Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111910 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Boyke Dian Nugraha
"Salah satu hal penting yang dapat menghambat proses penyembuhan dan pemulihan penderita di rumah sakit adalah terjadinya infeksi nosokomial. Hal ini perlu ditanggulangi dalam bentuk langkah-langkah sistematis yang disusun dalam suatu program-program yang jelas. Program-program tersebut dapat terlaksana jika rumah sakit mempunyai suatu struktur organisasi penanggulangan infeksi nosokomial yang baik.
Rumah Sakit Ranker "Dharmais", sebagai pusat rujukan tertinggi bagi penyakit kanker di Indonesia serta merawat penderita kanker yang rentan terhadap infeksi nosokomial akibat pengobatannya, memerlukan suatu organisasi pengendalian infeksi nosokomial yang baik agar dapat menjaga mutu pelayanan rumah sakit serta menjadi contoh bagi rumah sakit lainnya. Dalam pengamatan penulis selama menjalani residensi di Rumah Sakit Kanker "Dharmais", penanggulangan infeksi nosokomial belum berjalan dengan baik.
Tujuan penelitian ini adalah agar didapat suatu model organisasi (yang dikembangkan) dalam penanggulangan infeksi nosokomial agar dapat mengantisipasi pengembangan rumah sakit serta pengobatan penyakit kanker dimasa datang. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kegiatan penanggulangan infeksi nosokomial belum terkoordinir dengan baik, disebabkan struktur organisasi penanggulangan infeksi nosokomial yang tidak berjalan dan membutuhkan pengembangan.
Untuk itu diusulkan beberapa model organisasi pengembangan infeksi nosokomial yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja penanggulangan infeksi nosokomial sehingga lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan.

One of the important thing that hampered treatment and recovery process in the hospital is nosocomial infection. It must be defended by systematic approach and clear programs. All the programs can be done, if the hospital have a good nosocomial infection control organizations.
"Dharmais" Cancer Hospital is the top referral hospital in Indonesia for cancer patients and nursing. Cancer patients are vulnerable to nosocomial infection because of the treatment; so that good nosocomial infection control is needed to keep the hospital quality assurance and as an example for other hospital. After carrying out observation during the time the writer was conducting "residensi", the nosocomial infection control program was not properly done.
The objective of this research is to develop model's of nosocomial infection control organization to anticipate future development of the. hospital and development of cancer treatment. Method of research used was descriptive-qualitative.
The research showed that the nosocomial infection control program was not doing well because of lack organization, so that the organization need to be developed. For that reasons, some models of nosocomial infection control organizations were proposed.
The writer hope, the developed of nosocomial infection Control Organization will increase performance, so that the hospital becomes more effective and efficient in reaching out its goals and targets.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Ristiwanto
"Masalah utama yang diteliti adalah pelaksanaaunsurveilans ILO SMF Bedah RSU Gunung Jati Kodya Cirebon dengan studi banding 4 RSU di Jawa Timur (RSU Dr. Soetomo Surabaya, RSU Dr. Syaiful Anwar Malang, RSU Dr. Subandi Jember. RSU Dr. Soedono Madiun) dan ruang lingkupnya tentang : Struktur Organisasi. Partisipasi seluruh Staf, Metode Surveilans, Sistim Pencatatan dan Pelaporan, Sistim Pendidikan date Latihan.
Metode yang digunakan Wawancara, Kuisener (Delphi Sistem), Suivei (observasi langsung), Pengambilan data sekunder. Hasil yang diperoleh : 1 RSU berhasil baik sekali. 3 RSU berhasil cukup, dan 1 RSU berhasil kurang.
Kesimpulan : Pertama, Pelaksanaan surveilans ILO masing-masing rumah sakit yang diteliti telah melaksanakan dengan baik, hanya masih diperlukan penyempurnaan/pengembangan program PIN lebih lanjut sesuai dengan sumber daya masing-masing rumalt sakit. Kedua, Pelaksanaan surveilans dipengaruhi 5 faktor yang diteliti Ketiga, diperlukan metode pengeutbangan program tersebut.
Saran : Pertama, untuk RSU yang menjadi fokus penelitian dukungan pimpinan rumah sakit ditingkat lagi untuk menentukan motor penggerak kegiatan- pembentukan GKM. Dan mengaktifkan surveilans selektif : Kedua, Penggunaan komputer untuk kecepatan, kctepatan, dan akurasi data.

The main subject observed is the surveillance implementation of surgery IL() SMF of Gluing Jati Hospital District Cirebon with comparative study in 4 general hospitals in East Java (Dr. Sotomo Hospital Surabaya, Dr. Syaiful Anwar Hospital Malang. Dr. Subandi Hospital ]ember, Dr. Sudono Hospital Madiun) and with the scopes as follows:
organization structure, all staff participation, surveillance method, recording and reporting system, education and training system.
The methods use are : interview, questionnare ( Delphi system ).survey (direct observation), secondary data taking. The result is : I hospital is very good. 3 hospital are fair, and 1 hospital is bad.
Conclusion are : First, the implementation of ILO surveillance in the hospitals observed is mostly well done, but it is still needed to be developed and perfected based on resources or facilities available in each hospital; second the surveillance implementation is influenced by 5 factors observed ; third, the method of program development is needed.
Suggestions are : First, for the hospital where the observation focuses on, the hospital head's support is more improved to decide moving force behind the activities, GKM establishment, and to activate selective surveillance ; second , the use of computer for the save of speed , efficiency and data accuracy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitra Yelda
"LATAR BELAKANG: lnfeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat di rumah sakit karena rumah sakit merupakan tempat penampungan pasien dengan berbagai mikroorganisme yang merupakan faktor predisposisi terjadinya infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berpengaruh terhadap infeksi nosokomial di beberapa rumah sakit di DKI Jakarta.
METODE : Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol dengan menggunakan data sekunder. Jumlah kasus yang diperoleh pada penelitian ini adalah 50 dengan perbandingan control 1:2, sehingga kekuatan uji dari studi ini menjadi 60%. Analisis juga dilakukan mulai dari analisis univariat sampai analisis multivariate dan juga dilakukan berdasarkan jenis infeksi nosokomial yaitu infeksi saluran nafas dan infeksi non saluran nafas.
HASIL : Berdasarkan analisis diperoleh bahwa dari 11 variabel yang diteliti ternyata ada enam variabel yang mempunyai pengaruh yang bermakna antara lain lama hari rawat dengan OR=5,19 (95% CI 2,48-10,87), pemasangan kateter dalam waktu lama OR=5,95 (95% CI 2,55 - 13,91), pemasangan ventilator mekanik dalam waktu lama OR=27 (95% CI 5,88 - 123,99), Pemasangan infus dalam waktu lama OR=4,97 (95% CI 1,39 - 17,82), tindakan invasif lain OR= 3,22 (95% CI 1,37 - 7,58), dan penggunaan antibiotika aR=3,45 (95% CI 1,69 - 7,04). Dari ketiga analisis yang dilakukan ternyata variabel lama hari rawat selalu masuk menjadi salah satu prediktor.
SIMPULAN : lama hari rawat merupakan faktor penting yang mempengaruhi infeksi nosokomial.
Daftar pustaka 45 (1981;2004)

Risk Factors Affected to Nosocomial Infection at Some Hospitals In DKI Jakarta 2003BACKGROUND: Nosocomial infection is an infection got from hospital, because hospital represent place relocation of patients with various microorganisms representing predisposition factors of infection. The main purpose of this research is to identify risk factors which affect on nosocomial infection at some hospitals in DKI Jakarta.
METHOD: This Research is a case control study by using secondary data. The amount of obtained case at this research is 50 with control comparison 1:2, so the power of the test of this study becomes 60%. Data Analysis contains univariate analysis, bivariate analysis, and multivariate as well as conducted to nosocomial infection type that is respiratory infection and non-respiratory infection.
RESULT : According to the analysis, 6 variables from total 11 variable are significantly affected to Nosocomial Infection which are length of stay with OR=5,19 ( 95% CI 2,48-10,87), Long duration in cauterization OR=5,95 ( 95% CI 2,55 - 13,91), long duration in mechanic ventilator OR=27 ( 95% CI 5,88 - 123,99), Long duration in Infuse OR=4,97 ( 95% CI 1,39 - 17,82), other invasive action OR= 3,22 (95% CI 1,37 - 7,58), and usage of antibiotics OR=3,45 (95% CI 1,69 - 7,04). From the three types of analysis, length of stay is one of the predictor.
CONCLUSION: Length of stay representing important factor which influence nosocomiai infection.
Bibliography 45 ( 1981;2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13115
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhina Kemala
"ABSTRAK
Infeksi luka operasi nosokomial merupakan infeksi nosokomial kedua terbanyak setelah saluran kemih. Infeksi yang terjadi pada luka operasi selain menimbulkan morbiditas dan mortalitas juga menimbulkan dampak yang merugikan pihak rumah sakit dalam mengelola sumber dayanya dan merugikan penderita beserta keluarganya.
Rumah Sakit Islam Jakarta merupakan salah satu rumah sakit swasta kelas utama yang sejak tahun 1986 telah memulai upaya meningkatkan mute layanan. Dalam meningkatkan upaya kualitas pelayanan, pihak rumah sakit menyadari pentingnya untuk mengetahui besarnya masalah infeksi nosokomial di rumah sakit tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran karakteristik kasus infeksi luka operasi nosokomial pasca appendiktomi selama bulan Januari sampai Juli 1995.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif berdasarkan data pada rekam medik. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kejadian infeksi luka operasi nosokomial pasca appendiktomi di Rumah Sakit Islam Jakarta lebih banyak terjadi pada kelompok pasien berumur diatas 45 tahun, kelompok pasien berjenis kelamin laki-laki, kelompok lama hari rawat prabedah 0 (nol ) hail, kelompok operasi cito, kelompok waktu operasi jam 14.01 sampai 21.00 dan pada kelompok operasi kotor. Kejadian infeksi luka operasi nosokomial pasca appendiktomi juga lebih banyak terjadi pada kelompok pasien yang tidak menderita anemia, kelompok pasien yang dirawat di kelas 1 dan kelas 2, kelompok lama operasi kurang atau sama dengan 30 menit.
Disarankan agar Rumah Sakit Islam Jakarta dalam membuat tatalaksana bedah lebih memperhatikan pasien pasien dengan risiko tinggi. Juga disarankan agar Komite Nosokomial Rumah Sakit Islam Jakarta dapat memasyarakatkan pengertian infeksi nosokomial dikalangan masyarakat rumah sakit.

ABSTRACT
The Charactersitic of Nosocomial Infection in Post Appendectomy Surgical Wound and The Efforts of Increasing The Quality of Care in "Rumah Sakit Islam", Jakarta.
Nosocomial infection of surgical wound is the most frequent nosocomial infection after urinary tract infection. Infection in surgical wound increasing the risk of morbidity and mortality in hospitalized patients and also had economical impacts to hospital and patients.
Rumah Sakit Islam Jakarta, is one of the top private hospital in Jakarta which had begun quality of care program since 1986. In the effort of increasing the quality of care, the hospital management realize the importance of nosocomial infection in that hospital.
This study is attempted to describe the characteristics of nosocomial infection in post appendectomy surgical wound in January to July 1995.
This study is a descriptive study which used medical record's data. It can be concluded that nosocomial infection in post appendectomy surgical wound are more likely to occur in elderly patients (7 45 years old), male, short length of stay (0 day), emergency surgery, time of operation at 14.01 to 21.00 and dirty surgery. The infection is also more likely to occur in non anemic patients, patients in class 1 and 2 duration of surgery less than 30 minutes.
We recommend Rumah Sakit Islam Jakarta in developing surgical protocol to be more seriously for patients with high risk of nosocomial infection. We also recommend the nosocomial committee of Rumah Sakit Islam Jakarta to give information about nosocomial infection to medical personnel in the hospital."
1996
T3744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Fitra Molina
"Program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di Rumkital Dr. Mintohardjo sudah berjalan selama empat tahun. Saat ini pelaksanaan beberapa kegiatan mengalami penurunan. Penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program tersebut ditinjau dari manajemen dan organisasi dengan pendekatan sistem. Pengumpulan data melalui telaah dokumen, observasi, wawancara mendalam, Focus Group Discussion.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor manajemen yang terdiri dari komitmen, kepemimpinan, komunikasi dan kerjasama dalam pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di Rumkital Dr. Mintohardjo masih rendah disebabkan program tersebut belum menjadi prioritas utama dan seringnya terjadi pergantian pimpinan yang diikuti dengan perubahan kebijakan. Organisasi pelaksana program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial secara struktural belum melibatkan orang-orang yang mempunyai pengaruh dan belum ada pembagian tugas antara penentu kebijakan dan pelaksana kebijakan. Pelaksanaan tugas komite pencegahan dan pengendalian infeksinosokomial masih rendah terbukti dengan tidak terlaksananya kegiatan rapat, sosialisasi, pengawasan dan umpan balik.
Saran yang dapat dilakukan dengan restrukturisasi organisasi dan meningkattkan kembali kegiatan sosialisasi, pertemuan, rapat dan orientasi agar informasi tentang program dapat dipahami dan dilaksanakan.

Programs of prevention and control of nosocomial infections in Rumkital Dr. Mintohardjo been running for four years. Currently the implementation of some activities has decreased. Descriptive qualitative study conducted to know the description of the programs in terms of management and organizational systems approach. The collection of data through document review, observation, depth interviews, focus group discussions.
Based on the results of the study concluded that the factor of management commitment, leadership, communication and cooperation in the implementation of prevention and control of nosocomial infections in Rumkital Dr. Mintohardjo still low because the program has not been a top priority and the frequent change of leadership, followed by policy changes. Organizations implementing prevention and control of nosocomial infections are structurally not involve people who have influence and there is no division of tasks between policy makers and policy implementers. Implementation of prevention and control committee assignment infeksinosokomial low as evidenced by not meeting the implementation of activities, socialization, supervision and feedback.
Suggestions to do with organizational restructuring and re-socialization meetings and orientation to information about the program can be understood and implemented.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31746
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Molita Marliana
"Pengorganisasian pengendalian infeksi nosokomial yang baik merupakan salah satu langkah penting dalam upaya pengendalian infeksi nosokomial. Saat ini belum diketahui bentuk pengorganisasian pengendalian infeksi nosokomial yang ideal dan dapat diterapkan di RSUD Koja.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan bentuk analisa terhadap pengorganisasian pengendalian infeksi nosokomial di RSUD Koja. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara mendalam kepada mereka yang menduduki posisi ketua pada organisasi pengendalian infeksi nosokomial RSUD Koja dan pembagian kuesioner pada para anggotannya yang terdiri dari 10 kepala ruangan. Pengumpulan data primer juga dilakukan dengan melakukan telaahan terhadap dokuemen-dokumen yang berhubungan dengan pengorganisasian pengendalian infeksi nosokomial di RSUD Koja. Hasil penelitian menunjukan pengorganisasian pengendalian infeksi nosokomial di RSUD Koja masih kurang baik. Sasaran organisasi telah ditentukan tetapi belum dterjemahkan ke dalam serangkaian tujuan yang lebih dapat diterapkan. Telaahan terhadap lingkungan organisasi mengidentifikasikan beberapa faktor yang dinilai sebagai pendukung dan penghambat pencapaian tujuan organisasi. Struktur organisasi yang ada saat ini belum tepat. Diagram organisasi, uraian tugas, dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan pegorganisasian juga belum dilengkapi.
Kesimpulan analisa pengorganisasian pengendalian infeksi nosokomial ini adalah belum dilaksanakannya pengorganisasian dengan baik.
Saran yang diajukan adalah perbaikan dalam pengorganisasian, yaitu dengan menetapkan tujuan, pemanfaatan faktor-faktor peluang, mengantisipasi faktor ancaman, perbaikan dalam struktur organisasi, dan melengkapi dokumen-dokumen yang terkait dengan pengorganisasian.

Analysis the Organizing of Nosocomial Infection Control at Koja Hospital, JakartaEstablishing well organized nosocomial infection control is one of the important steps in controlling nosocomial infection. At present the ideal organizing of nosocomial infection control that can be applied at Koja Hospital is still unknown.
Qualitative method is used to analyze the organizing or nosocomial infection control at Koja Hopital. Primary data was collected by interviewing all chairman in nosocomial infection control organization, distributing questioners to 9 members, and reviewing all documents related to the organizing process of the nosocomial infection control.
The result shows that some basic steps in organizing have been done. The organization of nosocomial infection control has stated its goal, but has not been translated to several objectives which are more applicable. The environmental review identifies some factors that support and inhibit the organizing process. This research also shows that the organizational structure is not suitable for the organization
The conclusion of the analysis is the organizing of nosocomial infection control in RSUD Koja has not been done properly.
The suggestion are translate the organizational goal into some objectives organization wishes to achieve, take advantage of factors that can support the nosocomial infection control organization, anticipate factors that can inhibit the organization, change the organizational structure, and complete documents related to the organizing process of nosocomial infection control.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T 4633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Wiwing
"Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia dan mempengaruhi baik negara maju, negara berkembang, maupun negara miskin. Usaha pengendalian infeksi nosokomial telah banyak dilakukan.
Dan hasil laporan data yang diterbitkan secara berkala oleh Tim Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) RSCM, sampai saat ini belum mencakup peran mikroorganisme lingkungan dalam mata rantai penyebaran infeksi nosokomial.
Untuk melengkapi data tersebut, maka dilakukan penelitian observasional dengan metode cross-sectional di Unit Luka Bakar (ULB) RSCM bulan Januari - Juli 2004, untuk melihat kesamaan mikroorganisme dari jaringan eskar luka bakar dengan mikroorganisme lingkungan seperti udara, air mandi, instrumen, linen, sarung tangan dan telapak tangan petugas kesehatan, melalui pola resistensi antimikroba. Sekaligus juga dilakukan screening pada petugas kesehatan dan penderita untuk menemukan MRSA, yang sering menyebabkan infeksi nosokomial.
Berdasarkan kesamaan pola resistensi, disimpulkan bahwa Klebsiella pneunioniae dari jaringan eskar luka bakar sama dengan asal udara dan Pseurdomonas aeruginosa jaringan eskar luka bakar adalah sama dengan asal air mandi penderita. Berdasarkan perubahan pola mikroorganisme pada hari ke 5 (H5), dikatakan bahwa kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial di ULB RSCM cukup besar, dan ditemukan pula MRSA.

Nosocomial infection is a major problem in the world today, since it can be found in all countries, not only in the poor countries but also in the developed countries. A lot of efforts have been implemented to control this nosocomial infection.
Up to now, the report data published periodically by the Hospital Infection Control Committee of RSCM, has not included the role of environmental microorganism in the chain of nosocomial infection spreading.
In order to make the data more accountable, this observational research was conducted with cross-sectional methodology in the Bum Wound Unit of RSCM from January till July 2004. The similarity of the microorganism found in the burn wound escar tissue with the microorganism from environment origin, such as air, bathing-water, linen, hand-gloves and the palms of the medical staffs, was concluded by comparing their anti-microbial resistance pattern. In the same time, a screening of the medical staffs and patients was also conducted to see the existence of MRSA, known as frequently involved in the nosocomial infection.
The result suggested that the Klebsiella pneunioniae and Pseudonronas aeruginosa found in the burn wound escar tissue was the same as the one from the air and patient bathing-water, respectively. And based on the change of microbial-pattern in the day-5 (D5), it was indicated that the probability of nosocomial infection in the Burn Wound Isolation Unit of RSCM was very high, and MRSA could be found in from the screening."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharon Gondodiputro
"Di rumah sakit pendidikan dengan kapasitas 925 tempat tidur, telah dilakukan program pengendalian infeksi nosokomial sejak tahun 1985. Tahun 1988 rumah sakit ini ditunjuk menjadi Rumah Sakit Model untuk pengembangan program pengendalian infeksi nosokomial di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kegiatan Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial menurun sejak tahun 1990 dengan menitikberatkan pada faktor organisasi, sumber daya, dan kegiatan tim.
Adapun rancangan penelitiannya adalah deskriptif kualitatif dan berupa studi kasus dimana sasaran penelitian diambil secara purposif.
Hasil yang didapat adalah
Sejak akhir tahun 1990, rumah sakit ini memusatkan perhatiannya kepada persiapan " Rumah Sakit unit Swadana ", sehingga seluruh kegiatan dan penggunaan sumber daya baik sumber daya manusia, dana, sarana diarahkan dalam persiapan ini. Sedangkan program-program lainnya dipersiapkan untuk tahap berikutnya.
Menyadari pentingnya program pengendalian infeksi nosokomial, maka perlu adanya kesepakatan di tingkat pimpinan Rumah Sakit mengenai perlunya Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial diaktifkan kembali.
Struktur organisasi Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial sangatlah kompleks, sehingga perlu disederhanakan dan dibutuhkan uraian tugas yang jelas dan terperinci.
Susunan anggota Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial sebagian besar terdiri dari kalangan medis. Program Pengendalian Infeksi Nosokomial merupakan program terpadu, sehingga dibutuhkan anggota anggota yang berasal dari kalangan medis maupun penunjang medis. Selanjutnya ketua Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial dan anggota-anggotanya perlu dipilih yang dapat melaksanakan kegiatan program ini secara aktif dan mempunyai minat yang besar pada program ini.
Anggota-anggota program pengendalian infeksi nosokomial mau ikut serta secara aktif, tetapi mereka sadar akan kemampuan mereka yang terbatas, sehingga perlu terus menerus diberi pengarahan dan ilmu yang memadai.

Factors that Cause Activities of the Infection Control Committee Decline in " RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung"In a 925 bedded teaching hospital, Infection Control Program (ICP) was done since 1985 was chosen to be a model of developing infection control program for Indonesia.
The aim of this study is, to identify factors, that cause the activities of Infection Control Committee (ICC) declined since the end of 1990.
The result of this study , discovered :
Since the end of 1990 , Hospital attention has focused in preparing this hospital to become a " Rumah Sakit unit Swadana " which needed all the sources including human , financial and other facilities. Because ICP is very important, the hospital should be committed to this program.
The organization structure of ICC is very complex. Up till now, there are no detailed job descriptions.
The members of the ICC are only from the medical staff. Since ICP is a hospital wide program, its membership should have also representatives from other services/departments in the hospital. The chairman and all its members should be active involved and should have a special interest in this program.
In principal the members of ICC are willing to join this program, but they are aware, that they need much more information about infection control in the hospital.
References : 44 (1979-1996)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T2002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ahmad Djojosugito
"ABSTRAK
Nosokomial berasal dari kata Nosos yang berarti penyakit dan kooeo yang berarti merawat. Nosokomion berarti tempat untuk merawat penyakit atau rumah sakit, sehingga nosokomial berarti yang berhubungan dengan rumah sakit dan infeksi nosokomial berarti infeksi yang berasal dari atau terjadi di rumah sakit. Ada 4 macam infeksi nosokomial yang menonjol yaitu infeksi luka operasi (ILO), infeksi saluran kencing (ISK), infeksi saluran napas (ISN) dan bakteremia.
Dalam sejarah kedokteran, tercatat kejadian infeksi nosokomial berupa epidemi gangren gas di rumah sakit di Leipzig sekitar tahun 1800, yang menyebabkan ditutupnya rumah sakit.
Dalam sejarah penelitian kedokteran tercatat nama Semmelweis (LaForce.F.M 1987) yang mempublikasikan penelitiannya pada tahun 1860 setelah pengamatannya terhadap febris puerperalis sejak tahun 1847. Semmelweis menemukan bahwa angka kematian pada wanita yang melahirkan dengan pertolongan bidan hanya 3% sedangkan angka kematian dari wanita yang melahirkan dengan pertolongan dokter atau mahasiswa kedokteran adalah 10% . Berdasarkan hal itu, dia membuat hipotesis bahwa penyebab tingginya angka kematian itu adalah karena dokter dan mahasiswa yang menolong proses kelahiran, sebelumnya telah melakukan autopsi, dan ini menyebabkan terjadinya kontaminasi yang berasal dari kadaver pada tangan dokter atau mahasiswa dan kontaminasi inilah yang kemudian menjadi penyebab terjadinya febris puerperalis yang menyebabkan kematian itu. Semmelweis kemudian berhasil menurunkan angka kematian dari ibu melahirkan itu dengan menekankan dan mengharuskan para dokter dan mahasiswa kedokteran yang akan menolong melahirkan untuk mencuci tangan mereka dalam larutan kapur chlor sebelum menolong kelahiran bayi. Kemudian Lister (Wilson & Miles 1964, Altemeier 1976, LaForce.F.M. 1987) pada tahun 1874, dengan di pengaruhi penelitian Pasteur mengenai adanya kontaminasi oleh mikroba pada proses fermentasi, menyimpulkan bahwa mikroba itulah yang menyebabkan terjadinya pernanahan (infeksi) pada luka. Infeksi ini dapat dicegah dengan membunuh mikroba pada luka. Berdasarkan hal itu Lister memperkenalkan penggunaan larutan asam karbol untuk mencuci luka fraktur terbuka dan usaha ini ternyata memberikan hasil yang sangat menggembirakan. Sejak Lister mempublikasikan hasil penelitiannya, konsep antisepsis menjadi sangat dikenal dalam bidang ilmu bedah. Sesudah Lister, beberapa ahli bedah Jerman antara lain V.Bergmann dan Schimmelbusch mengajukan konsep cara mematikan kuman dengan mempergunakan panas, sehingga konsep asepsis menjadi terkenal juga dalam bidang ilmu bedah dan kemudian-penggunaan peralatan, pakaian, masker dan sarung tangan yang disterilkan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 1990
D110
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin
"Kejadian infeksi di institusi kesehatan disebabkan berbagai faktor, salah satu penyebabnya adalah kebersihan tangan perawat, sebagai tenaga kesehatan yang bersentuhan langsung dengan pasien, perawat sangat beresiko dapat menularkan dan tertular penyakit. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif perbandingan bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kepatuhan kebersihan tangan pada perawat yang sudah dan belum mengikuti pelatihan pengendalian infeksi nosokomial.
Sampel penelitian ini berjumlah 94 orang, yangmerupakan perawat yang bekerja di RSJPDHK Jakarta, dengan rata-rata usia 20-30 tahun (59,6%) dan masa kerja antara 1-10 tahun (53%), sebagian besar wanita (89,4%), dengan pendidikan terakhir terbanyak adalah D3 Keperawatan (70,2%). Sebagian besar sampel sudah mengikuti pelatihan pengendalian infeksi nosokomial (74,5%).
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa angka kepatuhan kebersihan tangan cukup tinggi (88,6%) pada perawat yang sudah mcngikuti pelatihan dan 91,7% pada perawat yang belum mengikuti pelatihan, namun dari uji statistik tidak didapatkan adauya perbedaan yang bermakna dengan nilai p=1,000.
Peneliti merekomendasikan adanya penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan disain yang lebih baik sehingga hasilnya akan lebih signifikan. Selain itu pelatihan pengendalian infeksi nosokomial harus tetap diberikan sebagai dasar bagi perawat untuk Iebih patuh lagi dalam menjaga kebersihan tangan sehingga diharapkan nantinya angka kejadian infeksi nosokomial dapat lebih rendah.

Nosocomial infection found in health care services caused by many factors, ones of them is a hand hygiene of the health care provider, especially muses, in whom they were directly contact with the patient on 24 hours. Nurses has a high risk to get and spread the diseases in their activity. A descriptive comparative study was conducted to identify differences and correlation of the compliance for hand hygiene among nurses whose both joined or not in nosocomial infection control course.
Sample of this study was 94. All of them were nurses whose work in RSJPDHK Jakarta, with mean of age was 20-30 years old (:59,6%) and work time 1-10 years (53%), most of them were women (89,-4%), with the degree were Diploma Ill in Nursing (70,2%). Most of them had has followed nosocomial infection control course (74,5%).
Result of this study shows that compliance for hand hygiene was high (88,6%) for nurses whose followed the course compare with 91,7% for numes whose not followed the coume yet). However, from statistic test shows there was no significantly deferent, with p value 1,000.
Researcher recommended to conduct a further study with more sample size and best design to get a significantly result. Furthermore, the course of nosoeomial infection control should be keep running to give basic knowledge for nurses to be more compliance in hand hygiene so that the prevalence of nosocomial infection should be reduced.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5772
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>