Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98157 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A. Chamid Endra
"ABSTRAK
Inefisiensi industri gula nasional yang terjadi pada berbagai subsistem dalam sistem pergulaan nasional, menimbulkan kecaman dari banyak pihak. Efisiensi tersebut akan dapat ditingkatkan bila seluruh subsistem yang ada telah menjadi efisien. Tujuan kebijakan pergulaan nasional yang terlalu kompleks dan sangat sulit dicapai secara simultan, perlu skala prioritas agar tidak berakibat tiada satupun tujuan yang dapat dicapai.
PT. Rajawali Nusantara Indonesia adalah salah satu BUMN yang bisnis intinya di bidang industri gula. Pada akhir-akhir ini kinerja industri gula tersebut cenderung menurun. Di sisi lain isu globalisasi dan liberalisasi ekonomi sudah tidak mungkin ditawar lagi, sedangkan kesiapan untuk tetap eksis dalam percaturan ekonomi belum juga dimiliki. Pengembangan keunggulan kompetitif berkelanjutan untuk meraih daya saing merupakan senjata ampuh yang dibutuhkan dalam menghadapi kompetisi global tersebut.
Penelitian dilakukan bertolak dari kinerja keuangan industri gula PT. Rajawali, sebagai upaya pengembangan keunggulan kompetitif berkelanjutan dimaksud. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi PT. Rajawali dan BUMN Indonesia secara keseluruhan, terutama industri gula nasional.
Data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder yang relevan dengan aktivitas industri gula. Data primer dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan kuesioner sebagai pemandu responden dalam menyediakan data, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan dokumentasi.
Analisis rantai nilai merupakan gagasan Michael E. Porter (1985) yang diuraikan kembali oleh John K. Shank dan Vijay Govindarajan (1993), sebagai paradigma baru di dalam konsep manajemen biaya strategis. Konsep ini meletakkan fokus perhatian eksternal perusahaan, yang berbeda dengan akuntansi manajemen tradisional yang lebih berfokus pada internal. Dengan kata lain akuntansi manajemen mengambil perspektif nilai tambah, yang dimulai terlalu lambat dan diakhiri terlalu cepat menyebabkan tidak membahas adanya masalah keterkaitan dengan pemasok dan dengan pelanggan.
Dari analisis rantai nilai yang dilakukan terhadap industri gula PT. Rajawali Nusantara Indonesia tampak jelas beberapa penyebab biaya yang tidak mendukung keunggulan kompetitif. Analisis lebih lanjut terhadap penyebab biaya yang berpengaruh negatif menuntun pada penyebab inti, yaitu adanya regulasi di bidang tebu rakyat intensifikasi atau TRI dan tata niaga gula pasir serta kalkulasi harga yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Pengembangan keunggulan kompetitif berkelanjutan industri gula dapat dilakukan dengan : pertama, mengendalikan secara efektif penyebab biaya, dan kedua, menyusun konfigurasi ulang aktivitas nilai. Kesediaan Pemerintah untuk melakukan deregulasi terhadap regulasi yang berlaku, sehingga mengarah pada kebijakan kondusif dan adaptif, merupakan langkah yang sangat strategis.
Tindak lanjut yang diambil oleh pabrik gula bersama petani tebu dan pihak-pihak yang terkait, akan mendorong pengembangan keunggulan kompetitif industri gula nasional dan akan membalikkan keadaan dari industri bermasalah menjadi berdaya saing, siap menghadapi pasar bebas ASEAN, yaitu AFTA dan APEC yang dimulai pada tahun 2003 mendatang.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Ajeng Widowati
"Teori Krugman mengungkapkan bahwa adanya skala ekonomi, wilayah maju memiliki karakteristik perindustrian, sehingga tenaga kerja akan melakukan migrasi ke wilayah tersebut. Hal ini menunjukan adanya keterkaitan antar pola migran tenaga kerja terhadap konsentrasi industri. Sehubungan dengan itu penelitian ini bertujuan untuk melihat teori Krugman dapat diterapkan di Pulau Jawa atau tidak. Pulau Jawa memiliki tingkat ekonomi yang maju dibandingkan Pulau-pulau lainnya di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah data kependudukan, pertumbuhan ekonomi, dan industri. Kemudian diolah dengan menggunakan metode overlay dan crosstab. Pergeseran karakteristik migran tenaga kerja yang terlihat yaitu migran tenaga kerja perempuan terampil serta lakilaki ahli. Migran tenaga kerja perempuan terampil bergeser dari zona tengah dan selatan Pulau Jawa ke zona tengah Pulau Jawa dalam status ekonomi yang sama yaitu tidak maju. Migran tenaga kerja laki-laki ahli tetap berada di zona selatan dengan status ekonomi tidak maju, tetapi mengalami pergeseran dari wilayah dengan 1 jenis spesialisasi ke wilayah dengan 2 jenis spesialisasi industri. Sedangkan konsentrasi industri manufaktur mengalami pergeseran hanya di zona utara dan tengah. Dengan demikian pergeseran pola migran tenaga kerja tidak memiliki keterkaitan dengan pergeseran konsentrasi industri.

Krugman's theory reveals that in the existence of economies of scale, developed region has characteristic of industry, so that labor will migrate to the region. This shows an association between the patterns of migrant labor to the industrial concentration. The study aimed to look at whether The Krugman's theory could be applied in Java or not. The island of Java had an advanced economic level compared to other islands in Indonesia. The variables used were population data, economic growth, and industry. Then the data processed using the overlay method and crosstab. There were shift characteristics of skilled migrant woman workers and male experts. Skilled migrant woman workers shifted from central and southern zones of the island of Java to the middle zone of the island of Java in the same unprogressive economic status. Experted migrant man labors remained in the southern zone with the unprogressive economic status, but they shifted from areas with a kind of specialization to the region with two types of industrial specialization. On the other hand, the concentration of manufacturing industry shifted only in the northern and central zones. In the conclusion, the shift pattern of migrant labor had no connection with the shift of industrial concentration. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1956
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jafar Ahmad
"Penelitian ini bertujuan untuk memahanai dan menjelaskan kebijakan ekonomi Malaysia, khususnya kebijakan industri pada pemerintahan Mahatir bin Mohamad dalam periode 1983-1990 dalam bidang otomotif. Tujuan lain dalam penelitian ini adalah mengetahui dan menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan Mahatir, sebagai Perdana Menteri Malaysia, dalam menjalankan tujuan industrialisasi.
Kebijakan industri yang dijalankan oleh Mahatir pada tahun sebagaimana tersebut di atas, tidaklah berdiri sendiri dan semata-mata hasil rancangan yang hanya dibangun oleh Mahatir sendiri. Kebijakan ekonomi yang dijalankan Mahatir, khususnya dalam bidang industri memiliki hubungan dengan dinanlika sosial yang hadir sebelum Mahatir berkuasa, seperti kerusuhan etnis yang menjadi fakta sosial yang mendorong munculnya kebijakan yang disebut dengan the New Economic Policy. Kebijakan the New Economic Policy telah memberi konstribnusi cukup besar dalam langkah kebijakan-kebijakan Malaysia setelahnya. Kebijakan industri yang dijalankan oleh Mahatir didukung oleh kehadiran modal Jepang malalui kebijakan yang dikeluarkan Mahatir, yaitu Look East Policy. Modal Jepang menjadi sangat penting bagi Malaysia, terutama awal-awal pemerintahan Mahatir karena Jepang pada saat yang sama menjadi kekuatan ekonomi terbesar di kawasan Asia yang memiliki pengaruh besar. Malaysia juga membutuhkan modal/ dana dalam usaha membangun perekonomian di Malaysia. Modal Jepang digunakan oleh Malaysia sebagai alat untuk mencapai tujuan domestik Malaysia Sendiri.
Adapun tujuan domestik Malaysia adalah mengurangi kemiskinan dan menata struktur sosial yang ada di Malaysia. Guna mendukung langkah ini, pemerintah di bawah kepemimpinan Mahatir mendirikan satu badan khusus yang menangani sektor industri berat, yaitu IJICOM. Untuk mendukung HICGM dalam menjalankan usahanya, Mahatir mengeluarkan kebijakan Look East Policy yang salah satu targetnya adalah mendatangkan modal dari Jepang.
Penelitian ini mengeunakan teori "Kebijakan Industri" untuk melihat bagaimana kebijakan industri dijalankan di Malaysia. pada masa pemerintahan Mahatir. Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu pemaparan data-data yang ada dalam proses industrialisasi Malaysia serta menganalisa agar hasilnya bisa dipahami.
Dalam bab II, penulis menjelaskan tentang dinamika sosial politik yang muncul serta kaitannya dengan kebijakan industri di Malaysia.
Pada bab III, penulis menjelaskan tentang modal Jepang, yang meliputi penjelasan secara umum modal Jepang di kawasan Asia Tenggara, kemudian masuknya modal Jepang ke Malaysia serta penjelasan modal Jepang serta kaitannya dengan kebijakan industri Malaysia.
Pada bab IV, penulis menjelaskan kebijakan industri dalam bidang otomotif yang dijalankan di Malaysia pada tahun 1983 sampai 1990 dengan kasus khusus perusahaan Otomobil Nasional (Proton).
Akhirnya pada bab V, setelah melalui analisa atas data yang telah dikumpulkan dalam bab-bab sebelumya, penulis berkesimpulan bahwa, kebijakan industri yang dijalankan di Malaysia pada masa Pemerintahan Mahatir memperlihatkan campur tangan negara yang tinggi dalam bidang industri bisa memberi hasil yang, paling tidak mendekati taget yang telah ditetapkan dalam the New Economic Policy."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Anggreaningsih
"ABSTRAK
Studi literatur yang ada masih memberikan kesimpulan yang bervariasi mengenai hubungan konsentrasi kepemilikan terhadap nilai dan risiko bank. Skripsi ini membahas konsentrasi kepemilikan pada bank dalam implikasinya terhadap risiko bank yang di proksikan dengan capital adequacy ratio dan impaired loan ratio. Observasi dilakukan pada 55 bank yang beroperasi di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Philipina selama kurun waktu 2006 hingga 2011. Dengan menggunakan model estimasi Generalized Least Square-Random Effect, didapatkan hasil bahwa konsentrasi kepemilikan pada bank tidak memiliki pengaruh terhadap risiko bank tersebut dengan capital adequacy dan impaired loan ratio sebagai ukuran risiko yang digunakan.

ABSTRACT
Existing study still provide various result regarding the impact of ownership concentration to bank value and risk. This research examines the impact of bank ownership concentration on two indicators of bank riskiness (banks? non-performing loans and capital adequacy). Using Generalized Least Square-Random effect on 55 banks in Indonesia, Malaysia, Thailand and Philipina for period 2006-2011. It is found that bank ownership concentration does not affect bank riskiness (banks? non-performing loans and capital adequacy)."
2013
S44831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Haikal
"Microneedle adalah teknologi kesehatan berukuran mikro untuk menginjeksikan cairan atau obat ke lapisan luar kulit. Pendekatan hybrid milling dan biomachining diharapkan meningkatkan efisiensi dan presisi dalam pembuatan microneedle dengan dimensi mikro dan akurasi tinggi. Hybrid milling menggabungkan teknik pemesinan konvensional dengan biomachining, menggunakan bakteri Acidithiobacillus ferrooxidans untuk mengurangi dimensi material sesuai rencana. Penelitian ini menguji dua jenis material, tembaga dan nikel, untuk menentukan material optimal berdasarkan aspek rasio (diameter terhadap ketinggian). Hasil menunjukkan bahwa hybrid milling dan biomachining dapat menghasilkan microneedle yang sangat mendekati ukuran ideal pada material tembaga, namun tembaga tidak disarankan untuk aplikasi medis karena mudah korosi, yang dapat membahayakan pasien. Maka dari itu, tembaga hanya digunakan sebagai perbandingan dengan nikel dan cocok untuk proses biomachining. Sebaliknya, nikel menunjukkan performa lebih baik dalam hal kekuatan dan ketahanan korosi, menjadikannya pilihan lebih aman dan efektif. Akan tetapi, hasil penelitian pada material nikel masih kurang maksimal. Penelitian pada proses biomachining dilakukan selama 72 jam dengan ukuran pola dalam proses maskless photolithography sebesar 800 μm. Selanjutnya, terdapat hasil diameter dan ketinggian dari material tembaga setelah dilakukan proses biomachining, yaitu 713 μm dan 1777,625 μm. Selain itu, pada material nikel memiliki hasil diameter dan ketinggian, yaitu 800,21 μm dan 1854,75 μm. Aspek rasio yang dihasilkan pada material tembaga dan nikel, yaitu sebesar 0,401 dan 0,431.

Microneedle technology, designed for micro-scale health applications, injects fluids or drugs into the outer skin layer. The hybrid milling and biomachining approach aims to enhance efficiency and precision in manufacturing microneedles with micro dimensions and high accuracy. Hybrid milling combines conventional machining techniques with biomachining, using Acidithiobacillus ferrooxidans bacteria to reduce material dimensions as planned. This study tests two types of materials, copper and nickel, to determine the optimal material based on the aspect ratio (diameter to height). Results indicate that hybrid milling and biomachining can produce microneedles that closely approach the ideal size in copper. However, copper is not recommended for medical applications due to its susceptibility to corrosion, which can endanger patients. Therefore, copper is used only for comparison with nickel and is suitable for the biomachining process. Conversely, nickel demonstrates better performance in terms of strength and corrosion resistance, making it a safer and more effective choice. However, the results for nickel are still not optimal. The biomachining process was conducted for 72 hours with a pattern size of 800 µm in the maskless photolithography process. The copper material resulted in a diameter and height of  713 µm and 1777,625 µm, respectively, after biomachining. Additionally, the nickel material showed a diameter and height of  800,21 µm and 1854,75 µm. The aspect ratios for copper and nickel materials were 0,401 and 0,431."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brian Orchidias Seik
"Diesel Engine Exhaust adalah campuran kompleks dari substansi pada fase akhir gas dan partikulat pada saat pembakaran bahan bakar diesel. Fase partikulat DEE disebut dengan Diesel Exhaust Particles (DEP) dimana pada fase ini, terdapat beberapa elemen seperti Elemental Carbon (EC) dan komponen organik lainnya. Saat ini, EC digunakan sebagai parameter turunan bagi penilaian pajanan terhadap Diesel Particulate Matter (DPM) karena keakuratan pengukuran pada konsentrasi partikulat yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah parameter EC dapat digunakan sebagai penanda DPM dengan menggunakan fraksi partikulat yang lebih kecil yaitu PM 0.25 dengan menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian ini mengambil 46 sampel filter yang diambil di UP PKB Cilincing, Ujung Menteng dan Kelompok Kontrol pada bulan April-Mei 2018. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kelompok pengukuran dengan hasil analisis EC terhadap PM 0.25 bekorelasi positif dan linear signifikan adalah kelompok uji UP PKB Cilincing, Kelompok Terpajan (Cilincing-Ujung Menteng), dan seluruh kelompok uji (Cilincing, Ujung Menteng, dan Kelompok Kontrol) (Sig<0.05) dengan derajat keeratan sedang berkisar antara r=0,437 hingga r=0,526 serta koefisien determinasi berkisar antara R2=0,191 hingga R2=0,277 (p<0.05) yang berarti parameter konsentrasi PM 0.25 memiliki hubungan yang linear dan signifikan terhadap parameter EC. Korelasi paling erat ditunjukkan di UP PKB Cilincing (r=0,526, p=<0.025) sedangkan hasil uji analisis menyimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi positif antara variabel EC terhadap PM 0.25 di UP PKB Ujung Menteng (Sig>0.05, r=0,250; R2=0,063).

Diesel Engine Exhaust is a complex mixture of substances at the end of gaseous and particulate phases during diesel fuel combustion. The particulate phase of DEE is called Diesel Exhaust Particles (DEP) in which this phase consists of a number of elements such as Elemental Carbon (EC) and other organic components. As of today, EC is used as the surrogate for Diesel Particulate Matter measurements due to its accuracy at low level particulate concentrations. This study aimed to find out whether the parameters of EC can be used as a marker for the presence of DPM using lower sized particle fractions of PM 0.25 with descriptive observational study design and a quantitative approach. This study selected 4 of sample filter measured from April-May 2018 at Cilincing and Ujung Menteng’s Motor Vehicle Testing Facility and a Control Group. The result of this study indicates that the analysis of EC concentrations relative to PM 0.25 have positive and linear correlations in Cilincing, Exposed Group (Cilincing-Ujung Menteng), and All Groups (Cilincing, Ujung Menteng, and Control Group) (Sig<0.05) with the degree of correlation ranging between r=0,437 to r=0,526 and coefficient of determination ranging between R2=0,191 to R2=0,277 (p<0.05) meaning that PM 0.25 concentrations have statistically significant correlation to EC concentrations. The highest degree of correlation resulted from Cilincing Testing Facility (r=0,526. P=<0.025) while there is no positive correlations between EC and PM 0.25 variables at Ujung Menteng Testing Facility (Sig>0.05, r=0,250; R2=0,063).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Puspitasari
"Mahasiswa rentan mengalami stres akademik karena banyaknya tuntutan akademik dan adanya transisi kondisi karena Pandemi COVID-19. Stres akademik yang dialami mahasiswa dapat memengaruhi kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, dan kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres akademik dengan kualitas tidur pada mahasiswa keperawatan. Penelitian dengan metode kuantitatif jenis deskriptif-korelasi dengan pendekatan cross-sectional ini melibatkan 234 mahasiswa program sarjana reguler FIK UI yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Instrumen Student-Life Stress Inventory (SLSI) digunakan untuk mengukur tingkat stres akademik dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengukur kualitas tidur. Hasil analisis univariat yaitu sebanyak 49,1% mahasiswa mengalami stres akademik tingkat berat dan 90,6% mahasiswa memiliki kualitas tidur kurang baik. Hasil analisis bivariat menggunakan uji Somers’d Gamma menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara stres akademik dengan kualitas tidur (p value: 0.003). Badan Konseling Mahasiswa tingkat fakultas sampai universitas disarankan untuk melakukan promosi kesehatan sebagai upaya mengatasi stres akademik dan kualitas tidur yang kurang baik pada mahasiswa. Peneliti selanjutnya dapat menambahkan jumlah sampel agar terlihat gambaran kejadian secara keseluruhan dalam suatu populasi.

Students are prone to experiencing academic stress due to the many academic demands and transitional conditions due to the COVID-19 Pandemic. Academic stress that experienced by students can affect physical health, psychological well-being, and sleep quality. This study aims to describe the relationship between academic stress and sleep quality in nursing students. This research used descriptive-correlation quantitative method with a cross-sectional approach involving 234 students of the regular undergraduate program of FIK UI who were selected by simple random sampling technique. The Student-Life Stress Inventory (SLSI) was used to measuring academic stress level and the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) was used to measuring sleep quality. The results of univariate analysis were 49,1% of students experienced severe academic stress and 90.6% of students had poor sleep quality. The results of bivariate analysis using the Somers’d Gamma test revealed that there were a significant relationship between academic stress and sleep quality (p value: 0.003). Student Counseling Boards from faculty to university levels are advised to carry out health promotion as an effort to overcome academic stress and poor sleep quality in students. The next researcher can add the number of samples so that the overall picture of events in a population can be seen."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahresmita
"ABSTRAK
Industri pengolahan rotan sangat diharapkan menjadi salah satu tumpuan sumber penerimaan devisa bagi Indonesia. Melihat dari sumber daya hutan (rotan) dan jumlah tenaga kerja yang dimiliki Indonesia, produk barang jadi rotan dapat dikatakan mempunyai keunggulan komparatif dipasar internasional, sehingga dapat meningkatkan daya saing produk barang jadi rotan Indonesia, namun daya saing tersebut cenderung semakin menurun. Dalam era globalisasi setiap perusahaan dituntut untuk meningkatkan daya saingnya. Untuk itu perlu adanya strategi yang tepat dalam rangka peningkatan daya saing industri pengolahan rotan Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi daya saing produk barang jadi rotan Indonesia dipasar internasional, mengetahui peran pemerintah dan memberikan alternatif strategi peningkatan keunggulan daya saing industri pengolahan rotan Indonesia.
Identifikasi daya saing produk barang jadi rotan Indonesia dilakukan melalui perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA); sedangkan penentuan strategi peningkatan keunggulan daya saing industri pengolahan rotan Indonesia menggunakan teknik Proses Hirarki Analitik dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan bersaing menurut Diamond Porter's.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang lebih berperan dalam peningkatan keunggulan daya saing industri pengolahan rotan adalah: kondisi permintaan, diikuti secara berurutan oleh faktor kondisi; industri terkait dan pendukung; strategi; struktur dan persaingan; kebijakan pemerintah dan kesempatan/peluang. Pelaku yang diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam peningkatan keunggulan daya saing industri pengolahan rotan Indonesia adalah industri, diikuti oleh pemerintah, lembaga keuangan/ perbankan, industri pemasok, asosiasi, negara tujuan ekspor dan negara pesaing.
Sedangkan alternatif strategi yang lebih diprioritaskan adalah penciptaan iklim usaha kondusif, diikuti oleh peningkatan promosi dan informasi pasar serta penguatan keterkaitan aktivitas dalam rantai nilai, walaupun bobot setiap alternatif strategi tidak jauh berbeda."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. A. Farradila Rizky Paramita Iskandar
"Latar Belakang: Ekspresi penuh dari preskripsi torque bracket dipengaruhi oleh faktor yang berkaitan dengan bracket, kawat, torque play, dan faktor klinis. Hingga saat ini belum ada penelitian yang membandingkan kemampuan ekspresi torque antara berbagai ukuran kawat pada penggunaan bracket passive self-ligating (PSL) dan konvensional melalui simulasi finite element, serta menganalisis interaksi dari faktor-faktor tersebut, sekaligus memberikan gambaran pergerakan gigi dan respon jaringan periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur besar torque play dan menganalisis pola perpindahan inisial gigi, serta distribusi stress antara berbagai ukuran kawat pada penggunaan bracket PSL dan konvensional melalui simulasi finite element.
Metode: Model 3D dikonstruksi dengan skenario kasus yang membutuhkan pencabutan premolar pertama dan retraksi masse gigi anterior maksila, menggunakan penjangkaran temporary anchorage device dan gaya retraksi 150 g. Simulasi finite element dilakukan untuk mengukur torque play antara penggunaan kawat stainless steel 0.016 x 0.022", 0.017 x 0.025" dan 0.019 x 0.025", serta mengukur perpindahan inisial pada tepi insisal dan apeks akar insisif sentral maksila, serta distribusi stress pada PDL dan tulang alveolar antara penggunaan ketiga ukuran kawat pada kedua jenis bracket.
Hasil: Pada penggunaan kawat 0.019 x 0.025", 0.017 x 0.025", dan 0.016 x 0.022" didapatkan torque play sebesar 7.6º, 11.6º, dan 18.7º untuk bracket PSL, dan 9.5º, 14º, dan 18º untuk bracket konvensional. Retraksi dan ekstrusi tepi insisal terbesar dihasilkan oleh kawat 0.016 x 0.022", sedangkan perpindahan palatal dari apeks terbesar dihasilkan oleh kawat 0.019 x 0.025". Konsentrasi stress terbesar terletak pada area 1/3 servikal pada sisi palatal dan 1/3 apikal pada sisi labial, yang menunjukkan pola perpindahan uprighting atau lingual crown tipping. Penggunaan kawat dengan diameter terbesar dan bracket konvensional menghasilkan stress terbesar pula.
Kesimpulan: Torque play antara kawat dan bracket berbanding terbalik dengan ukuran kawat. Besarnya lingual crown tipping berbanding lurus terhadap torque play antara kawat dan bracket, dan dikonfirmasi oleh pola distribusi stress di PDL dan tulang alveolar. Kendali torque yang paling baik didapatkan oleh penggunaan kawat stainless steel 0.019 x 0.025". Perbedaan metode ligasi dan geometri bracket konvensional dan PSL kemungkinan menyebabkan adanya perbedaan besar moment yang dihasilkan.

Introduction: The full expression of torque prescription of a bracket is influenced by bracket-related factors, wire-related factors, torque play and clinical factors. Finite element analysis (FEA) could be utilized to deepen our understanding and study the interaction between these factors, as well as to produce a simulation of the predicted tooth movement and tissue response. This study aims to measure the amount of torque play, and to analyse the pattern of initial tooth displacement, among different wire sizes and between passive self-ligating and conventional brackets using FEA.
Methods: A 3D model was constructed simulating a case which required first premolar extractions and en masse anterior retraction using temporary anchorage device and 150 g of retraction force on each side. Finite element simulation was performed to measure torque play, to investigate the pattern of initial tooth displacement at the incisal tip and of apex of the central maxillary incisor, as well as to analyse the pattern of stress distribution at the periodontal ligament (PDL) and alveolar bone, among different stainless steel wire diameters (0.016 x 0.022", 0.017 x 0.025" and 0.019 x 0.025") and between PSL and conventional brackets.
Results: The use of 0.019 x 0.025", 0.017 x 0.025", and 0.016 x 0.022" wires on PSL brackets produced a torque play of 7.6º, 11.6º, and 18.7º, respectively. While the use of the same wire sizes on conventional brackets produced a play of 9.5º, 14º, dan 18º, respectively. The use of 0.016 x 0.022 produced the farthest retraction and extrusion of the incisal tip. However, the greatest apex retraction was produced when 0.019 x 0.025" was used. The largest stress concentration was observed at the 1/3 cervical area on the palatal side and at the 1/3 apical area on the labial side. This shows that there is a pattern of uprighting or lingual crown tipping of the teeth. The use of 0.019 x 0.025" and conventional brackets yielded the greatest amount of stress on the PDL and alveolar bone.
Conclusion: The degree of torque play between wire and bracket was inversely proportional to the wire size, and the amount of lingual crown tipping was directly proportional to the degree of play. This pattern of tooth movement was confirmed by the pattern of stress distribution on the PDL and alveolar bone. Torque expression was better achieved using the 0.019 x 0.025" wire. Differences in the geometry and method of ligation between PSL and conventional brackets possibly generated different force magnitudes.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hamsal
"ABSTRAK
To be a world-class industry is every nation's dream. However; to realize this aspiration an industry must transform itself to be more powerful that contributes significantly to the economic growth and nation's prosperity. As a strategic industry in Indonesia steel industry it is believed that to achieve world-class standards it should be ready to compete in the regional and global markets. Then, followed by scenario planning development how this industry can adaptively develop these core competences along the way to the journey to the world-class level. At the end, early warning signals should be anticipated by the industry authorities to effectively implement the developed scenarios."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2019
330 ASCSM 46 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>