jam dengan tingkat konsentrasi kolkisin 400 ppm, yaitu 19,44 g/100 biji. Persentase protein meningkat sejalan dengan besarnya konsentrasi dan lama perendaman biji dalam larutan kolkisin sedangkan persentase karbohidrat menurun pada semua perlakuan bila dibandingkan dengan kontrol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Agriana Ali
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui kualitas biji belimbing (Averrhoa carambola L.). Kadar air awal biji berdasarkan berat basah adalah 40% dan persentase perkecambahan awal adalah 92%. Biji dikeringkan hingga mencapai kadar air 32%, 25%, 18%, 11%, 4% dan disimpan dalam masing-masing suhu penyimpanan, yaitu, suhu ruang (27--30 °C), suhu dingin (5 °C), dan suhu beku (-15 °C) selama 4 minggu. Hasil pengamatan menunjukkan biji masih dapat bertahan hingga kadar air 4% pada masing-masing suhu penyimpanan. Suhu penyimpanan biji yang paling baik terhadap viabilitas biji adalah pada suhu dingin (5 °C) dengan kadar air 40% dan suhu ruang (27--30 °C) dengan kadar air 25%.

ABSTRACT
This research is aimed to determine the quality of carambola seed (Averrhoa carambola L.). The initial moisture content of seed was 40% on fresh weigh basis with 92% initial germination. The seeds were dessicated to 32%, 25%, 18%, 11%, 4%, and stored at ambient (27--30 °C), cold (5 °C), and freezing temperature (-15 °C) for 4 weeks. The seeds were found to be tolerant to dessication up to 4% moisture content in any storage temperature. The favourable storage temperature was cold (5 °C) with 40% moisture content and ambient (27--30 °C) with 25% moisture content."
Universitas Indonesia, 2011
S961
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Emi Farida
"Madu dikenal sebagai bahan makanan bergizi dengan kandungan fruktosa dan glukosa yang cukup tinggi, telah diketahui mempunyai potensi dalam pengawetan semen, yaitu sebagai komponen medium pengawet semen untuk inseminasi buatan pada hewan ternak. Dalam penelitian ini penggunaan madu sebagai komponen medium pengawet semen dicobakan pada semen manusia. Sampel semen yang digunakan dalam penelitian ini tergolong normozoospermia, berasal dari 25 pria pasangan infertile yang datang memeriksakan diri ke Laboratorium Analisis Semen Bagian Biologi FK-UI. Empat medium pengawet sitrat kuning telur yang digunakan, masing-pmasing mengandung 0%, 1%, 4%, dan 7% madu. Mula-mula sebanyak 2 ml semen dibagi menjadi 4 bagian (masing-masing 0,5 ml), kemudian diencerkan 1:2 dengan keempat medium pengawet tersebut, lalu disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 5 0C. Pemeriksaan kecepatan gerak dan viabilitas sperma dilakukan setelah semen disimpan selama 3, 24, dan 48 jam. Hasil uji nonparametric Friedman pada a = 0,01 menunjukkan bahwa kecepatan gerak sperma tertinggi terdapat pada medium pengawet semen dengan konsentrasi madu 4%, kemudian diikuti perlakuan konsentrasi madu 1%. Sedangkan viabilitas sperma pada medium dengan konsentrasi madu 1 % dan 4% tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Hal ini terjadi pada ketiga waktu penyimpanan. Sebaliknya pada konsentrasi madu yang lebih tinggi (7%), meskipun kecepatan gerak sperma sedikit lebih meningkat, tetapi viabilitasnya menurun dibandingkan dengan kontrol (0%). Di lain pihak, kecepatan gerak dan viabilitas sperma di dalam medium pengawet tidak dapat dipertahankan sampai dengan 48 jam penyimpanan; semakin lama waktu penyimpanan, kecepatan gerak dan viabilitas sperma semakin menurun."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S30797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>