Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72637 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulkifli
"Seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik, maka kebutuhan penghantar listrik seperti jaringan transmisi/distribusi daya dan peralatan penunjang lainnya serta kebutuhan lahan untuk pembangunan jaringan juga meningkat. Dengan adanya permasalahan diatas, sementara daya listrik yang disalurkan semakin besar, maka diperlukan jenis jaringan transmisi/distribusi yang mempunyai kapasitas hantar daya yang besar. Kawat penghantar aluminium konvensional yang umumnya digunakan seperti jenis EC Grade (AAC) atau alloy 6201/6101 pada jaringan transmisi/distribusi listrik memiliki Kapasitas Hantar Arus (KHA) yang relatif rendah. Hal ini disebabkan karena kawat penghantar tersebut hanya mampu dioperasikan secara kontinu pada suhu sekitar 900 C . Untuk meningkatkan KHA, maka kawat penghantar tersebut harus mampu dioperasikan pada suhu yang lebih tinggi dan untuk itu diperlukan jenis kawat penghantar dengan sifat tahan panas yang tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari Kemampuan Hantaran Arus (KHA) dari konduktor Aluminium Tahan Panas yang sering disebut dengan kawat TAL (Thermal Resistant Aluminium Alloy) dengan membandingkannya terhadap konduktor EC Grade. Dalam penelitian pada penghantar TAL yang dipelajari ada dua jenis yaitu:
a) TAL yang ditambahkan dengan RE ( rare earth metal) atau unsur tanah jarang (TAL+)
b) TAL tanpa penambahan RE (TAL-).
Pada penelitian ini Benda uji yang digunakan berbentuk kawat berdiameter 3,2 mm Berbagai pengujian dilakukan untuk menentukan sifat-sifat mekanis dari kawat TAL meliputi :
· Uji Tank
· Uji sifat listrik
· UJi Creep
Dan untuk mengetahui struktur dari kawat TAL dilakukan pengujian metalografi dengan peralatan antara lain
· Mikroskop optik
· Scanning Electron Microscope (GEM)
· Transmission Electron Microscope (TEM)
· Uji tarik dan uji creep dilakukan untuk menentukan"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan
"Pengaruh penambahan iogam azirkonium (Zr) dan lanthanum (La) terhadap konduktivitas listrik dan ketahanan panas aluminium telah diteliti. Penelitian dilakukan terhadap tiga jenis cuplikan aluminium, yaitu aluminium kemurnian komersial (Cuplikan A), aluminium dengan tambahan Zr (Cuplikan B) serta aluminium dengan tambahan 0.04 % berat Zr dan La dengan kandungan La bervariasi(Cuplikan C). Cuplikan dibuat dengan proses penuangan dan pengerolan menjadi kawat berdiameter 3.52 mm. Konduktivitas listrik aluminium ditentukan dari pengukuran resistivitas listriknya menggunakan alat jembatan ganda Kelvin. Ketahanan panasnya ditentukan dari pengukuran kekuatan tarik cuplikan sebelum dan setelah pemanasan selama 1 jam pada temperatur bervariasi serta pengukuran kurva DSC(Differential Scanning Calforimetry). Untuk menjelaskan pengaruh penambahan unsur Zr dan La terhadap perubahan sifat aluminium, struktur mikro cuplikan juga diamati dengan mikroskop optik maupun elektron dan parameter kisi kristalnya dikonfirmasi dengan difraksi sinar-X.
Hasil penetitian menunjukkan bahwa penambahan 0.04% berat Zr meningkatkan ketahanan panas aluminium dari 85.1 % menjadi 91 %, tetapi menurunkan konduktivitas listriknya dari 61.78 % 1ACS (International Annealed Copper Standard) menjadi 60.07 % IACS. Dengan menambahkan lanthanum ke dalam aluminium yang mengandung 0.04 ° berat Zr, konduktivitas listrik cuplikan B dapat ditingkatkan dari 60.07 menjadi 60.80 %IACS. Diperoleh indikasi kuat ?bahwa peningkatan ketahanan panas aluminium disebabkan oleh penghalusan butir dan terbentuknya fasa-fasa kedua di dalam aluminium, sedangkan peningkatan konduktivitas iistrik disebabkan adanya penurunan kelarutan unsur-unsur pengotor di dalam Iogam aluminium akibat penambahan unsur lanthanum. Berdasarkan data penefitian ini, ketahanan panas dan konduktivitas listrik cuplikan aluminium yang optimum dapat diperoleh dengan penambahan 0.04 % berat Zr dan 0.13 % berat La.

A close study about the effects of the addition of zirconium (Zr) and lanthanum (La) metals on the condutivity and heat resistance of commercial purity aluminium has been carried out on the three kinds of aluminium samples consisting of commercial purity aluminium (Sample A), aluminium with the addition of Zr (Sample B), as well as aluminium with the addition of 0.04 wt % Zr and La (SampleC). The samples were made by casting and rolling processes to form a-3.52 mm wire in diameter. The electrical conductivity of the aluminium samples was determined by measuring the resistivity employing Kelvin double bridge instrument. The heat resistance properties were obtained by measuring their strength before and after heating the sample for one hour at various temperatures, and by measuring their DSC curves. To elucidate the effect of the addition of Zr and La to the properties of aluminium, their microstructures were also observed by the optical as well as electron microscopes and their lattice parameters were confirmed by X-ray diffraction.
The results shows that the addition of 0.04 wt.% Zr increased the heat resistance of aluminium from 85.1% to 91.0 %, however it reduces their electrical conductivity from 61.78 % IACS (International Annealed Copper Standard) to 60.07 % IACS. By the addition of La into aluminium containing 0.04 % wt. %Zr, the electrical conductivity of the Sample B can be increased from 60.07 IACS to 60.80 %IACS. There is a strong indication that the increase of the heat resistance was caused by grain refinement and the second phase formation in the aluminium, whereas the increase in the electrical conductivity of aluminium was caused by a decrease in the solid solubility of impurities in the aluminium due to the addition of lanthanum elements. Based on the data from such study, the optimum heat resistance and electrical conductivity were obtainable by the addition of 0.04 wt. °A Zr and 0.13 wt. % La.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T2099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Zamroni
"Salah satu penggunaan paduan aluminium yang cukup panting adalah sebagai kawat transmisi listrik. Sebagai kawat transmisi listrik, aluminium dituntut untuk memberikan konduktivitas listrik yang balk. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kerugian daya pada transmisi listrik tersebut. International Electrical Comission (EEC) menetapkan harga konduktivitas listrik minimal yang harus dipunyai oleh konduktor dengan material paduan aluminium sebesar 61 %-IACS (International Annealed Copper Standard) pada temperatur 20°C.
Akhir-akhir ini, kapasitas jaringan transmisi listrik udara dibuat semakin besar sehingga dalam pengoperasiannya sering menimbulkan panas yang cukup tinggi, dengan temperatur sekitar 250°C. Pada kondisi demikian, kawat ACSR (Aluminium Conductor Steel Reinforced) biasa, yang sering digunakan sebagai konduktor transmisi tegangan tinggi, tidak dapat digunakan lagi secara laik, karena mengalami penurunan kekuatan dan terjadi proses pemuluran.
Menurut informasi literatur, unsur zirkonium dapat meningkatkan sifat tahan panas suatu material akan tetapi menurunkan konduktivitas listrik-nya, sedangkan unsur logam tanah jarang meningkatkan konduktivitas listrik suatu material. Penelitian ini hendak mengamati pengaruh penambahan kedua unsur tersebut terhadap sifat tahan panas dan konduktivitas listrik kawat ACSR, dengan harapan dapat diperoleh komposisi paduan yang menghasilkan peningkatan sifat tahan panas kawat ACSR dengan tidak mengurangi konduktivitas listriknya.
Pada penelitian ini dilakukan proses pembuatan kawat secara keseluruhan (dalam skala laboratorium), mulai dad proses pengecoran, pengerolan dan penarikan. Dari rangkaian proses tersebut banyak variabel yang mempengaruhi sifat mekanis dari hasil kawat yang diperoleh, antara lain : proses solidifikasi, penambahan unsur paduan, deformasi akibat pengerolan dan penarikan serta proses periakuan panas. ()fah karena itu, pada penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh unsur paduan (Zr dan logam tanah jarang, dalam hal ini Ce) terhadap sifat tahan panas dan konduktivitas listrik dari hasil kawat yang diperoleh, dengan menjaga variabel yang lain konstan. Sifat tahan panas dari kawat ditunjukkan oleh karakteristik kekuatan tank kawat pada berbagai kondisi anil, karakteristik kekuatan tank kawat pada temperatur tinggi, serta karakteristik creep dari masing-masing kawat pada temperatur rendah dan tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan, penambahan 0,051 %-Ce pada ACSR dapat meningkatkan harga konduktivitas listriknya sebesar 0,72 %-IACS, sedangkan penambahan 0,107 %-Zr pada ACSR menyebabkan konduktivitas listrik mengalami penurunan sebesar 5,5 %-IACS. Akan tetapi penambahan Zr dapat memperbaiki sifat tahan mulur kawat.
Dari hasil penelitian secara keseluruhan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Zr menyebabkan turunnya harga konduktivitas listrik kawat, sebaliknya Ce meningkatkan harga konduktivitas listriknya. Pengaruh Ce terhadap sifat tahan panas belum dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini.
Dari semua sampel penelitian yang dibuat, komposisi Zr dan Ce yang memberikan hasil terbaik adalah 0,088 %-Zr dan 0,114 %-Ce, dengan harga konduktivitas listrik sebesar 58,55 %-IACS serta temperatur maksimum sebesar 300°C (jangka pendek) dan 250°C (kontinyu). Sedangkan ACSR tanpa pemadu mempunyai harga konduktivitas listrik sebesar 60,42 %-IACS serta terperatur maksimum sebesar 210 °C (jangka pendek) dan 170 °C (kontinyu). Hasil terbaik tersebut belum memenuhi standard konduktivitas minimal yang ditetapkan (yaitu 61 %-IACS). Oleh karena itu komposisi Ce hams ditingkatkan lagi. Hasil estimasi komposisi Ce yang menghasilkan konduktivitas 61 %-IACS adalah 0,2 °A-Ce."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
T10520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail Urip
"Besarnya temperatur yang ditimbulkan oleh suatu konduktor yang teraliri arus listrik tergantung pada beberapa faktor. Faktor intern yang menjadi penyebabnya adalah besarnya nilai hambatan konduktor, besarnya kapasitas panas, massajenis konduktor, konduktivitas panas, konduktansi panas, resistivitas panas dan resistansi panas. Selain itu, faktor ekstem adalah lamanya arus yang dilirkan pada konduktor yang bersangkutan, besar dan jenis arus yang dialirkan, temperatur lingkungan, jika sebuah lilitan maka faktomya adalah jarak antar lilitan dll. Besarnya temperatur setimbang dipengaruhi oleh besamya energi panas yang ditimbulkan oleh lilitan. Energi panas juga dipengaruhi oleh kuadrat arus yang diberikan pada suatu konduktor. Jadi, dari pemyataan diatas dapat dirumuskan besamya energi panas yang timbul adalah Q j = IV = I2R watts. Tetapi ada kondisi tertentu yang membuat temperatur yang ditimbulkan tidak akan naik lagi karena sistem telah mencapai temperatur setimbang. Pencapaian temperatur setimbang ini memerlukan waktu tertentu. Pengujian yang dilakukan adalah dengan memvariasikan jarak antar lilitan yaitu dari jarak yang berimpit, 0,25 cm, 0,5 cm dan jarak antar lilitan 1 cm. Pengujian dilakukan dengan syarat besamya tahanan/hambatan, panjang kawat konduktor, diameter lilitan dan perlakuan arus yang diberikan pada lilitan adalah sama. Dari pengujian didapat bahwa semakin besar atau jauh jarak antar lilitan maka pencapaian temperatur setimbang sistem akan semakin cepat. Selain itu, variasi lain yang dilakukan adalah dengan menambahkan jumlah lapisan lilitan yaitu menjadi 2 lapis dan 3 lapis. Dari percobaan didapat semakin banyak lapisan lilitan maka waktu pencapaian temperatur setimbang akan semakin cepat dengan syarat panjang kawat konduktor, besamya hambatan, diameter lilitan dan arus yang diberikan sama. Resiko yang teriadi adalah panjang lilitan akan semakin pendek."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muslimin
"Telah dibuat lapisan tipis Indium Tin Oxide (In2O3 : SnO2 ; ITO) pada substrat kaca dengan cara dc magnetron sputtering. Perbandingan gas Argon dan oksigen dalam sputter divariasikan dari 3.1%, 5.1%, 8.0% dan 8.9%. Sampel yang dibuat digunakan untuk mempelajari pengaruh tekanan parsial oksigen terhadap sifat listrik lapisan tipis Indium Tin Oxide, pengukuran resistivitas listrik lapisan tipis dilakukan di luar vakum dengan metode four point probe untuk rentang temperatur 11°K sampai 300°K, sedangkan penentuan jumlah pembawa muatan dilakukan dengan metode efek Hall pada lapisan tipis. Energi aktivasi sebagai fungsi temperatur pada lapisan tipis ITO yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 9.6 x 10.3 eV sampai 1.5 x 10-5 eV. Jika tekanan partial oksigen makin besar maka resistivitas listrik lapiasa tipis ITO makin besar sedangkan jumlah pembawa muatannya makin kecil."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Universitas Indonesia, 1993
S27934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusnaldy
"Kabel atau. kawal alurmmium banyak digumzkan. pada instalasi listrik dan telekomunikasi. Agar dihasilkan kawot atau kabel yang mermlliki kualitas yang baik, maka proses pembenzukun, kawat, yaitu proses penarikan. kawat hams dilakukan dengan. baik. Untuk itu perlu diketahui pengaruh parameter proses penarikan kawat terhadap basil akhir berupa sifat meka-nik dan konduktivitas listriknya, Adapun. parameter proses penarikan. kawat yang diteliti aclalah besarnya persentase reduksrl penarikan, (Z5%; 16125%; 20%; 27,5%; 3Z5%,' dan, 38%) Izecepalan proses penarikan. kdwat (13 cm/ detik; I8 cm/detik; dan 23 cm/detik) dan. kondisi pelumasan (pelumas yang digunakan. gemuk, ali mesin dan bimali). Hasil penelitahn, menunjukkon, bertambah besamyapersentase reduksi penarikarz. mengakibatkan, meningkatnya harga kekuaum mrik, kekuawn. luluh, dan tegangan penarikan, yang dibutmhkan, serta terjadinya penurunan, harga elongasi dan, konduksimltas liszrik. kawat. Kecepatcm. penurikan 23 cm/detik rnemberikan kenaikan kekuatan luluh yang besar (41, 7%) dun juga memberikan penurunan rullml elongasi yang besar (50,9%), serta membutuhkan, tegangun penarikan. dari luar yang kecil. Sedangkan kecepatcm penarikun 18 cm delik memberikan penururum konduktivitas kecil (2, 5 %) bila dibandingkan dengan. sampel awal. Kondisi pelumasan dengan menggunakan. gemuk memberikcm. hasil yang terbaik dari semua nilai yang diinginkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41174
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Haristyo
"Pada dosimetri radioterapi lapangan kecil digunakan berbagai jenis detektor, salah satu contohnya adalah detektor bilik ionisasi. Namun, terdapat keterbatasan dimensi detektor yang ideal untuk dosimetri lapangan kecil. Akibatnya, muncul efek volume averaging dimana detektor akan merata-ratakan dosis yang terukur dikarenakan adanya pertubasi fluence foton pada celah disekitar volum aktif detektor yang berisi gas. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor koreksi volume averaging. Pada penelitian ini dilakukan kalkulasi faktor koreksi volume averaging beberapa jenis detektor dari film gafchromic dengan menggunakan algoritma berbasis MATLAB.
Hasil kalkulasi faktor koreksi volume averaging menunjukkan nilai faktor koreksi terendah adalah 1,0086 untuk detektor SFD diode pada lapangan 4 cm x 4 cm, sedangkan faktor koreksi terbesar adalah 1,6083 untuk detektor GD-302 pada lapangan 0,8 cm x 0,8 cm. Semakin besar ukuran detektor yang digunakan untuk dosimetri lapangan kecil, maka semakin besar pula efek volume averaging yang ditimbulkan. Oleh karena itu, dibutuhkan detektor yang cukup kecil dimensinya untuk meminimalisir efek volume averaging.

Various type of detector, such as ionization chamber, has been used in small field radiotherapy dosimetry. There is a limitation in detector's dimension which can produce the volume averaging effect. Detector will average the measured dose because of fluence pertubation that happens in gas-filled cavity around detector's active volume. Purpose of this study is to calculate volume averaging correction factor of some detectors. Volume averaging correction factor can be calculated using MATLAB based algorithm.
The result shows that detector with the lowest volume averaging correction factor is SFD diode detector with volume averaging correction factor value is 1,0086 in 4 cm x 4 cm field size. Whereas GD-302 has the largest volume averaging correction, 1,6083 in 0,8 cm x 0,8 cm field size. The larger size of detector, the greater volume averaging correction factor will be produced. Therefore, detector with small enough dimension is required in order to minimize the effect of volume averaging.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S53263
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Sunawar
"Sistem pentanahan merupakan kunci penting untuk keselamatan manusia dan peralatan listrik dari lonjakan arus akibat hubungan pendek atau sambaran petir yang tidak dapat di prediksi kemunculannya. Sistem pentanahan yang baik mempunyai hambatan pentanahan yang kecil sehingga mampu menyalurkan arus berlebih langsung kedalam tanah. Hambatan tanah berasal dari hambatan jenis tanah, sedangkan faktor yang mempengaruhi hambatan jenis tanah adalah faktor suhu, kelembaban dan bahan kimiawi yang terkandung dalam tanah tersebut.
Tesis ini menyampaikan seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan pasir dan batu pada tahanan jenis tanah murni. Dengan melakukan pengujian hambatan di tanah campuran pasir dan batu pada kondisi kelembaban dan suhu yang dikondisikan serta penambahan garam kemudian dibandingkan dengan pengujian pada tanah murni. Dalam pengujian diperoleh tanah campuran pasir dan batu memiliki hambatan jenis yang lebih tinggi dari tanah murni, namun nilai hambatan jenis dapat berubah oleh kondisi kelembaban dan suhu tanah, serta penambahan garam.

The earthing system was the important key for the safety of humankind and electricity equipment from the increasing current from short circuits or the stroke of lightning that could not be predicted of its emergence. The good earthing system had the earth resistance that was small so be able to distribute the excessive flow direct into the land. The earth resistance came from the earth resistivity, whereas the factor that affected the earth resistivity is the temperature factor, humidity and the chemical material that were contained in this soil.
This thesis delivered how big is the influence that caused by sand and the stone in pure resistance of the soil. By testing the earth resistance in of mixed sand and rock land on condition for humidity and the temperature that were conditioned as well as the increase in salt afterwards compared with the testing to the pure soil. In the test was received the land and mix of stone and sand had the higher earth resistivity than the pure soil, but the value of the earth resistivity could be changed by the condition for humidity and the temperature of the soil, as well as the increase in salt."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24265
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>